Anda di halaman 1dari 11

A.

Abraham Maslow

a. Biografi Abraham Maslow (1908-1970)

Abraham Harold Maslow adalah seorang psikolog Amerika yang oleh banyak
pihak juluki sebagai bapak psikologi humanistic. Keterangannya bisa dilihat dari
pengaruhnya terhadap ilmu-ilmu humaniora, seperti geografi dan demografi.
Namanya menjadi terkenal setelah berhasil merumuskan teori hierarki kubutuhan,
yakni sebuah konsep kesehatan psikologis yang berdasarkan pada pemenuhan
kebutuhan bawaan sehingga manusia dapat mengaktualisasikan diri.

Maslow lahir pada 1 April 1908 sebagai anak tertua dari tujuh bersaudara. Ia
dilahirkan dan dibesarkan di Brooklyn, New York, Amerika Serikat. Oleh seorang
psikolog, ia digolongkan sebagai anak yang tidak stabil secara mental. Orang tuanya
merupakan generasi pertama imigran Yahudi asal Rusia yang melarikan diri untuk
menghindari penganiayaan kaum Tsar pada awal abad ke-20. Orang tua Maslow
miskin dan tidak memiliki orientasi intelektual.

Maslow menjalani masa kecilnya dengan penuh kesulitan. Hal tersebut terutama
disebabkan ia menghadapi sentiment antisemitisme dari guru dan anak-anak lain di
sekitar lingkungannya. Ia sering dipukul dan dilempari batu oleh para pembenci
keturunan Yahudi. Maslow dan anak-anak Yahudi lainnya berjuang untuk mengatasi
tindakan rasisme serta upaya membangun idealisasi hidup berdasarkan pendidikan
luas dan keadilan.

Tidak hanya di luar rumah, situasi yang penuh ketegangan juga dirasakan Maslow
di dalam rumahnya. Ia jarang bergaul dengan ibunya, bahkan sampai taraf benci. Hal
itu disebabkan ia menganggap ibunya kikir, egois, kurang cinta kasih terhadap
keluarga dan orang lain, mengidepankan narsisme, anti negro, ceroboh, serta
eksploitatif.

Maslow menempuh pendidikan di Boys High School, yaitu salah satu sekolah
menengah atas yang berada di Brooklyn. Setelah lulus, Maslow melanjutkan study di
City College of New York. Pada tahun 1926, ia mengambil kelas hukum pada malam
hari. Namun, karna tidak menyukai materi yang diajarkan, pada tahun 1927 ia pindal
di Coenell University. Tetapi, di sana ia hanya bertahan 1 semester karena ia
mendapatkan nilai buruk serta uang kuliah yang terlalu tinggi baginya. Ia pun
kembali ke City College hingga lulus. Setelah itu, ia melanjutkan study pascasarjana
psikologi di University of Wisconsin (UW). Pada tahun 1928, ia menikahi Bertha,
seorang wanita yang masih termasuk sepupunya. Maslow dan Bertha dianugrahi dua
orang anak.

Penelitian Maslow di UW berada pada area psikologi eksperimental behavioris,


terutama tentang dominasi perilaku dan seksualitas. Pengaruh behaviorisme
menyebabkan pola pikir Maslow menjadi positivis. Atas rekomendasi Profesor
Hulsey Cason, Maslow mwnulis tesis master tentang “ belajar, retensi, reproduksi
materi lisan ”. pada musim panas 1931, ia dianugerahi gelar master dalam bidang
psikologi. Sebenarnya, Maslow menganggap tesis tersebut sebagai karya yang
memalukan. Bahkan, ia sampai merobek daftarnya di katalog perpustakaan psikologi.
Namun, Profesor Carson justru mengagumi dan bahkan mendesak Maslow untuk
memublikasikan tesisnya. Akhirnya, tesis Maslow diterbitkan menjadi dua artikel
pada tahun 1934.

Maslow mengikuti penelitiannya di Colombia University dengan mengambil tema


yang sama. Di sana, ia di bimbing oleh Alfred Adler. Dalam priode 1937-1951,
Maslow menjadi peneliti di Brooklyn College. Pasca periode II, Maslow mengkritik
cara psikolog mengambil kesimpulan penelitian. Maslow kemudian memiliki gagasan
mengenai cara memahami pikiran manusia. Ia menyebutnya sebagai disiplin
psikologi humanistic yang sekaligus menjadi tonggak baru dalam sejarah ilmu
psikologi.

Maslow diangkat sebagai profesor di Brandeis University pada priode 1951-1969. Ia


juga pernah menjadi anggota Laughlin Institute di California. Pada tahun 1967,
Maslow mengalami serangan jantung yang hamper berakibat fatal. Tiga tahun
kemudian, Maslow menderita serangan jantung kronis saat sedang jogging. Hal itu
menyebabkan kematiannya pada 8 Juni 1970 dalam usia 62 tahun.

HUMANISME
Pendekatan Humanisme merupakan pendekatan yang lebih melihat pada sisi
perkembangan kepribadian manusia. Pendekatan ini melihat kejadian yaitu bagaimana
manusia membangun dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif. Pendekatan humanistik
muncul sebagai bentuk ketidaksetujuan pada dua pandangan sebelumnya, yaitu pandangan
psikoanalisis dan behavioristik dalam menjelaskan tingkah laku manusia. Ketidaksetujuan ini
berdasarkan anggapan bahwa pandangan psikoanalisis terlalu menunjukkan pesimisme suram
serta keputusasaan sedangkan pandangan behavioristik dianggap terlalu kaku (mekanistik),
pasif, statis dan penurut dalam menggambarkan manusia.
Kemampuan positif disini erat kaitannya dengan pengembangan emosi positif yang
terdapat dalam domain afektif. Emosi adalah karakterisitik yang sangat kuat yang nampak
dari para pendidik beraliran humanisme. Humanistik tertuju pada masalah bagaimana tiap
individu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan
kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Selain itu, Humanisme juga menegaskan
bahwa ada keseluruhan kapasitas martabat dan nilai kemanusiaan untuk menyatakan
diri (self-realization).  Humanisme yakin bahwa manusia memiliki di dalam dirinya potensi
untuk berkembang sehat dan kreatif, dan jika orang mau menerima tanggung jawab untuk
hidupnya sendiri, dia akan menyadari potensinya, mengatasi pengaruh kuat dari pendidikan
orang tua, sekolah, dan tekanan sosial lainnya. Pandangan humanisme dalam kepribadian
menekankan hal-hal berikut :
1. Holisme
Holisme menekankan bahwa organisme selalu bertingkah laku sebagai kesatuan
yang utuh, bukan sebagai rangkaian bagian/komponen yang berbeda. Jiwa dan tubuh
bukan dua unsur yang terpisah tetapi bagian dari satu kesatuan dan apa yang terjadi di
bagian satu akan mempengaruhi bagian lain. Pandangan holistik dalam kepribadian, yang
terpenting adalah:

a. Kepribadian normal ditandai oleh unitas, integrasi, konsistensi, dan koherensi (unity,


integration, consistency, dan coherence). Organisasi adalah keadaan normal dan
disorganisasi berarti patologik.
b. Organisme dapat dianalisis dengan membedakan tiap bagiannya, tetapi tidak ada
bagian yang dapat dipelajari dalam isolasi. Keseluruhan berfungsi menurut hukum-
hukum yang tidak terdapat dalam bagian-bagian.
c. Organisme memiliki satu drive yang berkuasa, yakni aktualisasi diri (self
actualization).
d. Pengaruh lingkungan eksternal pada perkembangan normal bersifat minimal. Potensi
organisme, jika bisa terkuak di lingkungan yang tepat, akan menghasilkan
kepribadian yang sehat dan integral.
e. Penelitian yang komprehensif terhadap satu orang lebih berguna daripada penelitian
ekstensif terhadap banyak orang mengenai fungsi psikologis yang diisolir.

2. Menolak Riset Binatang


Para juru bicara psikologi humanistik mengingatkan tentang adanya perbedaan
yang mendasar antara tingkah laku manusia dengan tingkah laku hewan. Bagi mereka
manusia lebih dari sekedar hewan. Ini bertentangan dengan behaviorisme yang
mengandalkan penyelidikan tingkah laku hewan dalam memahami tingkah laku manusia.
Maslow dan para teoritis kepribadian humanistik umumnya memandang manusia sebagai
makhluk yang berbeda dengan hewan apapun. Maslow juga menegaskan bahwa
penyelidikan dengan hewan tidak relevan bagi upaya memahami tingkah laku karena hal
itu mengabaikan ciri-ciri yang khas pada manusia seperti adanya gagasan-gagasan, nilai-
nilai, rasa malu, cinta, semangat, humor, rasa seni, kecemburuan dan sebagainya yang
dengan kesemua ciri yang dimilikinya itu manusia bisa menciptakan pengetahuan, puisi,
musik, dan pekerjaan-pekerjaan khas manusia lain-lainnya.
3. Manusia Pada Dasarnya Baik, Bukan Setan
Menurut Maslow, manusia memiliki struktur psikologik yang analog dengan
struktur fisik: mereka memiliki “kebutuhan, kemampuan, dan kecenderungan yang sifat
dasarnya genetik”. Beberapa sifat menjadi ciri umum kemanusiaan, sifat-sifat lainnya
menjadi ciri unik individual. Kebutuhan, kemampuan dan kecenderungan itu secara
esensial sesuatu yang baik, atau paling tidak sesuatu yang netral, itu bukan setan. Sifat
setan yang jahat, destruktif dan kekerasan adalah hasil dari frustasi atau kegagalan
memuaskan kebutuhan dasar, dan bukan bagian dari hereditas.
4. Potensi Kreatif
Mengutamakan kreativitas manusia merupakan salah satu prinsip yang penting
dari psikologi humanistik. Maslow dari studinya atas sejumlah orang tertentu,
menemukan bahwa pada orang-orang yang ditelitinya itu terdapat satu ciri yang umum,
yakni kreatif. Dari itu Maslow menyimpulkan bahwa potensi kreatif merupakan potensi
yang umum yang ada pada manusia. Maslow yakin bahwa jika setiap manusia
mempunyai atau menghuni lingkungan yang menunjang setiap orang dengan
kreativitasnya maka akan mampu mengungkapkan segenap potensi yang dimilikinya.
Dan pada saat yang sama Maslow mengingatkan bahwa untuk menjadi kreatif orang itu
tidak perlu memiliki bakat atau kemampuan khusus. Menurut Maslow kreativitas itu
tidak lain adalah kekuatan yang mengarahkan manusia kepada pengekspresian yang ada
pada dirinya.
5. Menekankan Kesehatan Psikologik
Pendekatan humanistik mengarahkan pusat perhatiannya kepada manusia sehat,
kreatif dan mampu mengaktualisasi diri. Maslow berpendapat psikopatologi umumnya
hasil dari penolakan, frustasi atau penyimpangan dari hakikat alami seseorang. Dalam
pandangan ini, apa yang baik adalah semua yang memajukan aktualisasi diri, dan yang
buruk atau abnormal adalah segala hal yang menggagalkan atau menghambat atau
menolak kemanusiaan sebagai hakikat alami. Karena itu, Psikoterapi adalah usaha
mengembalikan orang ke jalur aktualisasi dirinya dan berkembang sepanjang lintasan
yang diatur oleh alam didalam dirinya. Teori psikoanalisis tidak komprehensif karena
didasarkan pada tingkah laku abnormal atau tingkah laku sakit. Maslow berpendapat
bahwa penelitian terhadap orang lumpuh dan neorotik hanya akan menghasilkan
psikologi "lumpuh" karena itu dia justru meneliti orang yang berhasil merealisasikan
potensi secara utuh, memiliki aktualisasi diri, memakai dan mengeksploitasi sepenuhnya
bakat, kapasitas dan potensinya. Objek penelitiannya adalah orang-orang yang terkenal,
tokoh-tokoh idola yang kreativitas dan aktualisasi dirinya mendapat pengakuan dari
masyarakat luas, misalnya: Eleanor Roosevelt, Albert Einstein, Walt Whiteman, dan
Ludwig Bethoven.

Hierarki Kebutuhan Dasar Maslow Menurut Maslow


Kebutuhan ini tidak hanya bersifat fisiologis namun juga bersifat psikologis.
Kebutuhan ini lah yang mempengaruhi dan mengarahkan perilaku manusia. Terdapat
variasi pada setiap individu dalam memenuhi kebutuhan dasar ini. Kebutuhan ini
memiliki 5 tingkat kebutuhan, yaitu :
1) Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang paling awal, mendasar dan paling jelas
manusia diantara kebutuhan lain dalam hierarki kebutuhan Maslow. Kebutuhan ini
adalah kebutuhan untuk mempertahankan hidup secara fisik, yaitu kebutuhan untuk
makan, minum, tempat tinggal,tidur, dan seks dan oksigen. Jika kebutuhan ini tidak
terpenuhi individu akan menekan atau mengabaikan kebutuhan lain.
2) Kebutuhan Rasa Aman
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang harus di terpuaskan setelah kebutuhan
fisiologis terpuaskan. Kebutuhan ini adalah kebutuhan individu untuk memperoleh
kemanan, ketentraman, dan ketertiban dalam lingkungan dimana individu hidup.
Karena kebutuhan ini biasanya ditemukan pada orang dewasa normal dan sehat, maka
kebutuhan ini dapat terlihat pada anak-anak. anak-anak menyukai dunia dimana
dirinya merasa tidak terancam sehingga dibutuhkan dunia yang dapat diramalkannya
seseorang anak menyukai konsistensi dan kerutinan pada batas tertentu. Jika
kebutuhan ini tidak terpenuhi maka sang anak akan mengalami kecemasan dan merasa
tidak aman.
3) Kebutuhan Akan Diterima dan Cinta
Setelah kebutuhan fisiologis dan rasa aman terpenuhi maka akan muncul
kebutuhan akan perasaan kasih sayang dan perasaan diterima. Kebutuhan akan
diterima dan cinta merupakan kebutuhan individu dalam memperoleh hubungan yang
emosional atau mesra dengan individu lain, termasuk sikap saling percaya.
Kebutuhan ini bisa berbentuk sahabat,kekasih, atau sekumpulan individu dalam
organisasi. Kebutuhan akan cinta menurut Maslow meliputi cinta yang memberi dan
cinta yang menerima.
4) Kebutuhan Akan Penghargaan
Kebutuhan ini memiliki dua kategori akan penghargaan yaitu penghargaan dari
diri sendiri dan penghargaan dari orang lain. Kebutuhan harga diri meliputi
kepercayaan diri, komptensi, penguasaan, kecukupakan, prestasi,
ketidaktergantungan, dan kebebasan. Penghargaan dari orang lain meliputi presitise,
pengakuan, penerimaan, perhatian, kedudukan, dan nama baik. Seseorang yang
memiliki harga diri yang cukup akan merasa lebih percaya diri dan juga menjadi lebih
produktif, sebaliknya jika harga dirinya kurang maka akan merasa putus asa dan tidak
percaya diri dan inferioritas.
5) Kebutuhan Aktualisasi Diri
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan tertinggi dalam hierarki kebutuhan Maslow.
Kebutuhan ini melibatkan aktifitas yang menggunakan segenap kualitas dan
kemampuan kita, pengembangan, dan pemenuhan kebutuhan kita. Kebutuhan ini
terpenuhi apabila kebutuhan-kebutuhan sebelumnya telah terpenuhi. Individu yang
terpenuhi kebutuhan aktualisasi dirinya maka orang itu dapat dianggap sehat secara
psikologis karena bebas dari neurosis. Ketika seseorang tidak dapat
mengaktualisasikan dirinya maka orang akan mengalami kecemasan dan frustasi.
Maslow percaya bahwa prasyarat aktualisasi diri adalah kasih sayang yang cukup
pada masa kecil serta pemuasan kebutuhan fisiologis dan rasa aman selama dua tahun
pertama kehidupan individu. Jika prasyarat ini tidak terpenuhi maka sulit untuk
individu dalam mengaktualisasikan dirinya.

B-Values atau Metaneeds


Orang yang sudah mengaktualisasikan dirinya akan mengembangkan B-values
dan Metaneeds. Mereka sudah melalui hierarki kebutuhan dasar. Kebutuhan meta
inilah yang menjadi motivasi seseorang untuk mengaktualisasikan diri. Maslow
membagi kebutuhan menjadi dua yaitu kebutuhan dasar dan kebutuhan tinggi (meta-
needs). Kebutuhan meta berbeda dengan kebutuhan dasar yang bersifat hierarki.
Kebutuhan meta tidak bersifat hierarki. Ketika kebutuhan dasar hierarki maka
seseorang akan membutuhkan B-Values. Terdapat 14 B-values yaitu:
• Kebenaran
• Kebaikan
• Keindahan
• Kesatuan
• Gairah
• Keunikan
• Kesempurnaan
• Penyelesaian
• Keadilan
• Kesederhanaan
• Kekayaan
• Main-main
• Kemandirian
• Kebermaknaan
B. Carl Rogers

Biografi Carl Rogers (1902-1987)

Carl Ransom Rogers adalah salah satu Psikolog Amerika yang paling
berpengaruh di dunia. Ia bersama Abraham Maslow mendirikan mazhab psikologi
humanistic. Rogers menjadi terkenal berkat pendekatannya yang unik, yaitu
person-centered. Pendekatan psikologi tersebut berpusat pada person atau klien.
Pendekatan ini diterapkan secara luas dalam berbagai bidang, seperti psikoterapi
dan konseling, pendidikan, organisasi, dan masih banyak lagi. Pada tahun 2002,
rogers ditetapkan sebagai psikolog terkemuka ke-enam pada abad ke-20.

Carl Ransom Rogers lahir pada 8 Januari 1902 di Oak Park Illinois, yakni
sebuah desa di pinggiran Chicago. Ayahnya, Walter A.Rogers adalah seorang
insinyur sipil. Adapun ibunya, Julia M. Cushing adalah seorang penganut Kristen
pantekosta yang taat. Sejak kecil, Rogers sudah menunjukkan tanda-tanda
kecerdasannya, seperti mampu membaca buku dengan baik sebelum masuk
pendidikan setingkat dengan taman kanak-kanak. Dan semenjak Rogers dititip di
lembaga pendidikan pendeta untuk belajar agama dan etika, ia menjadi anak yang
mandiri, disiplin, serta memperoleh pengetahuan tentang metode ilmiah.

Pada tahun 1945, rogers mendirikan pusat konseling di University of


Chicago dan mulai menentukan efektivitas metode pendekatannya. Pada tahun
1947, ia terpilih sebagai presiden American Psychological Association. Empat
tahun kemudian, Rogers berhasil memformulasikan pendekatan person-centered
dan mempublikasikan konsep tersebut. Hingga ia semakin terkenal di publik.

Pada tahun 1956, Rogers menjadi presiden pertama American Academy of


Psychotherapist. Setahun sesudahnya, ia mengajar psikologi di University of
Wisconsin, Madison. Ketika itu, ia bersama Abraham Maslow merintis psikologi
humanistic yang mencapai puncaknya pada decade 1960-an. Pada tahun 1961,
Rogers menjadi anggota American Academy of Arts dan Sciences. Ia terus
mengajar di University of Wisconsin hingga tahun 1963. Pada tahun yang sama ia
menjadi anggota Western Behavioral Sciences Institute (WBSI) di La Jolla.
Namun, pada tahun 1968 Rogers meninggalkan WBSI untuk mendirikan Center
for Studies of the Persons.

Meskipun tidak lagi aktif di WBSI, Rogers tetap menjadi penduduk La


Jolla. Di sana, ia membuka praktik terapi, memberikan pidato di berbagai
lembaga dan University, serta menulis. Pada priode ini, ia banyak menerapkan
teori-teorinya dalam diskursus tentang penindasan politik dan konflik social.
Karna itu, ia rela berkeliling dunia dengan mendatangi beberapa Negara demi
mengamati dan mendalami konflik politik dan social di Negara-negara tersebut.
Hingga di perjalanan terakhirnya di Uni Soviet, saat itu ia berusia 85 tahun. Di
sana, ia mengajar dan memfasilitasi lokakarya psikologi secara intensif. Ia
tercengang karena ada banyak orang yang mengetahui karya-karyanya. Bersama
putrinya, Natalie Rogers, serta beberapa psikolog lainnya, Rogers mengadakan
serangkaian lokakarya aplikasi pendekatan person-centered terhadap komunikasi
lintas budaya, pertumbuhan pribadi, pemberdayaan diri, pendidikan, serta
perubahan social di Amerika Serikat, Eropa, Brasil, dan Jepang. Hal itu
berlangsung pada priode 1974-1984.
Hingga akhirnya pada tahun 1987, Rogers meninggal dunia karna
mengalami keretakan dan mengalami kelainan di pankreasnya.

Struktur Kepribadian Rogers


Terdapat tiga komponen dalam struktur kepribadian Rogers, yaitu
1) Organisme, yang didalamnya terdapat:
a) Makhluk Hidup, organisme merupakan makhluk yang memilik fungsi fisik dan
psikologis serta memiliki kemampuan, potensi, serta tempat berkumpulnya semua
pengalaman yang terletak dalam kesadaran.
b) Realitas Subjektif, organisme memberikan respon sesuai dengan dunia yang di
amati dan dilaluinya, dan realitas sifarnya subjektif
c) Holisme, organisme merupakan sebuah kesatuan sistem dimana jiwa dan tubuh
merupakan sebuah kesatuan yang saling mempengaruhi
2) Medan Fenomena adalah semua pengalaman internal dan eksternal, baik disadari dan
tidak yang dialami individu dalam kehidupannya
3) Self adalah konsep utama dalam teori kepribadian Rogers yang memiliki inti sebagai
berikut:
a) Self terbentuk dari medan fenomena dan introjeksi orang lain
b) Bersifat konsisten
c) Pengalaman yang tak sesuai dengan self di anggap sebagai ancaman
d) Bisa berubah seiring kematangan dan proses pembelajaran

Aktualisasi Diri
Perbedaan aktualisasi diri Rogers dan Maslow terletak pada asalnya gagasan,
Tidak seperti Maslow, gagasan rogers tidak berasal dari studinya mengenai orang sehat
secara emosional tetapi dari penerapannya yang dilakukan dengan terapi yang berpusat
pada klien. Rogers yakin bahwa motivasi terbesar dalam kepribadian adalah keinginan
untuk mengaktualisasikan diri. Aktualisasi diri membantu seseorang dalam
mengembangkan kepribadian secara optimal dan membuat seseorang memiliki keunikan
dalam dirinya. Sama halnya dengan Maslow Roger juga berpendapat bahwa aktualisasi
diri adalah tingkat kesehatan psikologis yang tertinggi.
Aktualisasi diri sangat berpengaruh dengan pengalaman-pengalaman dan
pembelajaran masa kecil. Terdapat hubungan yang sangat besar antara hubungan ibu dan
anak dalam aktualisasi diri individu karena mempengaruhi pertumbuhan sense of self
(perasaan diri) anak. jika ibu memberikan kepuasan akan kasih sayang anak secara tulus
yang Rogers sebut dengan Positive regards (perhatian positif), sang anak akan mengalami
pertumbuhan perasaan diri yang sehat.
Sebaliknya jika ibu memberikan kasih sayang kepada anaknnya dengan syarat
maka sang anak akan belajar atau menginternalisasikan sikap sang ibu dan membuat
syarat-syarat kelayakan. Sang anak akan merasa berharga hanya dalam kondisi-kondisi
tertentu dan menghindari perilaku-periaku yang tidak diterima, sehingga sang anak takut
untuk mencoba dan tidak mengespresikan semua aspek yang ada dalam dirinya.

Client-Centered Therapy
Pada tahun 1951 Rogers mempublikasikan karya terbaru keduanya dalam bidang
konseling, yang disebut dengan Client-centered thrapy yang berfokus pada upaya
konselor dalam bermepati dalam memahami dunia klien, fokus Rogers sini sudah berbeda
dengan fokus pertamanya yaitu membuat klien untuk merasa diterima dan merasa hangat
untuk sepenuhnya secara bebas mengekspresikan dirinya.
Teknik refleksi perasaan menjadi penting dalam pendekatan baru ini. Refleksi
perasaan tidak hanya digunakan untuk membantu pasien dalam memberitahu dan
mengklarifikasi emosinya, namun juga untuk mengkomunikasi pemahaman konselor
tentang pemahaman batin klien.

Experimential Therapy
Ini merupakan elemen ketiga dalam pandangan Rogers mengenai kepribadian.
Fokusnya juga tidak sama seperti fokus pada pendekatan pendekatan sebelumnya. Fokus
pendekatan ini adalah ekspresi perasaan yang sama antara kedua yaitu klien dan konselur.
Joseph Hart (1970) dan Eugene Gendlin (1964, 1968, 1970) sudah mengkarakterkan fase
Rogers ini dalam karyanya sebagai “experiencing” fase atau sebagai Experiential
Therapy Experiencing memiliki istilah untuk menggambarkan pengalaman emosi internal
yang dialami secara langsung oleh klien dan konselor yang mengalami kesulitan dalam
menuliskannya dalam pengalamannya dalam bentuk kata-kata. Dalam penedekatan ini
terapi di lakukan dengan kurang verbal namun meningkatkan Experiential (Pengalaman).

Fully Functioning Person (Orang yang Berfunsi Penuh)


Terdapat perbedaan mengenai keadaan mental yang ideal antara Maslow dengan
Rogers. Jika Maslow menyebut orang dengan keadaan mental yang ideal dengan self
Actualized Person, beda dengan Rogers yang ia sebut sebagai Fully functioning person.
Rogers mendandai ciri-cirinya sebagai orang yang telah berhasil menyelesaikan
psikoterapi dan menunjukan perilaku yang memiliki tujuan tertinggi dan paling efektif
yang sudah ada. Rogers memberikan tiga perbedaan karakteristik utama dari Fully
functioning Person, yaitu

1. Full Funtioning Person adalah orang yang terbuka untuk mengalami suatu
pengalaman. Berkembang tanpa tidak takut terhadap persaaan dirinya sendiri.
2. Fully Funtioning Person adalah orang yang memiliki kapasitas untuk
mengalami pengalaman hidup lebih eksistential. Mereka bertekad dan tidak
dikendalikan oleh pengaruh luar atau eksteral

3. Fully functioning person mengalami peningkatan kepercayaan pada organisme


diri mereka sendiri, karena kepercayaan pada nilai kognitidf dan proses
emosionalnnya. Sehingga orang ini lebih kreatif dalam berinterakasi dengan orang
lain.

Q-Sort

Ketergantungan rogers pada konsep diri,ketidaksesuaian diri ,dan diri ideal


,muncul dari pengalamannya dengan pasien terapi ,sebagai konsekuensi dari
upaya terapi mereka ,Rogers dan beberapa muridnya bersama rekan rekannya
melakukan penelitian awal proyek untuk menyelidiki perubahan individu dan
konsepsi diri dalam terapi Q-Sort.
Q sort merupakn tenik yang digunakan rogers untuk mengukur konsep
individu seseorang. Rogers menuggunakannya sebagai contoh menilai dalam
perbedaan antara presepsi diri individu dan diri ideal. Orang yang akan dinilai
akan diberikan statement-statement, lalu di sutuh untuk mengurutkannya sesuai
urutan tertentu.

Mengevaluasi Abraham maslow dan Carl Rogers


Abraham maslow maupun Carl rogers adalah pemikir independen ,kedua pemikir ini
memiliki bagian keberhasilan dan kegagalan ketika mereka berjuang melawan ide ide
mapan yang diambil dari behaviorisme dan psikoanalisis.

Anda mungkin juga menyukai