Anda di halaman 1dari 17

TEORI KEPRIBADIAN MELANIE KLEIN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Seorang anak yang baru lahir pada dasarnya belum mengetahui apa-apa
namun memiliki fantasi atau khayalan kehidupan yang aktif. Hal ini dapat
dilihat dari kebiasaan bayi mengisap jari ketika mau tidur atau ketika bermain
dan menangis ketika merasa lapar atau perut kosong.
B. TINJAUAN TEORI
1. Pandangan Dasar
Teori Relasi Objek adalah turunan langsung teori insting dari Freud.
Melanie Klein dibentuk berdasarkan pengamatan teliti terhadap anak-anak
kecil. Berlawanan dengan Freud yang menekankan kehidupan 4 tahun
pertama, Klein menitikberatkan pentingnya 4 - 6 bulan setelah kelahiran.Ia
menekankan bahwa rangsangan bayi (kelaparan, seks, dan lainnya)
ditujukan kepada suatu objek payudara, penis, vagina, dan lain sebagainya.
Menurut Klein, hubungan bayi dan payudara sangatlah penting dan
merupakan prototipe bagi hubungan lanjutan seperti ayah dan ibu.
Kecenderungan bayi yang paling awal dalam menghubungkan sebagian
objek memberikan mereka pengalaman-pengalaman tidak realistis atau
seperti khayalan yang nantinya akan mempengaruhi semua hubungan antar
pribadi. Dengan demikian, ide-ide Klein cenderung mengubah fokus teori
analisa kejiwaan dari tahap perkembangan dasar yang natural sampai
kepada terbentuknya khayalan awal dalam pembentukan hubungan antar
pribadi. Sebagai tambahan, pembuat teori lain telah menspekulasi
pentingnya pengalaman awal seorang anak bersama ibunya.
Klein dan teori relasi objek lainnya memulai dari asusmsi dasar yang
dikemukakan Feud. Kemudian, mereka berspekulasi mengenai bagaimana
kenyataan atau khayalan seorang bayi diawal hubungan dengan ibunya atau
dengan payudara ibunya. Juga bagaimana keduanya menjadi model dari
hubungan interpersonalnya dimasa mendatang. Bagian terpenting dari
hubungan ini adalah representasi dari psikis internal pada objek-objek yang
terkait erat, seperti payudara ibunya dan kemudian diproyeksikan terhadap
pasangan hidupnya.
2. Struktur dan Dinamika Kepribadian
a) Kondisi psikis bayi, jika Freud menekankan tahun-tahun pertama
kehidupan, Klein menekankan pentingnya 4 atau 6 bulan pertama
kehidupan. Baginya, bayi tidak memulai hidupnya dengan selembar
kertas kosong melainkan dengan sebuah watak yang diwariskan untuk
mengurangi kecemasan yang mereka alami sebagai akibat dari konflik
yang dihasilkan oleh daya-daya insting kehidupan dan kekuatan insting
kematian.
b) Fantasi, Salah satu asumsi dasar yang dikemukakan Klein adalah
walaupun baru lahir, seorang bayi sudah memiliki fantasi atau khayalan
kehidupan yang aktif. Fantasi ini merupakan representasi psikis dari
ketaksadaran insting id: yang tidak bisa dicampur adukkan dengan
fantasi kesadaran yang dimiliki oleh anak-anak dan orang dewasa.
Klein memang sengaja mengejanya dengan fantasi (phantasy) untuk
membedakannya dengan kesadaran.
c) Objek, Klein setuju dengan Freud bahwa manusia mempunyai
dorongan bawaan dan insting termasuk insting kematian. Dorongan-
dorongan tersebut berupa objek. Dalam khayalan aktifnya, bayi
mengintroyeksi atau mencapai struktur psikis pada objek-objek
eksternal, termasuk penis ayahnya, tangan dan wajah ibunya, serta
bagian tubuh lainnya objek yang diinroyeksikan lebih dari sekedar
pemikiran internal mengenai objek eksternal, mereka juga berkhayal
dengan menginternalisasikan objek dalam istilah-istilah yang berwujud
dan konkret.
d) Posisi, Klein memandang bayi manusia secara konstan terlibat dalam
konflik mendasar antara insting hidup dan insting mati, yaitu antara
buruk dan baik, cinta dan benci, serta mencipta dan merusak. Seiring
dengan pergerakan ego menuju integritasi dan menjauhi disintegritasi,
secara alamiah bayi akan memilih sensasi yang menyenangkan dari
pada yang membuatnya frustasi. Dua posisi yang dikemukakannya
adalah:
 Posisi Paranoid Skizoid, yaitu cara bayi untuk mengatur
pengalamannya yang juga mengandung perasaan paranoid sebagai
pelaksana pemisahan objek internal dan eksternal menjadi objek
yang baik dan buruk. Hasrat bayi untuk menguasai payudara ibu
dengan melahap dan menjadikannya pelabuhan bagi bibirnya yang
mungil. Pada saat yang bersamaan, dorongan destruktif bawaan
bayi menciptakan khayalan yang merusak payudara dengan
menggigit, memukul dan melenyapkannya. Menurut Klein, bayi
mengembangkan posisi paranoid-schizoid ketika berusia 3 – 4
bulan. Pada saat ini, egonya mempersepsikan dunia eksternal
sebagai dunia yang subjektif dan fantastis, bukan bjektif dan nyata.
 Posisi Depresi, Sejak berusia 5-6 bulan, seorang bayi mulai
mengamati objek-objek eksternal sebagai sebuah keseluruhan dan
menyadari bahwa kebaikan dan keburukan dapat dimiliki oleh
orang yang sama yaitu ibunya. Pada waktu yang sama, bayi
mengembangkan gambar yang lebih realistik mengenai ibu dan
menyadari bahwa ibu adalah pribadi yang indevenden yang bisa
baik sekaligus buruk. Selain itu, ego juga mulai menjadi matang
sampai titik dimana dia dapat menoleransi beberapa perasaan
destruktifnya sendiri lebih daripada memproyeksikan perasaan-
perasaan itu keluar.Namun begitu bayi juga menyadari bahwa ibu
bisa saja pergi dan hilang selamanya. Takut akan kemungkinan
kehilangan ibu, bayi ingin melindungi dan menjaga dirinya dari
bahaya daya-daya destruktifnya sendiri, impuls-impuls kanibalistik
yang sebelumnya diproyeksikan kepada ibunya. Dan ego bayi
cukup matang untuk menyadari bahwa ia tidak memiliki kapasitas
untuk melindungi ibu, karena itu bayi mengalami rasa bersalah atas
dorongan-dorongn destruktif sebelumnya yang diarahkannya
kepada ibu.
3. Mekanisme Pertahanan Psikis
Klein mengemukakan bahwa sejak awal masa bayinya, anak dapat
mengadopsi beberapa mekanisme pertahanan psikis untuk melindungi
perasaan yang berasal dari kecemasan sadistis orang mengenai payudara-
payudara sebagai objek yang destruktif dan menakutkan di satu sisi,
namun payudara sebagai objek yang menyenangkan dan sangat
membantunya disisi lain. Untuk mengontrol kecemasan ini, bayi
menggunakan beberapa mekanisme pertahanan diri, seperti intriyeksi
(introjection), proyeksi (projection), pemisahan (splitting) dan identifikasi
proyekitif (projective identification).
a) Introyeksi. Introyeksi yang dimaksud Klein adalah khayalan yang
diperoleh bayi mengenai persepsi dan pengalaman mereka dengan
objek eksternal yang asalnya dari payudara ibu. Introyeksi dimulai saat
pertama kali bayi disusui, ketika dilakukannya usaha untuk
memasukkanputing ibu kedalam mulut bayi. Biasanya bayi mencoba
untuk mengintroyeksi objek-objek baik dan menyambut puting ibunya
itu sebagai objek yang dapat melindunginya dari rasa cemas. Objek-
objek yang terintrojeksi bukanlah representasi sesungguhnya dari
objek-objek aslinya, tetapi diwarnai oleh fantasi (khayalan) anak-anak.
Sebagai contoh, bayi akan mengkhayal kalau ibunya selalu ada, yaitu
mereka merasa ibunya selalu ada di dalam dirinya. Ibu dalam arti yang
sesungguhnya tentu tidak berada dalam bayi tersebut, namun ia
merupakan objek khayalan internal dari bayi tersebut.
b) Proyeksi, merupakan khayalan yang dirasakan oleh seseorang dalam
impuls-impuls yang sebetulnya dipindahkan oleh orang lain, tidak
berasal dari dalam diri sendiri. Bayi menyisihkan kecemasannya
mengenai penghancuran yang dilakukan oleh dorongan-dorongan
internal yang berbahaya dengan cara memproyeksikan impuls destruktif
yang tidak dapat dijadikan sebagai objek eksternal. Anak
memproyeksikan gambaran buruk dan baik dalam objek eksternal,
terutama objek mengenai orang tua mereka. Contonya, anak laki-laki
yang mempunyai keinginan untuk mengebiri ayahnya kemungkinan
merupakan proyeksi dengan seorang anak perempuan yang berkhayalan
untuk menguasai ibunya, tetapi ia memproyeksikan khayalannya
terhadap ibunya bahwa ibunya akan membalas dendam dan
menyiksanya.
c) Pemilahan, Bayi hanya dapat mengatur aspek baik atau buruk yang ada
dalam dirinya dan juga objek eksternal dengan membedakan dan
memisahkan, dengan cara mengesampingkan impuls yang tidak sesuai.
Untuk memisahkan objek yang baik dan yang buruk, ego itu sendiri
harus dibagi-bagi. Bayi membentuk sebuah gambaran akan “aku yang
baik” dan “aku yang buruk”, yang memungkinkan mereka untuk
berurusan dengan impuls yang menyenangkan dan impuls yang
menghancurkan terhadap objek-objek eksternal.Pemilahan ini dapat
memiliki efek positif atau negatif bagi anak.Jika pemisahan tidak
dilakukan secara ekstrem, dia dapat menjadi mekanisme yang positif
dan berguna bukan hanya bagi bayi namun juga bagi orang dewasa di
sekitarnya. Hal ini akan memampukan manusia melihat aspek-aspek
positif dan negatif diri mereka sendiri, untuk mengevaluasi perilaku
mereka sebagai baik dan buruk dan untuk membedakan antara
penerimaan yang disukai dan tidak disukai. Di sisi lain, pemisahan yang
berlebih-lebihan dan tidak fleksibel dapat mengarahkan anak kepada
represi patologis. Contohnya jika ego anak terlalu kaku untuk
memisahkan dirinya menjadi “aku yang baik” dan “aku yang buruk”,
mereka tidak akan dapat mengintroyeksikan pengalaman-pengalaman
buruk ke dalam ego yang baik. Ketika anak-anak tidak dapat menerima
perilaku buruk mereka sendiri, maka mereka harus menghadapi impuls-
impuls destruktif dan menakutkan dengan satu-satunya cara yang
mereka bisa yaitu merepresinya.
d) Identifikasi Proyektif, Cara keempat mengurangi kecemasan adalah
identifikasi proyektif, sebuah mekanisme pertahanan psikis yang
didalamnya bayi memilah-milahkan bagian-bagian diri mereka yang
tidak bisa diterima, kemudian memproyeksikan bagian-bagian itu
kepada objek lain dan akhirnya mengintroyeksikan kembali bagian-
bagian tersebut kembali ke dalam dirinya dalam bentuk yang sudah
diubah atau terdistorsi. Dengan membawa objek kembali pada dirinya
sendiri, bayi merasa bahwa mereka sudah menjadi seperti objek tersebut
dan mengidentifikasi diri dengan objek tersebut.Contohnya, bayi
biasanya memilah-milahkan bagian-bagian impuls destruktif mereka
dan memproyeksikannya kepada buah dada yang buruk dan yang
membuatnya frustasi. Begitupun mereka mengidentifikasi diri dengan
buah dada baik yang dia introyeksikan ke dalam dirinya, sebuah proses
yang mengizinkan mereka meraih pengendalian atas buah dada yang
menakjubkan sekaligus menakutkan. Tidak seperti proyeksi sederhana
yang dapat muncul sepenuhnya dalam fantasi, identifikasi proyektif
terjadi hanya dalam dunia relasi antarpribadi yang nyata.
e) Internalisasi, Ketika teori relasi objek berbicara mengenai internalisasi,
hal ini berarti bahwa orang melakukan introyeksi, yaitu memasukkan
aspek eksternal kemudian diolahnya menjadi rangka kerja yang
bermakna secara psikologis. Teori Klein menekankan tiga internalisasi
penting yaitu ego, superego, oedipus complex.
1) Ego, atau sifat mementingkan diri sendiri, sudah matang pada tahap
jauh lebih awal dari pada yang diperkirakan Freud. Sebenarnya
Freud menduga ego memang sudah ada pada saat kelahiran, namun
ia tidak menghubungkan kompleks fungsi-fungsi psikisnya sampai
sampai sekitar tiga atau empat tahun. Bagi Freud anak kecil
didominasi oleh id. Klein tidak menghiraukan id dan mendasarkan
teorinya pada ego sejak awal lahirnya sudah mampu mengenali
adanya dorongan destruktif juga mencintai, dan mengolahnya
melalui pemisahan, proyeksi, dan introyeksi.

2) Superego, Gambaran Klein mengenai superego berbeda dengan


Freud. Setidaknya ada tiga aspek penting yang membedakan
pandangannya ini. Pertama, proses penggabungan yang terjadi ppada
waktu kehidupan yang lebih awal. Kedua, pertumbuhan Oedipus
complex yang tidak mencukupi. Ketiga pandangannya lebih keji dan
kasar. Teori Klein sampai pada perbedaan ini melalui analisisnya
terhadap anak-anak, sebuah pengalaman yang tidak dialami oleh
Freud. Menurut Klein, superego anak-anak sangat berambisi
menghilangkan ancaman aktual apapun dari orang tuanya, yang
terletak kepada insting destruksi bayi itu sendiri yang dialaminya
sebagai rasa cemas.Untuk mengatur rasa cemas ini, ego anak
memobilisasi libido (insting kehidupan) melawan insting kematian.
Mekipun begitu, insting kehidupan dan insting kematian tidak dapat
dipisahkan sepenuhnya sehingga ego terpaksa membela diri terhadap
tindakan-tindakannya sendiri.

3) Oedipus Complex, dimulai jauh lebih awal daripada yang


diungkapkan oleh Freud. Freud percaya bahwa oedipus complex
terjadi selama tahap fisik, yaitu ketika anak berusia sekitar empat
atau lima tahun dan setelah mereka melewati tahap oral dan anal.
Sebaliknya, Klein mengungkapkan bahwa oedipus complex terjadi
bersamaan dengan tahap oral dan anal, dan mencapai puncaknya
pada tahap genital, yaitu sekitar usia tiga atau empat tahun. Anak
laki-laki atapun perempuan dapat mengarahkan rasa
cintanyaterhadap orang tuanya, baik pada masing-masing orang tua
maupun oada keduanya. Anak-anak juga mampu membangun
hubungan homoseksual atau heteroseksual terhadap orang tuanya.
Seperti yang diungkapkan Freud, Klein beramsusi bahwa anak
perempuan dan laki-laki mengalami oedipus complex secara
berbeda.
 Perkembangan Oedipus Complex Perempuan, Pada awal
perkembangan oedipal feminin, yaitu selama bulan pertama
dalam kehidupan, seorang anak perempuan melihat payudara
ibunya sebagai objek “baik dan buruk”. Kemudian, sekitar usia
enam bulan ia mulai melihat payudara lebih sebagai objek yang
positif dari pada negatif. Setelah itu, ia mulai melihat ibunya
secara keseluruhan sebagai objek yang penuh dengan kebaikan
dan sikap ini membuatnya berimajinasi mengenai bagaimana
hadirnya seorang bayi. Ia juga berkhayal bahwa penis ayahnya
memberi ibunya berbagai hal, termasuk bayi-bayi. Oleh karena
anak perempuan kecil ini melihat penis ayahnya sebagai pemberi
bayi, maka ia mengembangkan hubungan positif terhadap penis
ayahnya dan berkhayal bahwa ayahnya akan memenuhinya
dengan bayi-bayi. Jika proses perkembangan oedipus feminim ini
berjalan dengan mulus, maka anak perempuan akan mendapatkan
dirinya pada posisi feminin dan mengembangkan hubungan yang
positif dengan kedua orang tuanya.
 Perkembangan Oedipus Complex Laki-laki, setiap orang terlahir
dengan dua dorongan kuat insting hidup dan insting mati. Bayi
mengembangkan hasrat mengayomi pada payudara baik dan
kebencian pada payudara buruk. Hal ini menyebabkan
kecenderungan seseorang untuk bertahan dalam suatu kehidupan
pada gambaran-gambaran psikis ketidaksadaran mengenai baik
dan buruk serta senang dan menderita. Tahap yang paling penting
dalam kehidupan adalah beberapa bulan pertama, yang
merupakan tahap dimana hubungan dengan ibu dan objek
signifikan lainnya menjadi model untuk hubungan interpersonal
di kemudian hari. Kemampuan orang dewasa untuk mencintai
atau membenci berasal dari relasi objek yang didapatnya pada
masa-masa awal kehidupannya.
4. Kritikan Teori
a) Kelebihan teori Klein yaitu, teori relasi objek ini menejelaskan tentang
adanya pengaruh dari orang lain (orang tua) terhadap kepribadian
seseorang.
b) Kelemahan teori yaitu, memiliki permasalahan dalam hal
ketidakmampuan untuk diulang atau diuji kebenarannya sehingga
dinilai rendah.

C. PEMBAHASAN
Perut penuh adalah baik; perut kosong tidak baik. Selanjutnya kelin
mengemukakan bayi yang tertidur saat sedang mengisap jarinya sedang
berfantasi bahwa ia mengisap puting payudara ibunya yang baik. Bayi yang
kelaparan dan menangis serta kakinya menendang berfantasi buruk sedang
menendang menghancurkan payudara ibunya buruk.pemikiran mengenai
payudara baik dan payudara buruk ini sama dengan gagasan Sullivan mengenai
Ibu baik dan Ibu buruk.
Seiring dengan berkembangnya sang bayi, fantasi ketidaksadaran
mengenai payudara ini masih berlanjut dan berdampak pada kehidupan
psikisnya sehingga muncul fantasi ketidaksadaran lainnya. Fantasi
ketidaksadaran yang muncul belakangan ini dibentuk melalui kenyataan yang
dialami dan predisposisi bawaan. Salah satu dari fantasi ini adalah Oedipus
complex atau keinginan anak untuk mengahancurkan salah satu orang tuanya
dan untuk terlibat secara seksual dengan orang tua satunya. Fantasi-fantasi ini
bisa kontadiksi satu sama lain karena merupakan fantasi ketidaksadaran.
Contohnya, seorang anak laki-laki berkhayal memukuli ibunya, namun pada
saat bersamaan ia juga ingin memiliki anak dari sang ibu. Fantasi tertentu
sebagian terbentuk dari pengalaman seorang anak laki-laki bersama ibunya,
sebagian lagi terbentuk dari prediposisi universal untuk menghancurkan
payudara ibunya dan untuk menyukai payudara yang baik.
TEORI KEPRIBADIAN KAREN HORNEY

A.LATAR BELAKANG MASALAH

Karen Horney lahir di Hamburg, Jerman 16 September 1885, dan


meninggal di New York, 4 Desember 1952. Ia mendapatkan training medis di
University of Berlin dan berasosiasi dengan Berlin Psychoanalitic Institute dari
tahun 1918 sampai tahun 1932. Dia mendapat analisa dari  Karl Abraham dan
Hans Sachs, dua orang training analis terkemuka di Eropa saat itu. Tahun 1934 ia
pindah ke New York dimana ia mempraktekkan psikoanalisa dan mengajar pada
New York Psychoanalitic Institute. Merasa tidak puas dengan ajaran psikoanalisa
yang ortodoks, ia dengan orang-orang yang sefaham mendirikan The Association
for the Advancement of Psychoanalisis. Ia menjadi kepala Institute tersebut
sampai wafatnya.
Horney sangat keberatan akan konsep Freud tentang Penis Envy
(hubungan kasih sayang yang berlebihan) sebagai faktor penentu dalam psikologi
wanita. Freud mengobservasi sikap dan perasaan yang tersendiri dari wanita dan
konflik-konflik yang tercipta berasal dari perasaan akan genital inferiority dan
kecemburuan terhadap lelaki. Horney yakin bahwa feminine psychology didasari
oleh kurangnya keyakinan diri dan penekanan yang berlebihan akan hubungan
kasih sayang, dan kecil sekali kaitannya dengan masalah anatomi dari organ sex
(pandangan Horney tentang feminine psychology telah dikumpulkan dan
dipublikasikan setelah wafatnya, 1967).

B. TINJAUAN TEORI
Horney mengemukakan bahwa relasi anak dan orangtua merupakan faktor
yang menentukan bagi perkembangan kepribadian seseorang. Ada dua kebutuhan
dasar anak, yaitu
a. Need for satisfaction, yaitu berkaitan dengan kebutuhan biologis
untuk tetap bertahan, seperti makan dan minum.
b. Need for safety, yaitu berkaitan dengan kebutuhan psikologis, mental,
seperti kasih sayang, kehangatan, penerimaan, cinta dan sebagainya.
Perlakuan orangtua yang penuh dengan afeksi dan kehangatan akan
menghasilkan kepribadian yang sehat. Namun ada pula kondisi yang tidak
menunjang terhadap pemberian afeksi dan kehangatan. Kondisi-kondisi yang
tidak menunjang tersebut, apabila dibiarkan akan menimbulkan “BASIC
HOSTILITY”, yaitu kondisi terjebak pada diri anak antara rasa ketergantungan
pada orangtua dan penolakan terhadap orangtua (rasa tidak suka, benci, dan marah
pada orangtua). Basic hostility ini akan di generalisasikan menjadi sikap terhadap
lingkungan sosial. Anak akan memandang lingkungan dengan cara yang negatif
karena menganggap lingkungan telah menyakiti dirinya, yang kemudian akan
memunculkan “BASIC ANXIETY”, yaitu perasaan-perasaan helpless(tidak
berdaya), kekhawatiran (kecemasan) menghadapi lingkungan. Basic Anxiety ini
merupakan awal dari neurosis yang bila berkembang terus akan menjadi neurotik
(kecemasan, ketakutan terhadap lingkungan yang sangat berlebihan.
Horney mengemukakan 10 kebutuhan neurotic (Ten Neuritic needs),
yakni kebutuhan yang timbul sebagai akibat dari usaha menemukan
pemecahan-pemecahan masalah gangguan hubungan antar manusia.
1. Kebutuhan kasih sayang dan penerimaan : Keinginan membabi-buta
untuk menyenangkan orang lain dan berbuat sesuai dengan harapan
orang lain. Orang itu mengharapkan dapat diterima baik orang lain,
sehingga berusaha bertingkah laku sesuai dengan harapan orang lain,
cenderung takut berkemauan, dan sangat peka/ terganggu dengan
tanda-tanda permusuhan dan penolakan dari orang lain, dan perasaan
permusuhan di dalam dirinya sendiri.
Contoh : Indah baru saja pindah di sebuah sekolah baru, ia berusaha
bersikap baik dan sopan terhadap teman-teman barunya agar dapat
diterima di lingkungan baru tersebut.
2. Kebutuhan partner yang bersedia mengambil alih kehidupannya :
Tidak memiliki kepercayaan diri, berusaha mengikatkan diri dengan
partner yang kuat. Kebutuhan ini mencakup penghargaan yang
berlebihan terhadap cinta, dan ketakutan akan kesepian dan diabaikan.
Contoh : Ryo adalah ketua dari suatu geng dan Rafi adalah anggota
geng. Raffi selalu berlindung kepada Ryo sang ketua geng jika ada
yang mengganggunya, oleh karena itu, Rafi takut berpisah dengan
Ryo.
3. Kebutuhan membatasi kehidupan dalam ranah sempit : Penderita
neurotik sering berusaha untuk tetap tidak menarik perhatian, menjadi
orang ke dua, puas dengan yang serba sedikit. Mereka merendahkan
niai kemamampuan mereka sendiri, dan takut menyuruh orang lain.
Contoh : Hilda suka sekali menulis diary sejak kecil, bahkan pandai
menulis puisi, ia sebenarnya punya bakat dalam bidang menulis tapi ia
tidak pernah berani untuk mengembangkan bakat menulisnya ataupun
sekedar mengikuti lomba untuk menulis puisi atapun cerpen, karena
Hilda menganggap bahwa menulis hanya pengisi waktu senggangnya.
4. Kebutuhan akan kekuasaan : kekuatan dan kasih sayang mungkin dua
kebutuhan neurotik yang terbesar. Kebutuhan kekuatan, keinginan
berkuasa, tidak menghormati orang lain, memuja kekuatan dan
melecehkan kelemahan, biasanya dikombinasikan dengan kebutuhan
prestis dan kepemilikan, yang berujud sebagai kebutuhan mengontrol
orang lain dan menolak perasaan lemah atau bodoh.
Contoh : Jasmi ingin sekali menjadi ketua dalam tugas kelompoknya,
agar ia dapat mengatur anggota kelompok sesuai dengan kemauannya
sendiri tanpa mau mendengar pendapat dari anggota kelompoknya.
5. Kebutuhan mengeksploitasi orang lain : Takut menggunakan
kekuasaan secara terang-terangan, menguasai orang lain melalui
eksploitasi dan superiorita intelektual. Neurotik sering mengevaluasi
orang lain berdasarkan bagaimana mereka dapat dimanfaatkan atau
dieksploitasi, pada saat yang sama mereka takut dieksploitasi orang
lain.
Contoh : Rani selalu meminjam uang Ani saat ia sedang kesusahan,
akan tetapi Rani tidak pernah membantu Ani saat Ani sedang dalam
masalah dan membutuhkan bantuan Rani.
6. Kebutuhan pengakuan sosial atau prestise : Kebutuhan memperoleh
penghargaan yang sebesar-besarnya dari masyarakat. banyak orang
yang berjuang melawan kecemasan dasar dengan berusaha menjadi
nomor satu, menjadi yang terpenting, menjadi pusat perhatian.
Contoh : Lani selalu berusaha mengganti gadgetnya, karena ia malu
pada teman-teman sosialitanya yang hampir setiap tahun ganti gadget
setiap ada keluaran baru.
7. Kebutuhan menjadi pribadi yang dikagumi : Pengidap narkotik
memiliki gambaran diri melambung dan ingin dikagumi atas dasar
gambaran itu, bukan atas siapa sesungguhnya mereka. Inflasi harga diri
yang terus menerus terjadi harus ditutupi juga secara terus menerus
dengan penghargaan dan penerimaan dari orang lain.
Contoh : Kak Mudassir 2 tahun lalu menjabat sebagai Presiden BEM,
dan pada saat itu masyarakat psikologi sangat menghargai kak Acil
karena memang pribadinya yang baik, sopan, dan ramah pada setiap
orang. Ketika masa periodenya telah habis ia tetap berperilaku yang
sama pada semua orang agar masyarakat psikologi tetap
menghargainya.
8. Kebutuhan ambisi dan prestasi pribadi : Penderita neurotik sering
memiliki dorongan untuk menjadi yang terbaik. Mereka ingin menjadi
yang terbaik dan memaksa diri untuk semakin berprestasi sebagai
akibat dari perasaan tidak aman, harus mengalahkan orang lain untuk
menyatakan superioritasnya.
Contoh : Syiar selalu rajin belajar, mengumpulkan tugas tepat pada
waktunya, dan aktif di kelas agar ia bisa menjadi mahasiswa dengan
lulusan tercepat dan terbaik di kampusnya.
9. Kebutuhan mencukupi diri sendiri & indenpendensi : Neurotik yang
kecewa – gagal menemukan hubungan-hubungan yang hangat dan
memuaskan dengan orang lain, cenderung akan memisahkan diri tidak
mau terikat dengan orang lain menjadi orang menyendiri. Mereka
memiiki keinginan yang kuat untuk jauh dari orang lain, membuktikan
bahwa mereka bisa hidup tanpa orang lain.
Contoh : Boy adalah seorang pacar yang posesif dan temperamental,
suka mengatur, akhirnya Aya pacar si Boy memutuskan hubungan
dengannya karena sudah tidak tahan dengan sikap Boy, dan Aya
merasa sangat senang dan bebas, ia masih bisa hidup dengan bahagia
tanpa kehadiran Boy.
10. Kebutuhan kesempurnaan dan ketaktercelaan : Melalui perjuangan
yang tidak mengenal lelah untuk menjadi sempurna, penderita neurotik
membuktikan harga diri dan superioritas pribadinya. Mereka sangat
takut membuka kesalahan dan mati-matian berusaha menyembunyikan
kelemahannya dari orang lain.
Contoh : Misnah mendapatkan nilai yang sempurna saat ujian
matematika, padahal saat ulangan ia membuka buku akan tetapi tidak
ada yang mengetahui karena menyembunyikan hal tersebut.
C. PEMBAHASAN

INTERPERSONAL COPING STRATEGIES


1. Mendekati Orang Lain
Konsep mendekati orang lain yang diutarakan Horney mengacu
kepada sebuah kebutuhan neurotic untuk melindungi diri dari perasaan
ketidakberdayaan. Dalam usaha mereka dalam melindungi diri mereka dari
perasaan ketidakberdayaan, orang-orang yang penurut menggunakan salah
satu atau kedua kebutuhan neurotic yang pertama, yaitu mereka berusaha
mendapatkan kasih sayang dan penerimaan dari orang lain atau mereka
mencari pasangan yang kuat yang akan bertanggung jawab atas hidup
mereka. Horney (1937) menjelaskan kebutuhan-kebutuhan ini sebagai
“ketergantungan yang tidak wajar” (morbid dependency), sebuah konsep
yang mendahului istilah “codependency”.
Kecenderungan neurotic dengan cara mendekati orang lain
melibatkan serangkaian strategi. Kecenderungan ini merupakan “sebuah
cara berpikir, merasakan bertingkah laku, sebuah cara untuk hidup”
(Horney 1945, hlm 55). Horney juga menyebutnya sebagai filosofis hidup.
Orang-orang neurotic yang mengadopsi filosofi ini sangat mungkin
melihat diri mereka sebagai orang yang penuh kasih sayang, murah hati
tidak egois, rendah hati, dan memahami perasaan orang lain. Mereka
bersedia untuk mementingkan orang lain daripada dirinya, menganggap
orang lain lebih pintar atau lebih menarik, dan menilai diri mereka sesuai
apa yang orang lain pikirkan tentang mereka.

2. Melawan orang lain


Orang-orang neurotic yang agresif lebih memilih untuk melawan
orang lain dengan cara tampil kuat dan kejam. Mereka termotivasi oleh
keinginan kuat untuk memeras orang lain dan memanfaatkan orang-orang
tersebut untuk kepentingan pribadi. Mereka jarang mengakui kesalahan
mereka dan tidak henti-hentinya berusaha tampil sempurna, kuat dan
unggul.
Ada lima kebutuhan neurotic melawan orang lain, di antaranya
adalah kebutuhan untuk kekuasaan, memanfaatkan orang lain,
memperoleh penghargaan dan gengsi, dikagumi, dan mencapai sesuatu.
Orang-orang agresif lebih condong untuk bermain dengan tujuan menang
daripada hanya untuk menikmati perlombaan. Mereka sering kali tampak
bekerja keras dan banyak akal dalam bekerja, tetapi mereka tidak terlalu
menikmati pekerjaan itu sendiri. Motivasi utama mereka adalah untuk
mendapat kekuasaan, gengsi, dan ambisi pribadi.

3. Menjauhi orang lain


Strategi ini merupakan ekspresi dari kebutuhan akan kesendirian,
kebebasan, dan kemandirian. Masing-masing kebutuhan ini dapat
mengarah kepada tingkah laku positif, dan beberapa orang memenuhi
kebutuhan-kebutuhan ini menjadi neurotic ketika orang berusaha untuk
memenuhi kebutuhan tersebut dengan membuat jarak emosional antara diri
mereka dan orang lain secara terus-menerus.
Banyak dari orang-orang neurotic menganggap berhubungan
dengan orang lain sebagai tekanan yang berat. Sebagai akibatnya, mereka
terdorong untuk menjauh dari orang lain secara terus-menerus untuk
memperoleh kebebasan dan terpisah dari orang lain. Mereka sering kali
membangun dunianya sendiri dan menolak orang lain yang berusaha dekat
dengan mereka. Mereka menghargai kebebasan dan kemandirian serta
sering kali terlihat menyendiri dan sulit didekati. Jka telah menikah
mereka tetap memisahkan diri dari orang lain bahkan dari pasangan
mereka. Mereka menghindari komitmen sosial, tetapi ketakutan terbesar
mereka adalah apabila mereka membutuhkan orang lain.
Semua orang neurotic memiliki keinginan untuk merasa lebih baik
dari orang lain (superior), tetapi orang-orang yang memisahkan diri dari
orang lain mempunyai kebutuhan yang sangat kuat untuk menjadi kuat dan
berpengaruh. Perasaan terpisah yang mereka miliki hanya bisa diterima
oleh keyakinan yang salah tentang diri mereka bahwa mereka sempurna
dan oleh karena itu tidak bisa dikritik. Mereka takut akan kompetisi, takut
hal itu dapat membuyarkan perasaan keunggulan mereka yang tidak nyata.
Mereka lebih memiliki kehebatan mereka yang tersembunyi diketahui
orang lain tanpa mereka harus memberitahu orang lain (Horney, 1945).

KONFLIK INTRAPSIKIS
1. Despised Real Self
Konsep yang salah tentang kemampuan diri, keberhargaan dan
kemenarikan diri, yang didasarkan pada evealuasi orang yang
dipercayainya, khususnya orang tuanya.
2. Ideal Self
Pandangan yang subjektif mengenai diri yang seharusnya, suatu
usaha untuk menjadi sempurna dalam bentuk khayalan, sebagai
kompensasi perasaan tidak mampu dan tidak dicintai
3. Actual Self
Kenyataan objektif diri seseorang, fisik dan mental apa adanya,
tanpa dipengaruhi oleh persepsi orang lain
DAFTAR PUSTAKA
Monte, F. Christopher. 2003. Beneath The Mask An Introduction to Theories of
Personalty. Amerika: John Wiley & Sons, Inc.
F. Mobte Cristopher & N. Sallod Robert. (2003)). Beneath the Mask An
Introduction to Theories of Personality. United State of America: John
Wiley & Sons, Ine

Anda mungkin juga menyukai