Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ANALISIS BUTIR SOAL

Dosen Pengampu : Nindya Ayu Pristanti,S,.Pd.,M.Pd

DI SUSUN OLEH :

NAMA : KRESENSIA SONYA WARAK


NIM : 1185051001

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa. Akhirnya penulis
dapat menyusun makalah dengan judul Analisis Buturan Soal dalam rangkah menyelesaikan
tugas yang diberikan kepada saya pada mata kuliah evaluasi hasil belajar.Setelah penulis
melaksanakan penulisan dan mencari sumber informasi yang diperlukan dalam penyusunan
makalah ini, penululis dapat mengetahui dan memahami apa saja yang berkaitan dengan
prinsip-prinsip dan strategi evaluasi hasil belajar.

Penulis menyadari bahwa makalah ini belum maksimal kekurangan dan


kelemahan.Oleh karena itu, penulis mengharapkan masukan yang berupa saran dan kritikkan
yang membangun dari Bapak/Ibu Dosen serta rekan-rekan pembaca.

Medan,23 Maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………………………….i
Daftar Isi……………………………………………………………………………...ii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah………………………………………………………….1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………..2
1.3 Tujuan Penelitian………………………………………………………………...2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Analisis Butir Soal…………………………………………………..3
2.2 Tujuan Analisis………………………………………………………………….3
2.3 Penganalisaan terhadap Butir Soal……………………………………………...4
2.4 Bentuk Soal……………………………………………………………………..7
2.5 Teknik Analisis Daya Pembeda Item…………………………………………...8
2.6 Teknik Analisis Fungsi Distraktor……………………………………………...13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………….14
3.2 Saran…………………………………………………………………………...15

Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Evaluasi pembelajaran adalah sistem. Artinya suatu rangkaian kegiatan yang


melibatkan berbagai unsur sebagai satu kesatuan. Masing-masing unsur mempunyai fungsi
dan peran tersendiri dan perubahan dalam salah satu unsur akan berpengaruh pada unsur yang
lainnya. Dalam dunia pendidikan, evaluasi merupakan suatu kegiatan yang tak terpisahkan
dan sama pentingnya dengan proses pembelajaran. Pembelajaran tanpa kegiatan evaluasi
akan kehilangan makna. Sebab guru tidak akan memperoleh informasi penting tentang
tingkat pencapaian tujuan, tingkat penguasaan materi belajar, kekuatan, kelemahan siswa
dalam belajar, serta kekuatan-kelemahan guru dalam proses pembelajaran yang
dikembangkan. Walaupun evaluasi dianggap penting dan sudah merupakan pekerjaan rutin
guru, namun dalam kenyataan sehari-hari di lapangan sistem evaluasi dalam pembelajaran
bukan berarti tanpa persoalan. Berdasar pengamatan sepintas di lapangan, beberapa persoalan
tersebut paling tidak berkaitan dengan pemahaman konsep dasar evaluasi, pelaksanaan dan
pemanfaatannya, serta evaluasi program pengajaran.

Dalam proses pembelajaran ada tiga komponen utama yang merupakan satu kesatuan,
yaitu tujuan pembelajaran, proses pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar. Masing-masing
komponen dalam proses pembelajaran tersebut saling bergantung. Oleh karena itu ketiga
komponen harus senantiasa sesuai satu sama lainnya. Dalam melakukan evaluasi terhadap
alat pengukur yang telah digunakan untuk mengukur keberhasilan belajar dari para peserta
didiknya (muridnya, siswa, mahasiswa dan lain-lain). Alat pengukur dimaksud adalah tes
hasil belajar, yang sebagai mana telah kita maklumi, batang tubuhnya terdiri dari kumpulan
butir-butir soal (item, tes). Dalam aplikasinya mempunyai fungsi dan peranan yang sangat
penting dalam hal untuk mengetahui tujuan yang ingin dicapai. Dan dari uraian di atas maka
penulis akan memaparkan makalah yang berjudul “Analisis Butir Soal”.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas maka dapat kita rumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian analisis butir soal?
2. Apa tujuan menganalisis buir soal?
3. Bagaimana penganalisisan terhadap butir soal?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian analisis butir soal
2. Mengetahui tujuan penganalisisan
3. Mengetahui bagaimana penganalisisan terhadap butir soal
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Analisis Butir Soal

Analisis butir soal merupakan suatu prosedur yang sistematis, yang akan memberikan
informasi-informasi yang sangat khusus terhadap butir tes yang akan kita susun. Analisis
butir soal pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui apakah setiap item soal benar-benar
baik, sehingga diperlukan analisis terhadapnya. Analisis item soal terutama dapat dilakukan
untuk tes objektif. Dimana tes objektif merupakan alat evaluasi (hasil belajar mengajar) yang
mengukur kepada objek-objeknya. Hal ini tidak berarti bahwa tes uraian tidak dapat di
analisis, akan tetapi memang dalam menganalisis butir tes uraian belum ada pedoman secara
standar.
Tentang kegunaan analisis terhadap item soal pada umumnya dilakukan terhadap
beberapa hal yaitu:
1. Seberapa besar tingkat kesukaran pada butir/item soal
2. Apakah butir item itu mampu membedakan kemampuan antara siswa pandai dan kurang
pandai.
3. Apakah butir item tersebut menggunakan distraktor yang baik atau belum.
Maka dari itu dengan analisis item soal dapat diperoleh informasi tentang kejelekan
sebuah soal dan petunjuk untuk mengadakan perbaikan.
B. Tujuan Analisis
Analisis butir tes merupakan kegiatan penting dalam upaya memperoleh instrument yang
berkategori baik. Analisis ini meliputi:
1. Menentukan validitas dan reliabilitas tes, dan
2. Analisis butir tes.

Menurut Thorndike & Hagen, analisis terhadap butir tes yang telah dijawab siswa suatu
kelas mempunyai dua tujuan, yakni:
1. Jawaban-jawaban soal-soal tersebut merupakan informasi diagnosis untuk meneliti
pelajaran dari kelas itu dan kegagalan-kegagalan belajarnya, serta selanjutnya untuk
membimbing kea rah cara belajar yang baik, dan
2. Jawaban terhadap soal-soal dan perbaikan soal-soal yang didasarkan atas jawaban-
jawaban tersebut merupakan dasar bagi penyiapan tes-tes yang lebih baik.
Analisis butir tes bertujuan untuk mengidentifikasi butir-butir manakah yang termasuk
dalam kategori baik, kurang baik, dan jelek. Analisis butir tes memungkinkan kita
memperoleh informasi mengenai baik tidaknya suatu butir, sekaligus memperoleh petunjuk
untuk melakukan perbaikan. Dengan melakukan analisis butir setidaknya kita dapat
mengetahui empat hal penting, yaitu:
1. Bagaimana taraf kesukaran setiap butir tes?
2. Apakah setiap soal memiliki daya pembeda baik?
3. Apakah semua alternative jawaban dapat berfungsi secara baik?
4. Sejauh mana tiap butir tes dapat mengukur hasil pembelajaran?

C. Penganalisaan terhadap Butir Soal


a. Teknik Analisa Derajat Kesukaran Item
Analisis tingkat kesukaran soal yaitu mengkaji soal-soal tes dari segi kesulitannya
sehingga dapat diperoleh soal-soal mana yang termasuk mudah, sedang, dan sukar. Tingkat
kesukaran soal dipandang dari kesanggupan atau kemampuan siswa dalam menjawab, bukan
dilihat dari sudut guru sebagai pembuat soal. Persoalan yang penting dalam melakukan
analisis tingkat kesukaran soal adalah penentuan proporsi dan kriteria soal yang termasuk
mudah, sedang dan sukar. Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar
suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks.

Bermutu atau tidaknya butir-butir item tes hasil belajar pertama-tama dapat diketahui dari
derajat kesukaran atau taraf kesulitan yang dimiliki oleh masing-masing butir item tersebut.
Butir-butir item tes hasil belajar dapat dinyatakan sebagai butir-butir item yang baik apabila
butir-butir item tersebut tidak terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah dengan kata lain
derajat kesukaran item itu adalah sedang atau cukup. Bertitik tolak dari pernyataan tersebut di
atas maka butir-butir item hasil belajar di mana seluruh testee tidak dapat menjawab dengan
betul (karena terlalu sukar) tidak dapat disebut sebagai item yang baik. Demikian pula
sebaliknya, butir-butir item tes hasil belajar dimana seluruh testee dapat menjawab dengan
betul (karena terlalu mudah) juga tidak dapat dimasukkan dalam kategori item yang baik.
Pertanyaan yang akan segera muncul adalah: “Bagaimana cara yang dapat ditempuh untuk
mengetahui butir-butir item tes hasil belajar tertentu yang dapat dikatakan adalah memiliki
derajat kesukaran yang memadai?” Dalam hubungan ini, Witherington dalam bukunya yang
berjudul Psychological Education (hlm. 87) mengatakan, bahwa sudah atau belum
memadainya derajat kesukaran item tes hasil belajar dapat diketahui dari besar kecilnya
angka yang melambangkan tingkat kesulitan dari item tersebut. Angka-angka yang dapat
memberikan petunjuk mengenai tingkat kesulitan item itu dikenal dengan istilah difficulty
index (=angka indeks kesukaran item), yang dalam dunia evaluasi hasil belajar umumnya
dilambangkan dengan huruf P, yaitu singkatan dari kata proportion (proporsi =proporsa).
Menurut Witherington, angka indeks kesukaran item itu besarnya berkisar antara 0,00
sampai dengan 1,00. Artinya, angka indeks kesukaran itu paling rendah adalah 0,00 dan
paling tinggi adalah 1,00. Angka indeks kesukaran sebesar 0,00 (P = 0,00) merupakan
petunjuk bagi tester bahwa butir item termasuk dalam kategori item yang terlalu sukar, sebab
disini seluruh tastee tidak dapat menjawab item dengan betul (yang dapat menjawab dengan
betul = 0). Sebaliknya, apabila angka indeks kesukaran item itu adalah 1,00 (P = 1,00) hal ini
mengandung makna bahwa butir item yang bersangkutan adalah termasuk dalam kategori
item yang terlalu mudah, sebab disini seluruh testee dapat menjawab dengan betul butir item
yang bersangkutan (yang dapat menjawab dengan butir = 100% = 100 : 100 = 1,00).

Angka indeks kesukaran item itu dapat diperoleh dengan rumus yang dikemukakan oleh Du
Bois, yaitu

P = Np/N

P = Angka indeks kesukaran item

Np = Banyaknya tester yang dapat menjawab dengan betul terhadap butir item
yang bersangkutan.

N = Jumlah testee yang mengikuti tes hasil belajar

Mengenai bagaimana cara memberikan penafsiran (interpretasi) terhadap angka indeks


kesukaran item, Robert L. Thorndike dan Elizabeth Hagen dalam bukunya berjudul
Measurement and Evaluation in Psychology and Education mengemukakan sebagai berikut:

Besarnya P Interpretasi

Kurang dari 0,30 Terlalu sukar

0,30 – 0,70 Cukup (Sedang)

Lebih dari 0,70 Terlalu Mudah


Sedangkan menurut Witherington dalam bukunya berjudul Psychology Education adalah
sebagai berikut:

Besarnya P Interpretasi

Kurang dari 0,25 Terlalu sukar

0,25 – 0,70 Cukup (Sedang)

Lebih dari 0,70 Terlalu Mudah

Soal dikatakan baik apabila soal tersebut tidak terlalu sukar atau terlalu mudah. Soal yang
terlalu mudah, yakni semua anak dapat mengerjakan dengan benar, adalah tidak baik.
Demikian juga soal yang terlalu sukar, yaitu semua anak tidak dapat mengerjakan soal
dengan benar, juga merupakan soal yang tidak baik. Hal itu disebabkan karena soal yang
terlalu mudah tidak merangsang peserta didik untuk mempertinggi usaha memecahkannya.
Dan soal yang terlalu sukar menyebabkan peserta didik putus asa serta menjadi tidak
mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena diluar jangkauannya.
Ada beberapa dasar pertimbangan dalam menentukan proporsi jumlah soal kategori
mudah, sedang, dan sukar. Pertimbangan pertama adalah adanya keseimbangan, yakni jumlah
soal sama untuk ketiga kategori tersebut. Artinya, soal mudah, sedang, dan sukar jumlahnya
seimbang. Persoalan lain adalah menentukan kriteria soal, yaitu ukuran untuk menentukan
apakah soal tersebut termasuk mudah, sedang atau sukar. Dalam menentukan kriteria ini
digunakan judgment dari guru berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu.
Pertimbangan tersebut antara lain adalah:
a) Abilitas yang diukur dalam pertanyaan tersebut
b) Sifat materi yang diujikan atau ditanyakan
Isi bahan yang ditanyakan sesuai dengan bidang keilmuannya, baik luasnya maupun
kedalamannya

2.1 Bentuk soal


Dalam kaitannya dengan hasil analisis item dari segi derajat kesukarannya seperti telah
dikemukakan di atas, maka tindak lanjut yang perlu dikemukakan oleh tester adalah sebagai
berikut:
Pertama, untuk butir-butir item yang berdasarkan hasil analisis termasuk dalam kategori
baik (dalam arti derajat kesukaran itemnya cukup atau sedang), seyogyanya butir item
tersebut segera dicatat dalam buku bank soal.
Kedua, untuk butir-butir item yang termasuk dalam kategori terlalu sukar, ada tiga
kemungkinan tindak lanjut, (1) butir soal tersebut dibuang/didrop, (2) diteliti ulang, dilacak
dan ditelusuri sehingga dapat diketahui faktor yang menyebabkan butir item yang
bersangkutan sulit dijawab oleh testee, (3) Haruslah dipahami bahwa tidak setiap butir item
yang termasuk dalam kategori terlalu sukar itu sama sekali tidak memiliki kegunaan.
Ketiga, untuk butir-butir item yang termasuk dalam kategori terlalu mudah, juga ada tiga
kemungkinan tindak lanjutnya. yaitu (1) butir soal tersebut dibuang/didrop, (2) diteliti ulang,
dilacak dan ditelusuri sehingga dapat diketahui faktor yang menyebabkan butir item yang
bersangkutan mudah dijawab oleh testee, (3) Seperti halnya butir-butir yang terlalu sukar,
butir-butir item yang terlalu mudah juga masih mengandung manfaat, yaitu bahwa butir-butir
item yang termasuk dalam kategori ini dapat dimanfaatkan pada tes-tes (terutama tes seleksi)
yang sifatnya longgar.

D. Teknik Analisis Daya Pembeda Item


Daya pembeda item adalah kemampuan suatu butir item tes hasil belajar untuk dapat
membedakan (mendiskriminasi) antara kemampuan tinggi dan rendah. Daya pembeda item
itu penting sekali bagi salah satu dasar untuk menyusun butir item tes hasil belajar adalah
adanya anggapan. Tes dikatakan tidak memiliki daya pembeda apabila tes tersebut, jika
diujikan kepada anak berprestasi tinggi, hasilnya rendah tetapi bila diberikan kepada anak
yang lemah hasilnya lebih tinggi. Atau bila diberikan kepada kedua kategori siswa tersebut
hasilnya sama saja. Dengan demikian, tes yang tidak memiliki daya pembeda, tidak akan
menghasilkan gambaran hasil yang sesuai dengan kemampuan siswa yang sebenarnya. Akan
terlihat aneh apabila anak pandai tidak lulus tetapi anak bodoh lulus dengan baik tanpa
dilakukan manipulasi oleh tester (si penilai) atau di luar faktor kebetulan.

Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks daya pembeda (item
discrimination) disingkat D (d besar). Indeks daya pembeda didefinisikan sebagai selisih
antara proporsi jawaban benar pada kelompok atas (peserta didik tes yang mampu/pandai)
dengan proporsi jawaban benar pada kelompok bawah (peserta didik tes yang kurang
mampu/pandai). Umumnya, para ahli tes membagi kelompok ini menjadi 27% atau 33%
kelompok atas dan 27% atau 33% kelompok bawah (Cureton, 1957).
Contoh: Pembagian Kelompok 27%
Responden SKOR BUTIR SOAL SETIAP NOMOR SOAL Total Skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 9
2 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9
3 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 8
4 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 7
5 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 7
6 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 7
7 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 6
8 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 6
9 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 6
10 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 6
11 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 6
12 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 5
13 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 5
14 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 5
15 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 5
16 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 5
17 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 5
18 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 4
19 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 3
20 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 3

Indeks daya pembeda berkisar antara -1,00 sampai 1,00. Tanda negatif menunjukkan
bahwa peserta didik tes yang kemampuannya rendah dapat menjawab benar sedangkan
peserta didik tes yang kemampuannya tinggi menjawab salah. Dengan demikian, soal yang
indeks daya pembedanya negatif menunjukkan terbaliknya kualitas peserta didik tes. Indeks
daya pembeda dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut ini.
D = A/n_A -B/n_B
D = indeks daya pembeda
A = jumlah peserta didik tes yang menjawab benar pada kelompok atas
B = jumlah peserta didik tes yang menjawab benar pada kelompok bawah
nA = jumlah peserta didik tes kelompok atas
nB = jumlah peserta didik tes kelompok bawah
Pada kebanyakan kasus, jumlah peserta didik tes kelompok atas sama dengan jumlah
peserta didik tes kelompok bawah, nA = nB = n. Dengan demikian maka rumus daya
pembeda menjadi:
D=(A-B)/n

Kriteria indeks daya pembeda berdasarkan Crocker dan Algina (1986) adalah sebagai
berikut:
Daya Pembeda Kualifikasi
0,00 – 0,19 soal tidak dipakai/dibuang
0,20 – 0,29 soal diperbaiki
0,30 – 0,39 soal diterima tapi perlu diperbaiki
0,40 – 1,00 soal diterima/baik

Contoh:
Tingkat Kesukaran 27% kelompok atas (5 orang dari 20 peserta didik tes)
Responden SKOR BUTIR SOAL SETIAP NOMOR SOAL Total Skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 9
2 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9
3 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 8
4 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 7
5 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 7
Xatas 4 5 4 5 4 4 2 4 4 4
Skor maks 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Kel. Atas 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
(P) kel. Atas 0.8 1.0 0.8 1.0 0.8 0.8 0.4 0.8 0.8 0.8
Tingkat Kesukaran 27% kelompok bawah (5 orang dari 20 peserta didik tes)

Responden SKOR BUTIR SOAL SETIAP NOMOR SOAL Total Skor


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
16 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 5
17 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 5
18 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 4
19 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 3
20 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 3
Xatas 3 1 3 2 1 3 0 3 1 3
Skor maks 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Kel. Bawah 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
(P) kel. bawah 0.6 0.2 0.6 0.4 0.2 0.6 0 0.6 0.2 0.6
Untuk mengetahui besar kecilnya angka indeks diskriminasi item dapat dipergunakan
rumus berikut ini:

D = PA-PB
D = Discriminatory power (angka indeks diskriminasi item)
PA = Proporsi testee kelompok atas yang dapat menjawab dengan betul butir item yang
bersangkutan
PA = A/n_A
PB = Proporsi testee kelompok bawah yang dapat menjawab dengan betul butir item
yang bersangkutan
PB = B/n_B
Tabel berikut menunjukkan daya pembeda soal nomor 1 sampai dengan nomor 10
berdasarkan perbedaan 27% kelompok atas dan 27% kelompok bawah.
Daya Pembeda Soal
Soal Tingkat kesukaran kelompok atas Tingkat kesukaran kelompok bawah Daya
pembeda Soal (D)
1 0.80 0.60 0.20
2 1.00 0.20 0.80
3 0.80 0.60 0.20
4 1.00 0.40 0.60
5 0.80 0.20 0.60
6 0.80 0.60 0.20
7 0.40 0 0.40
8 0.80 0.60 0.20
9 0.80 0.20 0.60
10 0.80 0.60 0.20
Soal nomor 1, 3, 6, 8, dan 10 berdaya pembeda 0.20. Hal ini berarti kelompok lima soal
tersebut mempunyai kualifikasi soal yang harus diperbaiki. Hal ini sesuai dengan
pengklasifikasian daya pembeda oleh Crocker dan Algina yang telah dijelaskan di atas.

Dalam hubungan ini, patokan yang pada umumnya dipegangi adalah sebagai berikut:
a) Besarnya Angka Indeks Diskriminasi Item Klasifikasi Interpretasi
b) Kurang dari 0,20 Poor Butir item yang bersangkutan daya pembedanya lemah sekali
(jelek), dianggap tidak memiliki daya pembeda yang baik
c) 0,20-0,40 Satisfactory Butir yang bersangkutan telah memiliki daya pembeda yang
cukup (sedang)
d) 0,40-0,70 Good Butir yang bersangkutan telah memiliki daya pembeda yang baik
e) 0,70-1,00 Excellent Butir item yang bersangkutan telah memiliki daya pembeda yang
baik sekali
f) Bertanda negative - Butir item yang bersangkutan daya pembedanya negatif (jelek sekali)

2.2 Teknik Analisis Fungsi Distraktor


Distraktor adalah pengecoh, jawaban-jawaban yang mengecoh. Ini bertujuan menarik
untuk menjawabnya padahal itu salah. Sebagai tindak lanjut atas hasil penganalisaan terhadap
fungsi distraktor tersebut maka distraktor yang sudah menjalankan fungsinya dengan baik
dapat dipakai lagi pada tesnya.
Tujuan utama pemasangan distraktor pada setiap butir itu adalah, agar dari sekian banyak
testee yang mengikuti tes hasil belajar ada yang tertarik atau terangsang untuk memilihnya,
sebab mereka menyangka bahwa distraktor yang mereka pilih itu merupakan jawaban yang
betul.
Suatu kemungkinan dapat terjadi, yaitu bahwa dari keseluruhan alternative yang dipasang
pada butir item tertentu, sama sekali tidak dipilih oleh testee. Dengan kata lain, testee
menyatakan “blangko”. Pernyataan blangko ini sering dikenal dengan istilah oniet dan biasa
diberi lambing dengan huruf O.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Analisis butir soal merupakan suatu prosedur yang sistematis, yang akan memberikan
informasi-informasi yang sangat khusus terhadap butir tes yang akan kita susun. Analisis
butir soal pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui apakah setiap item soal benar-benar
baik, sehingga diperlukan analisis terhadapnya.
Analisis butir tes bertujuan untuk mengidentifikasi butir-butir manakah yang termasuk
dalam kategori baik, kurang baik, dan jelek. Analisis butir tes memungkinkan kita
memperoleh informasi mengenai baik tidaknya suatu butir, sekaligus memperoleh petunjuk
untuk melakukan perbaikan.
Penganalisisan terhadap butir-butir soal dapat dilakukan dari tiga segi antara lain sebagai
berikut:
a. Teknik analisis kesukaran item soal
Analisis tingkat kesukaran soal yaitu mengkaji soal-soal tes dari segi kesulitannya
sehingga dapat diperoleh soal-soal mana yang termasuk mudah, sedang, dan sukar. Tingkat
kesukaran soal dipandang dari kesanggupan atau kemampuan siswa dalam menjawab, bukan
dilihat dari sudut guru sebagai pembuat soal.
Angka indeks kesukaran item ini dapat diperoleh dengan menggunakan rumus yang
dikemukakan oleh Dubois yaitu:
P = Np/N
b. Teknik analisis daya pembeda
Daya pembeda item adalah kemampuan suatu butir item tes hasil belajar untuk dapat
membedakan (mendiskriminasi) antara kemampuan tinggi dan rendah. Daya pembeda item
itu penting sekali bagi salah satu dasar untuk menyusun butir item tes hasil belajar.
Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah:
D = PA-PB

c. Teknik analisis fungsi distractor


Distraktor adalah pengecoh, jawaban-jawaban yang mengecoh. Ini bertujuan menarik
untuk menjawabnya padahal itu salah. Sebagai tindak lanjut atas hasil penganalisaan terhadap
fungsi distraktor tersebut maka distraktor yang sudah menjalankan fungsinya dengan baik
dapat dipakai lagi pada tesnya.

3.2 Saran
Analisis butir soal hendaknya kita lakukan untuk dapat mengidentifikasi butir-butir tes
secara baik dan tepat dan dapat memahami informasi yang diperoleh untuk melakukan
perbaikan.

DAFTAR PUSTAKA

Drs. Mudjiji, M. P. (n.d.). Tes Hasil Belajar. Jakarta: Bumi Aksara.


Prof. H M Sukardi, M. (2008). Evaluasi Pendidikan dan Operasinya. Jojakarta: PT. Bumi
Aksara.
Purwanto, N. (2010). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT
Remaja Rosda Karya.
Rafi'i, S. (2010). Teknik Evaluasi. Bandung: Cita Pustaka Setia.
Rosnita. (2007). Evaluasi Pendidikan. Bandung: Cita Pustaka Setia.
Sudjiono, A. (2009). Pengantar Evaluasi. Jakarta: Rajawali Pers.
Suharsimi, A. (2007). Dasar - dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai