Anda di halaman 1dari 46

Pada tgl 4 Februari 1999, 4 org

polisi kulit putih mendekati


Amadou Diallo di salah satu
jalan di Bronx New York. Hal ini
karena polisi tsb merasa yakin
bahwa Diallo (seorang imigran
asal Afrika) berwajah mirip
dengan sketsa wajah seorang
pemerkosa berantai. Padahal
Diallo adlh seorang petugas
kebersihan dan separuh
waktunya digunakan untuk
mengikuti kursus agar ia bisa
kuliah. Saat polisi mendekati,
Diallo memasukkan tangan ke
kantong untuk mengambil
tanda pengenal. Adanya sinyal
tentang laki-laki kulit hitam
yang memasukkan tangan ke
saku, membuat polisi menjadi
siaga. Tak lama kemudian
mereka langsung menembak-
kan 41 peluru ke Diallo, yang
membuatnya tewas seketika.
• Polisi seringkali dituntut untuk membuat
keputusan yang cepat dan tidak memiliki
banyak waktu untuk berpikir serta
menganalisa apakah seseorang berperilaku
yang membahayakan atau tidak.
• Pada kasus Diallo, banyak orang beranggapan
bahwa polisi langsung menembak dipengaruhi
oleh ras Diallo (berkulit hitam). Dalam hal ini
apakah polisi akan bersikap yang sama jika
Diallo adalah orang kulit putih?
• Bagaimana cara manusia menganalisa dan
memahami dunia sosialnya merupakan topik
yang akan dibahas dalam Kognisi Sosial.
KOGNISI SOSIAL
Adalah bagaimana manusia memahami diri
mereka dan dunia sosialnya. Atau bagaimana
manusia menyeleksi, menginterpretasi/
memaknai, mengingat dan menggunakan
kembali informasi-informasi sosial untuk
membuat penilaian dan keputusan.

Setiap orang akan berusaha agar dapat memahami


dunia sosialnya secara akurat. Namun untuk hal ini
diperlukan waktu yang lama. Sayangnya seringkali
manusia membuat perkiraan-perkiraan yang salah.
Seperti polisi yang berasumsi bahwa Diallo akan
mengambil senjata saat ia memasukkan tangannya
ke kantong.
Untuk memahami bagaimana manusia berpikir
tentang dunia sosialnya dan seberapa akurat
penilaian mereka, kita perlu membedakan dua jenis
kognisi sosial :

1. Automatic thinking / Berpikir Otomatis


Yaitu proses berpikir yang muncul begitu saja, tak disadari,
tanpa pemahaman yang mendalam dan tanpa pikir panjang.
Polisi yang membunuh Diallo bertindak “without thinking”,
tanpa mempertimbangkan apa yang mereka lihat (saat Diallo
memasukkan tangan ke kantong) dan tanpa berpikir apakah
asumsi mereka benar atau tidak.
Misalnya saat kita mendengar apakah seseorang berkata
religious sects or sex, tidak hanya tergantung pada
bagaimana kata itu diucapkan tapi juga bagaimana kita
secara otomatis menginterpretasi suara.
2. Controlled thinking
Proses berpikir yang penuh usaha dan
pertimbangan.
Dalam hal ini individu akan berpikir
secara matang dan hati-hati sebelum
bertindak.
Umumnya kita akan memerlukan
waktu yang lama untuk
mempertimbangkan keputusan2
penting dalam hidup kita, seperti :
sekolah, menikah.
Rodin’s famous
sculpture, The
Thinker, mimics
controlled thinking,
where people sit
down and consider
something slowly and
deliberately. Even
when we do not know
it, however, we are
engaging in
automatic thinking,
which is
nonconscious,
unintentional,
involuntary and
effortless
1. Automatic Thinking

Berpikir otomatis membantu kita untuk memahami


situasi2 baru dengan mengkaitkannya dengan
pengalaman terdahulu.
Komponen penting dalam kognisi sosial adalah :
SCHEMAS : yaitu struktur mental yang membantu kita
untuk mengorganisasikan pengetahuan2 kita tentang
dunia sosial.
Skema berisi pengetahuan dasar dan penilaian-penilaian
yang akan kita gunakan untuk memahami dunia sosial
dan memaknai situasi2 yang baru kita alami.
Schemas : Mental Frameworks for organizing information about the social
world. Through experience, we acquire schemas (mental frameworks for organizing,
interpreting and processing social information). For instance, you almost certainly have
well-developed schemas for such events as taking an exam (left photo) and shopping
for groceries (right photo). In other words, you know what to expect in these and many
other situations and are prepared to behave in them in certain ways.
Umumnya individu akan mudah
mengingat informasi2 yang
konsisten dengan skema yang
dimilikinya daripada informasi2 yang
tidak konsisten.
Namun pada kenyataannya
informasi2 yang tidak konsisten
dengan skema akan mudah muncul
dalam ingatan.
Anda memiliki skema yang baik tentang peran
“profesor”. Anda akan berharap bahwa profesor
akan masuk kelas untuk mengajar, menjawab
pertanyaan & memberi penilaian saat ujian. Di
luar dugaan profesor anda datang bukan untuk
mengajar tapi membaca puisi atau bermain
sulap. Anda akan sangat mengingat hal ini
karena tidak konsisten dengan skema yg anda
miliki ttg profesor.
Dalam hal ini, kita tidak perlu mengubah skema
ttg profesor yang sudah ada. Tapi kita
memasukkannya sbg kategori yg khusus ttg
profesor.
Although schemas
have are typically
quite useful, they
have downside.
Schemas about
other people can
lead to automatic
stereotyping,
example : studies
have found that
some people
automatically
associate African
Americans with
weapons.
Four main types of schemas

1. Self Schema
Yaitu skema yang berisi informasi2 tentang karakteristik yang
dimiliki seseorang.

The Known Self (by William


James) : characteristic that
we believe we possess

Material Self : Spiritual Self : Social Self : the “me”


one’s body, personality traits, that-your friends know,
physical attitudes, values, your lover knows, your
possessions social perceptions parents know, your
teachers know
2. Person Schema
Yaitu skema yang berisi asumi tentang tipe/jenis
manusia dan berguna untuk mengkategorikan
mereka serta perilaku apa yang dimiliki.
Skema tentang orang berisi prototipe2.
Skema kita tentang orang lain akan mengarahkan
bagaimana harapan, persepsi dan perilaku yang akan
kita tujukan untuk tipe/jenis orang tertentu.
Ex : prototypical rock star, professor, doctor
Person schemas. What assumption would you make, based on
your person schemas, about what these young women are like
Person schemas. What assumption would you make about these
men’s personalities and behaviors, based on their appearance
3. Role Schema
Yaitu skema yang berisi konsep tentang norma dan perilaku apa
yang tepat/pantas sesuai dengan kategori sosial yaitu ras,
gender, usia.
Skema ini berisi tentang harapan agar individu dapat berperilaku
sesuai dengan peran yang dimiliki.
Ex : when you (student) ask a question during a class with your
professor, it’s quite different when you interact with him at bar.
The student and professor roles are less relevant in that
setting (bar).

4. Event Schema or Scripts


Yaitu skema yang berisi pengetahuan tentang suatu peristiwa
atau situasi2 sosial (a party, a football game, a job interview).
Skema ini mebantu kita untuk memahami & mengingat suatu
peristiwa.
Membuat Skema menjadi Kenyataan :
The Self Fulfilling Prophecy

Skema kita akan menjadi kenyataan


saat kita secara tidak disadari
memperlakukan orang lain sedemikian
rupa sehingga orang tsb akan
berprilaku sesuai dengan skema yg
kita miliki.
What we belief
about someone
can lead us to
treat the
person in ways
that create a
self-fulfilling
prophecy
PENGARUH BUDAYA
thd SKEMA

Individu dari budaya yang


berbeda memiliki skema yang
berbeda pula tentang diri mereka
dan cara memahami dunia
sosialnya.
Budaya akan mempengaruhi
bagaimana cara kita memahami
dan memaknai dunia.
The Bantu have an excellent memory for their cattle,
possibly because they have much better schemas for
cattle than people in other cultures do. It is not the case
that the Bantu have superior memories, but each of us
have superb memory in the areas that are important to us
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMBUAT
KITA BERPIKIR SECARA OTOMATIS :

1. Accessibility
Kita berpikir otomatis karena skema dan
konsep yang kita miliki (tentang sesuatu)
mudah untuk kita akses. Kemudahan
untuk “mengakses” dalam pikiran inilah
yang kita gunakan untuk membuat
keputusan saat menghadapi situasi sosial.
Is this man an
alcoholic or just down
on his luck ? Our
judgments about other
people can be
influenced by schemas
that are accessible in
our memories. If you
had just been talking
to a friend about who
had alcohol problem,
you might think that
this man has an alcohol
problem, because
alcoholism is accessible
in your memory
2. Priming
Proses berpikir otomatis dipengaruhi oleh faktor pengalaman
yang baru saja terjadi atau informasi- informasi yang diperoleh
sebelumnya.
Mis :
• setelah melihat film horor kita jadi takut utk sendirian.
• Negro : bodoh, malas, miskin ; Arab : konotasi seksual,
teroris
• Di tahun awal kuliah,banyak mahasiswa kedokteran yang
merasa memiliki penyakit serius. Misal saat sakit kepala,
muncul dugaan bahwa mereka mungkin menderita tumor
otak. Ini karena tiap hari mereka belajar tentang jenis-jenis
penyakit. Hal ini meningkatkan ketersediaan informasi, lalu
digunakan untuk menyimpulkan suatu kejadian.
After watching a horror movie, many people find that they more
easily frightened by unexpected sights (ex. moving shadows) and
sounds. This is because thoughts of fear-inducing events and
memories of times when they were fearful have been primed by
the content of the film.
That poor alcoholic… leaning
Againts the building drinking This guys been hitting the
Bottle early

Blah..blah..blah..

OR OR

This novel about mental patient This guy’s mentally ill


Is really gripping

How we interpret an
ambiguous situation : The
role of accessibility and
priming
AUTOMATIC THINKING :
HEURISTICS

Heuristics :
Principles that permit people to
make decisions on the basis of
limited information and with
relatively little cognitive effort.
Kondisi2 yang membuat kita sering menggunakan
heuristics daripada careful decision making :

• Kita tidak memiliki banyak waktu untuk menganalisa


suatu situasi.
• Seringkali kita merasa overloaded with information
sehingga tidak mampu lagi memproses semua stimulus
sosial dengan lebih baik.
• Kita menganggap situasi yg kita hadapi tidak penting.
• Kita tidak memiliki banyak pengetahuan/informasi yang
dapat dijadikan dasar untuk membuat keputusan yg
tepat.
• We are in a positive mood, signaling to us that
everything is fine and no effortful thinking is necessary
Faktor2 yg membuat kita menggunakan heuristic:

1. Availability heuristic (ketersediaan informasi)


A strategy for making judgments on the basis of how easily
specific kinds of information can be brought to mind.
The easier information we can bring to mind, the greater its
impact on our judgments.
Mis : Bagi orang Amerika, Bali lebih besar daripada Indonesia
krn mereka punya informasi yang lebih banyak tentang Bali.
Relying on availability in making social judgments, can also
lead to errors. For instance, it can lead us to overestimate the
events that are dramatic but rare, because they are easy to
bring to mind.
Mis : Naik pesawat lebih berbahaya daripada mobil
Mobil SUV lebih aman daripada mobil sedan
When viewing scenes such this Olaha Airlines 1988
disaster, many people exaggerate the risk of flying
Physician have been found to use
the availability heuristic when
making diagnoses. Their diagnoses
are influenced by how easily they
can bring different diseases to mind
2. The Representativeness Heuristic :
How similar is A to B
A mental shortcut whereby people classify
something according to how similar it
is to a typical case

Is this woman from


California or Michigan?
People often make such
judgments by using the
representativeness
heuristic, such as how
similar the woman is to
your conception of
Californians.
3. Base rate information
Berpikir heuristic yang didasarkan pada
informasi khusus tentang satu orang
anggota kelompok saja, lalu dipukul rata
pada semua anggota kelompok.
Memicu prasangka, permusuhan
Mis : salah satu kasus di Poso, tawuran
antar pelajar yang dipicu kasus satu
orang
Controlled Social Cognition :
2. High-Effort Thinking

Thinking that is conscious, intentional,


voluntary and effortful in the sense that
it requires mental energy.
People have capacity to think in a
conscious, controlled way about only
one thing at a time
Example : racial prejudice can be the
result of automatic or controlled
thinking.
Racial profiling is official action toward people based on
their race, ethnicity, or national origin instead of their
behavior. Since the tragic events of september 2001,
some innocent people who looked like of Middle Eastern
have not been allowed on airplanes
ASPEK-ASPEK DASAR
KOGNISI SOSIAL
 Memperhatikan yang inkonsisten
Segala yang tidak konsisten lebih diperhatikan
daripada yang konsisten.
Mis : ulama yang menipu, koruptor yang beramal
 Memperhatikan yang negatif
Kecenderungan ini sering dilakukan karena dgn
memperhatikan aspek negatif, kita dapat lebih
waspada thdp bahaya, kerugian. Namun hal ini dapat
mempersulit hubungan antarpribadi
Mis : ibu yang hanya bercerita kenakalan anaknya saja
Did any face stand out from the others? Can you notice the angry
face? Research suggest that we are strongly to pay attention to
negative or potentially threatening information, and an angry face in
a crowd of smiling ones stands out in this manner
 Keraguan karena motivasi (motivated
skepticism)
Dilakukan ketika seseorang berada dalam keraguan.
Ketika ada sedikit nilai positif yang dapat dijadikan
dasar (pembenaran) maka keraguan tsb bisa hilang
Mis : seorang gadis yang sulit menentukan 2 pilihan
jodoh
 Pribadi anda adalah apa yang anda miliki
Menilai seseorang dari apa yang dimilikinya,
kebiasaan. Hal ini karena kadang-kadang benda-
benda dapat menciptakan citra diri.
Mis : agar tampak seperti bangsawan, rumah diberi
pendopo
Many adds suggest
that individuals can
enhance their image
by owning certain
items
Berpikir kontrafaktual
Imagining alternatives scenarios and
outcomes that might have happened, but
didn’t.
“If only I had answered that one question
differently”, you might think, “I would pass
the test”.
Counterfactual thinking can be useful, it
focuses people’s attention that they can
cope better in the future.
Berpikir kontrafaktual juga memiliki dampak
yang berlawanan terhadap emosi seseorang.
Misal : siapakah yang paling berbahagia, juara
kedua atau juara ketiga ?
Logikanya juara kedua akan lebih bahagia, tapi
dari penelitian tampak peraih juara kedua
mudah melakukan counterfactual thinking. Hal
ini karena pada mereka muncul perasaan
bersalah, kenapa tidak mampu meraih juara
pertama. Untuk membuktikan hal ini peneliti
melihat rekaman pada saat para juara
memperoleh medali. Juara kedua tampak
kurang bahagia, dibanding juara ketiga.
These Nigerian woman look as if they’d taken first place, but
actually they came in third in the 100-m relay at the Summer
Olympics in Spain. Research suggest they are happier than if
they’d run second.
Contoh lain berpikir kontrafaktual :
Jika si nakal mengalami kecelakaan karena
mengejar layangan, lalu tertabrak.
Komentar tetangga : “rasain lu”
Informasi awalnya konsistensi atau
konsonan dengan akibat perbuatannya.
Namun jika si baik mengalami kecelakaan
karena mengejar layangan, lalu tertabrak.
Komentar tetangga : “aduh kasian”
Informasi awalnya kontrafaktual
(bertentangan dengan faktanya) atau
inkonsisten atau disonan dengan
perbuatan si baik sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai