KAJIAN PUSTAKA
b) Efektivitas
Efektivitas merupakan ukuran berhasil tidaknya pencapaian tujuan suatu
organisasi mencapai tujuannya. Apabila suatu organisasi mencapai tujuan maka
organisasi tersebut telah berjalan dengan efektif.
c) Kualitas
Kualitas sesuai dengan yang disyaratkan atau distandarkan.
c) Semangat kerja
Ini merupakan usaha untuk lebih baik dari hasil kemarin. Indikator ini dapat
dilihat dari etos kerja dan hasil yang dicapai dalam satu hari kemudian dibandingkan
dengan hari sebelumnya.
d) Pengembangan diri
Senantiasa mengembangkan diri untuk meningkatkan kemampuan kerja.
Pengembangan diri dapat dilakukan dengan melihat tantangan dan harapan dengan
apa yang akan dihadapi.
d. Kesempatan kerja
Kesempatan kerja dapat mempengaruhi produktivitas kerja. Keterampilan
dan produktivitas seseorang berkembang di dalam pekerjaan. Rendahnya
produktivitas kerja seseorang, diakibatkan oleh kesalahan penempatan, dalam
arti bahwa seseorang tidak ditempatkan dalam pekerjaan yang sesuai dengan
pendidikan dan keterampilannya.
b. Faktor Eksternal
1. Peraturan perundangan, kebijakan pemerintah, dan situasi politis.
2. Kemitraan (networking) yang dikembangkan.
3. Kultur dan mindset lingkungan sekitar organisasi.
4. Dukungan masyarakat dan stakeholder secara keseluruhan.
5. Tingkat persaingan.
6. Dampak globalisasi.
2.3 E-Leadership
2.3.1 Pengertian E-Leadership
Kepemimpinan modern berhubungan erat dengan teknologi sehingga
memunculkan istilah terbaru dengan nama kepemimpinan digital (E-Leadership). E-
Leadership adalah suatu istilah yang menyandingkan “e” sebagai simbol bagi hal-hal
yang berkaitan dengan elektronik, internet, atau dunia digital dengan “leadership”
(kepemimpinan) yang bermakna kemampuan seseorang untuk menggerakkan atau
mempengaruhi orang-orang yang dipimpinnya dalam rangka mencapai tujuan
organisasi (Kasali, 2008).
Digital leadership merupakan kemampuan seorang pemimpin dalam menggunakan
teknologi digital untuk memberikan pengaruhnya serta arahannya kepada anggota tim
yang dimiliki sehingga tujuan yang telah ditetapkannya dapat tercapai (Saputra &
Saputra, 2020).
Menurut Mohammad (2009). e-leadership memiliki peran dan tanggung jawab di
mana para pemimpin dapat berkomunikasi dengan karyawannya meskipun mereka
tidak berada di kantor yang sama, dan mereka harus memahami teknologi baru untuk
memenuhi kebutuhan karyawan dan membangun hubungan antar karyawan.
Dari bebrapa pendapat di atas dapat disimpulkan dalam konteks ini, e-Leadership
dapat secara bebas diartikan sebagai kepemimpinan yang memanfaatkan teknologi
untuk menggerakkan suatu tujuan tertentu dalam konteks ini bagaimana e-Leadership
dapat membangun kinerja bawahannya.
d) Service-level alignment
Indikator :
Memprioritaskan cara terbaik untuk mengalokasikan sumber daya yang langka
baik di dalam organisasi dan di pasar TI
Kepemimpinan eksekutif untuk keberhasilan internal bisnis
2.4 E-Culture
2.4.1 Pengertian E-Culture
E-Culture atau digitalisasi kebudayaan adalah pemanfaatan teknologi informasi
dan komunikasi untuk meningkatkan daya guna dalam bidang kebudayaan, terutama
dalam hal pengelolaan, pendokumentasian, penyebarluasan informasi dan pengetahuan
dari unsur-unsur kebudayaan. Unsur-unsur kebudayaan tersebut jika dikembangkan
berbasis teknologi informasi (e-Culture) penamaannya menggunakan awalannya “e”
(electronik). Digitalisasi secara fundamental telah mengubah struktur dan proses
organisasi dan mempengaruhi bagaimana orang berinteraksi satu sama lain, sehingga
berdampak pada budaya organisasi. Adanya digitalisasi mulai merubah dan
memunculkan perspektif baru tentang budaya organisasi di dunia digital.
Kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-
tugas yang dibebankan kepadanya didasarkan atas kecakapan, pengalaman,
kesungguhan serta waktu. Hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau
sekelompok orang dalam organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab
masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkut secara
legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral ataupun etika Malayu S.P.
Hasibuan (2006).
Suwatno dan Priansa dalam Chandra dan Adriyansyah (2017) menyatakan bahwa
kinerja merupakan performance atau unjuk kinerja. Kinerja dapat pula diartikan sebagai
prestasi kerja atau pelaksanaan kerja atau hasil unjuk kerja.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa kinerja karyawan adalah
kemampuan mencapai persyaratanpersyaratan pekerjaan, dimana suatu target tenaga
kerja dapat diselesaikan pada waktu yang tepat sehingga tujuannya akan sesuai dengan
moral dan etika perusahaan.
3. Ketepatan Waktu
Tingkat suatu aktifitas diselesaikan pada waktu awal yang diinginkan, dilihat
dari sudut koordinasi dengan hasil output serta memaksimalkan waktu yang tersedia
untuk aktifitas lain.
4. Efektifitas
Tingkat penggunaan sumber daya manusia organisasi dimaksimalkan dengan
maksud menaikan keuntungan atau mengurangi kerugian dari setiap unit dalam
penggunaan sumber daya.
5. Kemandirian
Tingkat dimana seorang karyawan dapat melakukan fungsi kerjanya tanpa
minta bantuan bimbingan dari pengawas atau meminta turut campurnya pengawas
untuk menghindari hasil yang merugikan
1. Target
2. Kualitas
3. Waktu
dipertanggungjawabkan.
Menurut Negara 2014 dalam Suryadani 2016, secara garis besar faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja adalah faktor internal dan faktor eksternal, yang dijelaskan
sebagai berikut:
1. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri pegawai, misalnya
kemampuan intelektualitas, disiplin kerja, pengalaman kerja, kepuasan kerja, latar
belakang pendidikan, dan motivasi pegawai.
2. Faktor eksternal merupakan faktor pendukung pegawai dalam bekerja yang berasal
dari lingkungan kerja, misalnya gaya kepemimpinan, pengembangan karir, kondisi
lingkungan kerja, pelatihan, kompensasi, dan sistem manajemen perusahaan.
E-Leadership (X1)
H1
H3
H5 Employee H7 Produktivitas Kerja
Performance (M) (Y)
H6
H4
H2
E-Culture (X2)
2.9 Hipotesis
Hipotesis penelitian menurut Dantes adalah “Asumsi yang perlu dilakukan pengujian
data. Kemudian dari pengujian lewat penelitian akan menghasilkan data. Data inilah yang
akan dijadikan acuan pengambilan kesimpulan, terkadang juga menghasilkan solusi dan
penemuan baru.”
Pendapat Sugiyono, yang mengartikan hipotesis sebagai jawaban sementara yang
dibuat berdasarkan rumusan masalah penelitian yang sudah ditentukan oleh peneliti.
Masih menurut Sugiyono, hipotesis dikatakan masih sementara, karena dugaan tersebut
dibuat berdasarkan pada teori, sehingga dibutuhkan uji hipotesis.
Dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan hipotesis sebagai berikut:
a) H1 : Menunjukkan terdapat pengaruh antara E-Leadership (X1) terhadap Produktivitas
Kerja (Y).
H0 : Menunjukkan tidak terdapat pengaruh antara E-Leadership (X1) terhadap
Produktivitas Kerja (Y).
b) H2 : Menunjukkan terdapat pengaruh antara E-Culture (X2) terhadap Produktivitas
Kerja
(Y).
H0 : Menunjukkan tidak terdapat pengaruh antara E-Culture (X2) terhadap
Produktivitas
Kerja (Y).
c) H3 : Menunjukkan terdapat pengaruh antara E-Leadership (X1) terhadap Employee
Performance (M).
H0 : Menunjukkan tidak terdapat pengaruh antara E-Leadership (X1) terhadap
Employee
Performance (M).
d) H4 : Menunjukkan terdapat pengaruh antara E-Culture (X2) terhadap Employee
Performance (M).
H0 : Menunjukkan tidak terdapat pengaruh antara E-Culture (X2) terhadap Employee
Performance (M).
e) H5 : Menunjukkan terdapat pengaruh antara E-Leadership (X1) terhadap Produktivitas
Kerja (Y) melalui Employee Performance (M).
H0 : Menunjukkan tidak terdapat pengaruh antara E-Leadership (X1) terhadap
Produktivitas Kerja (Y) melalui Employee Performance (M).
f) H6 : Menunjukkan terdapat pengaruh antara E-Culture (X2) terhadap Produktivitas
Kerja
(Y) melalui Employee Performance (M).
H0 : Menunjukkan tidak terdapat pengaruh antara E-Culture (X2) terhadap
Produktivitas Kerja (Y) melalui Employee Performance (M).
g) H7 : Menunjukkan terdapat pengaruh antara Employee Performance (M) terhadap
Produktivitas Kerja (Y)
H0 : Menunjukkan tidak terdapat pengaruh antara Employee Performance (M) terhadap
Produktivitas Kerja (Y)