Anda di halaman 1dari 15

Harry Sullivan

Overview of Interpersonal Theory

Sullivan menekankan bahwa pembentukan kepribadian tidak dapat dipisahkan dari


konteks sosial manusia, sehingga ia menyatakan bahwa hubungan interpersonal
antar manusia merupakan sumber penelitian kepribadian manusia. Teorinya yang
disebut Interpersonal Theory menekankan pentingnya tingkat perkembangan
manusia – Infancy, Childhood, Juvenile era, preadolescent, early adolescent, late
adolescence, dan adulthood. Manusia yang sehat adalah manusia yang dapat
membangun hubungan intimasi dengan orang lain, namun sayangnya, kecemasan
dapat mengganggu dalam pemenuhan hubungan interpersonal pada umur
manapun. Menurutnya tahap perkembangan yang paling penting ialah
preadolescent. Orang yang sehat dapat mengalami intimasi dan nafsu terhadap
orang yang sama.

Namun ironisnya, Harry Sullivan sendiri tidak memiliki hubungan interpersonal yang
nyata, karena saat kecil, ia kesepian dan terisolasi secara fisik, dan ketika remaja, ia
mengalami pengalaman skizofrenik; lalu pada masa dewasa, ia hanya mengalami
hubungan interpersonal yang palsu.

Biography

Harry Stack Sullivan lahir di kota pertanian kecul di Norwich, New York, pada 21
Februari 1892, satu-satunya anak yang bertahan hidup dari sepasang orang tua Irish
Catholic yang miskin. Saat memasuki masa sekolah, ia itdak memiliki teman karena
cara pikirnya yang terlalu cerdas dan aksennya yang aneh. Pada saat ia berumur 8
setengah tahun, Ia menjalin hubungan dekat dan intim dengan Clarence Bellinger,
tetangganya laki-laki yang berumur 13 tahun. Keduanya cacat secara sosial namun
memiliki kecerdasan yang tinggi. Hubungan inilah yang sangat berperan dalam
perkembagan Sullivan dan menjadi sebuah titik perubahan di mana ia menyadari
bahwa terdapat sebuah kekuatan pada hubungan intim, yaitu kemampuan untuk
mencintai orang lain yang mirip dengannya.

Tensions

Seperti halnya Freud dan Jung, Sullivan juga melihat kepribadian sebagai sebuah
sistem energy. Energy ini dapat diwujudkan dalam bentuk tension (kemungkinan
untuk bertindak) atau sebagai tindakan itu sendiri (energy transformation). Energy
transformations mengubah tensions menjadi tindakan terlihat maupun tidak terlihat
dan ditujukan untuk memuaskan needs dan mengurangi anxiety. Maka dari itu, tidak
semua tension dapat dirasakan secara sadar (seperti anxiety, premonitions,
drowsiness, hunger, dan sexual excitement, dapat dirasakan tetapi tidak selalu ada
pada tingkatan kesadaran, paling tidak partial distortions dari kenyataan). Sullivan
mengenali dua tipe tensions; needs dan anxiety. Needs biasanya menghasilkan
tindakan yang produktif, sedangkan anxiety menuju ke perilaku yang non produktif
atau tidak integrative.

Needs

Needs adalah bagian dari tensions yang dihasilkan dari ketidakseimbangan biologis
antara seseorang dengan lingkungan fisiokimianya, di dalam maupun di luar suatu
organisme. Walaupun needs memiliki komponen biologis, banyak yang juga
bercabang dari situasi interpersonal. Interpersonal need yang paling dasar adalah
tenderness (Memerlukan tindakan dari paling tidak 2 orang; misal balita ingin
menerima tenderness dengan menangis, tersenyum; sedangkan sang ibu
memberikan tenderness dengan menyentuh, atau menggenggam, bayi).

Tenderness merupakan sebuah general need karena mempengaruhi


kesejahteraan seseorang; general need juga meliputi oksigen, makanan dan
minuman, yang berlawanan dari zonal needs, yaitu keinginan yang berasal dari area
spesifik di tubuh. Pada masa yang sangat awal pada kehidupan, bayi mengeluarkan
terlalu banyak energy dari yang seharusnya diperlukan dalam memenuhi kebutuhan
general tersebut; energy yang berlebihan tersebutlah akhirnya diubah menjadi
sebuah model karakteristik yang konsisten terhadap suatu perilaku, yang disebut
dynamisms.
Anxiety

Tipe tension kedua adalah anxiety, yang terpisah, lebih tersebar dan ambigu; yang
tidak perlu tindakan yang kosisten untuk memenuhinya. Anxiety diipindahkan dari
orang tua ke bayi dengan proses empathy, ketika ibu merawat bayi dengan cemas,
maka bayi pun juga pasti memiliki kecemasan. Kecemasan pada bayi sering salah
dipandang sebagai needs, yang dapat menambahkan kecemasan lebih.

Kecemasan juga memiliki efek yang signifikan pada orang dewasa pula,
karena merupakan dorongan penggangu yang dapat menghamat perkembangan
relasi interpersonal yang sehat. Kecemasan dapat menyebabkan:

1. Menghambat seseorang dalam belajar dari kesalahan mereka.


2. Tetap membuat seseorang mengejar harapan yang kekanak-kanak an demi
perasaan aman.
3. Secara umum memastikan bahwa seseorang tidak akan belajar dari
pengalaman.

Sullivan berpendapat bahwa kecemasan dan kesendirian adalah suatu yang


unik, karena merupakan pengalaman yang tidak diinginkan. Karena kecemasan itu
menyakitkan, manusia memiliki kecenderungan untuk menghindarinya, dan lebih
memilih keadaan euphoria, atau keadaan di mana sama sekali tidak terdapat
tension. “Adanya kecemasan sangatlah lebih parah dari ketidakadaannya.”

Perbedaan kecemasan dan ketakutan:

1. Kecemasan biasanya disebabkan dari situasi interpersonal yang kompleks,


dan hanya secara tidak jelas di representasikan di kesadaran. Sedangkan
ketakutan lebih jelas dan lebih mudah dimengerti asal usulnya.
2. Kecemasan tidak memiliki nilai yang positif, hanya ketika disalurkan dan
diubah menjadi tensions lain (kemarahan atau ketakutan, misalnya) barulah
dapat menghasilkan tindakan yang menguntungkan.
3. Kecemasan menghambat pemenuhan kebutuhan (needs), sedangkan
ketakutan kadang membantu orang memenuhi kebutuhan tertentu.

Energy Transformations
Tensions yang diubah menjadi tindakan secara terlihat maupun tidak terlihat; yang
bertujuan memenuhi kebutuhan dan mengurangi kecemasan. Overt actions, dapat
berupa emosi, pikiran; sedangkan covert behaviors biasanya tersembunyi dari orang
lain.

Dynamisms

Energy Transformations terorganisasi menjadi sebuah pola perilaku yang


mengkarakteristikkan seseorang selama masa hidupnya. Hal ini disebut
dynamisms, sebuah istilah yang artinya hampir sama dengan traits atau pola
kebiasaan. Dynamisms memiliki dua kelas besar:

1. Berhubungan dengan zona tubuh yang spesifik (mulut, anus, dan genital)
2. Berhubungan dengan tensions. Memiliki 3 kategori:
 Disjunctive (Meliputi pola perilaku kehancuran, seperti konsep
malevolence)
 Isolating (Meliputi pola perliaku (seperti gairah) yang tidak berelasi
dengan hubungan interpersonal)
 Conjunctive (Meliputi pola perilaku menguntungkan, seperti intimacy
dan self-system)

Malevolence

Dynamism disjunctive yang jahat dan penuh kebencian, ditandai dengan perasaan
hidup dalam musuh sendiri. Bersumber dari umur 2 atau 3 tahun dimana tindakan
anak yang dulunya membawa rasa tenderness diabaikan, atau ditemukan dengan
kecemasan dan perasaan sakit. Ketika orang tua mecoba untuk mengatur anaknya
dengan menyakiti secara fisik atau kata-kata, maka beberapa anak akan belajar
untuk menahan mengekspresikan keinginan tenderness dan melindungi diri sendiri
dengan mengembangkan sikap malevolent. Hal ini dapat berupa sikap takut-takut,
kenakalan, kekejaman, atau perilaku asocial maupun antisosial lainnya.

Intimacy

Intimacy tumbuh dari keinginan untuk tenderness, tetapi lebih spesifik dan meliputi
hubungan interpersonal antara kedua orang yang kurang lebih memiliki status yang
sama. Intimasi bukanlah keinginan seksual, melainkan berkembang sebelum
pubertas (preadolescent) yang ada antara dua anak yang melihat satu sama lain
pada status yang sama. Intimasi merupakan bentuk dynamism yang mengurangi
kecemasan dan kesepian, sehingga merupakan pengalaman menguntungkan yang
diinginkan orang-orang yang sehat.

Lust

Merupakan isolating tendency, yang tidak memerlukan orang lain untuk


memenuhinya. Percobaan dalam aktivitas lust biasanya sering ditolak oleh orang
lain, sehingga dapat meningkatkan kecemasan dan mengurangi perasaan self-worth
dan harga diri. Nafsu ini juga menghambat hubungan intimasi, terutama pada masa
adolescence awal, ketika nafsu mudah tertukar dengan ketertarikan seksual.

Self-System

Dynamisms yang paling kompleks dan inklusif adalah self-system, yaitu pola
perilaku yang konsisten, yang mempertahankan keamanan interpersonal seseorang
dengan melindungi mereka dari kecemasan. Self-system merupakan conjunctive
dynamisms yang muncul dari situasi interpersonal, namun berkembang lebih dahulu
sebelum intimasi, yaitu sekitar ketika berumur 12 sampai 18 bulan. Ketika
kecerdasan anak mulai meningkat, saat itu pula lah mereka dapat membedakan
perilaku mana yang meningkatkan dan mengurangi kecemasan, sehingga
kemampuan ini membuat self-system memiliki built-in warning device.

Peringatan ini dapat menjadi sebuah keuntungan maupun kerugian.


Keuntungan yaitu ketika peringatan ini berlaku sebagai sinyal, mengingatkan
manusia terhadap peningkatan kecemasannya dan memberikan kesempatan pada
mereka untuk melindungi diri sendiri, namun dapat juga menjadi kerugian ketika
keinginan untuk melindungi diri dari kecemasan ini membuat self-system menjadi
kebal terhadap perubahan, dan menghambat orang untuk belajar dari pengalaman
penuh kecemasan mereka. Fungsi utama dari self-system ini adalah untuk
melindungi seseorang dari kecemasan.

Manusia mulai memiliki gambaran yang konsisten tentang mereka dengan


berkembangnya self-system, maka dari itu ketika suatu pengalaman interpersonal
terjadi, yang mereka pandang berlawanan dengan penilaian diri mereka sendiri,
akan mengancam perasaan keamanan mereka. Usaha untuk melindungi diri disebut
security operations, memiliki tujuan untuk mengurangi perasaan insecurity dan
kecemasan, yang merupakan hasil dari harga diri yang terancam, (ketika seseorang
yang berpikir tinggi tentang diri mereka sendiri dikatai tidak becus, maka ia akan
berpikir bahwa orang yang mengatainya itu bodoh daripada melihat kesalahn diri).

Dua macam security operations:

1. Dissociation
Meliputi dorongan, keinginan, dan kebutuhan yang ditolak manusia untuk
naik ke kesadaran. Perilaku yang diabaikan atau terlalu aneh dan berbeda,
tidak akan hilang, namun terus mempengaruhi kepribadian dalam level
unconscious. Biasanya dissociation tersirat dalam mimpi, lamunan, dan
aktivitas yang terjadi di luar kesadaran, dan diarahkan untuk
mempertahankan keamanan interpersonal.
2. Selective inattention
Merupakan penolakan untuk melihat seseuatu yang kita tidak ingin lihat.
Berbeda dari dissociation, operasi ini lebih mudah dimunculkan ke kesadaran
dan cangkupannya lebih terbatas. Mereka muncul ketika kita telah
menetapkan self-system dan dipicu dari kejadian yang tidak konsisten
dengan self-system tersebut (orang yang merasa taat hukum, akan ‘lupa’
kejadian ketika mereka melanggar lampu merah dan kecepatan minimum).
Hal ini penting dalam menentukan elemen pengalaman mana yang diambil
dan mana yang ditolak atau diabaikan.

Personifications

Mulai pada infancy dan terus berlanjut pada tingkatan perkembangan lain, manusia
mulai memiliki gambaran tentang diri sendiri dan orang lain, yang disebut
personifications. Gambaran ini mungkin tepat, tetapi mungkin juga dapat
menyimpang secara parah akibat terpengaruh needs dan anxiety seseorang.

Bad-Mother, Good-Mother
Impresi yang ada pada balita terhadap orang yang mengasuhnya. Bad mother
personification merupakan representasi ketika mereka tidak diberi makan dengan
baik, dari nipple maupun botol (kecemasan, jahat). Sedangkan good mother
personification muncul setelahnya, yang berdasarkan perilaku yang halus dan
kooperatif dari pengasuh (tenang, lembut).

Me personifications

Ketika midinfancy, anak mengembangkan tiga personifikasi diri. Bad-me


personification muncul dari pengalaman dihukum dan ditolak bayi dari ibunya (bad
mother). Kecemasan yang dihasilkan dapat mengembangkan rasa cemas pada bayi,
namun tidak terlalu kuat. Good me personification terjadi dari pengalaman yang
penuh penghargaan dan persetujuan. Pengalaman ini mengurangi kecemasan. Not
me personification dapat disebabkan dari kecemasan tiba-tiba yang parah, sehingga
dapat menyebabkan dissociation atau selectively inattend pengalaman yang
berhubungan dengan kecemasan tersebut. Hal ini juga dapat mempengaruhi orang
dewasa melalu mimpi, peristiwa skizofrenik, dan reaksi dissociated lainnya.
Kecemasan tiba-tiba ini dapat menyebabkan yang disebut uncanny emotion, yang
merupakan peringatan, dapat muncul di mimpi atau terwujud dalam bentuk perasaan
kagum, takut, benci, atau sensasi ngeri.

Eidetic Personifications

Sifat-sifat yang tidak realistis atau teman khayalan yang dimunculkan oleh anak
demi melindungi harga diri mereka disebut eidetic personifications. Hal ini dapat
menumbuhkan konflik pada hubungan interpersonal ketika seseorang
memproyeksikan sifat-sifat yang tertinggal dari hubungan sebelumnya ke orang
tersebut. Akibatnya mengurangi komunikasi dan menghambat orang untuk berfungsi
pada level kognisi yang sama.

Levels of Cognition

Level kognisi merujuk ke cara untuk melihat, membayangkan, dan memahami.

Prototaxic Level (mustahil untuk dikomunikasikan)


Pengalaman yang paling awal dan primitive pada bayi ada pada level prototaxic,
yaitu pengalaman yang tidak dapat dikomunikasikan ke orang lain, yang sulit
dijelaskan atau diartikan. Biasanya berhubungan dengan zona yang berbeda pada
tubuh, dan menghasilkan aksi yang dapat dilihat. Kejadian prototaxic ada di bawah
kesadaran. Misal: bayi merasa lapar atau sakit, menghasilkan tindakan menghisap
atau menangis. Bayi ini tidak paham alasan dari tindakan mereka dan tidak melihat
adanya hubungan antara tindakan tersebut dan pemberian makan. Pada orang
dewasa misal: dari sensasi sementara, gambar-gambar, perasaan, moods, dan
impresi. Mereka tidak dapat menjelaskan dengan kata-kata, tetapi mereka dapat
memberi tahu orang lain bahwa mereka mengalami sensasi yang aneh.

Parataxic Level (Pengalaman yang personal, prelogical, dan dikomunikasikan


hanya pada bentuk yang terdistorsi)

Parataxic adalah pengalaman yang prelogikal dan biasanya terjadi atas hasil dari
asumsi adanya hubungan sebab-akibat antara dua kejadian yang terjadi secara
kebetulan, yang maknanya tetap private. Contoh: Anak yang dikondisikan untuk
berkata “please” untuk mendapat permen. Ia mencapai suatu kesimpulan tidak logis
bahwa ketika kata “please” dikatakan berbarengan dengan “permen” maka ia akan
mendapatkan permen, tanpa suatu alasan tertentu. Kesimpulan ini disebut
parataxic distortion, atau kepercayaan tidak logis yang memunculkan hubungan
sebab-akibat yang ada diantara dua kejadian yang sementara berjarak dekat.
Namun, tentunya “please” dan “permen” tersebut harus dilengkapi dengan orang
yang mau memberikan permen kepadanya, ketika tidak adanya figur ini, maka suatu
anak akan meminta kepada Tuhan, atau orang khayalan untuk memenuhi
permintaannya.

Syntaxic Level (Komunikasi interpersonal yang penuh arti)

Pengalaman yang tervalidasi secara konsensual dan yang dapat dikomunikasikan


secara simbolis, ada pada syntaxic level. Tervalidasi secara konsensual adalah
sesuatu yang artinya disetujui oleh dua orang atau lebih. Contoh: bahasa untuk
berkomunikasi, karena pasti dua atau lebih orang setuju akan arti dari bahasa (kata
dan gesture).
Pengalaman orang dewasa ada pada ketiga tingkatan tersebut.

TA B L E 8 . 1

Summary of Sullivan’s Theory of Personality

I. Tensions (potential for action)


A. Needs (conjunctive; they help integrate personality)
1. General needs (facilitate the overall well-being of a person)
a. Interpersonal (tenderness, intimacy, and love)
b. Physiological (food, oxygen, water, and so forth)
2. Zonal needs (may also satisfy general needs)
a. Oral
b. Genital
c. Manual
B. Anxiety (disjunctive; it interferes with the satisfaction of needs)

II. Energy Transformations (overt or covert actions designed to satisfy needs or to


reduce anxiety. Some energy transformations become relatively consistent
patterns of behavior called dynamisms)

III. Dynamisms (traits or behavioral patterns)

A. Malevolence (a feeling of living in enemy country)


B. Intimacy (an integrating experience marked by a close personal
relationship with another person who is more or less of equal status)
C. Lust (an isolating dynamism characterized by an impersonal sexual
interest in another person)
IV.Levels of Cognitions (ways of perceiving, imagining, and conceiving)
A. Prototaxic (undifferentiated experiences that are completely personal)
B. Parataxic (prelogical experiences that are communicated to others only in
a distorted fashion)
C. Syntaxic (consensually validated experiences that can be accurately
communicated to others)

Stages of Development

Sullivan menyatakan bahwa perpindahan dari satu tingkatan ke tingkatan yang lain
merupakan masa yang sangat penting dalam perubahan kepribadian.

Infancy

Dimulai dari lahir hingga anak mulai mengembangkan kemampuan berbahasa


(syntaxic speech), biasanya pada umur 18 sampai 24 bulan. Masa infancy biasanya
dikaitkan dengan rasa cemas dari ibunya melalui proses empati. Perasaan cemas ini
kadang sering dilihat sebagai kebutuhan (misalnya waktu bayi menangis), sehingga
bayi kadang menolak nipple. Sedangkan saat seorang ibu tidak dapat memenuhi
kebutuhan bayinya untuk alasan apa pun, bayi akan mengalami kemarahan
sehingga kehilangan kemampuan untuk menerima kepuasan, walau kebutuhan
terhadap makanan tetap ada. Hal ini, ketika memuncak, akan membuat bayi menjadi
sulit bernafas dan menjadi kebiruan, namun perlindungan perasaan apathy dan
somnolent detachment mencegah bayi dari kematian, dan membuatnya tertidur
walau merasa lapar.

Dalam proses pemberian makan, bayi dan ibu juga mengembangkan


tenderness. Biasanya bayi melihat sosok ibu sebagai dua hal yang berlawanan,
yaitu ibu yang baik, ketika dapat memenuhi kebutuhan bayi, dan ibu yang buruk,
ketika sang ibu menyebabkan kecemasan. Pada sekitar midinfancy, bayi
mengembangkan autistic language, bahasa yang pribadi, yang tidak dapat
dipahami orang lain. Komunikasi awal ada pada ekspesi wajah dan beberapa suara
phonemes. Lama kelamaan mereka mengembangkan gesture dan cara berbicara
yang memiliki arti yang sama dengan orang lain, sehingga menandai berakhirnya
masa infancy.

Childhood

Dimulai dari perkembangan bahasa syntax dan berlanjut hingga adanya kemunculan
teman bermain dari status yang sama. Biasanya umur anak pada masa ini adalah
dari 18-24 bulan sampai sektiar 5 atau 6 tahun. Pada masa ini anak mulai
menyatukan personifikasi ibu yang baik dan buruk dan membedakan pengasuhnya
sebagai sosok ayah atau ibu. Anak juga menyatukan personifikasi diri (bad me,
good me) dan melihat suatu yang baik dan buruk tersebut sebagai nilai moral, bukan
lagi tingkat kecemasan.

Perasaan tenderness menjadi timbal-balik, ia memberi dan menerima. Anak


menilai ibu yang baik dari kemampuan ibu untuk menjalin hubungan timbal balik dari
tenderness dan needs tersebut, atau buruk, ketika ia menunjukkan sikap yang
menolak. Selain itu, anak juga mulai memiliki teman eidetic, sebagai upaya untuk
mengurangi kecemasan dan membuat anak lebih mandiri dari orang tua mereka
sehingga dapat menyiapkan diri untuk memiliki teman asli. Sullivan melihat masa ini
sebagai periode yang memiliki akulturasi yang cepat. Selain mengembangkan
kemampuan berbahasa, anak juga belajar pola budaya tentang kebersihan, toilet
training, kebiasaan makan, dan harapan peran gender. Anak juga belajar dua proses
yang penting.

Dramatizations, adalah ketika anak mencoba bertindak atau mengikuti figur


otoritas (biasanya ayah dan ibu). Preoccupations, adalah strategi untuk menghindari
situasi yang membuat cemas dan memprovokasi rasa takut, dengan berfokus pada
aktivitas yang sebelumnya telah memberikan rasa penghargaan. Pada masa ini,
sikap malevolent mencapai puncaknya dan anak mulai membentuk self-dynamism,
yang membantu mereka menangani kecemasan dan menyeimbangkan kepribadian
mereka.

Juvenile Era

Dimulai dengan munculnya keinginan memiliki teman bermain dengan status yang
sama dan diakhiri ketika seseorang menemukan satu sahabat karib untuk memenuhi
keinginan intimasinya. Juvenile era kira-kira merupakan masa 3 tahun awal
bersekolah (5 atau 6 tahun dan berakhir saat berumur sekitar 8 setengah tahun).
Pada masa ini, anak diharuskan untuk belajar bersaing, berkompromi, dan berkerja
sama.

Competition, banyak anak percaya bahwa mereka harus berkompetisi untuk


sukses. Compromise, ketika anak terus memberi dapat menggangu sosialisasi, dan
akan menggambarkan anak tersebut ketika dewasa. Cooperation, merupakan tahap
yang sangat penting dalam sosialisasi, karena meliputi semua proses penting dalam
bergaul dengan orang lain. Anak pada masa ini juga mulai melakukan diskriminasi
terhadap mereka sendiri dan membedakan orang dewasa. Saat masa ini berakhir,
seorang anak harus telah mengembangkan orientation toward living, yang
mempermudah anak untuk menanani kecemasan, memenuhi kebutuhan zonal dan
tenderness, dan menciptakan tujuan berdasarkan ingatan dan tujuan ke masa
depan. Hal ini menyiapkan seseorang terhadap hubungan interpersonal yang lebih
dalam.

Preadolescence

Dimulai dari umur 8 setengah tahun dan berakhir pada masa adolescence, sebuah
masa yang mementingkan hubungan intimasi dengan satu orang khusus, biasanya
dengan gender yang sama. Sebelumnya, hubungan interpersonal lebih dilakukan
untuk diri sendiri, namun di masa ini, anak belajar untuk menjalin hubungan intimasi
berdasarkan cinta secara timbal-balik. Sahabat dapat dengan bebas
mengekspresikan opini dan emosi ke satu sama lain tanpa adanya ketakutan akan
perasaan malu atau dilecehkan (merupakan dunia intimasi). Masa ini sangatlah
penting di mana ketika terjadi masalah pada tahapan-tahapan sebelumnya,
kesalahan dapat diselesaikan pada masa ini; namun ketika masalah atau kesalahan
terjadi saat masa preadolescence, maka akan sulit untuk diatasi pada tahap tahap
selanjutnya.

Early Adolescence

Dimulai dari pubertas dan berakhir dengan keinginan untuk memiliki hubungan cinta
seksual dengan satu orang lain. Ditandai dengan munculnya ketertarikan genital dan
hubungan penuh gairah. Biasanya terjadi pada waktu SMP.
Keinginan anak untuk intimasi, gairah, dan keamanan (bebas dari
kecemasan), sering bertabrakan dan menciptakan stress dan konflik dalam 3 cara.

1. Gairah mengganggu operasi keamanan, karena aktivitas genital telah


melekat dengan kecemasan, rasa bersalah, dan rasa malu.
2. Intimasi juga dapat mengganggu keamanan, seperti ketika remaja muda
mencari pertemanan intim dengan remaja yang ber gender lain, pengalaman
ini dikaitkan dengan keraguan diri, ketidakpastian, dan ejekan dari orang lain,
yang dapat menyebabkan hilangnya harga diri dan meningkatkan
kecemasan.
3. Intimasi dan gairah kadang dapat menjadi konflik saat remaja awal. Dalam
memuaskan tension genitalnya, seseorang dapat menjalin hubungan tanpa
adanya intimasi; karena dynamism lust itu biologis, dan muncul saat
pubertas, baik anak siap atau tidak siap.

Early adolescent merupakan masa turning point dalam pembentukan kepribadian,


tentang bagaimana seseorang dapat akur dengan orang lain.

Late Adolescence

Dimulai ketika orang muda dapat merasakan gairah dan intimasi terhadap orang
yang sama, dan berakhir pada adulthood, ketika mereka telah menciptakan
hubungan cinta yang kekal. Masa ini adalah masa self-discovery, dan biasanya
dialami pada umur 15 hingga 17 atau 18 tahun. Tidak seperti masa sebelumnya
yang didorong oleh perubahan biologis, manusia pada masa ini sepenuhnya
ditentukan oleh hubungan interpersonal. Remaja akhir yang sukses, ditandai dengan
berfungsinya mode syntaxic, sehingga mereka dapat berkomunikasi dan saling
bertukar ide. Namun ketika terdapat masalah pada tahapan sebelumnya, dapat
menyebabkan seseorang tidak mampu untuk menjalin hubungan interpersonal yang
intim, memiliki pola aktivitas seksual yang tidak konsisten, dan kebutuhan yang kuat
untuk mempertahankan operasi keamanan.

Sehingga mereka bergantung berat pada parataxic mode untuk menghindari


kecemasan dan mempertahankan harga diri menggunakan selective inattention,
dissociation, dan gejala neurotis. Mereka biasanya tertekan untuk jatuh cinta, namun
hanya orang yang matang saja yang memiliki kemampuan untuk cinta, yang lain
hanya untuk mempertahankan perasaan keamanan.

Adulthood

Penyelesaian yang sukses dari late adolescence berujung di adulthood, sebuah


periode dimana seseorang dapat menciptakan hubungan cinta dengan paling tidak
satu orang lain yang signifikan. Orang dewasa yang matang, tanggap terhadap
kecemasan, kebutuhan, dan keamanan orang lain. Mereka berfungsi sepenuhnya
pada level syntaxic, dan merasa hidup menarik dan menyenangkan.

Anda mungkin juga menyukai