PINANG)
ABSTRAK
A. PENDAHULUAN
suatu perusahaan agar dapat besaing dan bertahan di dunia usaha. Semakin ketatnya
persaingan tersebut menyebabkan suatu perusahaan harus lebih efektif dan efisien dalam
Hal tersebut tentunya tidak lepas dari peranan sumber daya manusia yang berada didalamnya
yang meliputi pemimpin dan karyawan. Dalam hal ini pemimpin perusahaan dapat disebut
sebagai direktur, dimana menurut Robert Tanemboun pemimpin adalah mereka yang
para bawahan yang bertanggung jawab, supaya semua bagian pekerjaan dikoordinasi demi
mencapai tujuan organisasi.1 Sementara karyawan adalah sumber daya manusia atau
penduduk yang bekerja disuatu institusi baik pemerintah mau pun swasta (bisnis).2
terhadap kinerja karyawan. Karena jika seorang pemimpin bersikap tidak respek terhadap
karyawan maka karyawan akan merasa ketidaknyamanan sehingga tidak dapat bekerja
secara maksimal. Sebaliknya jika seorang pemimpin menunjukan sikap respek terhadap
karyawan, maka karyawan akan merasa nyaman dan berdampak pada kinerja karyawan yang
satu dimensi kompetensi yang sangat menentukan terhadap kinerja atau keberhasilan
organisasi.3
Pada dasarnya karyawan merupakan aset yang sangat berharga bagi suatu perusahaan,
karena memegang peranan penting dalam pengoperasian perusahaan untuk mencapai tujuan.
Dengan kata lain perilaku atau gaya kepemimpinan seorang pemimpin dalam memimpin
suatu perusahaan sangat berpengaruh terhadap kinerja karyawan dan kinerja perusahaan.
Karena pada prinsipnya pimpinan adalah seseorang yang dapat mempengaruhi orang lain
atau kelompok untuk melakukan unjuk kerja maksimum yang telah ditetapkan sesuai dengan
tujuan organisasi.4
1
Veithzal Rivai dkk, Islamic Managemen: Meraih Sukses Melalui Praktik Manajemen Gaya Rasulullah Secara Istiqomah
(Yogyakarta: BPFE, 2013) hlm. 292.
2
M. MA’ruf Abdullah, Manajemen dan Evaluasi Kinerja Karyawan (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2014) hlm. 6.
3
Sudarmanto, Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM: Teori, Dimensi Pengukuran, dan Implementasi dalam Organisasi
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009) hlm 133.
4
Andri Feriyanto dan Endang Shyta Triana, Pengantar Manajemen (3 in 1) (Kebumen: MEDIATERA, 2015) hlm.96.
(Mangkunegara, 2005: 67). Kepemimpinan dapat terlaksana dengan baik jika seorang
pemimpin memiliki kompentensi kecerdasaan emosi kepemimpinan. Salah satu faktor yang
berpengaruh dalam kepusaan kerja yang lain adalah motivasi kerja. Penelitian yang di
lakukan oleh Iqbal N, Anwar S dan Haider N.5
Gaya kepemimpinan memiliki pengaruh yang signifikan dan substansial dalam
usaha kecil dan juga di perusahaan terbesar di dunia. Gaya kepemimpinan mempengaruhi
semua orang dari manajemen senior sampai ke karyawan baru. Mereka menciptakan
korporasi budaya yang mempengaruhi organisasi dan kinerja karyawan dalam hal memenuhi
proyek tenggat waktu. pelatihan dan pengembangan, tanggung jawab dan tunjangan
tambahan, peningkatan gaji dan pengawasan lebih dari dimensi promosi sebagaimana
ditentukan oleh kuesioner penelitian. Hasil penelitian saat ini konsisten dengan hasil
penelitian sebelumnya oleh Roberts (2006) dan Aydin (2012).
Motivasi kerja akan meningkat apabila mendapatkan seorang pemimpin yang baik
dan bertanggung jawab. Menurut Luthans mengemukakan bahwa secara teknis, istilah
motivasi berasal dari kata Latin movere, yang berarti bergerak. Selain itu, motivasi dapat
diartikan sebagai dorongan individu untuk melakukan tindakan karena ingin melakukannya.
Jika individu termotivasi, individu tersebut akan membuat pilihan yang positif untuk
peningkatan gaji, tunjangan, pengawas, promosi, tanggung jawab dan pelatihan, hasilnya
faktor motivasi yang moderat. Nilai rata-rata ini menunjukkan area-area yang kemungkinan
besar dimotivasi oleh karyawan. Dengan demikian, karyawan dalam sampel kemungkinan
Selain faktor gaya kepemimpinan, motivasi kerja juga termasuk faktor yang
mempengaruhi kinerja karyawan. Malayu S.P Hasibuan dalam buku Manajemen Dasar,
5
Mangkunegara Anwar Prabu. Manajemen Sumber daya Manusia Perusahaan. (Bandung : PT Remaja,
2005 Rosdakarya) h.4
6
Rivai, H. Veithzal dan Sagala, Ella Jauvani. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan
Edisi 2. (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2009) h.45
Pengertian, dan Masalah tahun 2006, bahwa motivasi itu penting karena dengan motivasi ini
diharapkan setiap individu karyawan mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai
produktifitas yang tinggi.7 Seseorang yang sangat termotivasi, yaitu orang yang
dan organisasi di mana ia bekerja.8 Dan pada hakekatnya motivasi itu bisa muncul baik dari
Gaya kepemimpinan, motivasi kerja juga dibutuhkan agar kinerja perbankan syariah
lebih kompeten dan mampu bersaing dengan Perusahaan – perusahaan Asing. Salah satunya
Modal Asing) yang cukup potensial. Hal tersebut dibuktikan oleh PT. DAIKIN
Airconditioning Indonesia dengan 13 cabang yang didirikan, lebih dari 1,200 dealer dan lebih
Lingkungan kerja dalam penelitian ini mengacu pada lingkungan kerja atau tempat
kerja yang memiliki pewarnaan tempat cukup baik, ruangan kerja yang bersih, penerangan
yang cukup baik, sirkulasi udara berjalan dengan baik, keamanan yang ditanggung oleh
perusahaan dan lingkungan kerja yang memiliki tingkat kebisingan yang kecil. Faktor
lingkungan kerja berpengaruh terhadap kemajuan dan kegagalan dalam mencapai tujuan. Dan
ini bisa berpengaruh juga terhadap kinerja karyawan. Lingkungan kerja yang baik akan
Motivasi Kerja dan Disiplin Terhadap Kinerja Divisi Service PT. Daikin Indonesia
7
Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah (Jakarta: Bumi Aksara, 2006) hlm. 216.
8
Veithzal Rivai dkk, Islamic Managemen: Meraih Sukses Melalui Praktik Manajemen Gaya Rasulullah Secara Istiqomah, hlm.
494.
9
Tentang Daikin Indonesia, https://www.daikin.co.id/tentang-daikin-indonesia, (diakses pada 24 April 2021, pukul 12.00).
10
Pengaruh Budaya Organisasi dan Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Auditor (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di
Semarang). Skripsi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Soegijapranata. Semarang
Adapun alasannya yaitu penelitian ini diadakan di Kantor Daikin Service yang
memiliki kebijakan untuk melakukan perbaikan terus menerus tehadap pelayanan dan
efektivitas penerapan Sistem Manajemen Mutu, peneliti menduga adanya perbedaan gaya
kepemimpinan dan motivasi kerja yang berbeda sehingga berdampak pada kinerja pegawai di
B. Rumusan Masalah
sebagai berikut:
C. Tujuan Penelitian
adalah:
Jakarta.
Jakarta.
3. Untuk memberikan bukti empiris bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh
Jakarta.
1. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan telah didefinisikan dalam banyak cara, tetapi sebagian besar definisi
memudahkan kinerja tugas bersama. Jika tidak demikian, definisi kepemimpinan berbeda
dalam berbagai aspek, seperti siapa yang memberi pengaruh, hasil dari pengaruh.
tercapainya tujuan. Sumber dari pengaruh ini bisa fomal, seperti misalnya yang disediakan
oleh pemilikan peringkat manjerial dalam suatu organisasi. Karena posisi manajemen muncul
bersama suatu tingkat wewenang yang ditunjuk seacara formal, seorang dapat menjalankan
suatu peran kepemimpinan semata-mata karena kedudukannya dalam organisasi itu. Tetapi
tidak semua pemimpin itu manajer; dan sebaliknya, tidak semua manajer itu pemimpin.
Hanya karena suatu organisasi memberikan manajernya hak formal tertentu tidak merupakan
jaminan bahwa mereka akan mampu untuk memimpin dengan efektif. Sering dijumpai bahwa
apa yang timbul di luar struktur formal organisasi itu, sama atau lebih penting daridapa
pengaruh formal. Dengan kata lain, pemimpin dapat muncul dari dalam suatu kelompok juga
yang lebih efektif dalam membangun hubungan baik dan kuat dengan para relasi dan dapat
membuat perubahan organisasi yang diperlukan terutama dalam struktur dan budaya dengan
11
Robbins, Stephen P. Perilaku Organisasi Edisi ke 7 (Jilid II). (Jakarta : Prehallindo,1996) h.36
resistensi minimum, pemimpin yang sukses mampu memotivasi, bercita- cita, mendorong
pengikutnya dengan cara yang menghasilkan kepuasan kerja, komitmen, loyalitas dan
perilaku organisasi. Jadi kepemimpinan memiliki efek langsung dan efek tidak langsung pada
kinerja organisasi.12
tersebut biasanya membentuk suatu pola atau bentuk tertentu. Pengertian gaya kepemimpinan
yang demikian ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Davis dan Newstrom. 13
Keduanya menyatakan bahwa pola tindakan pemimpin secara keseluruhan seperti yang
dipersepsikan atau diacu oleh bawahan tersebut dikenal sebagai gaya kepemimpinan. Hersey
perwujudan dari tiga komponen, yaitu pemimpin itu sendiri, bawahan, serta situasi di mana
Gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan oleh seorang pemimpin dalam
mempengaruhi perilaku orang lain. Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang
dipergunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku
orang lain. Masing-masing gaya tersebut memiliki keunggulan dan kelemahan. Seorang
antara satu dengan yang lainnya . Perbedaan itu disebabkan oleh gaya kepemimpinan yang
berbeda-beda pula dari setiap pemimpin. Kesesuaian antara gaya kepemimpinan, norma-
12
Al-Khasawneh, A.L., and S.M. Futa. 2013. The Relationship between Job Stress Nurses Performance
in the Jordanian Hospitals: A Case Study in King Abdullah the Founder Hospital. Asian Journal of Business
Management 5(2): 267-275.
13
Davis, K dan Newstrom. . Perilaku dalam Organisasi. (Erlangga : Jakarta, 1995) h.7
14
Syawal Gultom. Meteri Pelatihan Guru Implemantasi Kurikulum 2013. (Jakarta: Badan
pengembangan sumber daya manusia pendidikan dan kebudayaan
norma dan kultur organisasi dipandang sebagai suatu prasyarat kunci untuk kesuksesan
2. Motivasi Kerja
Motivasi merupakan hal yang sangat penting dan harus dimulai oleh setiap orang
dalam rangka meningkatkan produktivitas kerjanya. Motivasi berasal dari bahasa latin
”Movere”, yang berarti bergerak (to move). Pada hakekatnya perilaku manusia dimotivasi
oleh keinginan untuk mendapatkan sesuatu yang merupakan tujuan dari kegiatan. Arti dari
motivasi adalah sebagai kebutuhan, keinginan, dorongan, gerak hati diri seseorang. Menurut
diri pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-
kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan. Motivasi yang ada pada diri seseorang akan
mewujudkan suatu perilaku yang diarahkan pada tujuan mencapai sasaran kepuasan. Jadi
motivasi bukanlah suatu yang dapat disimpulkan karena adanya sesuatu perilaku yang
tampak. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah semangat
atau dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan kegiatan tertentu guna mencapai suatu
3. Pengertian Disiplin
Disiplin kerja adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan
perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Kesadaran adalah sikap seseorang yang
15
Nadira, Kartika. Teori Motivasi McGregor,Abraham Maslow,David Mc Cellend
16
Osborne, David & Peter Plastrik. (Memangkas Birokrasi: Lima Strategi Menuju Pemerintahan
Wirausaha (Terjemahan Ramelan Abdul Rosyid) (Jakarta: PPM. 2000) h.118
17
Syawal Gultom. Meteri Pelatihan Guru Implemantasi Kurikulum 2013. (Jakarta: Badan
pengembangan sumber daya manusia pendidikan dan kebudayaan
secara sukarela mentaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawab. Jadi dia
akan mematuhi tugasnya dengan baik bukan paksaan adalah. Kesediaan suatu sikap, tingkah
laku, dan perbuataan sesuai dengan peraturan perusahaan, baik yang tertulis maupun tidak.18
4. Model Penelitian
Pengaruh antara gaya kepemimpinan, motivasi kerja dan disiplin kerja terhadap
kinerja pegawai Divisi Service PT. Daikin pada penelitian ini digambarkan dalam model
berikut:
5. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran dan model penelitian diatas maka dapat diambil hipotesis
sebagai berikut:
H1: Gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja kinerja pegawai Divisi Service PT.
Daikin Indonesia
H2: Motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja kinerja pegawai Divisi Service PT. Daikin
Indonesia
H3 : Disiplin berpengaruh terhadap kinerja pegawai Divisi Service PT. Daikin Indonesia
C. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah asosiatif dan metode pengumpulan data dilakukan
menggunakan kuesioner dengan skala likert (pilihan jawaban sangat setuju sampai sangat
18
Hasibuan, SP Melayu. Manajemen Sumber Daya Manusia.” (Bumi Aksara: 2012) Jakarta h. 193
tidak setuju). Sampel yang digunakan adalah seluruh populasi (karena jumlah populasi <100)
1. Analisis validitas, untuk mengetahui butir kuesioner yang valid dan dapat digunakan.
responden.
3. Uji Asumsi Klasik, untuk mengetahui sebaran data berdistribusi normal atau tidak
secara simultan (uji F) dan mengetahui pengaruh antara X1, X2 dan X3 secara parsial
Hasil Penelitian
Uji Validitas
Untuk menguji valid dan tidaknya pertanyaan yang akan diajukan dengan
valid jika jika r hitung lebih besar dari r-tabel (Ghozali,2006:45). dengan taraf signifikan
5% dan jumlah responden sebanyak 30 orang, angka kritis dari r table (table r Product
moment) diperoleh sebesar 0,361 a. Item valid bila r hitung > r tabel (0,361) b. Item tidak
Tabel 1 dapat diketahui bahwa r hitung dari semua variabel (gaya kepemimpinan,
motivasi dan disiplin karyawan) dalam semua item pertanyan adalah valid karena r hasil
> dari r tabel (0,361) dan dapatdigunakan sebagai indikator dari konstruk (laten variabel).
Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat
dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali atau lebih
untuk mengukur gejala yang sama dan hasilnya relatif konsisten, maka alat pengukur
tersebut reliabel.
Apabila alpha cronchbach lebih besar dari 0,6 atau 60 %, maka item pertanyaan tersebut
adalah reliabel19. Berdasarkan hasil analisis, variabel Gaya Kepemimpinan, Motivasi, dan
19
Bangun, Wilson. Manajemen Sumber Daya Manusia. (Jakarta: Erlangga). H.84
Disiplin Pegawai adalah reliable karena memiliki nilai di atas 0,60 sehingga mempunyai
ketepatan yang tinggi untuk dijadikan variabel (konstruk) pada suatu penelitian.
Uji Normalitas
Santoso20 berpendapat untuk menentukan normal tidaknya data pada variabel dependen
dapat dilakukan dengan melihat grafik plot normal (Probability Plots) dalam program
SPSS yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Apabila data
distribusi normal, maka penyebaran plot akan berada disepanjang garis 45o . Dari grafik
plot normal (gambar 2) diketahui bahwa penyebaran plot berada di sepanjang garis 45o
sehingga dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi secara normal. Keterangan diatas
hubungan antara variabel bebas dalam model regresi. Apabila terjadi multikolinearitas maka
bebas dalam model regresi. Apabila terjadi multikolinearitas maka variabel bebas yang
dalam model regresi di atas tidak terjadi hubungan yang sempurna antar variabel
Uji Heteroskedastisitas
terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain
rumus Rank Spearman. Uji dilakukan dengan cara meregresikan antara variabel independen
dengan nilai absolute residualnya. Jika nilai signifikansinya antara variabel independen
dengan Unstandardized Residual lebih dari 0,05 maka tidak terjadi masalah
heteroskedastisitas. independen dengan Unstandardized Residual lebih dari 0,05 maka tidak
variabel bebas dalam penelitian ini memiliki pengaruh terhadap variabel terikatnya.
Perhitungan analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik manual dan
pengolahan data dengan SPSS 17 . Nilai hasil perhitungan adalah seperti pada tabel berikut
Multiple R (r)=0,896
Kinerja Karyawan = Y
Gaya Kepemimpinan = X1
Motivasi = X2
Disiplin = X3
Konstanta = 0,956
Kepemimpinan dan Budaya organisasi sama dengan nol (0) maka besarnya
hal ini dapat diartikan apabila Gaya Kepemimpinan semakin baik, maka
hal ini dapat diartikan apabila Budaya Organisasi semakin baik, maka Kinerja
Pegawai akan meningkat sebesar 0,444 dengan asumsi variable lainnya tetap
atau konstan.
Pengujian Hipotesis
sedangkan dengan menggunakan tingkat signifikansi α=0,05 maka nilai F tabel dengan df
1=2 dan df2 = 27 diperoleh F tabel sebesar 3,35, maka F hitung > F tabel, yaitu 41.687 >
3.35. Dengan demikian budaya organisasi dan kepemimpinan secara simultan memiliki
tingkat signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 ini menandakan bahwa Gaya Kepemimpinan (X1) ,
Pegawai (Y), dengan demikian model regresi dalam penelitian ini adalah baik.
Uji t (Parsial)
Pengaruh Variabel Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai Hasil
perhitungan statistik untuk variabel Gaya Kepemimpinan diperoleh nilai t hitung = 3,134 > t
tabel =1,703. Dengan demikian maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa Gaya
kepemimpinan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja Pegawai.
Sedangkan dengan program SPPS 17 diperoleh tingkat signifikansinya sebesar 0,002 < 0,05,
ini menandakan bahwa Gaya kepemimpinan (X1) mempunyai pengaruh yang positif dan
statistik untuk variabel Budaya Organisasi diperoleh nilai t hitung = 2,446. > t tabel (1,703).
Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa Budaya Organisasi
memiliki pengaruh terhadap kinerja Pegawai. Hal ini di perkuat dengan program SPPS 17
yang memperoleh tingkat signifikansinya sebesar 0,02 < 0,05, ini menandakan bahwa budaya
Pembahasan
Hasil perhitungan dengan statistik manual diperoleh nilai F hitung= 41.687 > F tabel
3.35. ini menandakan bahwa Gaya Kepemimpinan (X1) , Budaya Organisasi (X2) secara
bersama mempunyai pengaruh terhadap Kinerja Pegawai (Y). Dengan demikian model
regresi dalam penelitian ini adalah baik. Hubungan Gaya Kepemimpinan dan Budaya
Organisasi terhadap Kinerja Pegawai tersebut mendukung penelitian Amelia (2013) yang
Karyawan. Faktor yang paling mempengaruhi Kinerja Pegawai dalam penelitian ini adalah
Gaya Kepemimpinan, hal ini dibuktikan dengan nilai Unstandardized coeficient yang
0,533 dengan nilai signifikasi 0,004 < 0,05, artinya Gaya Kepemimpinan berpengaruh positif
terhadap Kinerja Pegawai, artinya apabila kepemimpinan semakin baik, maka kinerja
Pegawai akan meningkat atau pada kategori setuju tentang kharisma, motivasi inspiratif,
stimulasi intelektual, dan individual consideration yang dimiliki oleh pimpinan. Siagian
orang lain dalam hal ini para bawahannya sedemikian rupa sehingga orang lain itu mau
melakukan kehendak pemimpin meskipun secara pribadi hal itu mungkin tidak disenangi. 21
Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang dipergunakan oleh seseorang pada saat
mencoba mempengaruhi perilaku orang lain atau bawahan. Pengaruh pimpinan dapat dlihat
dari sikap bawahan terhadap pekerjaannya. Sikap bawahan terhadap pekerjaannya ( job
related attitude ) termasuk didalamnya untuk meningkatkan kinerja Pegawai, Hasil penelitian
ini juga mendukung penelitian), yang menyatakan gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap
kinerja karyawan.
Hasil pengujian regresi berganda diperoleh nilai koefisien regresi Variabel X2 sebesar
0,444 dengan nilai signifikasi 0,021 < 0,05 artinya budaya organisasi berpengaruh positif
terhadap kinerja Pegawai, artinya apabila budaya organisasi meningkat, maka kinerja
Pegawai akan meningkat. kerjasama antar departemen terjalin dengan baik, para pegawai
bersikap hangat (ramah) dalam pergaulannya, kehidupan pribadi Pegawai adalah urusan
sendiri-sendiri, setiap Pegawai diijinkan untuk menggunakan metode kerjanya sendiri, dan
kami merasa bangga dan dihargai di lingkungan kerja. Kondisi tersebut terjadi karena Budaya
organisasi yang kuat akan membantu dalam memberikan kepastian kepada seluruh pegawai
untuk tumbuh dan berkembang bersama. Robbins (2003:525) menyatakan bahwa budaya
21
Sondang P Siagian. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi ke 1 Cetakan Ketiga, (PT Bima
Aksara, Jakarta. 2001) h.62
merupakan suatu sistem makna bersama yang dianut oleh anggota – anggota organisasi yang
membedakan organisasi itu dari organisasi – organisasi lain. Pemahaman tentang budaya
organisasi perlu ditanamkan sejak dini kepada Pegawai. Bila pada waktu permulaan masuk
kerja, mereka masuk ke perusahaan dengan berbagai karakteristik dan harapan yang berbeda
– beda, maka melalui training, orientasi dan penyesuaian diri, Pegawai akan menyerap
budaya perusahaan yang kemudian akan berkembang menjadi budaya kelompok, dan
akhirnya diserap sebagai budaya pribadi. Bila proses internalisasi budaya perusahaan menjadi
budaya pribadi telah berhasil, maka Pegawai akan merasa identik dengan perusahaannya,
merasa menyatu dan tidak ada halangan untuk mencapai kinerja yang optimal. Ini adalah
kondisi yang saling menguntungkan, baik bagi Organisasi maupun Pegawai. Hasil penelitian
ini juga mendukung penelitian Tintami (2012), yang menyatakan Budaya Organisasi
PENUTUP
positif dan signifikan terhadap Kinerja Pegawai Divisi Service PT. Daikin
Saran
22
Robbins, S. P.. Perilaku Organisasi. (Indeks: Jakarta, 2003) h.81
1. Pihak pimpinan harus lebih kreatif dalam mengekspresikan tujuan dengan
Daftar Pustaka
Al-Khasawneh, A.L., and S.M. Futa. 2013. The Relationship between Job Stress and
Nurses Performance in the Jordanian Hospitals: A Case Study in King Abdullah the Founder
Hospital. Asian Journal of Business Management 5(2): 267-275.
Monce Brury, (2016). Pengaruh Kepemimpinan, Budaya Organisasi, Motivasi Kerja Dan
Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Pada Kantor SAR Sorong. Jurnal Riset
Bisnis dan Manajemen Vol 4 ,No.1, 2016: 1-16
Organisasi. Jakarta: Salemba Empat. 2010. Pengaruh Budaya Organisasi dan Lingkungan
Kerja terhadap Kinerja Auditor (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di
Semarang). Skripsi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Soegijapranata.
Semarang
Sondang P Siagian. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi ke 1 Cetakan Ketiga, PT
Bima Aksara, Jakarta.
Syawal Gultom. (2013). Meteri Pelatihan Guru Implemantasi Kurikulum 2013. Jakarta:
Badan pengembangan sumber daya manusia pendidikan dan kebudayaan