Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KEPRIBADIAN

HARRY STACK SULLIVAN

KELOMPOK 1
-

Siti Muslimah (044)


Egy Yolando (051)
Ristan Hidayat (052)
Arinda Gadis W. (065)
Selesta Sarwandini (116)
Liza Rachmawati M. (177)
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS DIPONEGORO

A.

I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang (Dimensi Umum Kepribadian)
Sullivan lahir di sebuah kota pertanian di Norwich, New York pada 21
Februari 1892 dan meninggal pada 14 Januari 1949 di Paris, Perancis. Sullivan adalah
orang Amerika pertama yang membangun teori kepribadian yang komprehensif.
Harry Stack Sulivan adalah pencipta segi pandangan baru yang dikenal dengan
nama interpersonal theory of psychiatry. Ajaran pokok teori ini dalam hubungannya
dengan teori kepribadian ialah bahwa kepribadian adalah pola yang relative menetap
dari situasi-situasi antarpribadi yang berulang yang menjadi ciri kehiupan manusia
(1953, hlm 111). Sebuah kepribadian tidak pernah bisa diisolasikan dalam kompleks
relasi-relasi antar pribadi yang didalamnya dia tinggal dan membuat keberadaannya
jadi demikian
Kepribadian merupakan suatu entitas hipotesis yang tidak dapat dipisahkan
dari situasi-situasi antarpribadi, dan tingkah laku antarpribadi merupakan satu-satunya
segi yang dapat diamati sebagai kepribadian. Karena itu Sullivan berpendapat bahwa
sama sekali tidak ada gunanya berbicara tentang individu sebagai objek penelitian
karena individu sama sekali tidak terpisah dari hubungannya dengan orang lain
(Calvin S. Hall & Gardner Lindzey, Teori-Teori Psikodinamik. 2005).
Sullivan menegaskan bahwa pengetahuan tentang kepribadian manusia bisa
dicapai hanya melalui studi ilmiah tentang hubungan-hubungan antarpribadi (Jess
Feist & Gregory J. Feist, Theories of Personality 2008 hlm 186).
Teori Interpersonal Sullivan menekankan pentingnya beragam tahap
perkembangan masa bayi, masa kanak-kanak, masa anak muda, masa praremaja, masa
remaja awal, masa remaja akhir, dan masa dewasa. Menurut Sullivan, tahap
perkembangan kepribadian yang paling krusial sesungguhnya bukan pada masa
kanak-kanak awal, melainkan pada masa praremaja, sebuah periode ketika anak-anak
pertama kali memiliki kemampuan untuk menjalin persahabatan yang intim dan
belum sepenuhnya terganggu oleh ketertarikan-ketertarikan hawa nafsu.

II.
PEMBAHASAN
B. Struktur Kepribadian

Sullivan memberi tempat penting dalam teorinya beberapa aspek kepribadian yang nyatanyata stabil dalam waktu yang lama: dinamisme, personifikasi, system self, dan proses
kognitif.
1. Dinamisme
Dinamisme didefinisikan sebagai pola transformasi energy yang relatis menetap, yang
secara berulang memberi ciri kepada organisme selama keberadaannya sebagai organisme
hidup. Karena dinamisme merupakan pola tingkah laku yang menetap dan berulang, maka
dinamisme sama dengan kebiasaan. Dinamisme-dinamisme yang khas manusiawi adalah
dinamisme-dinamisme yang memberi ciri kepada hubungan hubungan antarpribadi
seseorang. Misalnya, orang mungkin biasa bertingkah laku bermusuhan dengan seseorang
atau sekelompok orang tertentu yang merupakan suatu ungkapan dinamisme kedengkian.
Dinamisme yang menjadi pembeda antar manusia tidak berhubungan dengan bagian
tubuh, tetapi menjadi ciri khas hubungan antar pribadi. Dinamisme dengki (memusuhi orang
atau kelompok orang tertentu); dinamisme nafsu (kecenderungan mencari hubungan birahi);
dinamisme ketakutan (anak yang bersembunyi dibelakang ibunya setiap menghadapi orang
asing); dan dinamisme system self (Alwisol, Psikologi Kepribadian, 2012, hlm 147). Suatu
dinamisme biasanya memakai daerah atau bagian tertentu dalam badan seperti mulut, tangan,
anus dan alat kelamin untuk berinteraksi dengan lingkungan. Kebanyakan dinamisme
bertujuan memuaskan kebutuhan-kebutuhan dasar organisme. Akan tetapi ada suatu
dinamisme yang penting yang berkembang sebagai akibat dari kecemasan. Dinamisme itu
disebut dengan dinamisme diri atau sistem diri.
2. Sistem Diri (Self System)
Sistem self merupakan bagian dinamisme paling kompleks. Suatu pola tingkah laku yang
konsisten mempertahankan keamanan interpersonal dengan menghindari atau mengecilkan
kecemasan. Sistem ini mulai berkembang pada usia 12-18 bulan, usia ketika anak mulai
belajar tingkah laku mana yang berhubungan, meningkatkan atau menurunkan kecemasan.
Kecemasan adalah suatu produk dari hubungan-hubungan antarpribadi yang berasal dari
ibu dan diteruskan kepada bayi dan dalam kehidupan selanjutnya oleh ancaman-ancaman
terhadap keamanannya. Sistem diri sebagai penjaga keamanan seseorang cenderung menjadi
terpisah dari aspek-aspek lain dalam kepribadian, sistem diri tersebut tidak akan membiarkan
masuknya informasi yang tidak sesuai dengan organisasinya sekarang dan karena itu tidak
dapat mengambil pelajaran dari pengalaman.

Ketika sistem self mulai berkembang, orang mulai membentuk gambaran diri atau
personifikasi diri yang konsisten. Setiap pengalaman interpersonal yang dipandang
bertentangan dengan sistem dirinya berarti mengancam keamanan diri. Dampaknya, orang
berusaha mempertahankan diri melawan tegangan interpersonal itu memakai operasi
keamanan (security operation); suatu proses yang bertujuan untuk mereduksi perasaan tidak
aman atau perasaan akibat dari ancaman terhadap sistem self. Beberapa macam sistem
keamanan yang dipakai sejak usia bayi antara lain:
1) Disosiasi, adalah mekanisme menolak impuls, keinginan dan kebutuhan muncul ke
kesadaran. Disosiasi tidak hilang, tapi ditekan ke ketidaksadaran dan mempengaruhi
tingkah laku serta kepribadian dari sana.
2) Inatensi, yaitu memilih mana pengalaman yang akan diperhatikan dan yang tidak
perlu diperhatikan. Terhadap pengalaman yang mengancam personifikasi diri, orang
dapat berpura-pura tidak merasakannya
3) Apati dan Pertahanan dengan Tidur (Somnolent Detachment), mirip dengan
inatensi. Pada apatis, bayi tidak memilih objek mana yang harus diperhatikan,
semuanya diserahkan pada pihak luar. Pada pertahanan tidur, bayi tidak perlu
memperhatikan stimulasi manapun.
Sullivan yakin bahwa sistem diri merupakan produk dari aspek-aspek irrasional
masyarakat. Maksudnya, anak kecil dibuat supaya merasa cemas dengan alasan-alasan yang
tidak akan ditemukan dalam masyarakat yang lebih rasional; ia terpaksa menggunakan caracara yang tak wajar dan tak realistik untuk mengatasi kecemasannya
Walaupun system self berguna untuk mengurangi kecemasan, hal itu juga mempengaruhi
kemampuan manusia untuk hidup konstruktif dengan orang lain. Secara umum, semakin
berpengalaman orang dengan kecemasan, semakin besar peran system diri dan semakin
terlepas dari kepribadian. System self itu membuat orang tidak dapat membuat penilaian
objektif terhadap tingkah lakunya sendiri, menyembunyikan pertentangan yang jelas antara
gambaran diri yang diyakininya dengan cara penampilannya dengan orang lain.
3. Personifikasi
Personifikasi adalah suatu gambaran yang dimiliki individu tentang dirinya sendiri atau
orang lain. Personifikasi adalah perasaan, sikap, dan konsepsi kompleks yang timbul karena
mengalami kepuasan kebutuhan atau kecemasan. Gambaran-gambaran itu dibentuk pertama
untuk menghadapi orang-orang dalam situasi-situasi antarpribadi yang agak terisolasi, tetapi
sekali terbentuk maka gambaran-gambaran itu biasanya tetap ada dan mempengaruhi sikap

kita terhadap orang lain melukiskan tiga personifikasi dasar yang berkembang selama masa
bayi: ibu-jahat & ibu-baik, saya, dan personifikasi eiditik (teman bermain imajiner) selama
masa kanak-kanak mereka.
a) Ibu-Jahat, Ibu-Baik (Bad-Mother, Good-Mother)
Personifikasi Ibu-Jahat faktanya tumbuh dari pengalaman-pengalaman bayi dengan
puting yang buruk yaitu puting yang tidak memuaskan rasa lapar, entah puting ini
melekat pada ibu atau botol susu yang dipegang ibu, ayah, perawat, atau siapapun yang
tidak begitu penting. Setelah personifikasi Ibu-Jahat terbentuk, bayi akan mencapai
personifikasi Ibu-Baik yang didasarkan pada perilaku lembut dan kooperatif dari ibupengasuh. Dua personifikasi ini, yang satu didasarkan kepada persepsi bayi tentang ibu
yang cemas dan pendendam, yang lain kepada ibu yang tenang dan lembut, semuanya
berkombinasi untuk membentuk sebuah personifikasi kompleks yang terdiri atas
pengontrasan kualitas-kualitas yang diproyeksikan kepada satu pribadi yang sama.
b) Personifikasi Aku (Me Personification)
Pada masa periode pertengahan bayi, seorang anak memerlukan 3 personifikasi aku
(aku-jahat, aku-baik, dan bukan-aku) yang membentuk blok-blok bangunan personifikasi
diri. Setiap personifikasi saling berkaitan untuk memunculkan konsepsi tentang aku
atau tubuhku. Personifikasi aku-jahat lahir dari pengalaman-pengalaman dihukum dan
tidak disetujui yang diterima bayi dari ibu pengasuh mereka. Personifikasi aku-jahat
dibentuk dari situasi-situasi hubungan antarpribadi, yaitu bayi dapat belajar bahwa
mereka jahat hanya dari seseorang yang lain biasanya dari ibu-jahat. Personifikasi akubaik dihasilkan dari pengalaman bayi dengan penghargaan atau (reward) dan
persetujuan. Namun begitu, kecemasan yang berat muncul tiba-tiba bisa menyebabkan
bayi membentuk personifikasi bukan-aku, ditambah pengalaman-pengalaman yang terkait
dengan kecemasan-kecemasan tersebut. Personifikasi bukan-aku yang samar-samar ini
juga dialami orang dewasa dan diekspresikan dalam mimpi.
c) Personifikasi Eiditik (Eiditick Personification)
Personifikasi eiditik yaitu karakter tidak realistis atau teman imajiner yang banyak
ditemukan anak dalam rangka melindungi rasa percaya diri mereka. Sullivan percaya
bahwa teman-teman imajiner ini bisa sama signifikannya dengan teman bermain nyata
bagi kesehatan perkembangan anak.
4. Proses Kognitif

Sumbangan yang unik dari Sullivan tentang peranan kognisi atau pengetahuan dalam
hubungannya dengan kepribadian ialah klasifikasinya tentang pengalaman ke dalam tiga
golongan. Tingkatan-tingkatan kognisi ini mengacu kepada cara mengamati, membayangkan,
dan memahami. Pengalaman terjadi dalam tiga cara yaitu: prototaksis, parataksis, dan
sintaksis. Tiga model pengalaman kognitif itu terjadi sepanjang hayat.
a) Pengalaman prototaksis
Prototaksis adalah rangkaian pengalaman yang terpisah-pisah yang dialami pada masa
bayi, dimana arus kesadaran (penginderaan, bayangan, dan perasaan) mengalir kedalam
jiwa tanpa pengertian sebelum dan sesudah. Elemen pengalaman prototaksis sensasi
sederhana mungkin terus dan tetap menjadi bagian dari kehidupan mental kehidupan
orang dewasa, namun orang selalu menghubungkan elemen-elemen itu menjadi kesatuan
pengalaman (Alwisol, Psikologi Kepribadian, 2012, hlm 150). Prototaksis ini adalah
pengalaman paling dini dan primitive dan sulit dilukiskan atau didefinisikan dengan tepat.
Satu-satunya cara untuk memahaminya adalah membayangkan pengalaman-pengalaman
subyektif paling dini dari seorang bayi yang baru lahir. Pada orang dewasa, pengalamanpengalaman prototaksis mengambil untuk sensasi-sensasi, perasaan-perasaan, suasana
hati, dan impresi-impresi sesaat.
b) Cara berpikir parataksis
Meliputi hubungan kausal antara peristiwa-peristiwa yang terjadi kira-kira pada saat
yang sama tetapi yang tidak berhubungan secara logis. Sullivan yakin bahwa banyak
pemikiran kita tidak pernah beranjak dari tingkat parataksis; bahwa kita melihat
hubungan kausal antara pengalaman-pengalaman di mana pengalaman yang satu tidak
ada kaitannya dengan pengalaman yang lain. Semua tahayul misalnya adalah contoh dari
pemikiran parataksis. Kira-kira pada awal tahun kedua bayi mulai mengenali persamaanpersamaan dan perbedaan peristiwa disebut pengalaman parataksis atau pengalaman
asosiasi. Pada tahap ini, bayi mengembangkan cara berpikir melihat hubungan sebab
akibat, asosiasional peristiwa yang terjadi pada saat yang bersamaan atau peristiwaperistiwa yang mempunyai detil yang sama, tetapi hubungan itu tidak harus logis.
Misalnya, bayi yang diberi makan saus apel memakai sendok yang terlalu panas (karena
disiram air panas) sehingga lidahnya menjadi sakit. Bayi itu menolak makan, bukan
karena rasa saus apel tetapi karena sendok.

c) Cara berpikir sintaksis

Cara berpikir ketiga yang paling tinggi adalah cara berpikir sintaksis yang merupakan
aktivitas lambang yang diterima bersama, terutama aktivitas lambang yang bersifat
verbal. Sullivan menekankan pentingnya tinjauan ke masa depan dalam fungsi kognitif.
Manusia hidup dengan masa lampau, masa sekarang, dan masa yang akan datang, yang
semuanya jelas relevan dalam menerangkan pikiran dan perbuatannya. Tinjauan ke masa
depan tergantung pada ingatan orang pada masa lampau dan interpretasinya terhadap
masa sekarang. Sintaksis adalah berpikir logis dan realistik, menggunakan lambanglambang

yang

menghasilkan

diterima
hubungan

bersama,
logis

antar

khususnya

bahasa-kata-bilangan.

pengalaman

dan

Sintaksis

menungkinkan

orang

berkomunikasi satu dengan yang lainnya, melalui proses validasi consensus (concesus
validation). Normalnya, sintaksis mulai mendominasi sejak usia 4-10 tahun.
C. Dinamika Kepribadian
Sullivan memandang kehidupan manusia sebagai sistem energi, dimana perhatian
utamanya adalah bagaimana menghilangkan tegangan yang ditimbulkan oleh keinginan dan
kecemasan. Energy dapat berwujud dalam bentuk tegangan atau dalam bentuk tingkah laku
itu sendiri.
a) Tegangan
Tegangan adalah potensi untuk bertingkah laku yang disadari atau tidak disadari. Ada
dua sumber tegangan utama, yakni: tegangan-tegangan yang disebabkan oleh kebutuhan
organisme dan tegangan sebagai akibat dari kecemasan. Tegangan-tegangan dapat dianggap
sebagai kebutuhan untuk mentransformasikan energi khusus yang akan menghilangkan
tegangan, seringkali disertai dengan perubahan keadaan jiwa, yakni perubahan kesadaran,
yang dapat kita sebut dengan menggunakan istilah umum kepuasaan. Sumber tegangan ada
dua yaitu:
1) Kebutuhan (needs)
Kebutuhan yang mula pertama muncul adalah tegangan yang timbul akibat
ketidakseimbangan biologis didalam diri individu atau ketidakmampuan fisikokimis
antara individu dengan lingkungannya. Needs biologic dipuaskan dengan memberi
pasokan yang dapat mengembalikan keseimbangan. Kepuasannya bersifat episodic,
sesudah memperoleh kepuasan tegangan akan menurun atau menghilang, tetapi
sesudah lewat waktu tertentu tegangan yang sama akan muncul kembali. Kebutuhan
tersebut disebabkan oleh hubungan interpersonal. Hubungan interpersonal yang
terpenting adalah kelembutan kasih sayang (tenderness). Kebutuhan non-biologis juga

dapat dipuaskan melalui transormasi energy yakni: kegiatan fisik/tingkah laku, atau
kegiatan mental mengamati, mengingat dan berpikir. Memuaskan kebutuhan dapat
menghilangkan tension. Kegagalan memuaskan need, kalau berkepanjangan dapat
menimbulkan keadaan apathy (kelesuan) yaitu bentuk penundaan kebutuhan untuk
meredakan tegangan secara umum (Alwisol, Psikologi Kepribadian, 2012, hlm 153).
2) Kecemasan (Anxiety)
Definisi Sullivan tentang kecemasan: rasa cemas adalah sebuah tegangan yang
berlawanan dengan tegangan-tegangan kebutuhan dan memerlukan tindakan yang
tepat untuk bisa melepaskannya. Kecemasan berasal dari transfer orangtua kepada
bayi lewat proses empati. Sullivan menekankan bahwa rasa cemas dan kesepian
adalah keunikan diantara segala pengalaman, yaitu bahwa pengalaman-pengalaman
ini sungguh-sungguh tidak diinginkan dan diharapkan. Sullivan membedakan rasa
cemas dari rasa takut dalam beberapa hal. Pertama, rasa cemas biasanya berasal dari
situasi-situasi hubungan antarpribadi yang kompleks, dan hadir dalam kesadaran
hanya secara samar-samar. Rasa takut lebih mudah dibedakan dan asal usulnya lebih
mudah ditemukan. Kedua, rasa cemas tidak mempunyai nilai positif. Ketiga, rasa
cemas menghalangi pemuasan kebutuhan, sementara rasa takut membantu manusia
untuk memenuhi kebutuhan.
b) Tranformasi Energi
Transformasi energy adalah tegangan yag ditransformasikan menjadi tingkah laku,
baik tingkah laku terbuka maupun tertutup. Tingkah laku hasil transformasi itu meliputi
gerakan yang kasat mata, dan kegiatan mental seperti perasaan, fikiran, persepsi, dan ingatan.
Tidak semua transformasi energy merupakan tindakan-tindakan yang gamblang dan terlihat.
Menurut Sullivan, bentuk-bentuk kegiatan yang dapat mengurangi tegangan yaitu dipelajari
dan ditentukan oleh masyarakat dimana orang itu dibesarkan. Apa yang dapat pada masa lalu
setiap orang adalah tegangan-tegangan dan pola transformasi enerji untuk meredakannya
yang menjadi sarana pendidikan menyiapkan anak menjadi anggota masyarakat.
D. Perkembangan Kepribadian
Sullivan mempostulasikan tujuh tahapan perkembangan, dan masing-masing krusial
bagi pembentukan kepribadian manusia. Sullivan berhipotesis bahwa ketika sesorang
melewati salah satu dari ambang-ambang yang kurang lebih tertentuk dari suatu era
perkembangan, segala sesuatu yang sudah pergi sebelumnya bisa menjadi terbuka secara

masuk akal kepada pengaruh-pengaruhnya. Tujuh tahapan Sullivan adalah masa bayi, masa
kanak-kanak, masa anak muda, masa praremaja, masa remaja awal, masa remaja akhir, dan
masa dewasa.
a) Masa Bayi (Infancy)
Masa bayi dimulai dari kelahiran sampai anak dapat mengembangkan ujaran yang
terartikulasikan atau sintaksis, biasanya sekitar usia 18-24 bulan. Di sekitar pertengahan
masa ini, bayi mulai belajar bagaimana berkomunikasi lewat bahasa. Sejak awal, bahasa
mereka tidak valid secara konsensual namun sudah berlangsung pada tingkatan yang
terindividualkan atau parataksis. Komunikasi awal berlangsung dalam bentuk ekspresi
wajah dan suara dari beragam fenomena. Keduanya dipelajari lewat pengimitasian sampai
akhirnya gerak-gerik tubuh dan suara ucapan memiliki makna yang sama bagi bayi dan
orang dewasa. Komunikasi pada tahap ini menandai permulaan bahasa sintaksis dan akhir
dari masa bayi. Perhatian utama bayi adalah makan, sehingga obyek pertama yang
menjadi pusat perhatiannya adalah puting susu ibu (atau puting botol). Puting yang
mewakili ibu itu menimbulkan paling tidak 3 image, sesuai dengan pengalaman bayi itu
dengan puing itu:
1) Puting bagus (good nipple), puting yang lembut penuh kasih sayang dan
menjanjikan kepuasan fisik (bisa terjadi good nipple tidak memuaskan karena
diberikan kepada bayi yang tidak lapar)
2) Bukan putting (not nipple) atau puting yang salah karena tidak mengeluarkan air
susu, bahkan merupakan tanda penolakan dan isyarat mencari puting yang lain.
3) Putting buruk (bad nipple) puting dari ibu yang cemas, tidak memberi kasih
sayang dan kepuasan fisik.
Perkembangan pada masa bayi sangat kompleks. Berikut enam ciri yang penting
perkembangan menurut Sullivan:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Timbulnya dinamisme apati, pertahanan tidur, disosiasi dan inatensi


Peralihan dari prototaxis ke parataxis
Organisasi personifikasi, baik personifikasi ibu maupun personifikasi diri
Organisasi pengalaman melalui belajar dan munculnya dasa-dasar system diri
Diferensiasi tubuh bayi sendiri, mengenal dan memanipulasi tubuh
Belajar bahasa, dimulai dengan bahasa autisme
Belajar melakukan gerakan yang terkoordinasi, melibatkan mata, tangan, mulut,

telinga, serta organ tubuh lainnya.


b) Masa Kanak-Kanak (Childhood)
Masa kanak-kanak dimulai dengan kedatangan bahasa sintaksis dan terus belajar
sampai kemunculan kebutuhan akan rekan bermain yang statusnya setara. Selama tahap
ini, ibu masih tetap menjadi pribadi yang lain yang paling signifikan, namun perannya

sudah berbeda sewaktu mereka masih bayi. Selama masa kanak-kanak, emosi menjadi
timbal balik seorang anak sanggup memberikan kembali kelembutan sebanyak yang
sudah diterimanya. Anak mulai belajar menyembunyikan tingkahlaku yang diyakininya
bisa menimbulkan kecemasan atau hukuman seperti dengan rasionalisasi (memberi alasan
palsu) mengenai segala hal yang telah mereka kerjakan atau sedang mereka rencanakan.
Mereka memiliki tampilan seolah-olah (as if performance), yakni:
1) Dramatisasi (dramatization): permainan peran seolah olah dewasa, belajar
mengidentifikasikan diri dengan orang tuanya, bagaimana bertingkah laku yang
dapat diterima. Misalnya anak berperan sebagai orang tuanya dan menghukum
boneka yang bertingkah laku yang tidak dikehendaki.
2) Bergaya sibuk (preoccupation): anak belajar berkonsentrasi pada satu kegiatan
yang membuat mereka bisa menghindari sesuatu yang menekan dirinya. Misalnya,
anak mencoba menghindar dari kecemasan mendapat komentar secara pedas
orang tuanya, dengan menyibukkan diri dengan koleksi musiknya.
3) Transformasi Jahat (Malevolent Transformation): transformasi jahat perasaan
bahwa dirinya hidup ditengah-tengah musuh, sehingga hidupnya penuh rasa
kecurigaan dan ketidakpercayaan bahkan sampai tingkah lakunya paranoid. Ini
terjadi karena dramatisasi dan preoccupational (yang kalau dipakai sekedarnya
dapat membantu anak tumbuh dan berkembang) dipakai secara berlebihan ketika
anak dihadapkan pada kecemasan yang sangat, untuk mempertahankan diri dari
bahaya terlibat dengan orang lain.
4) Sublimasi taksadar (unwaiting sublimation): mengganti sesuatu atau aktivitas
(tak sadar atau unwaiting) yang dapat menimbulkan kecemasan dengan aktivitas
yang dapat diterima secara sosial.
Masa anak ditandai dengan emosi yang mulai timbal balik, anak disamping menerima
juga bisa memberi kasih sayang. Masa anak juga ditandai dengan akulturasi yang cepat.
Disamping menguasai bahasa, anak belajar pola kultural dalam kebersihan, latihan toilet,
kebiasaan makan, dan harapan peran seksual.
c) Masa Anak Muda (Juvenille Era)
Masa anak muda dimulai dengan kemunculan kebutuhan akan teman sebaya atau
teman bermain yang status dan tujuannya sama ketika seorang anak menemukan seorang
teman karib untuk memuaskan kebutuhannya akan keintiman. Selama tahap anak muda,
Sullvan yakin seorang anak belajar berkompetesi, berkompromi, dan bekerjasama.
Derajat kompetesi dapat ditemukan di antara anak-anak usia ini meskipun beragam latar
belakang budayanya karena, Sullian percaya masyarakat Amerika Serikat selalu

menekankan kompetisi. Banyak anak percaya bahwa mereka harus bisa kompetitif untuk
berhasil. Kompromi juga dapat dilakukan. Seorang anak yang belajar untuk mengalah
terus kepada orang lain akan mengalami kesulitan dalam proses sosialisasi, dan ini
menghasilkan karakter yang dapat terus mencirikan pribadinya di kehidupan selanjutnya.
Kerja sama mencakup semua proses yang dibutuhkan untuk bisa berjalan bersama orang
lain. Tahap ini juga ditandai dengan munculnya konsepsi tentang orientasi hidup, suatu
rumusan atau wawasan tentang:
a. kecenderungan atau kebutuhan untuk berintegrasi yang biasanya memberi ciri
pada hubungan antar pribadinya
b. keadaan-keadaan yang cocok untuk pemuasan kebutuhan dan relatif bebas dari
kecemasan
c. tujuan-tujuan jangka panjang yang untuk mencapainya orang perlu menangguhkan
kesempatan-kesempatan menikmati kepuasan jangka pendek.
Perkembangan negatif yang penting dalam tahap ini adalah:
a. prasangka (stereotype), yaitu meniru atau memakai personifikasi mengenai orang
atau kelompok orang yang diturunkan antar generasi
b. pengasingan (ostracism), adalah pengalaman anak diisolasi secara paksa,
dikeluarkan/diasingkan dari kelompok sebaya karena perbedaan sifat individual
dengan kelompok
c. penghinaan (disparagement), berarti meremehkan atau menjatuhkan orang lain,
yang akan berpengaruh merusak hubungan interpersonal pada usia dewasa.
d) Masa Pra-remaja (Preadolescence)
Masa praremaja dimulai pada saat usia 8 tahun dan berakhir dengan masa remaja,
sebuah masa bagi keintiman dengan seseorang, biasanya dengan jenis kelamin yang
sama. Sullivan menyebut proses menjadi makhlauk sosial ini kejaiban tersembunyi
praremaja merujuk kepada transformasi kepribadian yang dialaminya sendiri selama
masa praremajanya. Tahap preadolescence ditandai oleh beberapa fenomena berikut:
1. Orang tua masih penting, tetapi mereka dinilai secara lebih realistic.
2. Mengalami cinta yang tidak mementingkan diri sendiri, dan belum dirumitkan
oleh nafsu seks.
3. Terlibat dalam kerja sama untuk kebahagian bersama, tidak mementingkan diri
sendiri
4. Kolaborasi chum, kalau tidak dipelajari pada tahap ini akan membuat
perkembangan kepribadian berikutnya akan terhambat.
5. Hubungan chum dapat mengatasi atau menghilangkan pengaruh buruk symptom
salah satu yang diperoleh dari perkembangan tahap sebelumnya.

Karakteristik pra-remaja yang utama adalah terbentuknya kemampuan untuk


mengasihi. Sebelumnya, semua hubungan antarpribadi didasarkan hanya kepada
pemuasan kebutuhan personal namun selama masa praremaja keintiman, dan kasih
sayang menjadi esensi persahabatan. Sullivan percaya bahwa masa praremaja adalah
masa hidup yang tidak terganggu dan bebas. Pengalaman-pengalaman selama masa
praremaja sangat kritis bagi perkembangan kepribadian. Jika mereka tidak belajar
keintiman pada masa praremaja mereka akan mengalami kesulitan serius dalam
hubungan-hubungan antarpribadi selanjutnya. Periode praremaja relatif singkat dan tidak
rumit ini akhirnya berhenti dengan dimulainya pubertas.
e) Masa Remaja Awal (Early Adolescence)
Masa remaja awal dimulai dari pubertas dan berakhir dengan kebutuhan akan cinta
seksual terhadap seorang pribadi. Masa ini ditandai dengan meledaknya ketertarikan
genital dan datangnya hubungan yang sarat akan nafsu. Kebutuhan akan keintiman yang
dicapai selama tahapan-tahapan sebelumnya terus berlanjut pada masa remaja awal ini
namun sekarang ditemani oleh sebuah kebutuhan pararel namun terpisah - nafsu (lust).
Selain itu rasa aman, atau kebutuhan untuk bebas dari rasa cemas masih tetap aktif selama
periode ini. Karena dinamisme nafsu bersifat biologis, dia menguasai pubertas tak peduli
hubungan antarpribadi sudah dibangun sebelumnya atau sudah siap menerimanya.
Sullivan percaya bahwa masa remaja awal adalah timbal balik dalam perkembangan
kepribadian. Pribadi dapat keluar dari tahapan ini entah dengan dominasi keintiman dan
dinamisme-dinamisme nafsu, atau menghadapi kesulitan-kesulitan serius dalam hubungan
antarpribadi pada tahapan-tahapan selanjutnya. Meskipun penyesuaian seksual penting
bagi perkembangan kepribadian, Sullivan merasa bahwa masalah yang rill terletak pada
hubungan bersama pribadi yang lain.
Keintiman

bertentangan

dengan

kepuasan

seksual,

mereka

kesulitan

mengombinasikan Intimasi dengan kepuasan seksual untuk diarahkan pada satu orang
paling tidak karena empat alasan:
1. banyak adolesen yang melakukan sublimasi terhadap dorongan genitalnya, untuk
mencegah penggabungan dorongan seks dengan intimasi.
2. dorongan genital yang sangat kuat dapat dipuaskan melalui masturbasi atau
hubungan seks tanpa intimasi.
3. masyarakat membagi objek seksual menjadi dua, baik dan buruk, sedang
remaja selalu memandang baik.
4. alasan kultural, orang tua, guru, dan otoritas lainnya melarang keintiman dengan
seks yang sama karena takut terjadi homoseksualitas, namun mereka juga

melarang intimasi dengan lawan jenis karena takut dengan penyakit menular
seksual, kehamilan, atau kawin dini.
f) Masa Remaja Akhir (Late Adolescence)
Masa remaja akhir dimulai ketika anak muda sanggup merasakan nafsu dan keintiman
terhadap satu orang yang sama, dan ini berakhir pada masa dewasa saat mereka sanggup
membangun sebuah hubungan cinta yang abadi. Ciri utama masa remaja akhir adalah
penyatuan antara keintiman dan nafsu. Jika tahapan-tahapan sebelumnya tidak berhasil
dilalui, anak muda akan memasuki periode remaja akhir tanpa hubungan antarpribadi
yang intim, pola-pola yang tidak konsisten dalam aktivitas seksual, dan kebutuhan besar
untuk mempertahankan rasa aman.
Menurut Sullivan, perkembangan luar biasa tinggi dalam hubungan cinta dengan
orang lain bukan tujuan utama kehidupan, tetapi sekedar sumber utama kepuasan hidup.
Jika orang memasuki tahap ini dengan inflasi system self maka akan menghadapi
kecemasan diranah kehidupan, mereka mungkin akan mengalami beberapa masalah
dalam tahap ini, seperti personifikasi yang tidak tepat, dan berbagai jenis keterbatasan
hidup.
Pencapaian akhir periode ini adalah self respect yang menjadi syarat untuk
menghargai orang lain. Menurut Sullivan, umumnya orang yang menghina atau
menjatuhkan orang lain, karena orang itu mempunyai kualitas yang mencemaskan atau
memalukan diri sendiri.
g) Masa Dewasa (Adulthood)
Kesuksesan menyelesaikan tahap remaja akhir menjadi puncak masa dewasa, sebuah
periode dimana orang dapat membangun sebuah hubungan cinta minimal dengan satu
pribadi lain yang signifikan. Sullivan menyatakan bahwa keintiman yang dikembangkan
dengan sangat tinggi terhadap orang lain bukan hal yang utama dalam hidup, tetapi
mungkin memang sumber utama kepuasan dalam hidup. Orang-orang dewasa begitu
perseptif terhadap rasa cemas, kebutuhan dan rasa aman orang lain. Mereka menemukan
hidup sangat menarik dan menyenangkan.
E. Tabel Ringkasan Tahap-tahap Perkembangan dari Sullivan

Periode
Infancy: 0-1,5

Orang

Proses

Penting
Pemeran

Interpersonal
Kelembutan

Pencapaian Utama
Awal mengorganisasi

Perkembangan
Negatif
Rasa aman

pengalaman, belajar
Lahir-berbicara

keibuan

kasih sayang

memuaskan beberapa
kebutuhan diri

Childhood: 1,5-4
Berbicarahubungan sebaya

Melindungi

Belajar melalui identifikasi

Orang

rasa aman

dgn orgtua, belajar sublimasi

tua

melalui imaji

mengganti suatu kepuasan

teman sebaya

dgn kepuasan org lain

Juvenill: 4-8/10

Teman

Hubungan sebaya

bermain

Chum

seusia

Orientasi
menuju
kehidupan
sebaya

Pra-adolescence:
8/10-12

Chum

Chum-pubertas

tunggal

melalui apathy
dan somnolent
detachment
Performasi as if,
Rasionalisasi
Preokupasi
Transformasi
jahat

Belajar bekerjasama dan

Stereotipe

bersaing dgn org lain, belajar

Ostrasisme

berurusan dgn figur otoritas

Disparagment

Belajar mencintai org lain


Intimasi

seperti atau melebihi

Loneliness

mencintai diri sendiri

awal
Adolescence

beroperasi

Intimasi dan

Pola tingkah

awal: 12-16

Chum

nafsu seks ke

Integrasi kebutuhan intimasi

laku seksual

Pubertas seks

jamak

orang yang

dengan kepuasan seksual

yang tidak

mantap

berbeda

terpuaskan.

Adolescence
akhir: 16-20
Seks mantap
Tanggungjawab

Kekasih

sosial
Maturity
20 <

Menggabung

Intgerasi ke dalam

intimasi

masyarakat dewasa, self-

dengan nafsu

respect

Personifikasi
yang tidak tepat.
Keterbatasan
hidup.

Konsolidasi pencapaian
setiap tahap sebelumnya

F. Aplikasi
1) Gangguan Mental
Menurut Sullivan, semua gangguan mental berasal dari cacat hubungan interpersonal
dan hanya dapat dipahami melalui referensi lingkungan sosial orang itu. Sullivan banyak

menangani schizophrenia yang dia bedakan menjadi dua; schizophrenia yang


menunjukkan simptom organik dan schizophrenia yang disebabkan faktor sosial.
Schizophrenia kedua inilah yang perubahan dan perbaikannya dilakukan melalui psikiatri
interpersonal.
2) Psikoterapi
Umumnya terapi model Sullivan mula-mula berusaha untuk mengungkap kesulitan
klien dalam berhubungan dengan orang lain, dan berusaha untuk mengganti motivasi
disjungtif (berpisah) dengan motivasi konjungtif (bergabung). Motivasi konjungtif
menyatakan kepribadian dan membuat klien bisa memuaskan kebutuhan dan
meningkatkan perasaan amannya. Sullivan membagi interview dalam empat tahapan;
pembukaan (formal inception), pengamatan (reconnaissance), pertanyaan detail (detailed
inquiry), dan pemberhentian (termination).

III.

KESIMPULAN

Harry Stack Sullivan, orang Amerika pertama yang mengkonstruksi sebuah teori
kepribadian yang komprehensif, yakni bahwa manusia mengembangkan kepribadian mereka
dalam sebuah konteks sosial. Sebuah kepribadian tidak pernah bisa diisolasikan dari relasirelasi antarpribadi yang didalamnya ia tinggal dan membuat keberadaannya jadi demikian.
Sullivan menegaskan bahwa pengetahuan mengenai kepribadian manusia bisa dicapai
hanya melalui study ilmiah tentang hubungan-hubungan kepribadian. Sullivan memberi
tempat penting dalam teorinya beberapa aspek kepribadian yang nyata-nyata stabil dalam
waktu yang lama: dinamisme, personifikasi, system self, dan proses kognitif. Berbagai
tingkatan kognitif ada 3 yaitu : tingkatan prototaksis, parataksis, dan sintaksis.
Sullivan melihat kepribadian sebagai sebuah system energi. Energi dapat eksis
sebagai tegangan ataupun sebagai aksi itu sendiri. Ada dua tipe tegangan yaitu berbagai
kebutuhan dan kecemasan.

Teori interpersonal menekankan pentingnya beragam tahap perkembangan: Masa


bayi, masa kanak-kanak, masa anak muda, masa praremaja, masa remaja awal, masa ramaja
akhir, dan masa dewasa.
Dinamisme-dinamisme atau karakter (pola-pola perilaku) terdiri dari:
a. Rasa dendam (perasaan tinggal dinegeri musuh)
b. Keintiman (pengalaman manyatu yang ditandai oleh hubungan pribadi yang karib
dengan orang yang kurang lebih setara statusnya)
c. Nafsu (dinamisme pengisolasian diri yang diciikan oleh ketertarikan seksual
impersonal kepada orang lain)

DAFTAR PUSTAKA
Alwisol. 2006. Psikologi Kepribadian Edisi Revisi. Malang: UMM Press.
Suryabrata, Sumadi. 2003. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Jess Feist & Gregory J. Feist. 2008. Theories of Personality. Yogyakarta : Pustaka
Belajar
Calvin S. Hall & Gardner Lindzey. 2005. Teori-Teori Psikodinamik (Klinis).
Yogjakarta : Kanisus

Anda mungkin juga menyukai