Anda di halaman 1dari 5

https://www.moneysmart.

id/9-prinsip-orang-tionghoa-yang-bikin-mereka-sukses-di-mana-aja/

PRINSIP ORANG TIONGHOA YANG BIKIN MEREKA SUKSES DI MANA AJA

1. “Jika ingin lebih berhasil dari orang lain, kita tidak punya pilihan, kecuali bekerja
dengan lebih keras dan rajin.”

Pepatah Ann Wan Seng ini mengajarkan bahwa gak ada cara lain buat jadi sukses. Kamu
perlu keras keras dan rajin, bahkan daripada orang lain.

2. “Makan bubur sebelum sukses dan makan nasi setelah sukses.”

Pepatah ini mirip dengan pepatah “berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Bersakit-
sakit dahulu, bersenang-senang kemudian”.

Jadi, saat belum sukses, ada baiknya kita mengerem segala keinginan walaupun itu gak enak.
Toh nanti setelah sukses, kamu bisa nikmati apa yang kamu inginkan. Tentu dengan
kompensasi, kamu gak perlu lagi susah-susah buat mendapatkannya.

3. “Dia yang tidak bersikap ekonomis (pada akhirnya) pasti akan menderita.”

Senada dengan pepatah sebelumnya, berdasarkan pepatah Confucius ini, hidup hemat begitu
ditekankan oleh kebanyakan suku Tionghoa.

Kebanyakan suku Tionghoa lebih memilih buat belanja dengan uang cash dibandingkan kartu
kredit atau cicilan. Bila uang belum cukup, mereka lebih memilih buat menunda.

Selain itu, mereka pun bahkan punya prinsip buat menyisihkan 70 persen dari penghasilan
buat ditabung atau investasi. Barulah sisanya digunakan buat kebutuhan hidup.

4. “Pedagang tidak boleh terlalu kaku. Namun sebaliknya, perlu memperbolehkan


proses tawar-menawar.”

Ini nih yang bikin kebanyakan suku Tionghoa sukses dalam berbisnis, khususnya dagang.
Mereka memperlakukan pelanggan sebagai “raja”. Pepatah yang dituturkan Ann Wan Seng di
atas sering kali diamini.
Coba lihat deh gaya dagang orang Tionghoa, mereka biasanya gak cuek sama pelanggan
tetapi berinteraksi. Makanya, gak heran kawasan Glodok yang terkenal dengan perdagangan
barang-barang elektroniknya masih hidup hingga sekarang.

5. “Orang yang tidak bisa tersenyum dilarang membuka toko.”

Sebagaimana udah disinggung di poin sebelumnya, orang Tionghoa emang jago banget
berdagang. Salah satunya karena prinsip yang dianut mereka ini.

Kamu pun bisa menerapkannya bila terjun berdagang. Kamu perlu bersikap ramah pada
pelanggan agar toko kamu laris-manis. Ingat, faktor kesuksesan sebuah usaha bukan cuma
karena harganya yang murah tetapi malah lebih ke servis yang diberikan.

Coba deh lihat beberapa restoran mewah. Sebenarnya menu yang mereka hadirkan bisa aja
sama dengan yang ada di kaki lima. Akan tetapi, pelanggan mencari layanan yang berbeda
dengan pelayanan yang ramah pula.

6. “Menyimpang seinci, rugi seribu batu.”

Buat kebanyakan suku Tionghoa, mereka sangat mengutamakan catatan pemasukan dan
pengeluaran. Jadi, gak ada ceritanya pengeluaran “siluman” karena teledor.

7. “Jangan cemas harapan yang belum tiba, jangan sia-sia menyesali apa yang sudah
lalu.”

Bukan berarti kebanyakan suku Tionghoa gak ada gagalnya, mereka pun sama seperti kita
bisa alami kegagalan dan harap-harap cemas.

Akan tetapi, prinsip ini mengajarkan buat gak menyesali apa yang udah berlalu secara
berlarut-larut. Kemudian, jangan pula terlalu cemas sama beberapa harapan yang belum
kesampaian.

Daripada overthinking, lebih baik bekerja dan bekerja semampu kita sesuai pepatah berikut
ini.

8. “Keberhasilan terbesar kita bukanlah karena kita tidak pernah gagal, tetapi
bagaimana kita bangkit setiap kali kita mengalami kegagalan.”
Yap! Confucius bilang daripada terus-menerus meratapi kegagalan, bakal lebih bijaksana
kalau kita berusaha buat bangkit dari kegagalan tersebut.

9. “Berpikirlah untuk tiga keturunan.”

Yang gak kalah bijaksana adalah kutipan satu ini, pepatah di atas mengajarkan buat gak
mikirin diri sendiri aja. Lebih jauh dari itu, saat kamu mengejar kesuksesan, kamu perlu
memikirkan keturunan kamu pula.

Dengan gitu, kamu gak bakal puas dengan pencapaian yang udah kamu gapai. Akan tetapi,
kamu bakal berpikir apakah pencapaian tersebut cukup buat keturunan kamu selanjutnya.

Gak heran, banyak orang Tionghoa yang sukses turun-temurun karena mereka selalu punya
warisan buat generasi mereka selanjutnya.

Beberapa prinsip hidup orang Tionghoa terdengar berat? Sebenarnya berat atau gaknya
adalah soal kebiasaan aja.

Kalau kamu membiasakan diri buat berhemat dan bekerja keras, lama-lama kamu pun udah
kebal dengan “rasa sakit”. Ingat aja, toh kamu di masa mendatang bisa hidup enak.

https://www.cantika.com/read/1061898/orang-cina-mahir-bisnis-pelajari-seni-sun-tzu-dan-filosofi-bambu

ORANG CINA MAHIR BISNIS, PELAJARI SENI SUN TZU DAN FILOSOFI
BAMBU

Orang Cina dikenal dengan keuletan dan ketangguhan dalam berbisnis. Apapun jenis usaha
yang digelutinya, mereka mampu memanfaatkan peluang dan bisa bertahan di tengah gejolak
ekonomi. Sebut saja bos Alibaba, Jack Ma yang awalnya tak diperhitungkan tapi sekarang
menjadi raja bisnis digital. Ada pula Wang Jialin, orang terkaya di Cina yang sedang
berupaya menguasai dunia hiburan global dan berambisi menjadi pesaing Disney.

Menurut pakar budaya Cina dari Universitas Indonesia, Agni Malagina, orang-orang
Tionghoa sukses berkat kerja keras, jujur, dan kepercayaan. Tiga modal itu, kata dia,
membantu para pengusaha untuk berdiri lagi dengan cepat ketika terpuruk. "Misalkan ada
saudagar yang tertimpa musibah, berkat kepercayaan itu, dia mudah saja mendapat modal dan
berbagai bantuan untuk mulai berbisnis lagi," ujarnya.
Selain itu, Agni Malagina mengatakan para saudagar Cina menganggap bisnis sebagai medan
perang. Mereka bangga mewarisi dan menjalankan nilai-nilai seni Sun Tzu dan filosofi hidup
pohon bambu. “Semuanya saling berkaitan untuk menopang kesuksesan seorang saudagar
Cina,” ucapnya.

Corporate Culture Expert of ACT Consulting, Rinaldi Agusyana, menuturkan seni Sun Tzu
membuat para saudagar Cina cepat beradaptasi dengan lingkungan. Dengan demikian,
mereka unggul dalam menanggapi perubahan. "Seni ini bicara tentang menjalin relasi, di
mana hubungan manusia lebih diutamakan daripada perhitungan bisnis," tuturnya.

Dengan menerapkan seni ini, bisnis menjadi lebih manusiawi. Filosofi ini pula yang
menyebabkan para saudagar Cina memiliki banyak pelanggan dan hubungan yang erat. Seni
Sun Tzu, menurut Rinaldi, mendorong pengusaha menjalankan strategi yang menguntungkan
banyak orang. Mereka lebih memilih mengambil keuntungan sedikit, tapi dengan jumlah
transaksi yang besar.

Selain itu, para pengusaha tersebut menerapkan filosofi bambu. Prinsipnya adalah mengambil
keuntungan sedikit demi sedikit sampai menguasai pasar. Mereka menekan biaya sehingga
bisa menghasilkan produk yang memiliki kualitas setara dengan negara pesaing, tapi dengan
harga lebih murah. "Kini mereka sedang memperbesar kemampuan manufakturnya," kata dia.

Rinaldi menuturkan, para profesional Indonesia bisa meniru etos kerja para taipan Cina.
"Masyarakat kita memiliki kecerdasan, ketelitian, dan budaya yang baik," kata dia. Rinaldi
mencontohkan teknik berdiplomasi orang Indonesia yang disegani oleh bangsa lain. Hanya,
kualitas ini jarang disadari dan dimaksimalkan potensinya.

Dia mengatakan keunggulan tersebut harus dikelola untuk meningkatkan karier. "Di kantor,
setiap karyawan harus bekerja dengan tulus dan berkolaborasi untuk keuntungan dan
keunggulan bersama. Rekan kerja adalah mitra strategis yang berharga," kata dia. Prinsip
harmonisasi dalam berhubungan dengan semua orang termasuk dalam prinsip saudagar Cina.

Hal lain yang dapat disontek dari pengusaha Cina adalah kemampuan menyusun strategi
bisnis, menguasai teknologi terbaru, serta mengenali kelemahan diri sendiri dan pesaing. Dia
mengatakan seorang profesional kerap gagal mengetahui kelemahan dan kekuatan diri
sendiri. Padahal ini adalah kunci untuk mengembangkan potensi diri.
Berikutnya, para pebisnis Cina unggul lantaran mengutamakan kecepatan dan menampilkan
diri secara sederhana, menutupi kelebihan untuk membuat lawan lengah, dan melakukan
penetrasi pasar tanpa banyak disadari khalayak. "Seperti bisnis telepon seluler merek Cina
yang makin disukai pasar, dengan fitur-fitur yang selalu baru, tanpa membuat rilis," kata dia.

Rinaldi mengimbuhkan, syarat utama untuk menerapkan filosofi para saudagar Cina adalah
mengenal diri sendiri. Lalu bersedia memberi manfaat terlebih dulu sebelum memetik
keuntungan. “Ini adalah filosofi pohon bambu, yang selama lima tahun tidak terlihat tumbuh,
tapi kemudian menjulang tinggi dengan cepat," kata dia.

Dia mengingatkan profesional untuk menahan beratnya tantangan guna membangun diri di
awal karier. Tantangan itu antara lain membangun harmoni dengan banyak pihak dan
mempelajari banyak hal untuk menjadi pemenang dalam persaingan karier. Tentu saja,
persaingan karier harus dilakukan dengan jujur.

Satu lagi filosofi bisnis saudagar Cina yang dalam pandangan Rinaldi layak ditiru adalah
menciptakan kestabilan usaha jangka panjang. Karena itu, dia menyarankan profesional tidak
hanya mencari pengakuan jangka pendek. "Beri perbaikan, perbuatan baik, dan kualitas
terunggul sebagai pengalaman jangka panjang," tuturnya.

Rinaldi berujar, seni Sun Tzu tidak mengajarkan seseorang untuk memenangi laga dengan
peperangan. Dalam ajaran Sun Tzu, orang yang unggul adalah orang yang memenangi 100
perang, tapi orang terhebat adalah orang yang menguasai pasar tanpa perang. Hingga tak
perlu ada prajurit yang terluka atau menderita.

Anda mungkin juga menyukai