04.41 No comments
BAB I
PENDAHULUAN
Abraham Maslow adalah salah satu penganut aliran humanistic, ia terkenal dengan
aktualisali diri, diamana aktualisasi diri adalah kebutuhan yang tertinggi, sebelumnya ada
kebutuhan fisiologis, keamanan, cinta dan keberadaan, penghargaan dan baru naik ke aktualisasi
diri.
Maslow menyusun teori motivasi manusia, dimana variasi kebutuhan manusia dipandang
tersusun dalam bentuk hirarki atau berjenjang. Setiap jenjang kebutuhan dapat dipenuhi hanya
jenjang sebelumnya telah (relatif) terpuaskan. Secara ringkas empat jenjang basic need atau
deviciency need, dan satu jenjang metaneeds atau growth needs. Jenjang motivasi bersifat
mengikat, maksudnya kebutuhan pada tingkat yang lebih rendah harus relatif terpuaskan sebelum
orang menyadari atau dimotivasi oleh kebutuhan yang jenjangnya lebih tinggi. Jadi kebutuhan
fisiologis harus terpuaskan lebih dahulu sebelum muncul kebutuhan rasa aman. Sesudah
kebutuhan fisiologis dan rasa aman terpuaskan, baru muncul kebutuhan cinta dan keberadaan,
begitu seterusnya sampai kebutuhan akan aktualisasi diri muncul.
Akan tetapi kebanyak orang setelah mencapai kebutuhan akan penghargaan tidak begerak
ke kebutuhan akan aktualisasi diri. Terdapat beberapa karakterlistik tentang orang yang sudah
mencapai aktualisasi diri dan berbagai hambatan untuk mencapai aktualisasi diri.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Kepribadian normal ditandai oleh unitas, integrasi, konsistensi, dan koherensi (unity, integration,
consistency, dan coherence). Organisasi adalah keadaan normal, dan disorganisasi berarti
patologik.
2. Organisme dapat dianalisis dengan membedakan tiap bagiannya, tetapi tidak ada. Bagian yang
dapat dipelajari dalam isolasi. Keseluruhan berfungsi menurut hukum-hukum yang tidak terdapat
dalam bagian-bagian.
3. Organisme memiliki satu drive yang berkuasa yakni aktualisasi diri (self actualization). Orang
berjuang tanpa henti (continous) untuk merealisasi potensi inheren yang dimilikinya pada ranah
manapun yang terbuka baginya.
4. Pengaruh lingkungan eksternal pada perkembangan normal bersifat minimal. Potensi organisme,
jika bisa terkuak dilingkungan yang tepat, akan menghasilkan kepribadian yang sehat dan
integral.
5. Penelitian yang komprehensif terhadap satu orang lebih berguna daripada penelitian ekstensif
terhadap banyak orang mengenai fungsi psikologis yang diisolir.
2. Menolak Riset Binatang
Psikologi humanistik menekankan perbedaan antara tingkah laku manusia dengan tingkah
laku binatang. Riset binatang memandang manusia sebagai mesin dan mata rantai refleks-
kondisioning, mengabaikan karateristik manusia yang unik seperti idea, nilai-nilai, keberanian,
cinta, humor, cemburu, dosa, serta puisi, musik, ilmu, dan hasil kerja berfikir lainnya. Menurut
Maslow, behaviorisme secara filosofis berpandangan dehumanisme.
3. Manusia Pada Dasarnya Baik, Bukan Setan
Menurut Maslow, manusia memiliki struktur psikologi yang analog dengan struktur fisik:
mereka memiliki "kebutuhan, kemampuan, dan kecenderungan yang sifat dasarnya genetik."
Beberapa sifat menjadi ciri umum kemanusiaan, sifat-sifat lainnya menjadi ciri unik individual.
Kebutuhan, kemampuan dan kecenderungan itu secara esensial sesuatu yang baik, atau paling
tidak sesuatu yang netral, itu bukan setan. Pandangan Maslow ini menjadi pembaharuan terhadap
pakar yang menganggap kebutuhan dan tendensi manusia itu buruk atau antisosial (misalnya, apa
yang disebut dosa warisan oleh ahli agamadan konsep id dari Freud). Sifat setan yang jahat,
destruktif dan kekerasan adalah hasil dari frustasi atau kegagalan memuaskan kebutuhan dasar,
dan bukan bagian dari hereditas. Manusia mempunyai struktur yang potensial untuk berkembang
positif.
4. Potensi Kreatif
Kreatifitas merupakan ciri universal manusia, sejak dilahirkan. Itu adalah sifat alami, sama
dengan sifat biji yang menumbuhkan daun, burung yang terbang, maka manusia kreatif.
Kreativitas adalah potensi semua orang, yang tidak memerlukan bakat dan kemampuan yang
khusus. Sayangnya, umumnya orang justru kehilangan kreativitas ini karena proses
pembudayaan (enculturated). Termasuk didalamnya pendidikan formal, yang memasung
kreativitas dengan menuntut keseragaman berfikir kepada semua siswanya. Hanya sedikit orang
yang kemudian menemukan kembali potensi kreatif yang segar, naif, dan langsung, dalam
memandang segala sesuatu.
5. Menekankan Kesehatan Psikologik
Pendekatan humanistik mengarahkan pusat perhatiannya kepada manuasia sehat, kreatif dan
mampu mengaktualisasi diri. Maslow berpendapat psikopatologi umumnya hasil dari penolakan,
frustasi atau penyimpangan dari hakikat alami seseorang. Dalam pandangan ini, apa yang baik
adalah semua yang memajukan aktualisasi diri, dan yang buruk atau abnormal adalah segala hal
yang menggagalkan atau menghambat atau menolak kemanusiaan sebagai hakikat alami. Karena
itu, Psikoterapi adalah usaha mengembalikan orang ke jalur aktualisasi dirinya dan berkembang
sepanjang lintasan yang diatur oleh alam didalam dirinya. Teori psikoanalisis tidak komprehensif
karena didasarkan pada tingkah laku abnormal atau tingkah laku sakit. Maslow berpendapat
bahwa penelitian terhadap orang lumpuh dan neorotik hanya akan menghasilkan psikologi
"lumpuh" karena itu dia justru meneliti orang yang berhasil merealisasikan potensi secara utuh,
memiliki aktualisasi diri, memakai dan mengeksploitasi sepenuhnya bakat, kapasitas dan
potensinya. Objek penelitiannya adalah orang-orang yang terkenal, tokoh-tokoh idola yang
kreativitas dan aktualisasi dirinya mendapat pengakuan dari masyarakat luas, misalnya: Eleanor
Roosevelt, Albert Einstein, Walt Whiteman, dan Ludwig Bethoven.
Pada mulanya Maslow berpendapat bahwa pengalaman puncak ini hanya dapat dialami oleh
orang-orang tertentu saja, khususnya mereka yang sudah mencapai aktualisasi diri akan
mengalaminya secara teratur berkali-kali. Pengaruh pengalaman puncak berjangka lama-tidak
mudah hilang(lasting).
Aktualisasi diri yang dicapai melalui pengalaman puncak membuat orang lebih
religius,mistikal,sholeh,dan indah (poetical) dibandingkan dengan aktualisasi yang diperoleh
melalui pengembangan diri (yang lebih praktis, membumi, terikat dengan urusan keduniaan).
Namun secara umum orang mencapai aktualisasi diri mempunyai karakterlistik, diantaranya:
1. persepsi yang lebih efisien dalam kenyataan, Dengan sifat ini menurut Maslow orang yang telah
mengaktualisasikan diri mereka lebih mudah bisa menemukan kebahagiaan sebab pandangan
mereka tidak dicampuri oleh keinginan-keinginan atau harapan-harapan sehingga mereka bisa
cermat dan efsien. Kemampuan seperti ini meliputi pengamatan pada bidang seni, musik, ilmu
pengetahuan, politik, filsafat dan bidang kehidupan lainnya mereka mampu meramalkan
kejadiankejadian yang akan datang dengan tepat. Mereka juga tidak dipengaruhi oleh
kecenmasan-kecemasan, prasangka-prasangka atau optimisme dan pesimisme yang keliru. (Hall:
1993, 111).
2. penerimaan akan diri, orang lain dan hal-hal alamiah.
3. spontanitas, kesederhanaan dan kealamian, Tingkah laku orang-orang yang mengaktualisasikan
diri adalah spontan, sederhana dan tidak dibuat-buat serta tidak terikat. Spontanitas,
kesederhanaan, dan sangat wajar itu terjadi sebab tindakan mereka dalam mengaktualisasikan
dirinya memiliki kode etik yang relatif otonom dan individual. Meski demikian, mereka juga
berusaha mengikuti upacaraupacara adat dan kebiasaan-kebiasaan yang berlaku dalam
masyarakat selama tidak mengganggu tugas-tugas penting mereka. Selain itu mereka juga
mengikuti aturan-aturan yang ada yang menurut mereka dengan aturan itu mereka merasa
terlindungi. (Koeswara: 1991, 140).
4. berpusat pada masalah, Orang yang mengaktualisasikan diri mereka berorientasi pada masalah-
masalah yang melampaui kebutuhan-kebutuhan mereka. Dedikasi terhadap tugas-tugas atau
pekerjaan merupakan bagian dari misi hidup mereka. Mereka hidup untuk bekerja dan bukan
bekerja untuk hidup. Pekerjaan mereka bersifat alami secara subjektif dan bersifat non personal.
(Koeswara: 1991, 141).
5. kebutuhan akan privasi, Kebutuhan privasi orang-orang yang teraktualisasikan dirinya melebihi
kebutuhan privasi orang biasa (kebanyakan orang) dalam pergaulan sosial mereka dianggap
memisahkan diri, hati-hati, sombong dan dingin. Hal ini disebabkan mereka tidak membutuhkan
orang lain dalam pergaulan biasa, sehingga mereka sepenuhnya percaya pada potensi-potensi
yang mereka miliki. Selain itu, orang-orang yang mengaktualisasikan dirinya mereka
mempunyai kemampuan konsentrasi yang kuat dari kebanyakan orang (Koeswara: 1991, 139).
6. kemandirian, Orang-orang yang mengaktualisasikan diri menjadikan mereka memiliki kadar
arah yang tinggi. Mereka memandang diri mereka sebagai agen yang merdeka, aktif,
bertanggung jawab, dan agen yang mendisiplinkan diri dalam menentukan nasibnya sendiri.
Mereka cenderung menghindarkan diri dari penghormatan status, prestice, dan popularitas.
Kepuasan yang berasal dari luar diri itu mereka anggap kurang penting ketimbang pertumbuhan
diri.
7. penghargaan yang selalu baru, Maslow (1970) menulis bahwa “orang-orang yang
mengaktualisasikan diri mempunyai kapasitas yang luar biasa untuk menghargai hal-hal baik dari
kehidupan, lagi dan lagi, secar baru dan polos, dengan kekaguman, kesenangan, kterkejutan, dan
bahkan kebahagiaan yang berlebih”.
8. pengalaman puncak, Menurut Maslow, orang yang mengalami aktualisasi diri pada umumnya
mengalami apa yang disebut sebagai pengalaman puncak atau pengalaman mistis. Menurut
Maslow pengalaman puncak tidak perlu berupa pengalaman keagamaan atau spiritual, sebab hal
itu bisa saja dialami melalui buku-buku, musik dan kegiatan-kegiatan aktual. Orang-orang yang
mengalaminya merasakan diriya selaras dengan dunia, lupa akan dirinya dan bahkan
melampauinya, juga merasakan silih berganti rasa kuat dan rasa lemah dari sebelumnya
9. gemeinschaftsgefuhl (ketertarikan sosial), Menurut Maslow, orang-orang yang
mangaktualisasikan dirinya mereka selalu simpatik pada orang lain walaupun bagaimana
bodohnya seseorang itu. Walaupun orang-orang yang mengaktualisasikan diri kadang merasa
terganggu, sedih, marah oleh kecacatan sesamanya. Maslow mencontohkan hal ini seperti
hubungan saudara; meski saudaranya lemah, bodoh atau jahat mereka memiliki hasrat yang tulus
untuk membantu memperbaiki sesamanya.
10. hubungan interpersonal yang kuat, Menurut Maslow, orang-orang yang mengaktualisasikan diri
cenderung memiliki hubungan interpersonal yang kuat dibanding kebanyakan orang. Mereka
cenderung membangun hubungan yang dekat dengan orang-orang yang memiliki kesamaan
karakter, kesanggupan dan bakat yang biasanya dianggap persahabatan yang relatif kecil. (Iman:
1994, 96). Maslow menyatakan, subyeknya tabu untuk minta dikagumi, mencari pengikat,
pengabdi, dan bila dipaksa masuk dalam pergaulan yang menyulitkan, mereka tetap tenang dan
berusaha menghindari sebisanya. Hal ini tidak berarti bahwa mereka tidak memiliki diskriminasi
sosial. Hal ini terbukti ketika mereka bisa menjadi kasar apabila berhadapan dengan orangorang
sombong dan munafik
11. struktur karakter demokratis, orang-orang yang mengaktualisasikan diri memiliki karakter
demokrasi yang lebih baik. Mereka mampu belajar dari siapa saja yang bisa mengajar tanpa
memandang derajat, pendidikan, usia, ras atau keyakinan politik, bukan berarti orang yang
mengaktualisasikan diri menyamaratakan semua orang.
Orang yang mengaktualisasikan diri adalah mereka yang elit dan memilih persahabatan
secara elit. Elit disini adalah elit dalam karakter kesanggupan, bakat dan bukan elit dalam
keturunan ras, darah, nama keluarga, usia, kemasyuran atau jabatan. Mereka menaruh hormat
kepada semua orang karena condong hormat semata-mata karena mereka adalah individu yang
manusiawi. Mereka tidak pernah berusaha merendahkan, mengurangi arti atau merusak martabat
orang lain meskipun mereka penjahat.
12. diskriminasi antara cara dan tujuan, Ciri lain yang terdapat pada orang-orang yang
mengaktualisasikan diri menurut Maslow adalah orang yang mampu membedakan antara cara
dan tujuan. Mereka biasanya terpusat pada tujuan mereka, sehingga dengan tindakan itu mereka
sering dapat menikmati perjalanan ke suatu tujuan maupun tibanya di tujuan itu. Dengan kata
lain orang yang mengaktualisasikan diri bisa menjadikan kegiatan yang paling kecil menjadi
kegiatan yang menyenangkan.
13. humor yang filosofis, Ciri lain orang yang mengaktualisasikan diri menurut Maslow adalah
mereka yang memiliki rasa humor yang filosofis. Kebanyakan orang menyukai humor yang
bertolak dari kelemahan dan penderitaan orang lain dengan tujuan untuk mengejek atau
menertawakan oarang lain. Dengan rasa humornya yang filosofis orang-orang yang
mengaktualisasikan diri menyukai humor yang mengekspresikan kritik atas kebodohan,
kelancangan atau kecurangan manusia. Rasa humor yang filosofis, memancing senyum daripada
tertawa.
14. kreativitas, yang dimiliki orang yang mengaktualisasikan diri adalah bentuk tindakan asli, naïf
dan spontan seperti yang dijumpai pada anak-anak yang masih polos dan masih jujur. Bentuk
kreatifitas ini umumnya digunakan dalam bentuk kegitan-kegiatan seni, dan ilmu pengetahuan.
Kreatifitas tidak harus berupa penciptaan karya ilmiah yang berat dan serius tetapi bisa juga
berupa penciptaan sesuatu yang sederhana. Pada dasarnya, kreatifitas berkisar pada daya temu
dan penemuan hal-hal baru yang menyimpang dari gagasan lama.
15. tidak mengikuti enkulturasi, Ciri terakhir dari orang yang mengakualisasikan diri menurut
Maslow adalah mereka yang otonomi yang berani membuat keputusan sendiri, meskipun
berbeda dengan pendapat umum. Hal ini bukan berarti mereka pembangkang tetapi ini adalah
usaha untuk mempertahankan sesuatu dan tidak terlalu terpengaruh oleh keadaan masyarakat.
Tetapi merekapun bisa meninggalkan kepatuhan mereka pada kebiasaan-kebiasaan yang ada
pada lingkungan. Mereka akan dengan mudah meninggalkannya apabila dengan adanya
kepatuhan itu mengganggu atau terlalu mahal untuk dipertahankan.
16. Cinta, seks, dan aktualisasi diri,
F. PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN
Maslow menguji teorinya tentang aktualisasi diri pada 49 orang yang menurut teori psikologi
mereka adalah orang-orang yang ideal. Individuindividu yang dipelajari oleh Maslow diambil
dan diseleksi dari orang-orang yang terkemuka baik yang masih hidup maupun yang sudah
meninggal, juga dari mahasiswa. Menurut Maslow mereka adalah orang-orang yang dalam
hidupnya penuh dalam arti merealisasikan seluruh potensi-potensi yang ada pada dirinya, dan
karenanya mereka mampu mencapai kematangan sejati.
Orang-orang yang menjadi subyek penelitian adalah mereka yang tidak menunjukkan
kecenderungan ke arah neurotik, psikotik, dan gangguan jiwa lainnya. Maslow membagi subyek-
subyek yang telah dipelajari ke dalam ketiga kategori diantaranya:
1. Fairyly sure cases, yang termasuk ke dalam kategori ini adalah orangorang yang pasti dan
sungguh-sunguh telah mencapai taraf aktualisasi diri diantaranya adalah Thomas Jefferson,
Abraham Lincoln, Einstein, dan Eleamor Roosevelt.
2. Partial cases terdiri atas lima orang kontemporer yang oleh Maslow tidak disebutkan namanya
tetapi patut dipelajari.
3. Potential or possible cases, mereka yang termasuk dalam kategori ini adalah orang-orang yang
menunjukkan hasrat aktualisaasi diri yang kuat tetapi belum sungguh-sungguh mencapainya,
mereka adalah Franklin, Whitment, G.W. Carver, Renoir, Pablo Casals dan Adlai Stevenson.
BAB III
SIMPULAN