Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN MINI RISET PATOLOGI SOSIAL DAN KRIMINOLOGI

“PELECEHAN SEKSUAL DI DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT”

Di Susun Oleh:

Bunga Mujahidatul Husna 1183151037

Agnes Elly Yanti Berutu 1183351032

Kresensia Sonya Warak 1185051001

Kelas: BK Reguler D 2018

Dosen Pembimbing: Ishaq Matondang, S.Psi, M.Si

Psikologi Pendidikan dan Bimbingan/Bimbingan dan Konseling

Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Medan

2020

i
KATA PENGANTAR

Assalamua’alaikum wr wb

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena atas berberkat dan
limpahan rahmatnya maka saya bisa menyelesaikan tugas “Mini riset” yang berjudul
“PELECEHAN SEKSUAL DI DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT”. Dan tidak lupa
kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan pikirannya.

Dan kami berharap bahwa mini riset ini dapat menambah penglaman dan pengetahuan
bagi para pembaca. Dan untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun isi dari mini
riset gar jauh menjadi lebih sempurna.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih
banyak kekurangan dalam laporan mini riset ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan mini riset
selanjutnya.

Medan, November 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………...…………………………………………….......…i

DAFTAR ISI…………………………………………………………….......…….ii

BAB I PENDAHULUAN…........………………………………………………....1

1.1. Latar Belakang Masalah..………………………………………...……............2


1.2. Rumusan Masalah…..…………………………………………………………3
1.3. Tujuan Penelitian …..……………...........…………………….………………3
1.4. Manfaat Penelitian………...………………………………………..……........3

BAB II KAJIAN PUSTAKA……………………………………….......................4


2.1. Landasan Teori…….………….........................................................................4
2.2. Hipotesis………………....................................................................................5

BAB III METODE PENELITIAN………………………………………………


3.1. Jenis penelitian……….....................................................................................13
3.2. Tempat dan waktu penelitian………..….........................................................13
3.3. Subjek peneltian…………….…………..........................................................13
3.4. Insturmen dan teknik pengumpulan data…………………………………….14
3.5. Langkah-langkah peneltian…………………………………………………..14

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………………

4.1. Deskripsi hasil peneltian……………………………………………………..15

BAB V SIMPULAN DAN SARAN……………………………………………

5.1. Simpulan ……………………………………………………………………16


5.2. Saran…………………………………………………………………………17

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………18

LAMPIRAN……………………………………………………………………19

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Kejahatan sejak dahulu hingga sekarang selalu mendapatkan sorotan, baik itu dari kalangan
pemerintah maupun dari masyarakat itu sendiri. Persoalan kejahatan bukanlah merupakan
persoalan yang sederhana terutama dalam masyarakat yang sedang mengalami perkembangan
seperti Indonesia ini. Dengan adanya perkembangan itu dapat dipastikan terjadi perubahan tata
nilai, dimana perubahan tata nilai yang bersifat positif berakibat pada kehidupan masyarakat
yang harmonis dan sejahtera, sedang perubahan tata nilai bersifat negatif menjurus ke arah
runtuhnya nilai-nilai budaya yang sudahada.“Kejahatan adalah suatu tindakan anti sosial yang
merugikan, tidak pantas, tidak dapat dibiarkan yang dapat menimbulkan kegoncangan dalam
masyarakat.”( B. Simandjuntak, 1981, Pengantar Kriminologi dan Patologi Sosial, Bandung:
Tarsito, hal 71)

Menurut Van Bemmelen, kejahatan adalah:“Tiap kelakukan yang bersifat tindak susila yang
merugikan yang menimbulkan begitu banyak ketidaktenangan dalam suatu masyarakat tertentu.
Sehingga masyarakat itu berhak mencelanya dan menyatakan penolakannya atas kelakukan itu dalam
bentuk nestapa dengan sengaja diberikan karena kelakuan tersebut”. Sementara itu, menurut Bonger,
“Setiap kejahatan bertentangan dengan kesusilaaan, kesusilaan berakar dalam rasa sosial dan lebih
dalam tertanam daripada agama, kesusilaan merupakan salah satu kaidah pergaulan” Salah satu
masalah yang dihadapi remaja dan menjadi masalah bagi lingkungannya adalah aktivitas seksual yang
akhir-akhir ini nampak menjurus pada hal-hal negatif. Dikatakan negatif karena para remaja bersikap
dan bertingkah laku yang menyimpang, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya berbagai macam
perilaku seksual disalurkan dengan sesama jenis kelamin, dengan anak yang belum berumur, dan
sebagainya.

4
1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan penjelasan pada latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dibahas
dalam makalah ini adalah:

1.      Apa pengertian dari Pelecehan Seksual?

2.      Bagaimanakah pelecehan seksual yang terjadi pada remaja putri ?

3.      Bagaimanakah pelecehan seksual yang terjadi pada anak-anak?

4.      Apa saja dampak dari pelecehan seksual ?

5.      Bagaimanakah solusinya untuk mencegah terjadinya kekerasan dan pelecehan seksual?

1.3 TUJUAN PENELITIAN


1. Untuk mengetahui pengertian dari Pelecehan Seksual.
2. Untuk mengetahui pelecehan seksual yang terjadi pada remaja putri.
3. Untuk mengetahui pelecehan seksual yang terjadi pada anak-anak. Untuk mengetahui
dampak dari pelecehan seksual.
4. Untuk mengetahui solusinya untuk mencegah terjadinya pelecehan seksual.

1.4 MANFAAT PENELITIAN


1. Dapat mengetahui pengertian dari Pelecehan Seksual.
2. Dapat mengetahui pelecehan seksual yang terjadi pada remaja putri.
3. Dapat mengetahui pelecehan seksual yang terjadi pada anak-anak.
4. Dapat mengetahuidampak dari pelecehan seksual.
5. Dapat mengetahuisolusinya untuk mencegah terjadinya pelecehan seksual.

5
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 LANDASAN TEORI

2.1       Pengertian Pelecehan Seksual

Pelecehan seksual adalah segala macam bentuk perilaku yang berkonotasi seksual yang
dilakukan secara sepihak dan tidak diharapkan oleh orang yang menjadi sasaran hingga
menimbulkan reaksi negatif: rasa malu, marah, tersinggung dan sebagainya pada diri orang yang
menjadi korban pelecehan. Pelecehan seksual terjadi ketika pelaku mempunyai kekuasaan yang
lebih dari pada korban. Kekuasaan dapat berupa posisi pekerjaan yang lebih tinggi, kekuasaan
ekonomi, "kekuasaan" jenis kelamin yang satu terhadap jenis kelamin yang lain, jumlah personal
yang lebih banyak, dsb. Rentang pelecehan seksual ini sangat luas, meliputi: main mata, siulan
nakal, komentar yang berkonotasi seks, humor porno, cubitan, colekan, tepukan atau sentuhan di
bagian tubuh tertentu, gerakan tertentu atau isyarat yang bersifat seksual, ajakan berkencan
dengan iming-iming atau ancaman, ajakan melakukan hubungan seksual sampai
perkosaan.Pelecehan juga dapat berupa komentar/perlakuan negatif yang berdasar pada gender,
sebab pada dasarnya pelecehan seksual merupakan pelecehan gender, yaitu pelecehan yang
didasarkan atas gender seseorang, dalam hal ini karena seseorang tersebut adalah perempuan.
Seperti: " Tugas perempuan kan di belakang....", "Tidak jadi dinikahi, karena sudah tidak
perawan lagi....". Pelaku kekerasan seksual yang biasanya merupakan keluarga dekat, misalnya:
teman dekat, kekasih, saudara, ayah (tiri maupun kandung), guru, pemuka agama, atasan, dan
sebagainya.Menurut data statistik kejahatan seksual WHO 1993, 60-78% pelaku tindak
kekerasan seksual adalah orang yang dikenal korban. Dalam banyak kasus lainnya, perkosaan
dilakukan oleh orang-orang yang baru dikenal dan semula nampak sebagai orang baik-baik yang
menawarkan bantuan, misalnya mengantarkan korban ke suatu tempat.Pelecehan seksual bisa
terjadi di mana saja dan kapan saja, seperti di bus, pabrik, supermarket, bioskop, kantor, hotel,
trotoar, dsb baik siang maupun malam. Pelecehan seksual di tempat kerja seringkali disertai
dengan janji imbalan pekerjaan atau kenaikan jabatan. Bahkan bisa disertai ancaman, baik secara
terang-terangan ataupun tidak. Kalau janji atau ajakan tidak diterima bisa kehilangan pekerjaan,

6
tidak dipromosikan, dimutasikan, dsb. Pelecehan seksual bisa juga terjadi tanpa ada janji atau
ancaman, namun dapat membuat tempat kerja menjadi tidak tenang, ada permusuhan, penuh
tekanan, dsb.Hampir semua korban pelecehan seksual adalah perempuan tidak memandang
status sosial ekonomi, usia, ras, pendidikan, penampilan fisik, agama, dsb. Ada beberapa pasal
dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) yang dapat menjerat seseorang pelaku
pelecehan seksual:

1.      Pencabulan pasal 289-296.

2.      Penghubungan pencabulan pasal 295-298 dan pasal 506.

3.      Persetubuhan dengan wanita di bawah umur pasal 286-288.

2.2       Pelecehan Dan Kekerasan Seksual Pada Remaja Putri Remaja adalah aset berharga
suatu bangsa. Mereka yang nantinya dharapkan menjadi penerus kelangsungan suatu negara
dalam segala hal. Dari data proyeksi populasi remaja di Indonesia yang dilakukan BKKBN
ternyata untuk setiap 5 tahun ke depan populasi usia ini diperkirakan akan terus mengalami
kenaikan jumlah. Upaya menyejahterakan remaja salah satunya adalah dengan melindungi usia
ini dari segala bentuk kekerasan dan pelecehan terhadap hak asasi mereka sebagai manusia
sehingga nantinya mereka akan siap sebagai manusia dewasa yang sejahtera secara fisik, mental
dan spiritual. Kekerasan yang termasuk sering dialami usia remaja, terutama remaja wanita,
adalah kekerasan seksual. Hal ini mencakup segala perlakuan mulai dari pelecehan sampai
perkosaan. Menurut data statistik kejahatan seksual WHO tahun 1993, korban kejahatan seksual
di mayoritas negara-negara di dunia adalah usia di bawah 15 tahun, berkisar di antara 36-
62%.Data di Indonesia belum dapat disimpulkan karena laporan yang sangat sedikit. Namun
wacana di banyak media massa cukup dapat menyimpulkan bahwa kekerasan seksual pada
remaja wanita di Indonesia sangat memprihatinkan.

2.3       Pelecehan Dan Kekerasan Seksual Pada Anak Menurut WHO (2004 dalam Lidya,
2009) kekerasan terhadap anak adalah suatu tindakan penganiayaan atau perlakuan salah pada
anak dalam bentuk menyakiti fisik, emosional, seksual, melalaikan pengasuhan dan eksploitasi
untuk kepentingan komersial yang secara nyata ataupun tidak dapat membahayakan kesehatan,
kelangsungan hidup, martabat, atau perkembangannya, tindakan kekerasan diperoleh dari orang
yang bertanggung jawab, dipercaya, atau berkuasa dalam perlindungan anak tersebut. Dapat

7
disimpulkan bahwa yang dimaksud kekerasan terhadap anak adalah perilaku salah baikdari orang
tua, pengasuh, dan lingkungan dalam bentuk perlakuan kekerasan fisik, psikis, maupunmental
yang termasuk didalamnya eksploitasi, mengancam, dan lain-lain terhadap anak. Azevedo &
Viviane mengklasifikasikan bentuk kekerasan psikologis pada anak:

1.      Kekerasan anak secara fisik Kekerasan anak secara fisikadalah penyiksaan, pemukulan,
dan penganiayaan terhadap anak, dengan atau tanpa menggunakan benda-benda tertentu, yang
menimbulkan luka-luka fisik atau kematian kepada anak. Bentuk luka dapat berupa lecet atau
memar akibat persentuhan atau kekerasan benda tumpul, seperti bekas gigitan, cubitan, ikat
pinggang atau rotan. Dapat pula berupa luka bakar akibat bensin panas atau berpola akibat
sundutan rokok atau setrika. Lokasi luka biasanya ditemukan pada daerah paha, lengan, mulut,
pipi, dada, perut, punggung atau daerah bokong. Terjadinya kekerasan terhadap anak secara fisik
umumnya dipicu oleh tingkah laku anak yang tidak disukai orangtuanya, seperti anak nakal atau
rewel, menangis terus, minta jajan, buang air, kencing atau muntah disembarang tempat,
memecahkan barang berharga.

2.      Kekerasan anak secara psikis Kekerasan anak secara psikis meliputi penghardikkan,
penyampaian kata-kata kasar dan kotor, memperlihatkan buku, gambar atau film pornografi pada
anak. Anak yang mendapatkan perlakuan ini umumnya menunjukkan gejala perilaku maladaftif,
seperti menarik diri, pemalu, menangis jika didekati, takut keluar rumah dan takut bertemu orang
lain.

3.      Kekerasan anak secara seksual Kekerasan anak secara seksual dapat berupa perlakuan
prakontak seksual antara anak dengan orang yang lebih besar (melalui kata, sentuhan, gambar
visual, exhibitionism), maupun perlakuan kontak seksual secara langsung antara anak dengan
orang dewasa (incest, perkosaan, eksploitasi seksual). Pemukulan pada daerah “bokong” anak
dapat menumbuhkan perasaan nikmat seksual secara dini. Mereka tidak dapat mengerti
mengenai perasaan tersebut. Setelah dewasa mereka melakukan keanehan seksual ini biasanya
mereka mencari pelacur. Selain itu anak korban pemukulan merasa dirinya tidak berharga,
karena terbiasa merasa sakit karena pukulan, anak-anak ini akan mudah menyerahkan tubuhnya
untuk diperlakukan secara tidak senonoh setelah dewasa, sehingga ia mudah menjadi korban
pelacuran.

8
4.      Kekerasan anak secara sosial Kekerasan anak secara sosialdapat mencakup
penelantaran anak dan eksploitasi anak. Penelantaran anak adalah sikap dan perlakuan orang tua
yang tidak memberikan perhatian yang layak terhadap proses tumbuh kembang anak. Misalnya
anak dikucilkan, diasingkan dari keluarga, atau tidak diberikan pendidikan dan perawatan
kesehatan yang layak. Eksploitasi anak menunjuk pada sikap diskriminatif atau perlakuan
sewenang-wenang terhadap anak yang dilakukan keluarga atau masyarakat. Sebagai contoh,
memaksa anak untuk melakukan sesuatu demi kepentingan ekonomi, sosial atau politik tanpa
memperhatikan hak-hak anak untuk mendapatkan perlindungan sesuai dengan perkembangan
fisik, psikis dan status sosialnya. Contoh Kasus Pelecehan Seksual Yang Terjadi Kasus Pertama :
Sepanjang tahun 2010menurut laporan , terjadi 125 kasus pelecehan seksual. Tahun sebelumnya,
hanya terjadi 90 kasus. Dari 125 kasus, 20 kasus di antaranya berlanjut ke meja hijau. Namun tak
disebutkan apakah kasus perkosaan oleh mantan presiden Moshe Katsav masuk dalam angka
ini.Direktur Jenderal Association of Rape Crisis Centers Israel, Michal Rozin, menyatakan
tingginya angka ini karena banyak korban dalam kasus ini mau bersuara dan mencari keadilan.
Kasus serupa Katsav muncul tahun 2010 saat seorang PNS, Orly Innes melaporkan dirinya
dilecehkan secara seksual oleh seorang dirjen di Kementerian Keamanan Publik, Hagai
Peleg.Laporan dari Komisi Pegawai Negeri Sipil, yang baru-baru ini diberikan kepada
Departemen Kehakiman, menunjukkan bahwa Departemen Pendidikan mencatatkan jumlah
keluhan terbesar pada tahun 2010. Rozin mengatakan kasus pelanggaran seksual melibatkan
figur publik seperti kasus Katsav atau mantan menteri Haim Ramon juga menunjukkan tren
meningkat. Kasus Kedua: Perekam video cabul yang melibatkan siswi SMP di Jakarta Pusat.
Video pelecehan seksual menyebar di kalangan siswa SMP 4 di Jakarta Pusat.Video ini berisi
pemaksaan lima siswi SMP kepada rekannya wanitanya dan seorang laki-laki adik kelasnya
untuk beradegan seks.Kasus dugaan pelecehan ini muncul ketika salah seorang siswi SMP di
Jakarta Pusat membuat laporan di Polres Jakarta Pusat pada Minggu (13/10) lalu.Saat itu siswi
kelas IX itu mengaku dipaksa oleh salah orang temannya untuk melakukan seks oral kepada adik
kelasnya yang masih duduk di kelas VIII. Adegan tersebut disaksikan dan direkam video oleh 5
orang perempuan lain yang juga merupakan teman seangkatan korban.Korban bahkan diancam
dengan menggunakan senjata tajam jika menolak permintaan keenam temannya tersebut. Merasa
terancam, korban terpaksa menuruti kemauan bejat teman-temannya itu. Kejadian ini terjadi
pada 13 September lalu.

9
2.4       Dampak Dari Pelecehan Seksual Banyak akibat yang ditimbulkan oleh kekerasan
seksual. Sebagai remaja yang masih berkembang, hal ini akan sangat membekas dan
meninggalkan efek lama baik secara fisik atau mental. Angka bunuh diri pada wanita yang
mengalami kekerasan seksual dari pria yang tinggal bersamanya 5 kali lebih besar dibandingkan
dengan wanita yang tidak mengalami hal tersebut. Berbagai penyakit menular seksual dapat
ditularkan melalui kekerasan seksual. Walaupun organ reproduksi remaja wanita sudah
berkembang, kekerasan seksual yang dialami mulai dari manipulasi organ seksual sampai
pemerkosaan dapat melukai organ reproduksi dan menimbulkan infeksi, penyakit organ
reproduksi lainnya, kehamilan yang tidak diinginkan bahkan aborsi. Rasa takut dan malu korban
akibat intimidasi dan budaya masyarakat menyebabkan tidak terdeteksinya penyakit dan
kehamilan sehingga kadang ditemukan dalam keadaan lanjut.Problem kesehatan mental yang
dihadapi oleh remaja putri yang mengalami pelecehan dan kekerasan seksual bisa berupa depresi
atau kecemasan yang berlangsung lama, atau sindrom stress pasca trauma. Beberapa
menunjukkan mekanisme mengingkari dengan beralih pada alkohol atau obat terlarang untuk
menghilangkan rasa sakit. Kebanyakan dari mereka mengisolasi diri mereka dan menarik diri
dari lingkungan. Di antara dampak sosial yang dilami korban adalah menurunnya prestasi
sekolah/kerja, lebih sering absen, tidak mengambil mata kuliah yang diajarkan dosen tertentu,
nilai di menurun, mendapat balas dendam dari pelaku atau teman si pelaku, kehilangan
kehidupan pribadi karena menjadi “yang bersalah”, menjadi objek pembicaraan, kehancuran
karakter/reputasi, kehilangan rasa percaya pada orang dengan tipe/posisi yang serupa pelaku,
kehilangan rasa percaya pada lingkungan yang serupa, mengalami stress luar biasa dalam
berelasi dengan partner, dikucilkan, pindah universitas/fakultas; kehilangan pekerjaan dan
kesempatan mendapat referensi, kehilangan karir. Di samping itu juga terdapat dampak
psikologis/fisiologis, yaitu: depresi, serangan panik,kecemasan, gangguan tidur, penyalahan diri,
kesulitan konsentrasi, sakit kepala, kehilangan motivasi, lupa waktu, merasa dikhianati,
kemarahan dan hingga pikiran bunuh diri.

2.5       Solusi Dalam Mencegah Kekerasan Dan Pelecehan Seksual Cara-cara mencegah
pelecehan seksual:

1.      Pelajari persoalan pelecehan seksual.

2.      Mampu bertindak asertif dan berani mengatakan tidak (menolak).

10
3.      Menyebarkan informasi tentang pelecehan seksual.

4.      Mau bertindak sebagai saksi.

5.      Membantu korban.

6.      Membentuk kelompok solidaritas.

7.      Mengkampanyekan jaminan keamanan, khususnya bagi perempuan.

8.      Mengkampanyekan penegakan hukum bagi hak-hak perempuan.

Berikut ini adalah peran penting dalam mencegah terjadinya kekerasan dan pelecehan
seksual:

1.      Orang Tua Para orang tua seharusnya lebih memperhatikan kehidupan anaknya. Orang
tua dituntut kecakapannya dalam mendidik dan menyayangi anak-anaknya. Jangan membiarkan
anak hidup dalam kekangan, mental maupun fisik. Sikap memarahi anak habis-habisan, apalagi
tindakan kekerasan (pemukulan danpenyiksaan fisik) tidaklah arif, karena hal itu hanya akan
menyebabkan anak merasa tidak diperhatikan, tidak disayangi. Akhirnya anak merasa trauma,
bahkan putus asa.

2.      Guru Peran seorang guru dituntut untuk menyadari bahwa pendidikan di Negara kita
bukan saja untuk membuat anak pandai dan pintar, tetapi harus juga dapat melatih mental anak
didiknya. Peran guru dalam memahami kondisi siswa sangat diperlukan.Sikap arif, bijaksana,
dan toleransi sangat diperlukan. Idealnya seorang guru mengenal betul pribadi peserta didik,
termasuk status sosial orang tua murid sehingga ia dapat bertindak dan bersikap bijak.

3.      Masyarakat Anak-anak kita ini selain bersentuhan dengan orang tua dan guru, mereka
pun tidak bisa lepas dari berbagai persinggungan dengan lingkungan masyarakat dimana dia
berada. Untuk itu diperlukan kesadaran dan kerjasama dari berbagai elemen di masyarakat untuk
turut memberikan nuansa pendidikan positif bagi anak-anak.Salah satu elemen tersebut adalah
pihak pengelola stasiun TV. Banyak risetmenyimpulkan bahwa pengaruh media (terutama TV)
terhadap perilaku anak cukup besar. Berbagai tayangan kriminal di berbagaisatsiun TV, tanpa
kita sadari telah menampilkan potret-potret kekerasan yang tentu akanberpengaruh pada
pembentuk mental pribadi anak dan terhadap kejahatan seksual.

11
4.      Pemerintah Dan Sosial Worker Pemerintah adalah pihak yang bertanggung jawab
penuh terhadap kemashlahatanrakyatnya, termasuk dalam hal ini adalah menjamin masa depan
bagianak-anak kita sebagai generasi penerus.Pemerintah dirasa sangat perlu memperbaiki
undang-undang, terutama mengenai hak-hak wanita dan anak-anak, memperberat hukuman bagi
pelaku dan memberikan pendidikan mengenai kekerasan seksual pada wanita dan remaja putri
sehingga paradigma kekerasan dan pelecehan seksual sebagai sesuatu yang lumrah menjadi
hilang. Masyarakat perlu menggalang kekuatan yang dapat menekan pemerintah untuk segera
mengatasi masalah ini dengan melibatkan pekerja sosial atau dunia internasional yang peduli
pada masalah kekerasan terhadap wanita dan anak-anak. Para pekerja sosial yang peduli dalam
masalah kekerasan seksual pada remaja dapat menyelenggarakan penggalangan kesadaran akan
pentingnya mengetahui hak-hak asasi wanita dan anak-anak. Hal ini dapat dilakukan dengan
melakukan penyuluhan mengenai kiat-kiat mencegah pelecehan seksual.Peran penyedia layanan
kesehatan terutama dokter sangat penting. Peran pemerintah dalam memberikan rasa aman yang
kurang sangat berpengaruh terhadap adanya kekerasan seksual. Beberapa negara masih
mengabaikan perlindungan terhadap wanita dan anak-anak karena budaya dan paradigma yang
telah mengakar pada masyarakat mengenai derajat wanita yang masih rendah, tidak menganggap
isu ini penting, atau tidak memiliki perangkat hukum yang baik dalam melindungi hak wanita
dan anak-anak. Beberapa langkah untuk menjaga diri dari perkosaan:

1.      Menunjukkan sikap tegas terhadap segenap bentuk perilaku yang mencurigakan.

2.      Selalu bersikap waspada.

3.      Tidak boleh berjalan di tempat gelap dan sunyi.

4.      Berpakaian sewajarnya.

5.      Sediakan selalu senjata di dalam tas, seperti misalnya korek api, deodoran semprot, dan
sebagainya.

6.      Jika pergi ke suatu tempat asing, bawa alamat lengkap, denah dan jalur kendaraan
sehingga tidak terlihat bingung. Bertanyalah ke tempat-tempat resmi, seperti kantor polisi.

7.      Jangan mudah menerima ajakan untuk bepergian atau menginap di tempat yang belum

dikenal.

12
8.      Jangan mudah menumpang kendaraan orang yang belum dikenal.

9.      Berhati-hati jika diberi minum orang.

10.  Pastikan selalu jendela, pintu kamar, rumah, mobil, sudah terkunci dengan baik.

11.  Belajar beladiri praktis untuk mempertahankan diri ketika diserang.

2.1.4. Gejala kecemasan social

Ingman (Ingman, 1999) mengemukakan simtom Kecemasan sosial dapat di ekspresikan


dalam beberapa cara yaitu:

a. gejala Fisik

1. Keringat yang berlebihan


2. Detak jantung yang berdebar-debar
3. Wajah memerah
4. Bergetar
5. Sakit perut
6. Mati rasa
7. Pusing

b. gejala Tingkah Laku

1. Tidak berani/sedikit melakukan kontak mata


2. Penundaan
3. Cara bicara tidak lancar
4. Gelisah
5. Menolak interaksi sosial

c. gejala Kognitif

1. Kesadaran diri yang tinggi


2. Merasa dirinya dilihat dan dievaluasi oleh orang lain
3. Kewaspadaan yang berlebihan

13
4. Berpikir merendahkan diri sendiri

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 JENIS PENELITIAN

Jenis Penelitian yang dilakukan pada mini mini riset ini adalah penelitian kuantitatif karena
hasil dari penelitian ini melalui perhitungan dari sampel yang diminta jawaban atas pertanyaan.

3.2 TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah Angket pelecehan seksual digunakan untuk
mengungkap sejauh mana tingkat pelecehan seksual subjek dalam penelitian ini. Penyusunan
skala pelecehan seksual mengacu pada aspek-aspek yang meliputi ketakutan akan evaluasi
negatif, penghindaran sosial dan rasa tertekan dalam situasi yang baru/berhubungan dengan
orang asing/baru, penghindaran sosial dan rasa tertekan yang dialami secara umum/dengan orang
yang dikenal berjumlah 13 item.

3.3 LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN

Langkah mini riset yang dilakukan adalah :

1. Membuat Angket melalui Google Form


2. Menyebarkan Angket Google Form kepada Peserta Didika
3. Mengumpulakn dan menghitung data hasil mini riset.
4. Menyusun laporan

14
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 DESKRIPSI HASIL PENELITIAN

Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah memberikan skor pada hasil
pengisian angket untuk keperluan analisis data. Skor untuk masing-masing skala bergerak dari 1-
4 dengan memperhatikan sifat item favorabel (mendukung) dan unfavorabel (tidak mendukung).
Skor dari aitem f adalah 4 untuk pilihan jawaban sangat sesuai (SS), 3 untuk sesuai (S), 2 untuk
tidak sesuai (TS), dan 1 untuk sangat tidak sesuai (STS).

Maka diperoleh hasil mini riset :

1. Merasa takut jika mendengar kata “ pelecehan seksual


2. Cenderung bersembunyi ketika ada orang yang baru
3. Cemas ketika dikerumunan b anyak orang
4. Khawatir ketika berkenalan dengan orang baru

15
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1.KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Akhirnya kita mengetahui sebagian kecil dari kejadian –kejadian yangpernah ada atau
yang sedang terjadi,pelecehan seksual bukanlah hal baru ternyata pelecehan seksual sudah ada
sejak dulu dan tersebar dimana-mana hanya saja susah untuk menghentikannya.Ini tugas dari kita
generasi baru untuk menjaga dunia dari tangan-tangan tidak bermoral dan juga dari kepolisian
harus lebih mempertegas tentang hukum yang berlaku.

5.2 SARAN

Dari berbagai informasi yang telah kita dapatkan bahwa pelecehan seksual sangat berbahaya
karena akan menimbulkan efek yang sangat berbahaya mulai dari beban mental yang diderita
oleh korban,penyakit yang akan diderita oleh pelaku dan juga oleh korban dan lain sebagainya.
Maka dari itu kita harus bisa menjaga diri dengan cara mendekat diri kepada yang Maha
Kuasa,pertebal iman kita supaya kita selalu dilindungi-Nya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Abu Huraerah. (2006). Kekerasan Terhadap Anak Jakarta:Penerbit Nuansa,Emmy Soekresno S.


Pd.(2007).
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. Pelecehan Seksual dan Kekerasan Seksual.
2002.
http://www.bkkbn.go.id /hqweb/ceria /mb2pelecehan seksual.html. Disitasi tanggal 28 Maret
2004.diakses tanggal 7November 2013 Annisa R. Pelecehan Seksual. 2003.
http://situs.kesrepro.info/gendervaw /materi/ pelecehan.htm. Disitasi tanggal 28 Maret
2004.diakses tanggal 7 November 2013
http://www.tempo.co/read/news/2013/10/22/064523688/Kasus-Pelecehan-Seksual-di-SMP-4-
karena-Kepol. http://id.wikipedia.org/wiki/Pelecehan_seksual.

17

Anda mungkin juga menyukai