Anda di halaman 1dari 115

The Assessment Interview –

Part 1

Trida Cynthia
Psikologi Klinis

Lecture’s Material -Clinical Psychology 1


Pengukuran dalam Psikologi Klinis
• Pengukuran klinis berkaitan dengan bagaimana
memahami klien dengan melakukan evaluasi, misalnya
pada seseorang atau suatu kelompok (keluarga)
berkaitan dengan kekuatan dan kelemahannya, faktor-
faktor penyebab masalah, dan pengobatan untuk
menurunkan stres pada klien

• Pengukuran klinis tidak hanya dilakukan sekali, di


banyak kasus hal ini merupakan proses yang
berkelanjutan, dilakukan hampir setiap hari, seperti
psikoterapi

Lecture’s Material -Clinical Psychology 2


The Referral Question
• Pertanyaan awal yang diajukan oleh orang dekat klien
atau seseorang yang hampir setiap hari bertemu dengan
klien, misalnya : Orang tua, guru, psikiater, hakim, atau
psikolog

• Pertanyaan awal yang diajukan misalnya:


“Mengapa Juan disebut nakal?”
“Mengapa Alicia tidak bisa cepat memahami seperti
anak-anak yang lain?”
“Apa yang menyebabkan Jonas murung?”

Lecture’s Material -Clinical Psychology 3


The Referral Question
• Penting untuk dipahami bahwa orang yang akan
mengajukan pertanyaan awal, memahami apa yang
akan diajukan sebagai pertanyaan. Klinisi akan
memutuskan apakah pertanyaan tersebut tepat atau
dibutuhkan parafase kembali (rephrasing), contoh.
“Apakah klien ini bisa sampai melakukan
pembunuhan?”

• Sebelum menerima pertanyaan awal, psikolog klinis


biasanya akan memberikan saran pada orang tua,
apabila pertanyaan awal yang akan diajukan berkaitan
dengan anaknya
Lecture’s Material -Clinical Psychology 4
The Interview Technique
(Teknik Wawancara)
• Pengukuran dengan wawancara adalah Teknik dasar
dan banyak digunakan oleh psikolog klinis, teknik ini
adalah instrumen utama untuk membuat keputusan,
mendapatkan pemahaman, dan memprediksi kasus
yang dihadapi klien
• Karakteristik Umum Teknik Wawancara:
1) Ada Interaksi : Teknik wawancara sama seperti
komunikasi biasa, yaitu melibatkan orang lain dan ada
pertukaran informasi secara verbal, namun yang
berbeda pada teknik wawancara klinis adalah adanya
perencanaan sebelum wawancara dilakukan, -
Lecture’s Material -Clinical Psychology 5
Lanjutan - Karakteristik Umum Teknik Wawancara:

bagaimana wawancara dilakukan adalah bebas, namun


terampil dan mempunyai tujuan, menggunakan data
dan informasi yang sudah ada, serta keyakinan atau
sikap pewawancara disesuaikan dengan klien yang
diwawancara

1) Interview Versus Test : Interview lebih bertujuan dan


terorganisasi dengan lebih baik daripada hanya
ngobrol-ngobrol, seringkali juga tidak se-formal tes
psikologi. Tes psikologi adalah pengambilan data
dengan kondisi ruang tes yang sudah terstandarisasi,
dan mempunyai prosedur tersendiri
Lecture’s Material -Clinical Psychology
6
Lanjutan - Karakteristik Umum Teknik Wawancara:

3) Seni wawancara : Wawancara adalah seni yang


membutuhkan keterampilan dari pewawancara,
maksud dari seni yaitu pewawancara harus tahu untuk
memutuskan kapan melakukan probing, kapan untuk
diam, dan kapan untuk melakukan pertanyaan secara
tidak langsung atau subtle (misalnya, mengganguk;
memberikan jawaban pendek “Ya…”, “Begitu yaa…”)

Lecture’s Material -Clinical Psychology 7


• Hal penting dan teknik yang harus diperhatikan ketika
melakukan wawancara :

1) Pengaturan Tempat Wawancara :


a. Lokasi (Setting) :
Klinisi tidak memilih lokasi untuk melakukan
wawancara, hal itu tergantung dari urgensi masalah
klien. Lokasi yang paling baik untuk wawancara adalah
yang tenang, tidak berisik atau banyak suara, atau
tempat yang lebih formal adalah di biro psikologi atau
di laboratorium psikologi

Lecture’s Material -Clinical Psychology 8


• Pengaturan Tempat Wawancara :

b. Kerahasiaan dan Perlindungan (Privacy and


Protection):
Ketika wawancara dilakukan, hal penting yang harus
diingat adalah tidak adanya interupsi/gangguan,
misalnya telepon yang berbunyi, ketokan pada pintu,
suara dari luar tempat wawancara atau dari jalanan, di
luar tempat wawancara dilakukan.

Hal-hal tersebut akan membuat klien berpikir bahwa


dirinya atau kasusnya tidak penting bagi psikolog

Lecture’s Material -Clinical Psychology 9


• Pengaturan Tempat Wawancara :

c. Kantor atau ruang wawancara dengan banyak pajangan


atau benda-benda yang menarik perhatian, akan
membuat klien menjadi terganggu ketika wawancara di
lakukan, atau suara keributan yang keras dari luar
ruangan, juga akan membuat jalannya proses
wawancara menjadi terganggu.

Oleh karena itu, tempat wawancara harus netral dari


minat atau kesukaan klinisi, jadi jangan membanjiri
tempat wawancara dengan hobi pada mobil-mobilan,
atau foto teman dan keluarga di dinding kantor klinisi

Lecture’s Material -Clinical Psychology 10


-------- Hal Penting dan Teknik yang harus diperhatikan ketika
melakukan wawancara

2) Catatan dan Rekaman : Tidak semua pernyataan dari


klien harus ditulis, hindari penulisan yang berlebihan
sehingga klinisi tidak melakukan observasi pada klien,
misalnya perubahan ekspresi wajah atau perubahan
yang sangat halus, seperti gerakan tubuh (gesture) klien

• Rapport
✓ Kata ini biasanya menjadi karaktersitik dari hubungan
antara klien/pasien dan klinisi, di dalamnya termasuk
situasi dan pemahaman yang bisa tercapai antara klien
dan klinisi untuk bagaimana tujuan interview akan
dicapai
Lecture’s Material -Clinical Psychology 11
… To Be Continued

Lecture’s Material -Clinical Psychology 12


The Assessment Interview

Trida Cynthia
Psikologi Klinis

Clinical Psychology 1
• Komunikasi
✓ Di setiap wawancara, pasti ada komunikasi, komunikasi
adalah alat, dia membantu individu ketika mengalami
stress atau memahami potensi yang ada di dirinya.

✓ Teknik-Teknik Komunikasi :
1) Memulai Sesi :
Biasanya diawali dengan pembicaraan yang umum
(casual), tujuannya untuk membawa situasi menjadi
lebih santai/relax, sebelum kemudian masuk ke alasan
yang sebenarnya mengapa klien datang ke klinisi,
misalnya, pembicaraan tentang sulitnya mencari parkir,
atau tentang cuaca saat itu
Clinical Psychology 2
-------- Komunikasi
2) Bahasa :
Klinisi sebaiknya menggunakan Bahasa yang
dimengerti oleh klien atau pasien, dan jelas dalam
memberikan maksud dari kalimat atau kata yang
diucapkan

3) Memberikan pertanyaan :
Maloney dan Ward (1976), mengatakan bahwa
pertanyaan yang diajukan oleh klinisi harus terstruktur
sesuai dengan proses wawancara yang sudah
disiapkan. Beberapa bentuk pertanyaan : open-ended,
fasilitatif, menjelaskan, konfrontasi apabila satu
pernyataan tidak sesuai dengan pernyataan yang lain,
dan pertanyaan langsung (baca tabel 6-1 pg. 170)
Clinical Psychology 3
--------- Komunikasi

a. Diam (Silence): Mempunyai banyak arti, klien bisa jadi


sedang mengorganisasikan pikirannya atau sedang
mencoba memutuskan apakah topik yang bisa
didiskusikan selanjutnya, namun diam juga bisa
diindikasikan sebagai pertahanan diri klien.

Untuk klinisi, sangat tidak tepat untuk langsung


melompat ke topik yang lain dan atau menghindari
situasi diam yang terlihat atau sedang dilakukan oleh
klien dengan banyak bicara, sebaiknya klinisi tetap
menunggu klien atau melanjutkan dengan pertanyaan
yang lain (Inquiry)

Clinical Psychology 4
--------- Komunikasi

• Respon yang dimunculkan klinisi harus memfasilitasi


semua komunikasi dan pemahaman, bukan solusi atau
jalan keluar yang putus asa atas situasi diam, atau yang
di rasa aneh

b. Mendengarkan (Listening) : Komunikasi yang efektif


harus mereflesikan pemahaman dan penerimaan,
kedua hal ini akan tercapai dengan mau mendengarkan
atau menjadi pendengar aktif

Clinical Psychology 5
--------- Komunikasi_Mendengarkan (Listening)

• Contohnya,

• Banyak individu ketika diperkenalkan pada individu


lain, tidak bisa menyebutkan Namanya Kembali setelah
pertemuan sudah berjalan selama 2 menit. Hal ini
dikarenakan kebanyakan individu terdistraksi, terdiam
mematung, atau malah sangat mengkhawatirkan
penampilannya, sehingga individu tidak mendengar
nama seseorang tersebut

Clinical Psychology 6
--------- Komunikasi

• Contohnya,

Banyak juga situasi dimana klinisi hanya melihat


penampilan individu yang rapi, sehingga berhenti
mendengarkan informasi penting yang disampaikan
oleh klien atau mensia-siakan data yang penting
mengenai klien

• Gratifikasi terhadap Diri Sendiri (Gratification of Self) :


Ketika wawancara klinis menjadi waktu atau tempat
klinisi untuk menceritakan masalah-masalahnya

Clinical Psychology 7
--------- Komunikasi_Gratifikasi Diri Sendiri

• Untuk menghindari gratifikasi terhadap diri sendiri :


1) Klinisi harus menghindari situasi yang berfokus pada
dirinya sendiri, fokusnya harus pada klien atau pasien
2) Klinisi harus mengontrol pikirannya pada kasus klien
dan jangan sampai dibuat bingung oleh masalah
dirinya sendiri

d. Pengaruh dari Klinisi : Setiap dari diri sendiri akan


mempunyai pengaruh bagi individu lain, baik secara
sosial dan professional

Clinical Psychology 8
--------- Komunikasi_Pengaruh Klinisi

• Contohnya, Bayangkan ada dua terapis yang bekerja


dalam klinik yang sama, salah satu dari terapis sudah
berusia 50 tahun, berpakaian menarik dengan wajah
yang juga menarik, sebaliknya yang kedua, usianya
masih lebih muda, kurus, sangat kaku dalam
berpakaian, dan terlihat tidak yakin pada dirinya sendiri

• Menurut anda siapa yang akan anda pilih untuk


membantu anda dalam mengatasi masalah anda?
Mengapa?

Clinical Psychology 9
--------- Komunikasi

e. Nilai-nilai dan Latar Belakang Klinisi : Nilai-nilai yang


ada pada diri sendiri, latar belakang, dan bias oleh
klinisi dapat bepengaruh pada persepsinya terhadap
klien atau kasusnya.

• Oleh karena itu, klinisi harus mempunyai banyak


pengalaman dan mempunyai pedoman yang bisa dia
jadikan sebagai pegangan, sehingga dia tidak membuat
asumsi dan melakukan penilaian klinis terhadap klien
yang datang padanya (Dibaca kasus Wanita yang
beretnis Tiongkok/China hal. 171)

Clinical Psychology 10
Jenis – jenis Wawancara

1) Wawancara Awal (The intake-admission interview),


bertujuan untuk :
a. Mengetahui mengapa klien datang ke klinik atau
rumah sakit (RS)
b. Untuk menilai apakah fasilitas, persyaratan, dan
pelayanan dari klinik atau RS sudah sesuai dengan
kebutuhan dan ekspektasi dari pasien

Clinical Psychology 11
Jenis – jenis Wawancara

2) Wawancara Latar Belakang Klien (The case-history


interview) :
Wawancara yang dilakukan untuk melihat latar
belakang klien (masa kanak-kanak & masa dewasa),
juga berkaitan dengan konteks lain, yang mungkin
berhubungan dengan masalah klien (pendidikan,
seksualitas, medis, hubungan antar orang tua –
lingkungan keluarga, agama, & masalah-masalah
psikopatologis)

Clinical Psychology 12
---------- Jenis-jenis wawancara

3) Wawancara Pengukuran Status Mental (The mental


status examination interview): Wawancara yang
dilakukan untuk mengukur kognitif, emosional, dan
apakah klien mempunyai masalah perilaku (baca tabel
6.3 hal. 177)

Clinical Psychology 13
---------- Jenis-jenis wawancara
3) Wawancara berkaitan dengan situasi krisis: Wawancara
yang dilakukan pada situasi saat ini (novel settings),
sekarang (right here, right now), misalnya telepon
hotline fungsinya untuk memberikan saran atau rasa
nyaman, misalnya: pada pengguna obat-obatan
terlarang, atau orang tua yang panik karena
mempunyai keinginan menyakiti anak, hasil dari
pasangan yang bercerai dengannya, atau seseorang
yang kesepian; Mahasiswa psikologi yang bekerja
sebagai motivator pada situasi krisis (pandemi saat ini),
dengan memberikan pikiran dan perasaan yang tetap
positif bagi klien yang membutuhkan

Clinical Psychology 14
Reliabilitas dan Validitas
Teknik Wawancara
• Reliabilitas dari wawancara dievaluasi dengan adanya
persetujuan dari sedikitnya dua orang pewawancara,
yang mewawancarai pasien atau klien yang sama (baca
tabel 6-4 hal. 186)

• Validitas dari pengukuran psikologis berbentuk :


1) Validity Isi (Content validity): Pengukuran yang
dilakukan harus komprehensif sesuai dengan variabel
apa yang mau diukur, misal. Penelitian yang akan anda
lakukan adalah pada remaja, maka anda harus
mendapatkan responden berusia 17-22 tahun

Clinical Psychology 15
------- Reliabilitas dan Validitas Teknik Wawancara
• Validitas berhubungan dengan kriteria (Criterion related
validity) :
Kemampuan pengukuran untuk memprediksikan
(menghubungkan) skor pengukuran dengan
pengukuran lain yang juga mengukur variabel yang
sama, misal. Wawancara yang mengukur gangguan
perilaku menyimpang pada anak, akan mempunyai
validitas kriteria baik bila skor pengukuran berkorelasi
dengan adanya penolakan dari teman-teman subjek
(peer rejection) dan perilaku agresif yang muncul

Clinical Psychology 16
------- Reliabilitas dan Validitas Teknik Wawancara

• Validitas Diskriminasi (Discriminant validity):


Kemampuan interviewer (pewawancara) untuk tidak
mengkorelasikan pengukuran yang sedang dijalani,
dengan teori lain yang tidak berhubungan dengan
konstruk variabel yang sedang diukur
• Misal. Tidak ada alasan secara teoritis yang menyatakan
bahwa fobia spesifik ketinggian, berkorelasi dengan
intelegensi

Clinical Psychology 17
------- Reliability and Validity of Interview

• Validitas Konstruk (Construct validity) :


Menjelaskan semua aspek validitas, bagaimana semua
proses mengembangkan dan memvalidasi pengukuran
adalah proses dari validitas konstruk (baca tabel 6.6, hal.
187)

Clinical Psychology 18
Terima Kasih

Clinical Psychology 19
Pengukuran
Intelegensi
Trida Cynthia
Psikologi Klinis
Peristiwa Penting Berkaitan dengan
Munculnya Tes Intelegensi
• Dimulai pada abad pertengahan ke-19, karena:
1) Pendidikan berkelanjutan di Amerika Serikat
menunjukkan hasil yang sangat rendah, karena
kebanyakan dari keluarga Amerika tidak
berpendidikan atau tidak bisa berbahasa Inggris
2) Ilmuwan psikologi percaya bahwa kemampuan
mental dapat diukur. Diawali oleh Alfred Binet dan
Theodore Simon, yang melihat kemampuan mental
merupakan bagian dari perbedaan antar individu
------ Peristiwa Penting Berkaitan dengan Munculnya
Tes Intelegensi
3) Perbedaan kemampuan mental berkaitan dengan
intelegensi antar individu menjadi subjek yang
menarik di sekolah, perusahaan, Institusi Militer,
dan pemerintahan, sehingga bentuk tes intelegensi
menjadi sangat diminati di abad ini
4) Di sisi lain ada keraguan mengenai ketepatan tes
intelegensi, terutama berkaitan dengan aitem yang
diperkirakan malah bisa membuat performa individu
menjadi buruk, dan berakhir dengan skor tes yang
rendah
“Jadi bagaimana
caranya agar
tes intelegensi bisa
dipercaya sebagai
alat ukur?”
Reliabilitas & Validitas

• Reliabilitas adalah konsistensi respon individu


terhadap alat tes psikologi yang digunakan

• Cara mengukur reliabilitas adalah, test-retest


reliability, equivalent forms reliability, split-half
reliability, internal consistency reliablity, dan
interatter atau interjudge reliability (dibaca hal. 196
tabel 7.1)
------- Reliabilitas & Validitas

• Validitas adalah teknik pengukuran yang mengukur


apa yang seharusnya ingin diukur

• Cara mengukur validitas adalah dengan content


validity, predictive validity, concurrent validity, dan
construct validity (dibaca hal. 196 tabel 7.2)
Definisi Intelegensi
• Berkaitan dengan tiga hal penting, yaitu:
1) Menggambarkan perkembangan penyesuaian atau
adaptasi individu pada situasi yang baru, serta
kapasitas individu untuk beradaptasi dengan
berbagai situasi
2) Berfokus pada kemampuan untuk belajar
3) Perkembangan berpikir abstrak, kemampuan
menganalisa berbagai simbol dan konsep, serta
kemampuan memahami simbol-simbol verbal dan
angka
Teori-teori Intelegensi
• Berkaitan dengan Teori Psikometri, Teori
Neuropsikologi, dan Teori Pemrosesan Informasi

• Pendekatan Faktor Analisis:


• Spearman (1927) Penemu dari Faktor Analisis
mengatakan bahwa, Intelegensi adalah luas. Ada dua
faktor berkaitan dengan intelegensi, yaitu Faktor
Umum (G atau General Factor) dan Faktor Khusus
(S atau Spesific Factor)
------- Teori-teori Intelegensi

• Thurstone (1938), mengemukan Tujuh Kemampuan


Mental Utama (Primary Mental Abilities)
berdasarkan faktor analisis dari 50 tes dan 240
partisipan, adalah: Kemampuan Numerik/angka,
Kefasihan Berbahasa, Pemahaman Verbal,
Kecepatan Perseptual, Visualisasi Spasial,
Pemahaman, dan Asosiasi Memori
------ Teori-teori Intelegensi

• Teori Cattel
• Menjelaskan dua komponen yang penting berkaitan
dengan intelegensi, yaitu: Fluid Ability (kapasitas
intelektual individu sejak lahir) dan Crystalized
Ability (kapasitas intelegensi yang didapatkan
individu dengan belajar)
• Klasifikasi atau Taksonomi Guilford
• Mengajukan Model Struktur Intelektual (Structure of
Intellectual Model/SOI)
-------- Teori-teori Intelegensi

• SOI mempunyai tiga dimensi, yaitu:


1) Operasi, terdiri dari Kognisi, Memori, Cara berpikir
Divergen (Membangun pilihan-pilihan yang logis),
dan Cara berpikir Konvergen (Membangun pilihan-
pilihan yang logis disertai argumentasi)

2) Konten (Isi), berkaitan dengan bagaimana informasi


akan ditampilkan, apakah secara figural (gambar),
simbolis, semantik (menggunakan bahasa tertentu),
dan perilaku
-------- Teori-teori Intelegensi

3) Produk, terdiri dari Unit-unit, Sistem Kelas,


Hubungan, Transformasi (Perubahan), dan Implikasi

• Multiple Intellegence – Howard Gardner


• Ada delapan Kelompok Intelegensi:
Bahasa (Linguistic), Musikal (Musical), Logis-
Matematis (Logical-Mathematical), Spasial (Spatial),
Gerak Tubuh (Bodily-Kinesthetic), Kealamian
(Naturalistic), Interpersonal, dan Intrapersonal
-------- Teori-teori Intelegensi

• A Triarchic Theory of Intelligence – Sternberg:

• Teori ini mengatakan bahwa keberfungsian individu


didasarkan pada tiga aspek utama, yaitu:
1) Komponen (Componential), berkaitan dengan
berpikir secara analitis, karakteristik individu ini
biasanya bagus dalam mengisikan berbagai macam
tes, sehingga skor tesnya tinggi
-------- Teori-teori Intelegensi

2) Pengalaman (Experiential), berkaitan dengan


berpikir kreatif, karakteristik individu ini adalah
bisa menyatukan berbagai informasi dari tempat
yang berbeda-beda menjadi satu kesatuan
3) Kontekstual, berkaitan dengan performance
individu yang bagus di lapangan (street smart),
karakter individu ini praktis, mengetahui bagaimana
harus berperilaku dalam situasi tertentu, serta
sangat baik dalam memanipulasi situasi sekitarnya
To Be Continued …

Thank You
Intelligence Quotient (IQ)
• Stern (1938) mengembangkan konsep IQ untuk
memberikan gambaran bahwa Chronological Age/CA
(usia kronologis/usia asli) individu berpengaruh
terhadap bagaimana cara individu tersebut
menyelesaikan masalah

• Apakah IQ adalah sesuatu yang menetap? Tidak, IQ


akan berubah sesuai dengan perkembangan diri
individu, artinya IQ bisa jadi akan naik atau turun
------ Intelligence Quotient (IQ)

• IQ hanyalah hasil dari suatu pengukuran tes


intelegensi yang hanya bisa memberikan arti bahwa,
anak dengan IQ 100 lebih baik daripada anak dengan
IQ 50
• Oleh karena itu Binet memberikan gambaran bahwa
diperlukan juga pengukuran Mental Age (MA) yaitu,
pengukuran indeks performansi mental individu,
indeks ini bisa diketahui dari setiap level yang bisa
diselesaikan individu dalam Tes Binet, termasuk
adanya tambahan angka kredit
------ Intelligence Quotient (IQ)

• Maka untuk melihat Rasio IQ, didapatkan rumus:

IQ = MA/CA x 100

• Bagaimana bila usia terus bertambah, namun


kualitas IQ tetap stabil? Apakah bisa dikatakan
bahwa intelegensi individu tetap di bawah individu
lain, karena usianya lebih tua dari individu lain?
------ Intelligence Quotient (IQ)

• Jawabannya ada di konsep Deviasi IQ, yaitu


Intelegensi dilihat dari populasi, ketika individu
melakukan tes IQ, maka performansi individu akan
dibandingkan dengan individu lain dalam kelompok
usia yang sama.
• Artinya, skor IQ yang sama mempunyai makna yang
sama meskipun usia individu berbeda, misalnya usia
20 tahun vs usia 80 tahun
IQ Berkorelasi dengan?
1) Kesuksesan dalam pencapaian akademik di sekolah:
Dikaitkan dengan motivasi, ekspektasi guru
terhadap individu, latar belakang budaya, sikap
orang tua, dan lain sebagainya
2) Status pekerjaan dan kesuksesan dalam bekerja:
Berkaitan dengan jumlah gaji yang diterima, dan
persepsi sosial terhadap individu
3) Perbedaan kelompok demografi: Berkaitan dengan
perbedaan kemampuan pada laki-laki (spasial) dan
perempuan (verbal), juga etnis/suku
Faktor Keturunan (Herediter) dan
Stabilitas Skor IQ

• Dasar :
• Adanya riset berkaitan dengan Perilaku Genetik
(behavioral genetic), yaitu penelitian yang berfokus
pada hubungan antara genetik dan lingkungan, yang
berpengaruh pada munculnya perilaku tertentu dari
individu
------ Faktor Keturunan (Herediter) dan Stabilitas
Skor IQ

• Ada dua konteks genetik:


1) Genotype: Gen yang diturunkan oleh orang tua
kandung, dan menetap
2) Phenotype: Karakteristik yang bisa diamati dari
individu, dan cenderung berubah
• Metode Kembar: Membandingkan Monozygotic (MZ)
(kembar identik) dan dizygotic (DZ) (hanya berbagi
50% materi genetik, perilaku atau minat) – (dibaca
Tabel 7.3)
Pengukuran Intelegensi dalam
Area Psikologi Klinis
• Skala Stanford Binet
1) Tes Binet diberikan pada individu usia 2 tahun s/d
dewasa
2) Tes ini terdiri dari Tes verbal dan Non Verbal,
setiap subtesnya mempunyai level kesulitan yang
berbeda-beda
3) Jarang digunakannya batasan waktu untuk setiap
tesnya, atau untuk bonus yg diberikan, dan ada
aitem-aitem untuk latihan sebelum tes sebenarnya
------- Skala Stanford Binet
• Kelima faktor Kognitif yang diukur:
1) Fluid reasoning: Mengukur kemampuan
penyelesaian masalah pada keempat tes di bawah
ini,
2) Quantitative reasoning: Mengukur kemampuan
penyelesaian masalah berkaitan dengan angka dan
kata sekaligus konteks penting dari kata tersebut
3) Visual-Spatial processing: Mengukur kemampuan
untuk melihat hubungan antar objek-objek,
mengenali orientasi spasial, dan melakukan analisis
peristiwa atau situasi tertentu
------- Skala Stanford Binet

4) Working memory: Mengukur kemampuan untuk


memproses dan menahan informasi verbal dan non
verbal, kemudian menterjemahkan informasi
tersebut

5) Knowledge: berkaitan dengan kemampuan


menyerap informasi umum yang biasanya akan
terakumulasi dengan segera melalui pengalaman di
rumah sekolah, pekerjaan, atau lingkungan
------- Pengukuran Intelegensi dalam Area Psikologi
Klinis
• Skala Wechsler
1) Tahun 1939 David Wechsler mengembangkan Tes
Wechsler-Bellevue-Intelligence Scale. Tes ini adalah
pengembangan dari Skala Binet, dan diperuntukan bagi
orang dewasa
2) Berbeda dengan Skala Binet yang mengelompokkan
aitem tes berdasarkan level usia, Tes Wechsler
mengelompokkan aitem tes dalam subtes-subtes,
contoh, semua tes aritmetika dijadikan dalam satu
subtes dan dibuat agar semakin meningkat level
kesulitannya
------- Skala Wechsler

• Tes Wechsler terbagi menjadi 5 subtes Skala


Performance dan 6 subtes Skala Verbal, masing-masing
subtes dapat dihitung IQnya (full scale IQ)
• Tes Wechsler edisi revisi terbaru adalah Wechsler Adult
Intelligence Scale-Fourth Edition, dengan 15 subtes
termasuk tiga subtes tambahan yaitu, Visual Puzzles,
Figure Weights, dan Cancellation. Adapun 12 subtes
utama adalah Vocabulary, Similarities, Arithmetic, Digit
Span, Information, Comprehension, Letter-Number
Sequencing, Picture Completion, Coding, Block Design,
Matrix Reasoning, dan Symbol Search
------- Skala Wechsler
• Update terakhir dalam American Psychological
Association (APA) PsycNet, dijelaskan bahwa Tes
Wechsler Adult Intelligence Scale-Fourth Edition
digunakan pada remaja dan dewasa usia 16-90 tahun,
dalam pelaksanaan tes akan sekaligus menggunakan The
Wechsler Memory Scale-Fourth Edition (WMSIV)
(Drozdick, Raiford, Wahlstorm, & Weiss, 2018)

• Dari kedua tes diharapkan dapat melihat kemampuan


kognitif berdasarkan perkembangan psikologis,
neuropsikologis, cognitive neuroscience, dan
kegunaannya dalam konteks Klinis
• The Wechsler Intelligence Scale for Children (WISC)

• Skala ini sudah mengalami revisi sebanyak 5 kali,


saat ini Tes WISC terbaru adalah revisi ke-5. tes ini
digunakan pada anak usia 6.0-16.11

• Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan


intelektual dan 5 wilayah utama dari kognitif yang
berkaitan dengan performance individu (lihat Tes
WAIS)
• The Wechsler Preschool and Primary Scale of
Intelligence (WPPSI)

• Adalah alat ukur inovatif untuk menggambarkan


perkembangan kognitif anak-anak pra sekolah dan
anak kelompok usia di atasnya.
• WPPSI telah mengalami revisi sebanyak 4 kali, yang
terbaru adalah WPPSI-Fourth Edition, dengan usia
responden antara 2.6 tahun-7.7 tahun
Kegunaan Klinis Tes Intelegensi
1) Estimasi level Intelegensi secara umum: Tujuan tes
intelegensi adalah adanya keingintahuan individu
mengenai level intelegensinya secara menyeluruh (g
intelligence)
• Apa yang diinginkan individu ketika dia telah melakukan
tes intelegensi? Apakah anak memiliki kesulitan berkaitan
dengan kognitifnya atau kesehatan mentalnya? Mengapa
penerimaan akademik anak rendah? (misal, kasus
kesulitan dalam belajar/learning disability)
• Pertanyaan-pertanyaan di atas bermanfaat untuk
memahami potensi intelektual dari klien
------ Kegunaan Klinis Tes Intelegensi

2) Prediksi Kesuksesan Akademik:

• Data riset-riset sebelumnya menjelaskan bahwa ada


hubungan antara skor tes intelegensi dan kesuksesan
akademik (dibaca data riset-riset hal 213)
• Fungsi utama dari tes intelegensi adalah
memprediksi performansi individu di sekolah
• Hal yang perlu diingat adalah konsep intelegensi dan
kesuksesan akademik adalah sangat berbeda
------ Kegunaan Klinis Tes Intelegensi

3) Memahami Cara Kerja Individu dalam Menyelesaikan


Tes (The Appraisal of Style):
• Tester dapat mengobservasi cara kerja klien ketika
menyelesaikan tes
• Observasi dapat memberikan informasi mengapa
anak bisa mengerjakan tes sesuai perkiraan tester
terhadap intelegensi anak, mengapa anak sangat
menghindari kegagalan? Apakah individu mengalami
kesulitan dalam mengerjakan tes, atau sebaliknya
sangat lancar?
Take Care Your Health and
All Your Love One
Thank You
Pengukuran Kepribadian
(Personality Assessment)

Trida Cynthia
Psikologi Klinis
OBJECTIVE TEST

• Pengukuran Kepribadian secara objektif (Objective


personality measures) berkaitan dengan administrasi tes
berbentuk pertanyaan atau pernyataan yang harus
dijawab oleh responden.

• Kebanyakan tes kepribadian objektif menggunakan


pilihan benar/salah, iya/tidak dengan format skala
terbagi menjadi 0=sangat tidak setuju, 1=tidak setuju,
2=netral, 3=setuju, 4=sangat setuju
----------------- Objective test

• Keuntungan menggunakan tes kepribadian objektif:

1) Ekonomis, tes ini bisa digunakan untuk kelompok


responden dengan jumlah yang banyak, atau hanya
satu individu saja

2) Skoring dan administrasi tes sangat mudah untuk


dipahami dan objektif, serta mudah dalam melakukan
interpretasi tes
----------------- Objective test
• Kerugian menggunakan tes kepribadian objektif:
1) Aitem tes berkaitan dengan perilaku, sehingga
kemungkinan besar pertanyaan atau pernyataan yang
diberikan bukan karakteristik dari responden
2) Untuk peneliti yang hanya ingin mengetahui motif dari
suatu perilaku maka aitem tes dengan bentuk objektif
adalah sangat menguntungkan
3) Beberapa aitem tes merupakan campuran dari perilaku,
kognitif (pikiran dan kepercayaan), dan emosi
(perasaan)
4) Transparansi: Makna dari aitem tes sangat sulit untuk
diketahui, sehingga sangat besar kemungkinan untuk
responden berpura-pura dalam pengisian tes
METODE TES OBJEKTIF

1) Validitas Isi (Content Validity): Memahami apa yang


ingin diukur. Perhatikan:
a. Aspek-aspek yang berkaitan dengan variabel yang
ingin diukur
b. Diskusikan aitem-aitem yang telah dibuat dengan
ahlinya
c. Minta individu lain untuk menilai, apakah aitem yang
telah dibuat sesuai dengan variabel yang akan diukur
d. Lakukan analisis psikometri untuk mengevaluasi setiap
aitem sebelum diaplikasikan sebagai alat ukur
------------ Metode tes objektif

2) Empirical Criterion Keying: Aitem-aitem yang dibuat


harus bisa membedakan antara dua kelompok,
misalnya kelompok individu yang depresi dan
kelompok yang tidak depresi

3) Analisis Faktor (Factor Analysis): Diperlukan untuk


melihat konsistensi aitem (internal consistency),
contohnya adalah tes yang dibuat oleh Guilford,
dimana dia membuat aitem yang saling berhubungan
untuk melihat kepribadian individu, sehingga bisa
dilihat dimensi kepribadian Individu tersebut.
---------- Metode tes objektif

• Analisis faktor bisa didapatkan dari exploratory factor,


yaitu sifat-sifat dari kepribadian, penyesuaian individu,
atau alat ukur yang berkaitan dengan variabel.
Selanjutnya juga bisa didapat dari confirmatory factor
analytic, yaitu berkaitan dengan teori-teori

4) Pendekatan validitas konstruk: Pendekatan ini


menjelaskan bahwa skala berasal dari konsep teori
yang spesifik, jadi bila akan mengukur kepribadian,
maka teori yang digunakan adalah dari teori
kepribadian (dibaca Tes MMPI table 8-3 hal 224)
TES PROYEKTIF
• Teknik proyektif merupakan teknik yang sudah lama
dilakukan:

1) William Shakespeare mengatakan bahwa awan bisa


dijadikan media untuk proyeksi
2) William Stern menggunakan awan sebagai stimulus tes
3) Sir Francis Galton (1879) memberikan gagasan untuk
menggunakan asosiasi kata (words-association method)
sebagai teknik proyeksi, dan Kraeplin membuat
gagasan tersebut menjadi kenyataan
4) Binet dan Henri (1896) bereksperimen dengan gambar
sebagai teknik proyeksi
---------- Teknik proyektif merupakan …

5) Alfred Adler meminta pasien untuk memanggil


kembali (re-call) memorinya yang paling awal, dimana
teknik me-recall termasuk dalam teknik proyeksi

6) Tahun 1921 Herman Rorschach menciptakan teknik


proyektif dengan bentuk monograph, dimana dia
menggunakan inkblots sebagai metode untuk
mendiagnosa gangguan psikologis

7) Tahun 1920-an David Levy membawa Tes Inkblots ke


Amerika Serikat, bersamaan dengan Beck, Klpofer, dan
Hertz yang mulai memperkenalkan Tes Rorschach
---------- Teknik proyektif merupakan …

5) Tahun 1938, Morgan dan Murray memperkenalkan Tes


Thematic Appreception Test (TAT) sebagai terapi
proyektif
6) Tahun 1938 -1939, penggunaan kata proyektif mulai
dikenal secara luas, dan mulai banyak dibicarakan di
penulisan-penulisan ilmiah, setelah sebelumnya
diperkenalkan oleh L.K. Frank
7) Dalam kamus Psikologi (1958), definisi dari teknik
proyektif adalah prosedur untuk mengetahui
karakteristik individu berdasarkan perilakunya yang
bisa diobservasi pada situasi tertentu, namun tidak
melihat hanya dari respon-respon tertentu saja
KARAKTERISTIK
TEKNIK PROYEKTIF
• Menurut Rotter (1954), hal penting yang menjadi
karakteristik Teknik Proyektif adalah:
1) Adanya respon untuk stimulus yang tidak terstruktur
atau ambigus, memaksa klien untuk memunculkan
dirinya yang sesungguhnya berkaitan dengan
kebutuhan-kebutuhannya, harapan, atau konflik-
konfliknya
2) Stimulus yang ada dalam tes proyektif adalah tidak
terstruktur, sehingga akan menyebabkan 70% klien
menjawab hal yang sama (Contohnya, pada kartu ke-5
Tes Rorschach).
------------ Karakteristik Teknik Proyektif

• Untuk Kartu TAT , menjadi ambigus bila klien diminta


untuk menjawab, kira-kira apa yang dikatakan oleh
laki-laki/perempuan di dalam kartu
3) Metode yang dilakukan adalah indirect, hal ini
menyebabkan klien tidak menyadari atau mengetahui
tujuan dari tes
4) Adanya kebebasan dalam merespon, jadi tidak hanya
menjawab dengan “ Ya” atau “Tidak” saja, sebaliknya
klien bisa merespon atau menjelaskan sesuai dengan
keinginannya
--------- Karakteristik Teknik Proyektif

5) Interpretasi respon melibatkan banyak variabel, jadi


bisa saja klinisi menginterpretasi respon klien
berdasarkan banyak dimensi (kebutuhan-
kebutuhannya, penyesuaian dirinya, kategori
diagnostik, pertahanan diri klien, atau banyak dimensi
lain)
Standarisasi, Reliabilitas, dan Validitas
1) Tidak ada standarisasi dalam tes projektif, karena setiap
individu adalah unik, sehingga setiap deskripsi pernyataan
yang menuju pada suatu aturan tertentu akan membuat
pernyataan yang diberikan cenderung salah untuk
diinterpretasi
2) Reliabilitas, dilihat dari ketika klinisi memberikan form tes
lain (sentence completion test), selain tes proyektif untuk
melihat apakah pernyataan yang sama ada pada hasil tes
dengan form yang berbeda
3) Validitas tes proyektif didapatkan dari pertanyaan yang
spesifik terhadap pengunaan tes ini, misalnya, Apakah TAT
dapat memprediksikan munculnya agresifitas pada situasi
A? Apakah skor tertentu pada Tes Ro berhubungan dengan
kecemasan?
SENTENCE COMPLETION TECHNIQUE
 Adalah teknik mengisikan pernyataan yang belum selesai,
tes ini mudah dan bisa dilakukan terus menerus, contoh
dari tes ini adalah Rotter Incomplete Sentence Blank, The
Incomplete Sentences Blank (ISB)
 Tes ISB terdiri dari 40 pernyataan, misalnya: Saya suka…,
Sesuatu yang menggangu saya…, Saya berharap…, Kebanyakan
perempuan…
 Keuntungan menggunakan ISB adalah skoring objektif dan
reliabel, ISB mudah dalam penggunaan dan ekonomis,
kebanyakan alat ini digunakan untuk skrining, selain bisa
dinilai secara objektif, tes ini tetap memberikan kebebasan
individu untuk merespon (lihat form pernyataan pg. 245)
PENGGUNAAN DAN
PENYALAHAGUNAAN TES
Berkaitan dengan Proteksi, Privasi, Kerahasiaan,
Diskriminasi, Pengukuran berbasis Komputer:
1) Proteksi:
• American Psychological Association (APA) tahun 2002
menjelaskan bahwa, secara kode etik psikolog harus
menggunakan teknik dan prosedur yang sudah ada
dalam pedoman tes, hal ini untuk melindungi klien ketika
pelaksanaan pengetesan dilakukan.
• Pembelian alat tes psikologis hanya diperuntukkan untuk
individu yang kompeten dalam mengadministrasikan,
melakukan skoring, dan interpretasi tes
----------- Proteksi

 Data lengkap dan instruksi untuk pengadministrasian tes


dan skoring harus disertakan di seluruh manual tes, data
yang lengkap akan membantu tester untuk melakukan
reliabilitas dan validitas tes
2) Privasi
 Klien yang datang harus memahami bahwa dia
mempunyai tujuan ketika datang kepada psikolog dan
apapun yang dia jelaskan pada psikolog akan membantu
proses pengetesan
 Klien harus mendapatkan tes yang memang sesuai dengan
tujuannya melakukan pengetesan, psikolog harus
bertanggung jawab untuk menjelaskan mengenai prosedur
tes dan mendokumentasikan semua data yang didapat
----------- Penggunaan dan Penyalahagunaan Tes

3) Kerahasiaan
 Kerahasiaan menjadi hal yang utama berkaitan dengan
informasi yang sudah diberikan klien kepada psikolog,
namun informasi menjadi tidak rahasia lagi apabila
membahayakan buat klien dan individu disekitar klien
(Kasus, Pembunuhan Mahasiswa Tatiana Tarrasof tahun
1969 vs Pengadilan Tinggi California) yang
memunculkan Tarrasof Law
 Tarrasof Law menjadi rujukan untuk para profesional di
33 negara bagian di Amerika Serikat, dilain pihak 11
negara bagian masih menyatakan bahwa kerahasiaan
adalah tanggung jawab dari psikolog/psikiater
----------- Penggunaan dan Penyalahagunaan Tes

4) Diskriminasi:
 Kemunculan gerakan hak asasi rakyat sipil menyadarkan
masyarakat bahwa semua orang harus diperlakukan
dengan setara
 Di bidang psikologi gerakan ini dikhususkan pada alat tes,
kebanyakan dari administrasi alat tes yang telah
diaplikasikan masih sangat sulit untuk dipahami oleh
orang kulit hitam di Amerika Serikat,
 Alat tes kebanyakan didesain untuk orang kulit putih
dengan ekonomi di atas rata-rata, misal, awalnya
standarisasi Tes Stanford Binet tidak menyertakan sampel
orang kulit hitam, semua profil di kartu TAT adalah orang
kulit putih
------------ Penggunaan dan Penyalahagunaan Tes

 Hal ini akan menyebabkan kerugian bagi golongan


minoritas ketika tes diaplikasikan. Sampai saat ini belum
ada alat tes yang betul – betul bisa menghindari bias
berkaitan dengan diskriminasi
5) Pengukuran berbasis Komputer
 Peran teknologi komputer berkaitan dengan psikologi sudah
sampai pada alasan pembiayaan yang lebih ekonomis, agar
klien lebih fokus dan termotivasi menjalani tes, dan adanya
standarisasi prosedur pengetesan oleh klinisi
 Keterbatasannya adalah pengetesan yang berbasis komputer
masih dalam konteks kontroversi, berkaitan dengan hasil tes
dengan interpretasi yang salah
------------ Pengukuran Berbasis Komputer

 Adanya impresi tes berbasis komputer adalah ilmiah


menyebabkan banyak kekhawatiran tes ini digunakan
tidak sesuai dengan kasus yang sedang dijalani
 Maka yang harus dilakukan berkaitan dengan
pengukuran berbasis komputer adalah:
a. Tes harus reliabel, artinya harus ada interpretasi yang
memang sama meskipun skor yang didapat berbeda
b. Valid, maksudnya interpretasi tes harus betul-betul
akurat
c. Secara klinis memang diperlukan, maksudnya
interpretasi harus berkaitan dengan kasus yang
memang sedang dijalani dan mempunyai rencana
adanya tritmen apa yang akan diberikan pada klien.
TERIMA KASIH
Behavioral
Assessment

Clinical Psychology
Trida Cynthia
• Kepribadian adalah sistem yang mengkonstruksi Perilaku.
Konstruksi kepribadian bisa jadi berbentuk neurotisme
(selalu cemas), introversi (tertutup), paranoid (curiga), atau
resiliensi (gigih)
• Terapis dan asesor perilaku, tidak hanya melihat individu
berdasarkan tipe kepribadian di atas saja, tapi lebih kepada
perilaku yang dimunculkan dalam situasi sehari-hari (Yoman,
2008)
• Oleh karena itu, kepribadian sering disamakan dengan
sekelompok kemampuan atau keterampilan, bukan
konstelasi dari kecenderungan-kecenderungan yang muncul,
misal berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan (needs) atau
sifat-sifat (traits) yang ada pada individu
• Agresi dan dependensi adalah keterampilan, sama ketika
individu mengayuh sepeda, hal itu merupakan keterampilan.
Terapis perilaku tertarik pada perilaku agresifnya untuk
bersepeda, bukan pada perilaku yang menyebabkan
kerusakan (agresinya)
• Perilaku agresi adalah perilaku dari individu atau kelompok
masyarakat bertujuan untuk menyakiti atau membuat
kerusakan pada individu lain. Agresi adalah suatu perilaku
yang memiliki sifat adaptif ataupun destruktif, artinya bisa
diterima ataupun sebaliknya menimbulkan kekacauan
• Adapun pengukuran perilaku lebih relevan pada anak atau
remaja, menurut para ahli hal ini disebabkan karena
kepribadian remaja yang cenderung belum stabil
Tradisi Berkaitan dengan Perilaku
1) Sampel versus Sign (Tanda)
• Dalam konteks pengukuran perilaku, yang penting untuk
diingat berkaitan dengan Pendekatan Sampel adalah, sejauh
mana alat ukur yang digunakan berhasil mengukur yang
diinginkan oleh klinisi. Dampaknya ada kemungkinan bahwa
apa yang ditunjukkan oleh individu dalam pengukuran belum
tentu adalah kepribadian yang ditunjukkan oleh individu di
kehidupan sehari-hari
• Sebaliknya, Sign adalah kebalikan dari pendekatan sampel,
berkaitan dengan pengukuran perilaku, hanya sampel
tertentu yang akan digunakan sesuai dengan kebutuhan
penelitian
Analisis Fungsi
• Konsep Analisis fungsi ditemukan oleh BF Skinner (1953),
analisis akan dilakukan sesuai dengan stimulus-stimulus
perilaku yang ditunjukkan dan konsekuensi dari perilaku yang
mengikutinya
• Untuk mengubah perilaku yang tidak diinginkan klinisi harus
melakukan:
1) Identifikasi kondisi stimulus (perilaku) yang muncul
2) Menentukan penguat yang mengikuti perilaku negatif yang
akan diubah
3) Memodifikasi perilaku dengan memanipulasi stimulus-
stimulus dan/atau penguat yang mengikuti perilaku negatif
------- Analisis Fungsi

• Penting dalam analisis fungsi adalah kehati-hatian dan


deskripsi yang tepat. Perilaku negatif yang akan diubah harus
lebih dulu diobservasi, diukur berapa kali perilaku negatif
tersebut muncul, dengan ketepatan yang sama, kondisi yang
dikontrol juga harus dijelaskan secara detil
• Kondisi yang mengikuti perilaku(antacedent condition) dan
situasi dimana perilaku muncul (consequent events)
kemudian dielaborasi, maksudnya adalah waktu, tempat,
individu yang ada selama perilaku negatif muncul, dan
dampak yang muncul dari perilaku negatif semuanya dicatat
dan direkam
Analisis Fungsi
atau dikenal
dengan ABC’s
Skill
Kasus
• Seorang anak yang berperilaku agresif di kelasnya, dengan
menggunakan pengukuran psikodinamika maka yang akan
dilakukan adalah melihat kebutuhan-kebutuhan (needs) dari
anak untuk dipuaskan. Ketika needs bisa diidentifkasi, maka
diharapkan klinisi dapat memodifikasi dan menghilangkan
perilaku agresif atau yang tidak diinginkan
• Pengukuran Perilaku tidak berfokus di needs, melainkan
target perilaku yang akan dihilangkan yaitu perilaku agresif.
Ada kemungkinan perilaku agresif anak yang muncul adalah
suka mengambil objek atau barang teman-temannya
(misalnya, pensil), atau anak akan berperilaku agresif ketika
guru memperhatikan anak yang lain di kelas
------- Kasus

• Ketika perilaku agresif anak muncul, guru berulang kali


mengalihkan perhatiannya pada anak yang berperilaku
agresif tersebut

• Disinilah peran dari analisis fungsi, mengelaborasi kondisi


dan situasi, kurangnya perhatian pada anak (stimulus)
diikuti dengan mengambil pensil dari anak lain (perilaku
negatif), kemudian diikuti dengan pemberian perhatian
oleh guru (konsekuensi).
------- Kasus
• Ketika pola perilaku sudah terpetakan maka langkah
selanjutnya adalah melakukan perubahan dengan
memodifikasi perilaku negatif yang tidak diinginkan,
misalnya dengan memberikan anak hukuman atas perilaku
negatifnya, dan memasukkannya ke ruang khusus sendiri
• Tritmen ini biasanya akan berhasil karena hukuman tidak
diikuti oleh konsekuensi dimana anak merasa dirinya
dipaksa untuk melakukan sesuatu yang tidak dia inginkan
• (Dibaca dan pahami Tabel 9-1 mengenai simpulan beberapa
perbedaan antara pendekatan pengukuran psikodinamika
dan pendekatan pengukuran perilaku, juga Figure 9-1:
Iterative Model)
------- Analisis Fungsi
• Saat ini terapis perilaku sudah memperluas metode analisis
fungsi dengan memasukkan variabel organisme, yaitu
karakteristik fisik, fisiologis, kognitif, sikap, nilai-nilai atau
keyakinan (beliefs) dari klien untuk membantu memetakan
masalah klien dan mempersiapkan tritmen yang akan diberikan
pada klien

• Modelnya disebut dengan SORC Model:


 S = Stimulus atau kondisi antaseden yang memunculkan
perilaku bermasalah
 O = Variabel Organisme yang berhubungan dengan
masalah klien
 R = Respon atau Perilaku bermasalah yang muncul
 C = Consequences (konsekuensi) dari perilaku negatif yang
muncul
Interview Perilaku
• Untuk melakukan analisis fungsi, klinisi perilaku masih tetap
melakukannya dengan cara “lama” yaitu interview, merupakan
teknik yang paling baik dan paling banyak dilakukan oleh
klinisi perilaku
• Selama interview perilaku berlangsung, klinisi harus
mendapatkan gambaran besar dari masalah yang ada, dan
variabel apa saja yang menyebabkan masalah muncul
(Goldfried & Davison, 1994). Informasi yang relevan untuk
penyelesaian masalah klien adalah, data tentang latar
belakang klien, alat ukur yang menggambarkan kekuatan
klien ketika menghadapi masalah, dan apa yang klien
harapkan dari terapi
--------- Interview Perilaku
• Pendekatan untuk membangun hubungan baik dengan
klien dan komunikasi selama proses terapi klien, juga
sangat membantu dalam penyelesaian masalah klien
• Pada dasarnya tujuan interview perilaku adalah:
1) Identifikasi perilaku negatif secara detil
2) Faktor situasional yang menyebabkan perilaku negatif
tetap muncul
3) Konsekuensi yang muncul dari perilaku negatif
• Klinisi perilaku paling banyak menggunakan interview yang
terstruktur (structur diagnostic interview) dalam proses
interviewnya (baca di bab 6)
Metode Observasi
1) Observasi Alamiah (Naturalistic Observation)
• Biasa disebut klinisi perilaku sebagai observasi langsung di
lingkungan klien, sehingga klinisi bisa memahami mengapa
ada klien yang takut terhadap ketinggian?, Mengapa remaja
menghindar dari situasi tes atau evaluasi?, atau Mengapa
klien tidak bisa menghentikan dorongan untuk makan?
• Kekurangannya adalah observasi langsung sulit dilakukan
dan membutuhkan dana yang banyak karena akan
memerlukan pelatihan untuk melatih individu lain melakukan
observasi, dan memintanya ada ditempat bila dibutuhkan
---------- Metode Observasi
• Kelebihannya:
a. Metode observasi efektif digunakan untuk individu dewasa
yang mengalami gangguan jiwa dan sedang dalam
perawatan di institusi tertentu,
b. Efektif untuk anak dengan keterbatasan kognitif,
memungkinkan individu yang penting bagi klien (pasangan,
orang tua, guru, teman, perawat) diperbantukan sebagai
observer
• Psikolog klinis harus memastikan bahwa individu yang
diobservasi tetap memiliki hak dan privasi. Oleh karena itu,
observasi alami tidak banyak digunakan psikolog klinisi,
sebaliknya banyak digunakan untuk penelitian ilmiah
---------- Metode Observasi

• Observasi alamiah bisa dilakukan di rumah, sekolah, atau


rumah sakit

2) Observasi Terkontrol (Controlled Observation/Analogue


Observation)
• Untuk observasi ini, situasi yang ingin diobservasi sudah
dibentuk sedemikian rupa sesuai dengan keinginan peneliti,
peneliti akan mengobservasi interaksi dari klien yang ingin
diobservasi, misalnya ingin melihat interaksi pasangan dalam
melakukan penyelesaian masalah
-------- Observasi Terkontrol
• Situasi dalam observasi ini bisa juga dibuat seperti situasi
yang sebenarnya, sehingga meminimalisir kesalahan seperti
dalam pengetesan Psikologis
• Contoh kasus adalah melihat konflik orang tua – anak
menggunakan Interaction Behavior Code (IBC) yang
dikembangkan oleh Prinz and Kent (1978). Setelah observasi
selesai, raters secara terpisah akan mereview dan
menganalisis hasil isian IBC, rekaman pembicaraan untuk
mengetahui seberapa banyak ketidaksetujuan penyelesaian
masalah. Simpulan akan didapat dari skor total isian IBC,
untuk kemudian dilihat perilaku mana yang lebih banyak
muncul (perilaku negatif atau positif)
-------- Observasi Terkontrol
• IBC juga digunakan untuk melihat konflik keluarga dengan
anak yang didiagnosa diabetes. IBC yang diberikan untuk
mengukur konflik sebelum dan sesudah dilakukan tritmen.
Hasilnya IBC dapat menurunkan konflik orang tua – anak
karena bias isian yang rendah (baca tabel 9.3)
3) Teknik Perilaku Terkontrol (Controlled Performance
Technique)
• Observasi disini masih bagian dari observasi terkontrol yang
memberikan keuntungan pada observer bahwa, kondisi
yang diobservasi adalah terkontrol dan sudah
terstandarisasi, bedanya adalah individu betul-betul
dihadapkan pada kecemasan atau ketakutannya
------- Controlled Performance Technique
• Pengukuran kecemasan atau ketakutan dilakukan dengan
menggunakan prosedur yang disebut dengan controlled
performance technique, untuk mengukur tingkatan atau level
perilaku menghindar dan stres pada rasa takut yang diberikan
secara sengaja
• Contoh riset: Armstrong, Sarawgi, dan Olatunji (2011) meneliti
fobia individu pada kontaminasi bakteri (situasi adalah kamar
mandi), karakteristik simtom utama adalah gangguan obsesif-
kompulsif. Peneliti akan menghitung perilaku apa saja yang
dihindari klien untuk tidak terkena bakteri, dari situasi ini
klinisi akan mempunyai gambaran mengenai seberapa berat
fobia klien
-------Controlled Performance Technique
• Teknik ini harus sangat hati-hati dilakukan, karena:
a. Situasi memunculkan stres individu karena tidak seperti
yang ada dalam kenyataan sehari-hari individu yang
menghindari situasi yang membuat dia cemas atau takut
b. Pada beberapa kasus selain bisa dilihat dengan
Pengukuran Klinis, Pengukuran Psikofisiologis (ERP, EMG,
EEG, EDA) juga bisa dilakukan. Pengukuran Psikofisiologis
berkaitan dengan sistem syaraf, atau aktivitas skeletomotor
untuk melihat kondisi klinis kecemasan, stres, dan
skizofrenia. Jadi pengukuran psikofisiologis merupakan
pelengkap dari pengukuran klinis pada klien
4) Memonitor Diri Sendiri (Self–Monitoring)
• Merupakan teknik dimana klien mengobservasi dan merekam
perilaku, pikiran, dan emosi diri sendiri
• Klien diminta untuk membuat jadual atau catatan untuk
mempertahankan perilaku positif, mengubah perilaku negatif,
dalam beberapa periode waktu. Catatan berisi frekuensi,
intensitas, dan durasi perilaku positif yang menjadi target,
juga situasi dan konsekuensi yang muncul
• Dari jadual atau catatan bisa dilihat perubahan yang terjadi
berkaitan dengan terapi yang diberikan, perubahan perilaku
dari baseline awal, juga fokus menghilangkan perilaku negatif
yang muncul di sela-sela terapi
Variabel-variabel yang Berpengaruh
terhadap Reliabilitas dari
Teknik Observasi
• Dalam konteks observasi hal yang paling penting adalah
klinisi harus yakin bahwa hasil observasi dari satu observator
ke observator yang lain adalah sama
• Faktor yang berpengaruh terhadap reliabilitas observasi
adalah kompleksitas dari perilaku yang ingin diubah: semakin
kompleks perilaku yang ingin diubah, maka semakin rendah
reliabilitas, misal perilaku makan (levelnya adalah rendah
mudah untuk diobservasi, dari pada perilaku yang berkaitan
dengan intimacy, atau agresivitas (level tinggi) (Dibaca hal
269)
Variabel-variabel yang Berpengaruh terhadap
Validitas dari Teknik Observasi

1) Validitas Isi: Validitas perilaku didapatkan dari perilaku yang


diobservasi harus memasukkan perilaku yang benar-benar
penting untuk penelitian atau tujuan dari pemeriksaan klinis
2) Concurrent Validity: Validitas perilaku didapatkan dari apabila
penilaian dari satu rater sama dengan rater yang lain
3) Validitas Konstruk: Validitas perilaku didapatkan dari kerangka
teori yang digunakan baik secara eksplisit maupun implicit
------Variabel-variabel yang Berpengaruh terhadap Validitas dari Teknik
Observasi

4) Kesalahan pada Observer: Banyak terjadi berkaitan dengan


kesalahan penilaian pada subjek, adanya bias karena halo
effect. Oleh karena itu, yang harus dilakukan observer
adalah melakukan latihan mengobservasi sekaligus mereview
apakah yang di observasi benar
5) Reaktivitas: Berkaitan dengan subjek atau klien yang tidak
memperlihatkan perilaku yang asli atau dalam kehidupan
sehari-hari, misalnya anak yang agresif menjadi pasif,
pasangan yang tadinya cerewet menjadi pendiam.
Self Monitoring pun berkaitan dengan reaktivitas ketika klien
menilai dirinya secara subjektif
------Variabel-variabel yang Berpengaruh terhadap Validitas dari
Teknik Observasi

• Ecological Validity: Pertanyaan mendasar dari validitas ini


adalah apakah sampel perilaku yang diobservasi adalah
representatif. Apakah perilaku klien yang diobservasi saat ini
sama dengan perilaku sehari-hari, atau berkaitan dengan
stimulus kepribadian

Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai