Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah psikologi umum
Dosen pengampu:
Harun Lubis, M. Psi
Di susun oleh:
Hilya Annisa Fitri
(021011572)
Penulis merasa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik secara
teknis maupun materi mengingat minimnya kemampuan yang dimiliki. Maka dari itu, kritik
dan saran yang membangun dari berbagai pihak dibutuhkan demi penyempurnaan makalah
ini Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhindda kepada pihak-pihak yang
turut membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga Allah SWT memberikan imbalan setimpal
kepada mereka yang memberikan bantuan dan dapat menjadikan semua bantuan itu sebagai
ibadah. Amin Ya Rabbal Alamin.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I BIOGRAFI
Kesimpulan..........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB I
PEMBAHASAN
Pada masa kecilnya, kehidupan Maslow dipenuhi dengan perasaan malu, rendah diri,
dan depresi yang kuat.2 Maslow tidak terlalu dekat dengan salah satu dari orang tuanya,
tetapi ia tidak keberatan dengan ayahnya yang seringkali tidak ada disampingnya. Ayahnya
adalah seorang imigran keturunan Rusia Yahudi yang bekerja mempersiapkan barel/tong.
Akan tetapi, kepada ibunya, Maslow merasakan kebencian dan kemarahan, tidak hanya pada
masa kecilnya, tetapi juga hingga hari kematian ibunya yang hanya berjarak beberapa tahun
sebelum kematian Maslow sendiri.
Walaupun telah beberapa tahun menjalani psikoanalisis, kebenciannya yang kuat
terhadap ibunya tak pernah hilang dan ia menolak untuk menghadiri pemakaman ibunya.
Walaupun saudara kandungnya yang tidak membenci ibunya memintanya untuk hadir.3
Meskipun Maslow dibesarkan dalam nihilnya kasih sayang seorang ibu, namun ia dapat
menjunjung tinggi nilai-nilai kebaikan yang sama sekali tidak dilihatnya dari sosok orang
yang membesarkannya, hingga ia terheran asal segala nilai kebaikan yang ia miliki,
pemikiran ini Maslow tulis dalam buku harian setahun sebelum kematiannya,
Ibunda Maslow juga merupakan seorang wanita yang sangat taat beragama yang
seringkali menakut-nakuti Maslow muda tentang adanya hukuman dari Tuhan. Ketika masih
anak-anak, Maslow memutuskan untuk mengetes ancaman ibunya dengan sengaja melakukan
hal-hal yang dilarang. Ketika tidak ada hukuman dari Tuhan yang menimpanya, ia
menganggap peringatan ibunya secara ilmiah tidak dapat dipercaya. Dari pengalaman-
pengalaman tersebut, Maslow belajar membenci dan tidak mempercayai agama. Meski tidak
mempercayai agama, Maslow sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kebaikan, kejujuran,
keadilan, kesederhanaan dan berbagai nilai lainnya yang ia anggap sebagai potensi yang
dimiliki seseorang yang mengaktualisasikan diri
Setelah Maslow lulus dari Boys High School, sepupunya Will mendukungnya untuk
mendaftar ke Cornell University, sayangnya ia tidak percaya diri untuk mendaftar. Oleh
karena itu, Maslow memilih City College of New York yang kurang terkemuka. Kira-kira
pada saat yang bersamaan, orang tuanya bercerai dan hubungan dia dengan ayahnya menjadi
lebih dekat secara emosional.
Ayah Maslow menginginkan anak laki-laki tertuanya menjadi seorang pengacara dan
ketika berkuliah di City College, Maslow mendaftar di sekolah hukum. Akan tetapi, ia
meninggalkan kelas hukumnya di suatu malam dan meninggalkan semua bukunya di kelas
tersebut. Ia merasa bahwa hukum terlalu sering berhadapan dengan orang-orang jahat dan
tidak cukup peduli dengan kebaikan. Walaupun awalnya kecewa, sang ayah akhirnya bisa
menerima keputusan Maslow untuk berhenti sekolah hukum. Ketika menjadi mahasiswa di
City Collage, Maslow mendapat nilai baik di mata kuliah filosofi dan mata kuliah lain yang
menarik minatnya. Akan tetapi, di mata-mata kuliah yang tidak ia sukai, ia mendapatkan nilai
yang buruk sehingga ia harus menjalani masa percobaan akademis. Setelah tiga semester, ia
pindah ke Cornell University di bagian utara New York.
Sebagian alasannya adalah untuk bisa lebih dekat dengan sepupunya Will, yang
berkuliah di tempat itu, tetapi juga untuk menjauhkan dirinya dari sepupu dekatnya Bertha
Goodman, yang ia cintai. Di Cornell, nilai akademis Maslow juga hanya rata-rata. Professor
yang memberikan kuliah perkenalan psikologi adalah Edward B. Titchener, seorang pelopor
ilmu psikologi yang dihormati dan mengajar semua kelasnya dalam jubah akademis yang
lengkap. Maslow tidak terkesan, ia menganggap pendekatan psikologi yang diambil
Titchener sebagai pendekatan yang dingin, “tidak bernyawa”, dan tidak berkaitan dengan
manusia
Teori hierarki kebutuhan Maslow melihat bahwa individu yang bekerja mempunyai
tahap kebutuhan dasar yang akan dicapai dalam pekerjaannya. Tahap kebutuhan itu adalah
fisiologis, keamanan dan kasih sayang, sosial dan afiliasi, serta harga diri dan aktualisasi diri
atau perwujudan diri. Ada beberapa contoh yang memberikan penjelasan terhadap kelima
tingkat kebutuhan dasar tersebut.
c. Kebutuhan Sosial (Social and Belongingness Needs) Setelah kedua kebutuhan tadi dicapai
dengan memberi kepuasan ang agak memuaskan, maka timbul kebutuhan akan sosial dan
kasih sayang (social and belongingness). Yaitu kebutuhan untuk berhubungan dengan orang
lain, pada saat ini individu akan merasa sangat kesepian dan terisolasi dari pergaulan.
Individu akan membutuhkan teman dan perhatian dari seseorang.
Contohnya, setiap karyawan selain menginginkan pekerjaan yang aman dan selamat, dirinya
juga ingin dapat berinteraksi dengan orang lain dan mau dirinya untuk dikasihi dan diterima
oleh orang lain agar tidak merasa kesepian sehingga dia dapat berprestasi dalam bekerja.
Ketiga kebutuhan di atas merupakan kebutuhan tingkat rendah (lower level needs). Dua
kebutuhan berikutnya ialah kebutuhan peringkat tinggi (higher level needs).
d. Kebutuhan Harga Diri (Self Esteem Needs) Dua kebutuhan tingkat tinggi tersebut adalah
kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri. Kebutuhan harga diri dapat dibagi menjadi dua
kategori. Pertama, kebutuhan terhadap kekuasaan, berprestasi, pemenuhan diri, kekuatan, dan
kemampuan untuk memberi keyakinan, dan kehidupan serta kebebasan. Kedua, kebutuhan
terhadap nama baik (reputation) atau prestise, status, keberhasilan, pengakuan, perhatian, dan
penghargaan. Pemuasan kebutuhan terhadap harga diri akan membawa kepada keyakinan
diri, kekuatan, kemampuan, dan pemenuhan diri. Contohnya, setiap karyawan umumnya
mempunyai harapan untuk dapat mencapai kebebasan diri dan memperoleh penghargaan dan
kemampuan setelah kebutuhan sosial dan harga dirinya telah dipuaskan untuk mencapai
prestasi kerja. e. Kebutuhan Aktualisasi Diri (Self Actualization Needs) Akhirnya kelima,
kebutuhan aktualisasi diri atau perwujudan diri yang merupakan. kebutuhan tingkat kelima
yang paling tinggi bagi Karyawan yang juga ingin dipenuhi dan dipuaskannya. Pada
peringkat ni setiap individu dalam memenuhi kebutuhan ini sangat berbeda satu ama lain,
Masing-masing ingin mewujudkan diri sebagai seorang jang mempunyai kemampuan yang
unik. Kebutuhan ini ada hanya etelah empat kebutuhan sebelumnya dicapai secara
memuaskan. Pada dasarnya kebutuhan ini bertujuan untuk membuat seluruh potensi yang ada
dalam diri seseorang sebagai sesuatu wujud nyata, yoitu dalam bentuk usaha aktualisasi diri
Kebutuhan Maslow Konsep dari teori hierarki kebutuhan yang dicetuskan Maslow ini
berawal dari pengamatan yang dilakukan langsung oleh Maslow. Ia mengamati perilaku
seekor monyet dan kemudian mendapatkan kesimpulan bahwa ada sejumlah kebutuhan yang
diprioritaskan oleh individu dibanding kebutuhan lainnya. Maslow kemudian mencontohkan
bahwa manusia akan lebih dulu mementingkan untuk memenuhi kebutuhan cairan ketimbang
makanan. Karena memang akan lebih berbahaya jika manusia kekurangan cairan ketimbang
kekurangan makan. Hal itu kaitannya tentunya adalah untuk bertahan hidup. Dari permisalan
tersebut, Maslow kemudian menyimpulkan juga bahwa tingkatan kebutuhan selanjutnya baru
bisa dicapai setelah individu berhasil memenuhi kebutuhan tingkat sebelumnya.
Maslow juga menambahkan bahwa untuk individu membutuhkan motivasi untuk bisa
mencapai tingkat kebutuhan lanjutan. Motivasi itu terbagi menjadi dua, yaitu motivasi
kekurangan dan motivasi perkembangan. Motivasi kekurangan ini memiliki arti sebagai
usaha yang dilakukan oleh individu untuk memenuhi segala kekurangan yang dimilikinya.
Sedangkan motivasi perkembangan adalah motivasi yang dilakukan oleh individu untuk bisa
meraih tujuan atau keinginan mereka sendiri.