Anda di halaman 1dari 28

Kelompok 3

10516547 01 Alfatiha Nur Nabila

11516640 02 Claudia Amanda Bilkis

15516186 03 Mutiara Adelia Putri

18516118 04 Nurul Anggitarini

16516085 05 Ranti Ayu Gustiyan


Psikologi Kognitif
Pendekatan Rekognisi Pola
Teori Gestalt
“Pengenalan pola didasarkan atas persepsi terhadap
keseluruhan pola stimulus. Beberapa stimulus akan dipersepsikan
dengan cara yang sama oleh sebagian besar orang. “
Macam – Macam Hukum Gestalt
Hukum Keterdekatan (Law Hukum Simetri
of Proximity). (Law of Symmetry)

Hukum Kesamaan Hukum Kontinuitas


(Law of Similarity) (Law of Continuity)

Hukum Penutupan Hukum Nasib Bersama


(Law of Closure). (Law of Common Fate)
Bila menganalisis sesuatu tentu
tidak hanya satu penyebabnya
namun dilihat dari berbagai
unsur yang saling berkaitan
dan memiliki sebab akibat.
Contoh

Misalnya para pelaku penyimpangan


sosial, mereka melakukan itu tentu tidak
semata-mata mereka ingin melakukan
penyimpangan tersebut, tetapi ada
berbagai sebab yang membuat mereka
melakukan hal tersebut dan tentunya
memiliki keterkaitan antara satu dengan
yang lainnya.
Perspektif
Kanonik
Perspektif Kanonik
Perspektif kanonik adalah sudut pandang Perspektif kanonik menggabungkan
terbaik untuk merepresentasikan penemuan dari psikologi Gestalt
(menggambarkan) suatu objek, atau suatu dengan formasi prototipe
citra (image) yang pertama muncul di pikiran
saat Anda mengingat suatu bentuk.

Kanonik? Perspektif kanonik mengajarkan kita sesuatu


mengenai persepsi bentuk, juga mengungkap lebih
banyak lagi mengenai pemrosesan informasi pada
manusia, formasi prototipe (yakni kelaziman objek-
objek sebagaimana yang tersimpan dalam memori),
Dibuat melalui pengalaman dan keekonomisan dalam berpikir.
Gambar berdasarkan perspektif kanonik
Gambar cangkir yang tidak lazim
Pemrosesan
Bottom-UP
VS
Top Down
DEFINISI
Pemrosesan Bottom-Up Pemrosesan Top-Down
(Bottom-Up Processing) (Top-Down Processing)

yakni teori yang mengajukan yakni teori yang mengajukan


gagasan bahwa proses gagasan bahwa proses
pengenalan diawali dengan pengenalan diawali oleh
identifikasi terhadap bagian- suatu hipotesis menegnai
bagian spesifik dari suatu identitas suatu pola, yang
pola, yang menjadi landasan diikuti oleh pengenalan
bagi pengenalan pola secara terhadap bagian-bagian pola
keseluruhan tersebut, berdasarkan
asumsi yang sebelumnya
telah dibuat.
Palmer mengajukan gagasan bahwasanya dalam sebagian “Parsing paradox adalah kesulitan yang kita
besar situasi , interpretasi terhadap bagian dan keseluruhan jumpai ketika kita hanya menggunakan
pola terjadi secara top-down dan bottom-up,secara stategi bottom-up atau top-down murni
bersamaan. Sebagai sebuah interaksi antara stategi bagian- dalam pemrosesan interpretatif.”
ke-seluruhan(part to whole) dan keseluruhan-ke-bagian
(whole to part). Palmer merujuk pada pada pengenalan
bagian-bagian sebuah wajah dengan konteks dan tanpa
konteks.
Pencocokan
Template
Dengan demikian, identifikasi visual
Sebuah teori mula-mula tentang cara terhadap suatu bentuk ,misalnya suatu
otak mengenai pola dan objek disebut bentuk geometric terjadi seperti ini maka
dengan teori pencocokan teamplate ( energi yang dipantulkan oleh bentuk
template matching). Sebuah template tersebut diterima retina dan di
dalam konteks pengenalan pola pada transduksi ke energi neural yang dikirim
manusia, merujuk pada suatu konstruk ke otak. Otak akan melakukan pencarian
yang ketika disesuaikan atau dicocokan dalam arsip teamplate untuk mencari
dengan stimuli sensorik menyebabkan teamplate yang cocok dengan pola
terjadinya pengenalan terhadap objek. Ide
Kekuatan dalam teori pencocokan template agar kita mampu mengenali suatu bentuk, suatu huruf,
neural yangstau suatu wujud
diterima. visual,
Jika otak
yang
otak menganalogikan
perlu pengenalan
melakukan pembanding pola visual tersebut dengan suatu bentuk internalmenemukan
stimuli yang tersimpan dalam
sebuah memori.yang
teamplate Dan
sebagai ‘lubang
kelemahan kunci
teori dan kunci
ini adalah yang
suatu interpretasi harfiah dari teori pencocokan template
cocokakan menghadapi
dengan kesulitan
pola neural , maka orang
tepat’ ini mengajukan gagasan bahwa akan mengenali apa yang dilihatnya.
pengalaman sepanjang hidup kita telah Setelah pencocokan antara bentuk dan
terbentuk sejumlah besar template dan teamplatenya telah dilakukan,
masing-masing teamplate terasosiasi pemrosesan dan interpretasi lebih lanjut
dengan sebuah makna yang spesifik. terhadap bentuk dapat dilakukan.
Analisis Fitur
Pendekatan Analisis Fitur (feature analysis) adalah sebuah
pendekatan terhadap problem bagaimana kita menyaring
informasi dari stimuli rumit.
Teori ini menyatakan bahwa “Pengenalan objek merupakan
pemrosesan informasi tingkat tinggi yang didahului oleh
pengidentifikasian stimuli kompleks yang masuk ke retina sesuai
dengan fitur-fitur yang lebih sederhana.

Misal :

Sebuah kata PANAH tidak serta-merta diubah menjadi representasi atau


visual dalam memori kita, misalnya sebuah batang yang berujung tajam
yang ditembakkan dari sebuah busur, tidak pula kata tersebut kita baca
“panah”, atau kita persepsikan huruf per huruf (P-A-N-A-H). Akan tetapi,
kita mendeteksi dan menganalisis fitur-fitur atau komponen-komponen dari
masing-masing huruf. Huruf A bisa kita pecah menjadi dua garis diagonal (/
\), sebuah garis horizontal (-), sebuah ujung bersudut (^), dan seterusnya.
EKSPERIMEN SEL TUNGGAL HUBEL DAN WIESEL

Respons-respons dari sebuah sel dalam korteks seekor


anak kucing terhadap stimulasi berkas tipis cahaya yang
diarahkan ke mata. A ke E mengindikasikan arah berkas
tipis cahaya (bentuk batang) relatif terhadap poros
medan penglihatan (garis putus-putus). Sebagai contoh,
dalam E, berkas cahaya diposisikan serupa dengan A
dan B namun bergerak dengan lebih cepat dari satu sisi
ke sisi lainnya. Garis hitam mendatar (gambar sebelah
kanan) beserta coretan-coretan vertikal
mengindikasikan respons sel seiring berlalunya waktu.
Garis E menunjukkan aktivitas neural terbesar dan D
menunjukkan aktivitas neural yang paling kecil.

Hubel menyimpulkan bahwa perkembangan kode-kode


kortikal yang mengatur persepsi bentuk bersifat
genetik dan spesifik pada sel-sel tertentu.
Pergerakan mata & Pengenalan Objek

Sebuah pendekatan langsung dalam analisis fitur adalah pengamatan terhadap pergerakan dan fiksasi mata.
Dengan mengasumsikan bahwa mata membuat gerakan sekadik ( gerakan mata yang ‘meloncat’ dari satu
titik fiksasi/ tatapan ke titik fiksasi lainnya) yang berhubungan dengan informasi visual yang sedang
diindera.

Contoh :
Ketika sasaran partisipan adalah “menentukan usia orang-orang dalam gambar, maka
mata partisipan akan terfiksasi lebih lama pada wajah orang-orang dalam gambar.

Dengan demikian, persepsi terhadap fitur-fitur dalam pola-pola yang kompleks


tampaknya tidak hanya berganutng pada hakikat stimuli fisik, namun juga melibatkan
proses-proses kognitif tingkat tinggi, seperti atensi dan sasaran
Pencocokan
Prototipe
Selain template matching dan analisis fitur, sebuah
alternatif untuk menjelaskan pengenalan objek adalah
teori pencocokan prototipe (prototype matching).

Diasumsikan bahwa, alih-alih membentuk template yang spesifik


yang harus kita identifikasi, kita akan menyimpan sejumlah jenis
pola-pola abstraksi dalam memori, dan abstraksi tersebut
berperan sebagai suatu prototipe. Sebuah pola yang diindera
selanjutnya akan dibandingkan dengan prototipe dalam memori
dan jika terdapat kesamaan antara keduanya, pola tersebut
akan dikenali.
Contoh
Abstraksi Informasi Visual
Sebuah prototipe memungkinkan kita mengenali suatu pola
sekalipun pola tersebut tidak identik (hanya menyerupai)
dengan prototipe yang bersangkutan.

Contoh :
Kita mengenali berbagai ragam huruf S, bukan
hanya karena berbagai variasi huruf S terdapat pada
memori kita. Namun juga karena beragam jenis
huruf S tersebut memiliki karakteristik-karakteristik
yang sama.
Dalam “mata pikiran” seseorang, seluruh bentuk segitiga tampak seolah-olah memiliki
karakteristik-karakteristik khusus.
Meskipun kita dengan mudah dapat mengidentifikasikan ‘segitiga” secara verbal, kita tidak
mengetahui dengan pasti seperti apakah segitiga yang “sempurna”.
PSEUDOMEMORY
Solso dan McCarthy mengajukan hipotesis
bahwa sebuah prototipe dibentuk berdasarkan
fitur-fitur yang sering dijumpai oleh partisipan.

Pada umumnya, fitur-fitur yang lazim dijumpai


cenderung disimpan secara permanen dalam
memori dibandingkan fitur-fitur yang jarang
dijumpai.
Eksperimen Solso dan mcCharty
Teori Teori Tendensi Sentral
Pembentukan Sebuah prototipe dikonseptualisasikan
mewakili nilai rata-rata (mean) suatu set
Prototipe eksemplar.

Teori Frekuensi Atribut


Sebuah prototipe mewakili mode atau
kombinasi atribut-atribut yang paling
sering dialami seseorang
THANK YOU
Any Question?

Anda mungkin juga menyukai