Anda di halaman 1dari 12

BIOGRAFI ABU ZAYD AL-BALKHI

Di susun Untuk Memenuhi Tugas Dari Mata Kuliah Psikologi Umum

Di susun oleh:

Saead Al Khudori

( 021011585 )

Dosen Pengampu:

H. Harun Lubis, M.Psi

PROGAM STUDI AGAMA ISLAM DARUL ARAFAH /


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUL ARAFAH T.A
2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb. Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat serta
karunia-Nya sehingga makalah dengan berjudul ‘Memaksimalkan Pengolahan Limbah
Anorganik untuk Mengurangi Produksi Limbah di Masyarakat’ dapat selesai. Makalah ini
dibuat dengan tujuan memenuhi tugas Psikologi Umum. Selain itu, penyusunan makalah ini
bertujuan menambah wawasan kepada pembaca tentang Plosog Abu Zayd Al-Balkhi Penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ustad H.Harun Lubis,M.Psi mata Kuliah
Psikologi Umum. Berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah wawasan penulis
berkaitan dengan topik yang diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang
sebesarnya kepada semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan banyak
kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan ketaksempurnaan yang
pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga mengharap adanya kritik serta saran dari
pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini.

Kutalimbaru September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I BIOGAFI

1. BIOGRAFI...................................................................................................................1
a. Pemikiran ...............................................................................................................3
b. Ganguan Mental.....................................................................................................3
c. Ganguan obsesi dalam Gagasan al-balkhi.............................................................5
2. Kitab Mashalih al-Abdan wa l-Anfus...........................................................................7

BAB II PENETUP

Kesimpulan ........................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
BIOGRAFI ABU ZAYD AL-BALKHI

Abu Zayd al-Balkhi

1. BIOGRAFI

Abu Zaid al-Balkhi adalah seorang psikolog, ahli geografi, matematikawan, dokter,
dan ilmuwan asal Persia. Abu Zayd al-Balkhi adalah seorang ilmuwan yang mencetuskan
pemikiran tentang keterkaitan antara jiwa dan tubuh. Dalam perkembangan ilmu
psikologi, ide tentang tubuh dan jiwa juga diselidiki oleh Abu Zayd al-Balkhi, salah satu
ilmuwan dari jazirah Arab. Al-Balkhi merupakan pakar berbagai bidang keturunan Persia
yang lahir pada 850 M di Desa Shamisitiyan, Provinsi Balkh, Persia (sekarang
Afganistan) Ia menguasai sejumlah bidang ilmu dari matematika, geografi, astrologi,
kedokteran, psikologi, hingga filsafat.
Abu Zayd al-Balkhi (235H-322H/849M-934M) yang memiliki nama asli Ahmad ibn
Sahl adalah pakar multi disiplin ilmu pengetahuan (polymath). Muhammad ibn Ishaq
Abul Faraj al-Nadim atau lebih dikenal dengan Ibn al-Nadim, dalam kitabnya al-
Fihrist menyebutkan bahwa al-Balkhi memiliki 41 karya dalam berbagai disiplin ilmu
pengetahuan. Diantaranya di bidang ‘Ulum al-Qur’an, Kalam, matematika, geografi,

iii
kedokteran, ilmu jiwa, perbandingan agama, politik, sejarah, linguistik, astronomi, sastera
dan filsafat. Namun dari karya-karyanya itu, hanya dua kitab yang sampai pada kita,
kitab suwar al-aqalim di bidang geografi dan masalih al-abdan wa l-anfus di bidang
psikologi.
Sebagaimana indeks Muhammad ibn Ishaaq al-Nadim disebutkan al-Balkhi memiliki
lebih dari 55 karya dari beberapa disiplin ilmu pengetahuan, demikian dikutip dari Yaqut
al-Hamawi dalam kitabnya “Mu’jam al-Udaba” (Al-Hamawi, 1993). Sedangkan dalam
buku Mahmud Misri menyebutkan al-Balkhi memiliki kurang lebih 64 buku,
sebagaimana dikutip oleh Abu Hayyan dan al-Fahru al-Razi namun dari karya-karya itu
hanya dua kitab yang sampai pada kita yaitu kitab suwar al-aqalim di bidang geografi dan
masalih al abdan wal anfus di bidang psikologi Al-Balkhi lahir di Syamistiyan sekarang
bagian wilayah Afghanistan. Ayahnya adalah seorang guru taman kanak-kanak. Pada
masa remaja Al-Balkhi pergi ke Baghdad selama 8 (delapan) tahun untuk menimba ilmu
syariat (dan berjumpa dengan Abu Yusuf Ya’qub ibn Ishaq al-Kindi kemudian berguru
kepadanya, dari sinilah awal Al-Balkhi memulai dasar pengembangan kajian keilmuan
berikutnya

Al-Balkhi lahir di Syamistiyan, wilayah Balkh (Bactra) dan kini berada di


Afghanistan. Ayahnya adalah seorang guru anak-anak. Al-Balkhi tumbuh dewasa dan
tinggal di Baghdad selama 8 tahun, di saat kekuasaan Daulah Abbasiyah sudah merosot
dan hanya meliputi Baghdad dan sekitarnya. Pada masanya timbul kekacauan politik,
sehingga kerusuhan bermunculan di mana-mana.

Namun demikian, kondisi negara yang carut marut di zaman al-Balkhi bukanlah
penghalang bagi para ulama untuk mendedikasikan umurnya dalam melanjutkan tradisi
ilmu. Bahkan dalam suasana seperti itu bermunculan sejumlah cendekiawan, di antaranya
adalah Abu Zayd al-Balkhi. Al-Balkhi adalah intelektual muslim yang memperkenalkan
psikologi Islam dan neuroscience, yakni cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan
dengan anatomi, fisiologi, biokimia, atau biologi molekul jaringan saraf, khususnya yang
berkaitan langsung dengan perilaku dan pengetahuan.

Di samping itu, dia juga terkenal sebagai tokoh yang pertamakali menemukan
psikologi kognitif dan medis (cognitive and medical psychology). Dialah  orang yang
pertamakali membedakan antara sakit saraf (neurosis) dan sakit jiwa (psychosis), serta
orang yang pertamakali mengklasifikasikan gangguan saraf (neurotic disorders) dan

iv
perintis terapi kognitif (cognitive therapy) dalam rangka mengkaji pengelompokan
gangguan penyakit ini.

Psikologi kognitif (cognitive psychology) adalah cabang ilmu psikologi yang


menyelidiki proses kejiwaan internal, seperti penyelesaian masalah, daya ingatan dan
bahasa. Sedangkan psikologi medis (medical psychology) berarti merujuk pada keahlian
praktik pengobatan klinik ahli psikologi. Sementara terapi kognitif (cognitive therapy)
adalah pendekatan psikoterapi yang bertujuan mempengaruhi gangguan emosi, perilaku
dan kesadaran melalui prosedur yang sistematis.

a. Pemikiran

Gagasan-gagasannya yang dianggap signifikan dalam perkembangan ilmu psikologi


tertulis dalam karyanya bertajuk  Al-Masaalih al-Abdan wa al-Anfus atau Rezeki
untuk Tubuh dan Jiwa. Sebagai seorang pakar medis, al-Balkhi mengkritik dunia
kedokteran yang pada masa itu lebih berkonsentrasi pada penyakit fisik para pasien
alih-alih menilik aspek psikologis mereka.

Al-Balkhi meyakini bahwa bila tubuh seseorang sakit, ia akan kehilangan


kemampuan kognitif dan gagal menikmati beragam aspek kehidupan lainnya. Begitu
pun sebaliknya, saat kondisi psikologis seseorang melemah atau pikirannya
terganggu, fisiknya akan lebih rentan terserang penyakit. Aspek psikologi dan
kondisi fisik manusia yang saling mempengaruhi sebagaimana dijabarkan al-Balkhi
ini dikenal dengan sebutan psikosomatis dalam kajian ilmu kejiwaan sekarang ini.

b. Gangguan Mental

Al-Balkhi membagi gangguan mental ke dalam empat kategori: kemarahan (al-


ghadab), kesedihan dan depresi (al-jaza), ketakutan dan fobia (al-faza), serta obsesi
(wasawes al-sadr) .Mengenai kesedihan, pakar psikologi muslim ini menyatakan
terdapat dua jenis rasa sedih yang bisa dialami seseorang. Pertama, kesedihan yang
dapat teridentifikasi penyebabnya seperti kematian anggota keluarga atau
kebangkrutan.Cara penanganan kesedihan ini dilakukan dengan terapi eksternal dan
internal. Terapi eksternal melibatkan perbincangan persuasif atau nasihat dari ahli-
ahli kejiwaan maupun orang-orang terdekat pasien yang dapat dipercaya.

v
erapi internal meliputi upaya-upaya swadaya pasien untuk menanamkan pikiran-
pikiran positif guna menangkal kesedihan dan depresinya. Kedua, kesedihan yang
tidak jelas diketahui sumbernya dan dapat menyebabkan seseorang jatuh sakit.
Kesedihan semacam ini dapat datang tiba-tiba dan menetap untuk jangka panjang,
serta menghambat seseorang dalam beraktivitas fisik maupun merasakan
kebahagiaan dari hal-hal yang semula ia nikmati. Kesedihan yang tidak
teridentifikasi ini tidak hanya perawatan mental saja yang diperlukan, tetapi juga
penanganan fisik secara medis.

Al-Balkhi mengelompokkan penyakit saraf dalam empat gangguan kondisi mental-


kejiwaan, yaitu ketakutan dan kegelisahan (fear and anxiety), amarah dan
penyerangan (anger and aggression), kesedihan dan depresi (sadness and
depression), serta obsesi atau gangguan pikiran (obsession).

Lebih lanjut al-Balkhi menggolongkan tiga jenis depresi, yaitu depresi normal atau
kesedihan, depresi yang berasal dari dalam tubuh dan depresi yang berasal dari luar
tubuh.  Individu yang sehat harus selalu menjaga kesehatan pikiran dan perasaan.
Maka menurutnya,  keseimbangan antara pikiran dan tubuh sangat diperlukan untuk
memperoleh kesehatan yang prima. Sebaliknya ketimpangan antara keduanya justru
akan menimbulkan penyakit. Di samping itu, dia juga memperkenalkan konsep
pengobatan yang berlawanan (al-‘ilaj bi l-dhid, reciprocal inhibition), di mana
konsep ini dikenalkan kembali ribuan tahun kemudian oleh Joseph Wolpe di tahun
1969.

Konsep kesehatan mental dan mental individu, menurutnya,  selalu berhubungkait


dengan kesehatan spiritual. Dia adalah orang yang pertamakali berhasil mengkaji
bermacam-macam penyakit yang secara langsung mempunyai keterkaitan antara fisik
dan jiwa, seperti yang diulasnya dalam kitabnya Masalih al-Abdan wa al-
Anfus (Asupan Badan dan Jiwa).  Al-Balkhi menggunakan istilah al-Tibb al-
Ruhani (pengobatan spiritual) untuk menggambarkan kesehatan jiwa, sedangkan
untuk menjelaskan pengobatan mental, digunakannya istilah Tibb al-
Qalb (pengobatan kalbu).

Al-Balkhi sering mengkritik dokter-dokter di zamannya karena selalu memfokuskan


perhatian mereka pada penyakit fisik saja dan mengabaikan penyakit mental dan

vi
kejiwaan para pasiennya. Dia berargumen bahwa dikarenakan konstruksi manusia
terdiri dari jasmani dan rohani, maka keberadaannya tidak bisa dikatakan sehat tanpa
adanya keterjalinan (isytibak) antara jiwa dan badan. Lebih lanjut dia katakan: “Jika
badan sakit, jiwa pun akan banyak kehilangan kemampuan kognitifnya dan tidak bisa
merasakan kenikmatan hidup”. Sebaliknya dia juga menjelaskan “Jika jiwa sakit,
badan pun kehilangan keceriaan hidup dan bahkan badannya pun bisa jatuh sakit”.

Pemikirannya tentang kesehatan mental, digalinya dari al-Qur’an dan Sunnah. Di


antaranya adalah QS. 2:10, “Dalam hati mereka ada penyakit“. Dan Sabda
Nabi: “Ketauhilah! Sesungguhnya dalam badan manusia itu ada segumpal daging,
apabila ia baik maka seluruh badannya akan baik. Tetapi jika ia rusak, maka
rusaklah seluruh badannya. Ketauhilah bahwa ia (segumpal daging) itu adalah
kalbu”. (HR. al-Bukhari) (l-Anfus, 2022)

c. Gangguan Obsesi dalam Gagasan al-Balkhi

Referensi mengenai gangguan obsesi yang dilekatkan dengan perilaku kompulsif


banyak diperoleh dari tulisan-tulisan ilmuwan Barat sejak abad ke-17. Pada masa itu,
gangguan obsesi didefinisikan oleh pejabat-pejabat institusi agama. Salah satu
pendefinisian gangguan obsesi disampaikan oleh Jeremy Taylor, Uskup Down and
Connor, Irlandia. Ia berpendapat bahwa keraguan yang bersifat obsesif merupakan
masalah yang muncul setelah suatu masalah berakhir, keraguan yang hadir selepas
keraguan sebelumnya dientaskan. Sementara, John Moore, Uskup Norwich, Inggris
melihat obsesi terkait dengan pemikiran-pemikiran yang menghina Tuhan pada saat
seseorang mempraktikkan ajaran agamanya.

Dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders versi kelima (DSM-V)
yang dijadikan kitab pegangan pakar-pakar psikologi saat ini, gangguan obsesi
didefinisikan sebagai pemikiran, dorongan, atau keinginan yang muncul berulang
kali, tidak diinginkan, dan membahayakan diri seseorang atau menyebabkan
kecemasan. Jauh sebelum gagasan-gagasan ini dikemukakan, al-Balkhi telah
menjelaskan bahwa gangguan obsesi melibatkan pikiran-pikiran mengganggu yang
tidak nyata yang dialami seseorang, menghambatnya menikmati hidup dan menjalani
keseharian, memengaruhi konsentrasi dan menciptakan ketakutan dalam dirinya.

vii
Dalam keseharian, bisa saja seseorang yang mengalami gangguan obsesi
mengalihkan perhatiannya dengan melakukan kegiatan lain seperti menceburkan diri
dalam perbincangan atau menjalani rutinitas. Namun, tidak lama setelah kegiatan-
kegiatan tersebut terhenti, ia akan kembali tenggelam dalam pikiran-pikiran yang
mengganggu. Dalam tulisan Awaad dan Ali (2015) yang mencantumkan gagasan al-
Balkhi seputar gangguan obsesi, ilmuwan Arab itu menyatakan bahwa penderita
umumnya memiliki cara pandang pesimis terhadap dunia. Seorang pengidap
gangguan obsesi lebih percaya hal buruk akan menimpanya dan ketika diberikan
sejumlah pilihan, mereka akan memilih yang paling rumit. Menurut al-Balkhi, orang
tersebut juga bersikap keras terhadap dirinya sendiri.

Ketika melakukan kajian-kajian psikologi di tengah budaya Islam, al-Balkhi


menyadari ada beberapa hambatan yang ditemui dalam melakukan penyembuhan
gangguan obsesi. Pertama, kepercayaan budaya tentang obsesi. Pada masa itu, masih
banyak orang percaya bahwa gangguan obsesi yang dialami seseorang terkait dengan
kekuatan jahat atau keracunan pada empedu. Kedua, pilihan penyembuhan yang
masih menitikberatkan pada penanganan fisik. Psikologi masih jauh dari populer
sehingga pendekatan-pendekatan yang dilakukan al-Balkhi dianggap tidak efektif
oleh masyarakat.

Kendala ketiga yang al-Balkhi temukan dalam masyarakat yang masih memegang
erat keyakinan religiusnya adalah hilangnya harapan untuk sembuh. Menghadapi
kenyataan ini, al-Balkhi dengan gigih menjelaskan kepada orang-orang bahwa
gangguan obsesi bisa sembuh. Lebih jauh, ia meyakinkan orang-orang bahwa Tuhan
menciptakan pengobatan untuk setiap penyakit sehingga para penderita gangguan
obsesi tidak semestinya kehilangan harapan untuk sembuh.

Tumbuh di lingkungan budaya Islam bukanlah hal mudah bagi seorang al-Balkhi
untuk memperkenalkan pendekatan alternatif dalam menyembuhkan penyakit yang
diderita seseorang. Meski demikian, karya-karyanya yang ditulis ratusan tahun
sebelum psikologi modern berkembang berhasil menorehkan sejarah, bahkan masih
dikatakan relevan dan berguna dalam proses diagnosis pasien-pasien gangguan
kejiwaan. Sepanjang Ramadan, redaksi menayangkan naskah-naskah yang
mengetengahkan penemuan yang dilakukan para sarjana, peneliti dan pemikir Islam

viii
di berbagai bidang ilmu pengetahuan, dan teknologi. Kami percaya bahwa
kebudayaan Islam melalui para sarjana dan pemikir muslim pernah, sedang, dan akan
memberikan sumbangan pada peradaban manusia melalui ilmu pengetahuan dan
teknologi. Naskah-naskah tersebut akan tayang dalam rubrik "Al-ilmu nuurun" atau
"ilmu adalah cahaya” (Kirnandita, 2017)

2. Kitab Mashalih al-Abdan wa l-Anfus

Kitab ini membahas tema-tema yang berkenaan dengan kesehatan badan dan jiwa.
Kitab Mashalih yang manuskripnya tersimpan di Istambul ini terdiri dari dua bab,
yakni Mashalih al-abdan yang mencakup 14 bagian dan masalih al-anfus yang mencakup
8 bagian. Karya ini tergolong penting, mengingat ia adalah karya pertama yang
membahas utuh masalah kesehatan. Di samping itu, tema pembahasannya sangat
komprehensif, kaya nilai ilmiah dan sistematis.

Dalam penulisannya, al-Balkhi menggunakan metode deduktif (al-manhaj al-


istidlali), kausalitas (sababiyyah), terapan, eksperimen dan metode instruksional.
Penggunaan metode pembahasan yang integral dengan wahyu, terlihat jelas saat dia tidak
hanya mencukupkan kajiannya pada fenomena alam secara empiris, tapi berlanjut pada
pembacaan hikmah yang tersembunyi di baliknya. Menurutnya, Sunnatullah berlaku
umum untuk semua makhluk-Nya. Dengan demikian al-Balkhi telah membawa teori
integral yang disertai penjelasan faktor-faktor kausalitas tentang gangguan kejiwaan yang
persis sama dengan karya-karya kontemporer.

Di antara nasehat al-Balkhi yang terkenal, “Kematian adalah keniscayaan, maka


janganlah engkau takut padanya. Dan jika engkau takut apa yang akan terjadi setelah
kematian, maka perbaikilah dirimu sebelum kematianmu. Takutlah akan kejahatanmu,
bukan pada kematianmu!” (la budda minal maut, fa la takhaf minhu, wa in kunta takhaf
mimma ba’dal mauti, fa ashlih sya’naka qabla mautika, wa khaf sayyiatika, la mautika).
(l-Anfus, 2022)

ix
BAB II
PENUTUP

Kesimpulan

Integrasi yang luar biasa antara unsur-unsur material dan spiritual sebagaimana yang
dilakukan oleh Abu Zaid Al-Balkhi telah menjadi ciri peradaban Islam menarik semua ilmu
yang berkembang dalam peradaban itu, termasuk kedokteran. Al-Balkhi mengetahui bahwa
kesehatan umum manusia didasarkan pada keseimbangan antara kesehatan tubuh dan
kesehatan jiwa, oleh karena itu dalam perawatannya perlu mengetahui faktor-faktor internal
dan eksternal yang mengarah pada penyimpangan. Demikian konstruksi manusia terdiri dari
jasmani dan rohani maka fokus perawatan tidak dapat dari sisi fisik saja namun harus dilihat
sisi mental pasiennya. Al-Balkhi mengatakan eksistensi manusia tidak dapat dikatakan sehat
tanpa adanya keterjalinan antara jiwa dan badan. Demikian: “Jika badan sakit, maka jiwa pun
akan banyak kehilangan kemampuan kognitifnya dan tidak dapat merasakan kenikmatan
hidup”. Sebaliknya Jika jiwa sakit, maka badan pun kehilangan keceriaan hidup dan bahkan
badannya pun dapat jatuh sakit”.

x
DAFTAR PUSTAKA

https://tirto.id/kajian-tubuh-dan-jiwa-ala-abu-sayd-al-balkhi-cpzs

https://insists.id/profil-psikolog-muslim-abu-zaid-al-balkhi/

file:///C:/Users/ACER/Downloads/2632-8381-1-PB.pdf

https://tirto.id/kajian-tubuh-dan-jiwa-ala-abu-sayd-al-balkhi-cpzs

xi

Anda mungkin juga menyukai