PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Bengkulu Untuk Memenuhi
Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi
Oleh :
Lastri Delina
C1C016063
UNIVERSITAS BENGKULU
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu sumber daya yang memiliki peran penting dalam mencapai tujuan suatu
organisasi adalah sumber daya manusia. Dalam perencanaannya, sumber daya manausia
diharapkan dapat menjadi salah satu sumber daya strategis yang dimiliki oleh perusahaan
untuk mencapai tujuan organisasi itu sendiri. Adanya sumber daya manusia yang mempunyai
kinerja yang baik dapat memberikan hasil yang optimal bagi perusahaan. Untuk mendapatkan
hasil kerja yang optimal sumber daya manusia harus dikelola sebaik mungkin, sehingga
sumber daya manusia dalam suatu organisasi merasa nyaman dalam menjalankan tugasnya
dan mendapatkan hasil yang maksimal.
1.3 Tujuan
2. Manfaat Praktis :
1) Bagi Perusahaan
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan
untuk dapat mempertimbangkan hal-hal yang sebaiknya dilakukan untuk
meningkatkan kepuasan kerja karyawan.
2) Bagi Pembaca
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis bagi pembaca
sebagai referensi dan bahan bacaan untuk melakukan penelitian selanjutnya.
Penelitian ini membatasi lingkup penelitian agar lebih terfokus pada permasalahan yang
ada.Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang bergerak dibidang pengolahan
karet yaitu PTPN 7 yang beralamat di Desa Padang Pelawi Kabupaten Seluma dengan
menyebarkan kuesioner pada karyawan harian yang terdiri dari pekerja basah dan kering.
Alasan peneliti menjadikan karyawan harian sebagai responden karena karyawan harian
merupakan bagian penting untuk mengukur kepuasan karyawan yang akan berimbas pada
kinerja perusahaan tersebut.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Seperti yang dikatakan (Noermijati, 2013) bahwa teori yang dikembangkan oleh
Herzberg dan kawan-kawan pada tahun 1959 ini, dimaksudkan untuk mencari tahu hal-hal
yang menjadi ketidakpuasan kerja karywan. Baron dan Greebeg (1990) dalam telaahnya
terhadap teori Dua-Faktor Herzberg mengungkapkan, teori ini memfokuskan pada isu bahwa
kepuasan kerja dan ketidakpuasan kerja sebenarnya berasal dari sumber yang bertolak
belakang. Faktor-faktor yang berkontribusi pada sikap positif (kepuasan kerja) disebut
motivator. Sedangkan faktor-faktor yang mencegah terjadinya teaksi negative (ketidakpuasan
kerja) disebut hygienes atau maintenance factors. Teori ini menyatakan pula bahwa kepuasan
kerja datang dari kepuasan akan kebutuhan tingkat tinggi. Sedangkan ketidakpuasan kerja
berhubungan dengan kondisi tidak berhasilnya memuaskan kebutuhan tingkat rendah
(kebutuhan sosial,kebutuhan fsiologis)
Menurut teori ini, kepuasan kerja dan ketidakpuasan kerja merupakan hal yang
berbeda. Kepuasan dan ketidakpuasan terhadap pekerjaan bukan variabel kontinu.
Karakteristik pekerjaan menurut teori dua faktor, yaitu :
Menurut (Busro, 2017) lingkungan kerja adalah wahana yang ada didalam
organisasi baik lingkungan fisik, lingkungan sosial, maupun lingkungan virtual yang
dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja pegawai dan kinerja perusahaan secara
berkesinambungan. Lingkungan kerja terdiri atas lingkungan fisik yang kasat mata,
lingkungan sosial yang dapat diwujudkan dalam bentuk pergaulan dan kerjasama, dan
lingkungan virtual yang sangat abstrak tetapi secara riil keberadaannya dapat
digunakan bersama, yang seluruhnya berada dalam lingkup organisasi. Lingkungan
kerja termasuk segala sesuatau yang berkaitan dengan pekerjaan, baik langsung
maupun tidak langsung yang masih dalam lingkup organisasi meskipun tidak menyatu
dengan lingkungan fisik perusahaan, misalnya website perusahaan , laboraturium
alam, laboraturium di bawah laut, laboraturium angkasa, dan tempat-tempat lain yang
terkait erat dengan core business perusahaan.
Lingkungan fisik lebih berupa ke fisik suatu tempat yang dapat dimanfaatkan
oleh seluruh karyawan selama berada di dalam organisasi dan bisa dimanfaatkan
untuk meningkatkan kinerja karyawan sekaligus kinerja organisasi.
1. Lingkungan Sosial yang bersifat fisik. Lingkungan sosial yang bersifat fisik dapat
berupa komunikasi interpersonal dalam organisasi, dan berbagai lingkungan yang
bisa berfungsi sebagai wadahseluruh karyawan membangun komunikasi sosial.
Lingkungan sosial yang berdifat fisik dapat berbentuk arisan, kerja kelompok,
grup olahraga, kelompok dharma wanita kantor, kelompok pengajian di kantor
yang seluruhnya diharapkan mampu meningkatkan kinerja pegawai dan kinerja
organisasi.
2. Lingkungan sosial yang abstrak, karena berada pada lingkungan yang tidak
Nampak sebagai lingkungan sosial, tetapi lebih sebagai wadah yang bersifat tidak
nyata kera menggunakan berbagai saluran media seperti radio, HT, intercom, dan
berbagai jenis media lain yang bersifat abstrak.
1. Kebersihan lingkungan,
2. Keberadaan pengatur suhu ruangan,
3. Penataan ruangan,
4. Keberadaan tanaman hias,
5. Keberadaan hiasan dinding,
6. Penataan aksesoris ruangan
7. Penataan membelair dan prabot lainnya,
8. Keberadaan hotspot dan wifi,
9. Keberadaan pengharum ruangan,
10. Keberadaan dan penataan pencahayaan alami dan buatan,
11. System keamanan, dan
12. Keberadaan alat pemadam kebakaran.
1. Tingkat keakraban,
2. Jenis-jenis pertemuan kelompok,
3. Tempat pertemuan kelompok,
4. Waktu pertemuan kelompok,
5. System sosial kekerabatan yang dibangun,
6. Kehadiran manajemen dalam menciptakan jalinan sosial,
7. Karakter dan kepribadian mayoritas anggota,
8. Sarana komunikasi yang digunakan,
9. Media komunikasi yang digunakan, dan
10. Keberadaan pihak perekat tali silaturahmi.
2.1.4 Motivasi Kerja
2.1.5 Budaya Organisasi
2.1.5.1 Pengertian Budaya Organisasi
Menurut (Robbins & Coulter, 2010) dalam (Susetyo et al., 2014) budaya organisasi
merupakan sehimpunan nilai, prinsip, tradisi, dan cara bekerja yang dianut bersama dan
mempengaruhi perilaku serta tindakan para anggota organisasi. Budaya organisasi adalah
nilai dan symbol yang dimengerti dan dipatuhi bersama, yang dimiliki suatu organisasi
sehingga anggota organisasi merasa menjadi satu keluarga dan menciptakan suatu kondisi
yang berbeda dengan organisasi lain (Marta & Suharmono, 2011). Untuk itu harus diajarkan
kepada anggota termasuk anggota yang baru sebagai suatu cara yang benar dalam mengkaji,
berfikir, dan merasakan masalah yang dihadapi.
(Robbinns & Judge, 2013) mengatakan budaya organisasi mengacu pada kebersamaan
yang dimiliki oleh anggota organisasi untuk membedakan organisasi tersebut dengan
organisasi yang lain, bahkan karakteristik organisasi mengacu pada budaya organisasi itu
sendiri. Budaya organisasi menunjukkan bagaimana karyawan memahami karakteristik
organisasi. Budaya orgnaisasi mewakili persepsi umum anggota dengan latar belakang
budaya yang berbeda untuk menggambarkan budaya organisasi yang sama dalam sebuah
organisasi. Namun, hal ini bukan berarti bahwa anggota organisasi tidak boleh memiliki
keberagaman budaya, tetapi budaya organisasi menggambarkan nilai-nilai budaya yang
dimiliki oleh mayoritas anggotanya.
(Robbinns & Judge, 2013) menungkapkan bahwa sebuah perusahaan memiliki dua
jenis budaya budaya , yaitu :
1. Budaya yang dominan, merupakan budaya yang mewakili nilai-nilai yang dimiliki
oleh sebagian besar anggota dan membuat organisasi memiliki ciri khas tersendiri.
2. Subkultur, merupakan mini budaya yang muncul dari departemen dan asal
wilayah yang berbeda di dalam organisasi.
2.1.5.3 Dimensi Budaya Organisasi
1. Inovasi dan pengambilan risiko, sejauh mana karyawan didorong untuk selalu
inovatif dan berani mengambil risiko.
2. Perhatian terhadap detail, sejauh mana karyawan menunjukkan presisi, analisis,
dan memperhatikan setiap detail pekerjaan.
3. Orientasi hasil, sejauh mana manajemen lebih berfokus pada hasil, teknik dan
proses yang digunakan untuk mencapainya.
4. Orientasi karyawan, sejauh mana manajemen mempertimbangkan dampak hasil
yang dicapai terhadap karyawan di dalam organisasi.
5. Orientasi tim, sejauh mana kegiatan kerja diatur untuk dikerjaan secara bersama-
sama.
6. Agresivitas, sejauh mana karyawan bersaing secara positif dalam melakukan
pekerjaan
7. Stabilitas, sejauh mana kegiatan organisasi menekankan untuk selalu
mempertahankan pekerjaan dan selalu ada perkembangan.
Berdasarkan Teori Dua Faktor yang dikembangkan oleh Frederick Herzberg bahwa
kepuasan dan ketidakpuasan bukan merupakan dua hal yang berada dalam satu kontinum,
dimana salah satu dari faktor tersebut adalah Hygiene Factors. Faktor higienis (Hygiene
Factors) adalah faktor yang menyebabkan atau mencegah ketidakpuasan, terdiri atas gaji atau
upah, pengawasan, hubungan antar pribadi, kondisi kerja, dan status. Faktor ini diperlukan
untuk memenuhi dorongan biologis dan kebutuhan dasar pegawai. Jika faktor ini tidak
terpenuhi, maka pegawai tidak puas. Namun, jika besarnya faaktor ini memadai untuk
kebutuhan, pegawai tidak akan kecewa meski belum puas.
Penelitian (Raziq & Maulabakhsh, 2015) yang melakukan pengujian hubungan antara
lingkungan kerja dengan kepuasan kerja pada 210 karyawan bank dan industri
telekomunikasi menyatakan adanya hubungan positif antara lingkungan kerja dan kepuasan
kerja karyawan. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan (Agbozo, Owusu, Hoedoafia, &
Atakorah, 2017) pada karyawan bank menyimpulkan adanya pengaruh yang signifikan antara
lingkungan kerja terhadap kepuasan karyawan.
Dalam menjalankan tugasnya, karyawan akan sangat nyaman jika lingkungan kerja
yang mendukung suasana hati ataupun menambah semangat dalam bekerja. Lingkungan kerja
akan sangat berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan, dengan lingkungan kerja yang
cukup memuaskan para karyawan akan mendorong para karyawan tersebut untuk bekerja
sebaik-baiknya, sehingga pelaksanaan proses produksi di dalam organisasi tersebut akan
dapat berjalan dengan baik pula. Lingkungan kerja yang mampu menciptakan hubungan yang
harmonis antar karyawan akan beperngaruh positif terhadap produktivitas kerja. Apabila
karyawan merasa lingkungan kerjanya baik, karyawan akan merasa bahwa kebutuhannya
untuk berafiliasi di tempat kerja terpenuhi, dengan demikian akan terciptanya kepuasan kerja
karena kebutuhannya terpenuhi. Ketika lingkungan kerja baik maka kepuasan kerja juga akan
meningkat, yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja karyawan. Berdasarkan uraian
tersebut diatas hipotesis pertama penelitian ini adalah :
Salah satu teori yang menjelaskan kepuasan kerja adalah teori Motivator Hygiene (M-
H) yang dikembangkan oleh Frederick Herzberg. Dalam teori ini, faktor motivasi adalah
faktor atau situasi yang dibutuhkan sebagai sumber kepuasan kerja, terdiri atas pekerjaan
menarik yang penuh tantangan, adanya kesempatan untuk berprestasi, serta kesempatan
memperoleh penghargaan atau promosi. Terpenuhinya faktor tersebut akan menimbulkan
kepuasan, namun tidak terpenuhinya faktor ini tidak selalu mengalibatkan ketidakpuasan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan (Nur & Mohd, 2018) pada manajer perusahaan
menyimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi dan kepuasan kerja. Hasil
penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh (Pang, Lu, Pang, & Lu, 2018)
pada karyawan perusahaan agen pengiriman dan perusahaan di Taiwan.
Budaya yang kuat dapat memberikan dorongan kepada para karyawan untuk
bertindak dan berprilaku sesuai dengan yang diharapkan organisasi. Dengan mematuhi aturan
serta kebijakan-kebijakan yang ada diharapkan dapat menoptimalkan kinerja dan
produktivitas para karyawan untuk mencapai tujuan. Berdasarkan uraian tersebut diatas
hipotesis pertama penelitian ini adalah :
Lingkungan Kerja
Budaya Organisasi
BAB III
METODE PENELITIAN
Menurut (Zulganef, 2018:85) definisi operasional atau sering dinamakan juga sebagai
operasionalisasi variabel adalah kegiatan atau proses yang dilakukan peneliti untuk
mengurangi tingkat abstraksi konsep sehingga konsep tersebut dapat diukur. Definisi
operasional amerupakan usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk dapat melakukan
pembedaan terhadap onjek atau unit analisis yang diteliti berdasarkan karakteristik atau
variabel yang dimiliki dalam penelitian tersebut.
Dalam peneliitian ini terdapat satu variabel dependen yaitu kepuasan kerja karyawan
dan terdapat juga variabel independennya yang terdiri dari lingkungan kerja, motivasi kerja,
dan budaya organisasi.
Motivasi kerja adalah suatu kehendak atau keinginan yang muncul dalam diri
karyawan yang menimbulkan semangat ataupun dorongan untuk bekerja secara
optimal untuk mencapai tujuan organisasi. Motivasi kerja juga dapat diartikan sebaga
suatu modal untuk menggerakkan dan mengarahkan karyawan untuk bekerja sebaik-
baiknya dalam menjalankan tugas dengan penuh tanggung jawab.
1. Data Primer, merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber pertama atau
tempat penelitian dilaksanakan. Misalkan melalui focis group, wawancara, atau
pengisian kuesioner.
2. Data Sekunder, merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung atau melalui
sumber lain. Misalkan melalui catatan atau arsip perusahaan, publikasi
pemerintah, atau yang disediakan media massa.
3.4.2 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner. Sekaran dan
Bougie (2013) dalam (Zulganef, 2018) mengungkapkan bahwa kuesioner adalah
seperangkat pertanyaan tertulis yang sudah dirumuskan sebelumnya, dimana
responden menulis atau mencatat jawaban mereka, umumnya dalam beberapa
alternative yang telah ditentukan terlebih dahulu.
Metode statistic untuk menguji hubungan antara satu variabel terikat (metrik) ndengan
satu atau lebih variabel bebas (metrik) adalah regresi. Regresi sederhana (simple regression)
digunakan untuk menguji pengaruh satu variabel bebas (metrik) terhadap satu variabel terikat
(metrik), sedangkan untuk lebih dari satu variabel bebas (metrik) digunakan pengujian regreai
berganda (multiple regression). Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda untuk
mengetahui pengaruh lingkungan kerja, motivasi kerja dan budaya organisasi terhadap
kepuasan kerja. Hubungan antara satu veruabel terikat (metrik) dengan lebih dari satu
variabel bebas (metrik) ditulis dengan persamaan :
1. H0 : β1, β2, β3, β4 = 0, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel
independen (lingkungan kerja, motivasi kerja, dan budaya organisasi) terhdapat
variabel dependen (kepuasan kerja).
2. Ha : β1, β2, β3, β4 > 0, artinya ada pengaruh yang signifikan dari variabel
independen (lingkungan kerja, motivasi kerja, dan budaya organisasi) terhdapat
variabel dependen (kepuasan kerja).
1. H0 diterima dan Ha ditolak jika F hitung < F tabel untuk α = 5%, artinya masing-
masing variabel independen secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruhyang
signifikan terhadap variabel dependen.
2. H0 ditolak dan Ha diterima jika F hitung > F tabel untuk α = 5%, artinya masing-
masing variabel independen secara bersama-sama mempunyai pengaruhyang
signifikan terhadap variabel dependen.
Agbozo, G. K., Owusu, I. S., Hoedoafia, M. A., & Atakorah, Y. B. (2017). The Effect of
Work Environment on Job Satisfaction : Evidence from the The Effect of Work
Environment on Job Satisfaction : Evidence from the Banking Sector in Ghana.
(October). https://doi.org/10.11648/j.jhrm.20170501.12
Busro, M. (2017). Manajemen Sumber Daya Manusia (Edisi 1). Yogyakkarta: expert.
Ghozali, I. (2016). Aplikasi Analisis Multivariete Dengan Program IBM SPSS 23 (Edisi 8).
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Marta, O. E., & Suharmono. (2011). Dan Budaya Organisasional Terhadap Kinerja
Organisasi : Responsiveness Sebagai Variabel Intervening.
Maulana, M. (2017). Pengaruh Motivasi dan Lingkungan Kerja Terhadap Kepuasan Kerja
Karyawan Kantor Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Medan.
Morisson. (2015). Teori Komunikasi Individu Hingga Massa. Jakarta: Kencana Perdana
Media Group.
Noermijati. (2013). Kajian Tentang Akutualisasi Teori Herzberg, Kepuasan Kerja, dan
Kinerja Spiritual Manajer Operasional. Magelang: Universitas Brawijaya Press.
Nur, S., & Mohd, A. (2018). The Impact of Motivation on Job Satisfaction In A Quantity
Surveying Consultant Firm THE IMPACT OF MOTIVATION ON JOB SATISFACTION
IN. (October).
Pang, K., Lu, C., Pang, K., & Lu, C. (2018). Organizational motivation , employee job
satisfaction and organizational performance An empirical study of container shipping
companies in Taiwan. https://doi.org/10.1108/MABR-03-2018-0007
Pawirosumarto, S., Sarjana, P. K., & Gunawan, R. (2017). The effect of work environment,
leadership style, and organizational culture towards job satisfaction and its implication
towards employee performance in Parador hotels and resorts, Indonesia. International
Journal of Law and Management, 59(6), 1337–1358. https://doi.org/10.1108/IJLMA-10-
2016-0085
Qazi, S., & Kaur, T. (2017). Impact of Organizational Culture on Job Satisfaction among the
University Faculty Members-An Empirical Study. International Journal of Business and
Social Science, 8(3), 171–178. Retrieved from www.ijbssnet.com
Raziq, A., & Maulabakhsh, R. (2015). Impact of Working Environment on Job Satisfaction.
Procedia Economics and Finance, 23(October 2014), 717–725.
https://doi.org/10.1016/s2212-5671(15)00524-9
Robbinns, S. P., & Judge, T. A. (2011). Organizational Behavior Fourteenth Edition. New
Jersey: Pretince Hall.
Robbinns, S. P., & Judge, T. A. (2013). Organizational Behavior (15th Ed, ed.). Boston:
Pearson Education.
Robbins, S. P., & Coulter, M. A. (2010). Management (10th Ed). Jakarta: Erlangga.
Sudarmanto, G. (2015). Analisis Regresi Linear Ganda dengan SPSS. Yogyakkarta: Graha
Ilmu.
Susetyo et al. (2014). Strategi dan Kebijakan Manajemen Sumber Daya Manusia. Jurnal Imu
Ekonomi & Manajemen, 1(1), 83–93.
Zulganef. (2018). Metode Penelitian Bisnis dan Manajemen (Cetakan 1). Bandung: PT
Refika Aditama.