Anda di halaman 1dari 7

PANDEMONIUM

Feature Detection Theory:


Pada tahun 1959 Hubel dan Wiesel melakukan serangkaian eksperimen secara biologis di
mana mereka menanamkan kabel kecil yang disebut mikroelektroda ke dalam sel tunggal di
korteks visual kucing. Mereka menemukan sel kortikal yang secara selektif, sensitif terhadap
pola cahaya yang berbeda. Beberapa dari sel tersebut menangkap batang cahaya vertikal, dan
yang lain menangkap batang horizontal dan diagonal. Sel-sel ini disebut sel detektor fitur karena
mereka terlihat merespons fitur tertentu seperti tepi dan sudut.

(hubel and wisel)

Dengan eksperimen ini menunjukkan bahwa manusia memiliki detektor fitur khusus
untuk membantu mengenali pola-pola seperti pada huruf alphabet atau pola sederhana lainnya.
Adapun model pendeteksi fitur yang paling terkenal disebut Model Pandemonium (Lindsay &
Norman, 1972; Selfridge, 1959).
Pandemonium pertama kali dikembangkan oleh Oliver Selfridge pada tahun 1959.
Pandemonium merupakan salah satu sistem yang dirancang untuk mencari atau mendeteksi fitur
tertentu. Selfridge, mendeskripsikan sistem ini menggunakan analogi sekelompok demon (hantu)
yang berkontribusi pada setiap tahap analisis fitur, dan para Demon akan “berteriak” selama
proses rekognisi (pengenalan).
Adapun jenis-jenis Demon (hantu) beserta tugas-tugasnya yang diimajinasikan bekerja dalam
proses rekognisi pola, yaitu:
1. Image Demon (ID)
Jenis hantu ini betugas untuk menangkap objek eksternal sebagai gambar.
Contohnya seperti melihat huruf E.

2. Feature Demon (FD)


Jenis hantu ini bertugas untuk mencari garis tertentu (vertikal, horizontal,
lengkung dll). contohnya pada huruf E kapital, dianggap memiliki garis vertikal dan
garis horizontal. Feature Demon ini akan berteriak jika dia melihat fiturnya sendiri di
gambar dan jika garisnya terlihat, hantu yang berada di garis vertikal akan 'berteriak'.
Diikuti dengan hantu lain yang juga akan berteriak, tetapi volume teriakan tergantung
pada seberapa menonjol baris tertentu mereka dalam surat itu.
Jadi untuk huruf E kapital, setan garis horizontal mungkin akan berteriak paling keras.

3. Cognitive Demon (CD)


Jenis hantu ketiga ini bertugas untuk merespon hasil yang ada pada tahap Feature
Demon (FD). Jika cognitive demon mendengar salah satu fitur yang cocok atau sesuai,
demon tersebut juga akan berteriak. Cognitive demon yang menemukan kesamaan fitur
paling banyak akan berteriak paling keras.

4. Decision Demon (DD)


Jenis hantu keempat ini bertugas menganalisis semua informasi rekognisi. Pada
tahap ini dimungkinkan untuk hantu yang berada di F dan E (dan mungkin juga L) untuk
berteriak secara bersamaan, tetapi dari informasi yang terkumpul, semua hantu
mendukung E, jadi hantu E yang berteriak paling keras dan akhirnya dipilih sebagian
huruf yang dikenali.
(ilustrasi proses pandemonium pada huruf E)

Pemrosesan informasi data-driven dan conceptually-driven dalam pandemonium


Urutan dari kiri ke kanan yang telah di ilustrasikan pada proses Pandemonium diatas,
disebut juga dengan pemrosesan informasi data-driven. Karena semua aktivitas dalam sistem
tersebut diawali dengan datangnya suatu data atau objek eksternal yang masuk lewat panca indra
seseorang dan secara sistematis bekerja melalui tahapan analisis yang berurutan.
Pemrosesan informasi yang diawali dengan pembentukan konsep dan harapan individu tentang
peristiwa yang mungkin pernah dialami disebut conceptually-driven (informasi yang berasal
dari memori).
Tetapi bagaimana kedua proses ini beroperasi pada waktu yang sama? Bagaimana
mereka berkomunikasi satu sama lain? Dan Bagaimana mereka menghindari konflik?
Solusi untuk masalah menggabungkan pemrosesan yang digerakkan oleh data-driven dan
conceptually-driven ini membutuhkan bantua Specialist Demon (hantu speasialis) untuk konteks,
harapan, kalimat, dan frasa. Dan perlu ditambahkan juga Demon khusus sintaksis (pengetahuan
tentang struktur kalimat) dan sematik (pengetahuan tentang makna kata). Hal terpenting dalam
konsep ini adalah semua hantu yang bertugas harus dapat berkomunikasi satu sama lain.
Dalam proses ini dapat dimajinasikan dengan menggunakan papan tulis (diibaratkan
sebagai penyimpan informasi). Papan tulis tersebut terletak di tengah yang dapat di akses oleh
para hantu. setiap hantu mengawasi papan tulis dan mencari informasi yang dapat dianalisis.
Setelah Specialist Demon mendapatkan infromasi yang relevan, maka hantu tersebut akan
bekerja dan menuliskan informasi kedalam papan tulis. Yang paling penting dari proses ini yaitu,
ketika setiap hantu bisa menyelesaikan tugas khususnya, lalu mereka menuliskan hasilnya di
papan tulis agar bisa di analisis oleh hantu lainnya.
Dan untuk menghindari konflik yang terjadi antar hantu, maka dibutuhkan pengawas
(supervisor) yang akan memandu hantu spesialist dalam upaya bekerja sama dan memastikan
bahwa tiap tidak menghalangi satu sama lain.

Pattern Recognition
Rekognisi pola (Pattern Recognition) adalah sebuah proses mengidentifikasi serangkaian
stimuli pengindraan yang kompleks, Ketika manusia merekognisi suatu pola maka indra kita
akan mengubah dan mengorganisasikan informasi yang masih mentah yang telah diberikan oleh
reseptor pengindraan lalu informasi akan dibandingkan dengan informasi lain yang telah
tersimpan di dalam ingatan (Memory). Rekognisi pola mencakup pengidentifikasian serangkaian
stimulasi pengindraan yang kompleks, seperti tulisan alphabetis, wajah seseorang atau
pemandangan.
Solso (Dalam Lund, 2001) mendefinisikan rekognisi pola sebagai kemampuan untuk
mengabstraksi dan mengintegrasikan elemen tertentu dari stimulus menjadi skema terorganisir
untuk memori penyimpanan dan pengambilan.

Template Matching
Solso (Dalam Lund, 2001) menyatakan pola dan objek perlu dikenali dan dapat dikenali
dalam memori jangka Panjang. Perkataan Solso tersebut menjelaskan teori Template Matchin
theories, menurut teori ini setiap individu dapat membandingkan setiap stimulus dengan
seperangkat Templates (pola-pola khusus yang telah tersimpan di dalam memori) dari pola yang
terdapat dalam Long Term Memory. Sebagai contoh beragam Template akan tetap tersimpan di
dalam otak manusia dari mulai angka 0-9, dan huruf Alpahbetical dari A-Z.

Contoh Template

Masalah yang muncul dari teori ini adalah pengenalan Template hanya akan bisa terjadi
jika ada perbandingan satu banding satu antara Template dan stimulus, dan berdasarkan teori ini
rekognisi pola akan berlangsung lambat prosesnya jika perlu mencocokan setiap stimulus dengan
berjuta-juta Template.
Feature Analysis
Teori ini menjelaskan bahwa pola dikenali dari hasil analisis ciri-ciri dari pola itu sendiri
secara satu persatu, setiap ciri sederhana dari suatu pola di analisis dan di deteksi secara satu-
persatu hingga membentuk representasi dari suatu pola yang lengkap. Misalnya jika di lihat
huruf G memiliki komponen lengkungan (kurva) dengan garis mendatar. Contoh lain,
berdasarkan teori ini jika kita mendengar kata RUMAH, memori kita tidak mempresentasikan
nya secara visual sebagai sebuah bangunan, tidak juga kata tersebut kita baca RUMAH atau di
persepsikan sebagai huruf per huruf (R-U-M-A-H). Melainkan kita mendeteksi fitur dan
menganalisis dari masing masing huruf, huruf pertama dari kata tersebut R yang di pecah
menjadi garis horizontal ( | ), dengan di ikuti dengan bentuk setengah lingkaran dengan garis
diagonal ( \ ) dst.

Prototype Matching
Teori ini menyatakan bahwa rekognisi pola terjadi dengan cara mencocokan rangsangan
eksternal dengan abstraksi ideal dari pola, dan prototipe. Prototipe itu sendiri merupakan sebuah
pola yang telah tersimpan di dalam memori jangka Panjang, sehingga setiap kali melihat sebuah
stimulus maka akan dibandingkan dengan prototipe nya. Kesamaan antara stimulus dengan
prototipe ini tidak harus persis melainkan bisa saja memiliki variasi minor, semakin dekat
kesamaan stimulus dengan prototipe maka semakin cepat pula stimulus tersebut dapat dikenali.
REFERENSI
Rookes, P., &Willson, J. (2000). Perception: theory, development, and organisation.
London: Routledge.
Friedenberg, J., & Silverman, G. (2006). Cognitive science: an introduction to the study
of mind. Thousand Oaks, California: Sage Publications.
Lindsay, Peter and Donald A.Norman. (1977). Human Information Processing : A
Introduction to Psycology, 2nd edition. New York: Academic Press.
Matlin, W. Margaret. (1994). KOGNITIF Edisi Ketiga. New York: Harcourt Brace
Publishers.
Lund, Nick. (2001). Attention And Pattern Recognition. Philadelphia: Taylor & Francis
Group.
Braisby, Nick and Angus Gellat. (2005). COGNITIVE PSYCHOLOGY. New York:
Oxford University Press.

Anda mungkin juga menyukai