Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN, MOTIVASI PEGAWAI

DAN SEMANGAT KERJA TERHADAP KINERJA

PEGAWAI PADA KANTOR CAMAT

MEDAN SELAYANG

NAMA : AWU ARNOL ALUA

NIM : 193304020851

PROGRAM STUDY MANAJEMEN STRATA 1


DEPARTEMEN MENAJEMEN FAKULTAS
EKONOMI UNIVERSITA PRIMA
INDONESIA TAHUN
2022 Medan
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Sumber daya manusia dalam organisasi harus senantiasa berorientasi terhadap visi, misi,

tujuan dan sasaran organisasi di mana dia berada di dalamnya. Sumber daya manusia ini bisa

dikelola dan diatur perlu untuk dipimpin oleh seorang pemimpin dan memiliki motivasi berupa

pengaruh dan semangat dalam bekerja. Pada berbagai bidang khususnya kehidupan

berorganisasi, faktor manusia merupakan masalah utama disetiap kegiatan yang ada didalamnya.

Organisasi merupakan kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar dengan sebuah batasan

yang reaktif dapat di identifikasikan, bekerja secara terus menerus untuk mencapai tujuan

(Robbins, 2006). Agar sumber daya manusia dapat mendukung tercapainya tujuan organisasi,

maka organisasi harus mendayagunakan sumber daya manusia itu secara lebih efektif dan efisien

dengan cenderung ke arah peningkatan kinerja karyawan. Suatu organisasi dapat berjalan efektif

apabila fungsi-fungsi manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, motivasi,kedisiplinan

dan pengawasan yang ada di dalamnya berfungsi dengan baik,serta unsur-unsur penunjangnya

tersedia dan memenuhi persyaratan (Dzulkifli,2013). Salah satu unsur terpenting yang dapat

mendukung jalannya pemerintahan adalah sumber daya manusia (karyawan).

Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada

saat orang tersebut mencoba mempengaruhi orang lain. Reza (2010) menyatakan bahwa gaya

kepemimpinan adalah perilaku dan strategi, sebagai hasil kombinasi dari falsafah, keterampilan,

sifat, sikap, yang sering diterapkan seorang pemimpin ketika ia mencoba mempengaruhi kinerja

bawahannya. Gaya kepemimpinan dalam memimpin suatu organisasi sangat mempengaruhi

keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya. Gaya kepemimpinan yang tepat juga akan

mendorong pegawai untuk berprestasi. Karakter tersebut berkaitan dengan gaya kepemimpinan
atau gaya yang terdapat pada diri seseorang dalam hal kemampuan memimpin sebuah

perusahaan.

Motivasi merupakan pendorong yang ada dalam diri individu yang memberi daya

penggerak untuk melakukan sesuatu sebaik mungkin. Apabila individu tersebut mem- punyai

motivasi yang tinggi maka dia akan berkinerja tinggi sehingga tujuan yang akan dicapai dan

yang diinginkan perusahaan dapat terwujud. Menurut Winandi, (2002) & Robbins, (2002)

menyatakan Motivasi kerja merupakan motivasi individual yang menggerakkan diri kar- yawan

yang terarah atau tertuju untuk mencapai tujuan organisasi. Pengaruh dari motivasi kerja adalah

terciptanya gairah kerja karyawan sehingga produktivitas kerja kar- yawan akan meningkat.

Menurut Mangkunegara (2005) motivasi merupakan kondisi yang berpengaruh membangkitkan,

mengarahkan, dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingungan kerja.

Semangat kerja merupakan keinginan dan kesungguhan seseorang mengerjakan

pekerjaannya dengan baik serta disiplin untuk mencapai produktivitas yang maksimal, bagi

pegawai yang bekerja dengan kondisi lebih optimal sehingga mencerminkan produktivitas kerja

sesuai dengan semangat kerja pegawai. Nitisemito dkk (2014) menyatakan, semangat kerja

adalah melakukan pekerjaan secara lebih giat sehingga dengan demikian pekerjaan akan dapat

diharapkan lebih cepat dan lebih baik. Pada dasarnya semangat kerja merupakan suatu keadaan

yang mencerminkan kondisi rohaniah atau perilaku individu-individu yang menimbulkan

suasana senang dimana akan mendorong untuk melakukan pekerjaan yang telah ditetapkan.

Kinerja karyawan merupakan suatu ukuran yang dapat digunakan untuk menetapkan

perbandingan hasil pelaksanaan tugas, tanggung jawab yang diberikan oleh organisasi pada

periode tertentu dan relatif dapat digunakan untuk mengukur prestasi kerja atau kinerja

organisasi. Gibson et Mahmudah, (2007 ) menyatakan bahwa kinerja karyawan dapat diartikan
sebagai prestasi kerja, yakni hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang

tenaga kerja dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya. Penilaian prestasi kerja (appraisal performance) adalah proses penilaian prestasi

kerja pegawai yang dilaukan oleh organisasi terhadap pegawainya secara sistematik dan formal

berdasarkan pekerjaan yang ditugaskan.

Oleh karena itu upaya-upaya untuk meningkatkan kinerja pegawai merupakan tantangan

manajemen yang paling serius karena keberhasilan untuk mencapai tujuan dan kelangsungan

hidup sebuah lembaga tergantung pada kualitas kinerja sumber daya manusia yang ada di

dalamnya . Kinerja pegawai yang tinggi sangatlah diharapkan oleh pemerintah Kecamatan

Medan Selayang terserbut.Semakin banyak pegawai yang mempunyai kinerja tinggi, maka

produktivitas pegawai secara keseluruhan akan meningkat sehingga akan dapat bertahan dan

dituntut untuk mampu menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya secara efektif dan

efisien.Keberhasilan pegawai dapat diukur melalui kepuasan masyarakatnya. KEPEMIMPINAN,

MOTIVASI PEGAWAI DAN SEMANGAT KERJA, adalah variabel independen yang dipilih

peneliti sebab diasumsi secara garis besar mempengaruhi tingkat KINERJA PEGAWAI pada

kantor camat.

Berdasarkan latar belakang maka penulis tertarik untuk membuat tugas akhir dalam

bentuk skripsi dengan judul: “Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Motivasi Pegawai Dan

Semangat Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Pada Kantor Camat Medan Selayang”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis merumuskan masalah dalam

penelitian ini sebagai berikut :

1. Apakah gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja pegawai ?


2. Apakah motivasi pegawai berpengaruh terhadap kinerja pegawai ?

3. Apakah semangat kerja berpengaruh terhadap kinerja pegawai ?

4. Di antara variable gaya kepemimpinan , motivasi pegawai ,dan semangat kerja

terhadap kinerja pegawai variable manakah yang paling dominan memberikan

pengaruh terhadap Kinerja Pegawai Pada Kantor Camat Medan Selayang ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1.Untuk mengetahui gaya kepemimpinan terhadap kinerja pegawai.

2. Untuk mengetahui motivasi pegawai , terhadap kinerja pegawai.

3. Untuk mengetahui semangat kerja terhadap kinerja pegawai.

5.Untuk mengetahui variable gaya kepemimpinan , motivasi kerja, dan semangat kerja

terhadap kinerja pegawai variable manakah yang paling dominan memberikan pengaruh

terhadap Kinerja Pegawai Pada Kantor Camat Medan Selayang.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membaca. Manfaat

dari penelitian ini adalah:

1.Bagi kantor/instansi

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan informasi bagi kantor/instansi dan pihak

yang berkepentingan untuk menetapkan kebijakan baru dan strategi instansi yang akan

membangun sikap positif dan peningkatan kinerja pegawai.

2.Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan peneliti terkait dengan

Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Motivasi Pegawai Dan Semangat Kerja Terhadap Kinerja

Pegawai yang dipelajari sehingga dapat di terapkan dengan baik kedepannya.

3.Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dan referensi

dalam melakukan penelitian untuk permasalahan yang sama.

1.5. Tinjaun Pustaka

1.6. Landasan Teori

1.6.1. Gaya Kepemmpinan

Gaya kepemimpinan merupakan suatu perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin,

yang menyangkut kemampuannya dalam memimpin. Perwujudan tersebut biasanya membentuk

suatu pola atau bentuk tertentu yang dipersepsikan / diacu oleh bawahan. Pranowo (2011)

mengungkapkan bahwa gaya kepemimpinan kemampuan dalam memberikan pengaruh pada para

pengikutnya yang berkaitan dengan pemakaian kekuasaan dan penerimaan pemimpin oleh

pengikutnya, terdapat tiga gaya kepemimpinan yang dapat mempengaruhi karyawan untuk

tercapainya sasaran organisasi, antara lain : Otoriter, Laizess Faire, demokratis.


1. Otoriter adalah kepemimpinan yang tidak memperdulikan kepentingan

anggota kelompk tetapi terpusat pada pekerjaan, selain itu pemimpin sebagai

pusat pengambilan keputusan disebut gaya kepemimpinan otoriter.

2. Laizess Faire adalah memberikan kebebasan serta memberikan kekuasaan

penuh pada bawahan.

3. Demokratis adalah mengutamakan pencapaian tujuan kelompok dengan cara

memberi kesempatan seluruh anggota kelompok untuk berpartisipasi.

1.6.2. Motivasi Pegawai

Motivasi merupakan pendorong yang ada dalam diri individu yang memberi daya

penggerak untuk melakukan sesuatu sebaik mungkin. Apabila individu tersebut mem- punyai

motivasi yang tinggi maka dia akan berkinerja tinggi sehingga tujuan yang akan dicapai dan

yang diinginkan perusahaan dapat terwujud. Menurut Winandi, (2002) & Robbins, (2002)

menyatakan Motivasi kerja merupakan motivasi individual yang menggerakkan diri kar- yawan

yang terarah atau tertuju untuk mencapai tujuan organisasi. Pengaruh dari motivasi kerja adalah

terciptanya gairah kerja karyawan sehingga produktivitas kerja kar- yawan akan meningkat.

Menurut Mangkunegara (2005) motivasi merupakan kondisi yang berpengaruh membangkitkan,

mengarahkan, dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingungan kerja.

1.6.3. Semangat Kerja

Semangat kerja merupakan keinginan dan kesungguhan seseorang mengerjakan

pekerjaannya dengan baik serta disiplin untuk mencapai produktivitas yang maksimal, bagi

pegawai yang bekerja dengan kondisi lebih optimal sehingga mencerminkan produktivitas kerja

sesuai dengan semangat kerja pegawai. Nitisemito dkk (2014) menyatakan, semangat kerja

adalah melakukan pekerjaan secara lebih giat sehingga dengan demikian pekerjaan akan dapat
diharapkan lebih cepat dan lebih baik. Pada dasarnya semangat kerja merupakan suatu keadaan

yang mencerminkan kondisi rohaniah atau perilaku individu-individu yang menimbulkan

suasana senang dimana akan mendorong untuk melakukan pekerjaan yang telah ditetapkan.

1.6.4. Kinerja Pegawai

Kinerja karyawan merupakan suatu ukuran yang dapat digunakan untuk menetapkan

perbandingan hasil pelaksanaan tugas, tanggung jawab yang diberikan oleh organisasi pada

periode tertentu dan relatif dapat digunakan untuk mengukur prestasi kerja atau kinerja

organisasi. Gibson et Mahmudah, (2007 ) menyatakan bahwa kinerja karyawan dapat diartikan

sebagai prestasi kerja, yakni hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang

tenaga kerja dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya. Penilaian prestasi kerja (appraisal performance) adalah proses penilaian prestasi

kerja pegawai yang dilaukan oleh organisasi terhadap pegawainya secara sistematik dan formal

berdasarkan pekerjaan yang ditugaskan.

1.7. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang telah dilakukan oleh penulis sebelumnya yang berkaitan dengan pengaruh gaya

kepemimpinan, motivasi kerja dan semangat pegawai terhadap kinerja karyawan dapat

ditunjukkan dalam bentuk table sebagai berikut :

Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu

No Nama peneliti Variabel penelitian Hasil Penelitian


1. Independen : Gaya Kepemimpinan, dan Semangat
- Kaunang1
Parengkuan2 - Gaya Kerja memiliki pengaruh yang positif dan

& Sepang kepemimpinan


signifikan terhadap kinerja karyawan.
- Semangat kerja
(2018) Model ini berlaku pada karyawan di PT.
Dependen :
- Kinerja pegawai PLN (Persero) wilayah Sulutenggo.

2. - Ila Rohmatun Independen : Hasil ini menunjukkan bahwa:

Nisyak - Gaya Gaya kepemimpinan berpengaruh positif

(2016) Kepemimpinan signifikan terhadap kinerja karyawan.

- Motivasi Motivasi kerja

- Disiplin Kerja berpengaruh positif signifikan terhadap

Dependen : kinerja karyawan. Disiplin kerja

- Kinerja Karyawan berpengaruh positif

signifikan terhadap Kinerja karyawan.

3. Sundoro Yekti* Independen : hasil pengujian secara statistik dapat

(20 12) - Gaya terlihat dengan jelas bahwa secara parsial

Kepemimpinan (individu) semua variabel bebas

- Motivasi berpengaruh terhadap variabel terikat.

- Disiplin Kerja Pengaruh yang diberikan ketiga variabel

Dependen : bebas tersebut bersifat positif artinya

- Kinerja Pegawai semakin tinggi gaya kepemimpinan,

motivasi dan disiplin kerja maka

mengakibatkan semakin tinggi pula


kinerja pegawai yang dihasilkan.

4. Amin Wahyudi Independen : Uji Validitas maupun uji Reliabilitas

& - Gaya menunjukkan bahwa semua item

Jarot Suryono Kepemimpinan pertanyaan dari variabel gaya

(2006) - MOTIVASI kepemimpinan ,motivasi, lingkungan

- LINGKUNGAN kerja dan kinerja ,diterima atau semua

KERJA pertanyaan yang diajukan kepada

Dependen : responden adalah valid dan reliable.

- Kinerja Pegawai

5.

1.8. Kerangka Konseptual Penelitian

Kerangka konseptual adalah kerangka yang menjelaskan konsep yang terdapat pada asumsi

teoritis yang kemudian di gunakan dalam objek yang akan di teliti serta menunjukan adanya

hubungan antara konsep tersebut Kerangka konseptual akan menghubungkan secara teoritis

antara variabel – variabel penelitian yaitu variabel bebas dengan variabel terikat :

Berikut ini merupakan gambar kerangka konseptual :

Gaya kepemimpinan

Motivasi kerja Kinerja Pegawai

Semangat
semangat kerja

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual


1.9. Hipotesis Penelitian

1.9.1 Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pagawai

Menurut Sutrisno (2010) menyatakan, kepemimpinan adalah kemampuan untuk

mempengaruhi bawahan, melalui komunikasi baik langsung maupun tidak langsung dengan

maksud untuk menggerakkan orang-orang agar dengan penuh pengertian, kesadaran, dan senang

hati bersedia mengikuti kehendak pimpinan. Menurut Sudarmanto (2009 ) kepemimpinan

merupakan salah satu dimensi kompetensi yang sangat menentukan terhadap kinerja atau

keberhasilan organisasi. Selanjutnya menurut Armstrong (2013) adalah proses memberi inspirasi

kepada semua karyawan agar bekerja sebaik-baiknya untuk mencapai hasil yang diharapkan.

Semakin kepemimpinan dalam sebuah organisasi maka akan meningkatkan kinerja karyawan.

H1 :

1.9.2 Pengaruh Motivasi kerja Terhadap Kinerja Pagawai

Mangkunegara (2011) menyatakan bahwa motivasi berasal dari kata motif yang merupakan

suatu dorongan kebutuhan dalam diri pegawai yang perlu dipenuhi agar pegawai tersebut dapat

menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Jadi motivasi adalah kondisi yang menggerakkan

pegawai agar mampu mencapai tujuan dari motifnya. Selanjutnya, Mangkunegara (2011)

mengungkapkan motivasi adalah suatu dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan atau

mengerjakan suatu kegiatan atau tugas dengan sebaikbaiknya agar mencapai prestasi. Suharto

dan Cahyono (2005) menyebutkan ada salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja yaitu faktor

motivasi, dimana motivasi merupakan kondisi yang menggerakan seseorang berusaha untuk

mencapai tujuan atau mencapai hasil yang diinginkan. Rivai (2005) menunjukan bahwa semakin

kuat motivasi kerja, kinerja pegawai akan semakin tinggi. Hal ini berarti bahwa setiap
peningkatan motivasi kerja pegawai akan memberikan peningkatan yang sangat berarti bagi

peningkatan kinerja pegawai dalam melaksanakan pekerja.

H2 :

1.9.3 Pengaruh Semangat kerja Terhadap Kinerja Pagawai

Semangat kerja merupakan keinginan dan kesungguhan seseorang mengerjakan

pekerjaannya dengan baik serta disiplin untuk mencapai produktivitas yang maksimal, bagi

pegawai yang bekerja dengan kondisi lebih optimal sehingga mencerminkan produktivitas kerja

sesuai dengan semangat kerja pegawai. Menurut Sunyoto Danang (2012) semangat kerja adalah

ukuran yang menunjukan pertimbangan antara input dan output yang dikeluarkan perusahaan

serta tenaga kerja yang dimiliki persatuan waktu.Demikian dapat di simpulkan bahwa semakin

baik semangat kerja pegawai maka semakin baik juga kinerjanya,begitu pula sebaliknya.

H3 :

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1 Jenis Penlitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskiptif dengan analisa kuantitatif.


Penelitian dalam permasalahan deskriptif merupakan jenis penelitian yang dilakukan untuk
menentukan variabel nilai mandiri, baik satu variabel atau lebih variabel (independen), tanpa
membuat perbandingan atau menghubungkan antara variabel satu dengan variabel lain
(sugiyono, 2013).

2.2. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Kantor Camat Medan Selayang yang terletak di Jl.Bunga Cempaka,
kota Medan, Sumatera Utara. Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 29 bulan Agustus 2022
sampai 29 Oktober 2022, (Selama 2 bulan).

2.3 Desain Penelitian


Sesuai dengan latar belakang masalah yang disebutkan sebelumnya, maka desain penelitian ini
termasuk jenis penelitian yang menggunakan penelitian lapangan (field research) yang dilakukan
dengan mengumpulkan data-data dan informasi yang diperoleh langsung dengan cara
membagikan kuesioner kepada pegawai kantor camat medan selayang.
2.4.Batasan Operasional
Batasan ini dilakukan untuk menghindari kesalahan dalam membahas dan menganilisis
permasalahan yang ada, maka penelitian ini mengikuti batasan pengaruh sebagai berikut :
 Variabel independent (X) terdiri dari : Gaya Kepemimpinan (X1), Motivasi Pegawai (X2)
Semangat Kerja (X3 )
 Variabel dependen ( Y ) Terdiri dari : Terhadap Kinerja Pegawai Pada Kantor Camat
Medan Selayang

2.5. Definisi Operasional dan Skla Pengukuran Variabel

Variable merupakan suatu defenisi yang diberikan kepada suatu variabel dengan
memberikan arti, atau memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel
tersebut Defenisi operasional bekerja untuk menjelaskan suatu faktor-faktor yang
diidentifikasikan sebagai bentuk pemahaman dalam penelitian Variabel yang diteliti dalam
penelitian ini adalah gaya kepemmimpinan, motivasi,semangat kerja dan kinerja karyawan.

Menurut Sugiyono (2015), macam-macam skala pengukuran dapat berupa: skala nominal,
skala ordinal, skala interval, dan skala rasio, dari skala pengukuran itu akan diperoleh data
nominal, ordinal, interval, dan rasio. Penelitian ini menggunakan skala ordinal, menurut
Sugiyono (2015 ) adalah "skala ordinal adalah skala pengukuran yang tidak hanya menyatakan
kategori, tetapi juga menyatakan peringkat konstruksi yang diukur". Secara umum teknik dalam
pemberian skor yang digunakan dalam kuesioner penelitian ini adalah teknik skala Likert
Penggunaan skala Likert menurut Sugiyono (2015 ) adalah "skala Likert digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena
sosial".

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian fenomena sosial ini telah
ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian
dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur menjadi indikator variabel. Kemudian
indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun instrumen item-item yang dapat
berupa pernyataan atau pertanyaan (Sugiyono,2015). Data yang dibutuhkan peneliti diperoleh
langsung berdasarkan keterangan dan informasi yang diberikan melalui angket (Kuesioner) yang
telah disebarkan dengan metode skor, mempersembahkan skor ini menggunakan sistem skala
likert. Skala likert bertujuan untuk menunjukkan pertanyaan tentang tingkat kesutujuan atau
ketidakkesutujaun responden seperti penjelasan di bawah ini :

Instrumen Skala Likert


No Skala Pengukuran Bobot
1. Sangat setuju 5
2. Setuju 4
3. Kurang setuju 3
4. Tidak setuju 2
5. Sangat tidak setuju 1
Sumber : sugiyono ( 2015 )

2.6. Populasi dan Sampel Penelitian

2.6.1 Populasi

merupakan generalisasi wilayah yang terdiri atas obyek atau subyek yang memiliki kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono,2015). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh konsumen yang
menggunakan aplikasih gojek pada mahasiswa tidak mengetahui jumlah konsumen maka akan
diambil beberapa sampel.

2.6.2 Sampel
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi
besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya
keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil
dari populasi itu (Sugiyono. 2015). Hasil penelitian yang menggunakan metode non probability
sampling yang merupakan teknik pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu. Pada
penelitian ini, populasi yang diambil sangat besar dan jumlahnya tidak diketahui secara pasti.
Menurut Umar (2014.) dalam sampel. jika populasinya sangat banyak dan tidak diketahui secara
pasti maka digunakan rumus sebagai berikut:

(za / 2)2 (p) (q ) (1,96 )2 (0,5) (0,5)


n= =
d2 (0,1 )2
= 96,04
Keterangan :

n : jumlah sampel

za : tingkat distribusi normal pada taraf signifikan = 1, 96

p : estimator proporsi populasi = 0,5

q : 1-p

d : penyimpangan yang di telorir 100 % = 0,1

Berdasarkan perhitungan diatas jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah
96,04. Namun agar memudahkan penelitian maka dibulatkan menjadi 100 responden.

Teknik pengambilan sampelnya adalah accidental sampling Menurut Sugiyono (2010),


accidental sampling adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan jumlah pegawoi di kantor
camat medan selayang,

yaitu siapa saja yang kebetulan atau kebetulan bertemu dengan peneliti di tempat penelitian, bila
dilihat orang yang kebetulan kebetulan itu cocok sebagai narasumber, yaitu dengan kritenia
utamanya adalah konsumen tersebut menggunakan produk smartphone android atau sedang
membeli smartphone android dimasa pandemi covid tidak diketahui.

2.7. Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini digunakannya pengumpulan data untuk memperoleh data yaitu sebagai
berikut:

1. Pengumpulan data primer (data primer) Pengumpulan data primer merupakan pengumpulan
data yang diperoleh langsung dari responden yang berada di lokasi penelitian. Metode yang
digunakan untuk pengumpulan data primer dalam penelitian ini adalah:

a. Kuesioner

Menurut Sugiyono (2012), Koesioner merupakan pengumpulan data yang dilakukan Subjek
dengan memberikan beberapa pernyataan kepada responden untuk dijawab. Kuesioner yang
digunakan pada penelitian ini terdiri dari pemyatai penyataan yang bersumber dari indikator-
indikator variabel dalam penelitian ini.

b. Wawancara

wawancara merupakan kegitan yang dimana mengajukan pertanyaan secara lisan untuk
mendapatkan informasi apakah responden permah membeli atau menggunakan leptop bermerek
acer di Plaza Millenium selama masa pandemi covid-19. Tujuan dari wawancara adalah untuk
mendukung kuesioner terutama apabila ada yang kurang jelas.

c. Studi dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan metode pengumpulan data melalui buku, jurnal, majalah, situs
internet yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan dan menjadikan bahan referensi
pendukung bagi peneliti.

2. Pengumpulan data sekunder Pengumpulan data sekunder merupakan pengumpulan data yang
dibutuhkan dari berbagai sumber yang sudah ada sebelumnya untuk berbagai tujuan. Selain itu
peneliti mengumpulkan data sekunder melalui studi pustaka untuk membangun landasan teori
yang sesuai dengan kerangka permasalahan atau kerangka konseptual penelitian sehingga dapat
membaca penelitian jurnal-jurnal, artikel-artikel buku-buku referensi (buku wajib perkuliahan
maupun buku-buku umum) serta penelusuran melalui Internet.

2.8. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data kuantitatif
yang merupakan suatu pengukuran yang digunakan dalam suatu penulisan yang dapat dihitung
dengan jumlah satuan tertentu atau dinyatakan dengan angka-angka Metode analisis data yang
digunakan adalah metode analisis statistik dengan menggunakan perangkat lunak IBM SPSS
Statistics 20.

2.9. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

2.9.1. Uji Validitas


Uji validitas dalam penggunaan penelilitian digunakan untuk mengetahui apakah data yang
didapat setelah penelitian merupakan data yang valid dengan alatukur yang digunakan, yaitu
dengan menggunakan kuesioner. Uji validitas menurut Juliandi (2013: 79) dapat dilakukan
dengan mengukur sejauh mana variabel ketepatan atau kebenaran suatu alat ukur. Hasil dari
pengujiian validitas didapat dengan menggunakan bantuan software SPSS. Adapun kriteria
dalam menentukan valid atau tidaknya suatu yaitu jika r hitung > r tabel maka pernyataan
tersebut valid dan sebaliknya, jika r hitung < r tabel maka pernyataan tersebut tidak valid.

2.9.2.Uji Reliabilitas

Pengukuran reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan uji statistik Cronbach Alpha. Menurut
Situmorang & Lufti (2014) uji reliabilitas sebagai indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu
alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Suatu variabel dinyatakan reliabel apabila
variabel tersebut memberikan nilai Cronbach alpha > 0,80. Pengujian realiabiltas dalam
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan software SPSS. Kriteria dalam pengujian
reliabilitas yaitu jika nilai koefisien reliabilitas > 0,6 maka instrumen yang diuji memiliki
reliabilitas yang baik/ dapat diandalkan. Begitu sebaliknya, jika nilai koefisien reliabilitas < 0,6
maka instrumen yang diuji tersebut tidak reliabel.

2.10 Metode Analisis Data

2.10.1. Analisis Statistik Deskriptif

Statistik memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nila rata-rata (mean),
standar deviasi maksimum , minimum, sum, varian, range dan distribusi frekuensi. Metode
analisis deskriptif dilakukan dengan cara memperoleh, menyusun, mengelompokkan,
menganalisis, kemudian menginterpretasikan secara objektif. Standar deviasi maksimum dan
minimum menunjukkan hasil analisis terhadap data dispersi. Sedangkan menurut Imam Ghozali
(2009), varian dan standar deviasi menunjukan penyimpangan data terhadap nilai rata-rata.

2.11. Uji Asumsi Klasik

2.11.1 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi, pengganggu variabet atau
residual memiliki distribusi normal. Menurut Imam Ghozali (2018:), terdapat dua cara untuk
mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji
statistik.

a. Analisis Grafik Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan
melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang
mendekati distribusi normal Namun demikian hanya dengan melihat histogram hal ini dapat
menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. metode yang lebih dapat diandalkan
adalah dengan melihat kemungkinan normal plot yang akan membuat suatu garis lurus diagonal.
Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan
mengikuti garis diagonalnya.

b. Analisis Statistik Uji normalitas dengan dapat menyesatkan jika tidak hati-hati secara visual
terlihat normal, sebaliknya secara statistik bisa sebaliknya. Untuk itu ují grafik yang telah
dilakukan dilengkapi dengan uji statistik dengan menggunakan uji Kolmogorov -Smirmov (K-S).
Uji K-S dilakukan dengan menggunakan hipotesis:

H0: Data residual berdistribusi normal

Ha: Data residual tidak berdistribusi normal

Pengujian normalitas dilakukan dengan melihat Asymp. Sig (2-ekor). Fika tingkat
signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa H0 diterima, sehingga
dikatakan data residual berdistnibusi normal.

2.11.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas berfungsi sebagai alat uji untuk menguji model regresi diketahui
adanya hubungan antar variabel bebas independen). Model regresi yang baik seharusnnya tidak
terjadi korelasi diantara variabel independen ( dGhozali ,2018). Jika variabel independen saling
berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. lainnya Untuk mengetahui ada tidaknya
multikolincaritas diantara variabel indevenden dapat dilihat dari Toleransi dan nilai VIF. Kedua
ukuran ini menunjukan setiap variabel independen yang dijelaskan oleh variabel independen.
Dalam pengertian sederhana setiap variabel independen menjadi variabel dependen (terikat) dan
perbedaan terhadap variabel independen lainnya Toleransi mengukur variabilitas variabel
independen yang dipilih tidak dijelaskan oleh variabel independen. Jadi nilai Tolerance yang
rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF-1/Tolerance) . Model regresi yang bebas dari
multikolinearitas adalah model yang memiliki nilai tolerance 2 0,1 atau milai VIF < 10.
Sebalknya, jika nilai Tolerance < 0,1 atau nilai VIF > 10, maka ada multikolinearitas di antara
variabel independen.

2.11.3 Uji Ileteroskedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan varians dari satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual satu
pengamatan ke pengematan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
heteros kedastisitas (Imam Ghozali, 2016. 134), Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau
tidaknya heteroskedastisitas yaitu dengan melihat Plot antara nilai prediksi variabel Grafik
(dependen) ). Selain itu dapat juga digunakan uji glejser. Uji glejser dilakukan dengan
meregresi nilai absolut residual terhadap independensi di atas tingkat kepercayaan 5%, maka
dapat dikatakan bahwa model regresi tidak mengandung adanya heteroskedastisitas.

2.12. Uji Hipotesis


2.12.1. Uji t

Uji merupakan pengujian hubungan regresi secara parsial, dalam uji statistik pada
dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh suatu variabel secara individual dalam
menjelaskan variasi variabel dengan menggunakan reviewnya. Uji saya menguji apakah suatu
diterima atau ditolak, dimana untuk kekuatan pada uji i adalah sebagai berikut:

Ho : Berarti Tidak ada pengaruh yang berarti dari variabel bebas terhadap variabel terikat.

H1 : Berarti Ada pengaruh yang berarti dari variabel bebas terhadap variabel terikat .

Untuk memutuskan hipotesis mana yang diterima dan mana yang ditolak, maka pengujian
dilakukan dengan membandingkan nilait hitung denganttabel jika :

• Thit> t table : maka Ho ditolak Ha diterima, yang berarti bahwa variabel bebas (independen)
berpengaruh positif terhadap variabel bergantung (dependen) adalah signifikan .

• Thit > t table : maka Ho diterima bahwa ditolak, yang berarti bahwa variabel bebas
(independen) berpengaruh positif terhadap variabel terikat (dependen) adalah tidak signifikan
(Mahulete, 2009).

2.12.2 Uji F

Uji F statistik menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimaksud dalam model
mempunyai pengaruh secara bersama-sama sama terhadap vanabel dilihat dengan menggunakan
Eviews Dengan hipotesis sebagai berikut :

Ho: Berarti variabel tidak memiliki pengaruh dengan variable terikat

H1: Berarti secara Bersama-sama ada pengaruh antara semua variable bebas terhadap
variable terikat

Dengan kriteria sebagai berikut :

• Jika F hitung> F table : maka Ho ditolak Ha diterima, yang berarti bahwa secara-sama
variabel bebas (independen) terhadap variabel bebas (dependen) adalah signifikan.

• Jika F hitung < F table : maka Ho diterima Ha ditolak, yang berarti (uapuadapur) snqaq
jagnunM Duns-nunsaaq Danoas Dmyng terhadap variabel penghambat (dependen) adalah tidak
signifikan (Mahulete, 2009).

2.12.3 R-Square (R2 )


Nilai koefisien determinasi merupakan suatu ukuran yang menunjukkan besar sumbangan dari
variabel independen terhadap variabel dependen, atau dengan kata lain koefisien determinasi
menunjukkan variasi turunnya Y yang ditentukan oleh pengaruh linier X. Nilai koefisien
determinasi antara 0 dan 1. Nilai koefisien determinan yang mendekati 0 (nol) berarti
kemampuan semua variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas
Nilai koefisien determinan yang mendekati 1 (satu) berarti variabel independen hampir
memberikan informasi yang dijelaskan untuk memprediksi variabel-variabel dependen
(Mahulete , 2009).

Anda mungkin juga menyukai