Feature Detection
DISUSUN OLEH :
NPM : 11516573
Kelas : 3PA15
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2019
I. Feature Detection
Analisis Fitur menurut Solso, Maclin, & Maclin, (2007) adalah
sebuah pendekatan terhadap masalah bagaimana kita dapat menyaring
informasi dari stimuli rumit disebut dengan pendekatan analisis fitur. Teori
ini menyatakan bahwa pengenalan objek merupakan pemrosesan informasi
tingkat tinggi yang didahului oleh pengidentifikasian stimuli kompleks
yang masuk ke retina sesuai dengan fitur-fitur yang lebih sederhana.
Menurut Hayes, N. (2006) Pandemonium telah secara khusus
diterapkan pada masalah bagaimana kita mengidentifikasi huruf dan
angka, mengingat, seperti yang kita lihat sebelumnya, bagaimana gaya bisa
sangat berbeda namun masih diterima sebagai huruf yang sama.
Model feature detection yang paling dikenal disebut dengan
pandemonium. namanya diambil dari mental kecil "demons" yang
mewakili unit pemrosesan. demons ini "berteriak" selama proses
pengenalan (menciptakan kekacauan atau pandemonium). Stimulus yang
pertama, sebuah huruf "R" ditampilkan. itu diwakili oleh image demons,
yang mempertahankan penampilan betuk keseluruhan huruf itu. Pada
langkah selanjutnya ada feature demons, ada satu feature demons untuk
setiap fitur stimulus yang memungkinkan. Feature demons berteriak jika
dia melihat fitur sendiri di gambar. Dalam contoh ini adalah huruf tegak
"R", dapat dianggap memiliki garis vertikal, garis diagonal, dan satu
lingkaran, dengan demikian memiliki tiga fitur demons. Fitur demons ini
akan berteriak di hadapan fitur mereka sendiri. Pada langkah berikutnya
ada cognitive demons, salah satu dari setiap huruf yang memungkinkan.
jika mereka mendengar salah satu fitur yang sesuai, mereka juga akan
berteriak. Cognitive demons dengan fitur terbanyak berteriak paling keras.
Terakhir, ada decision demons, ia mendengarkan cognitive demons sebagai
huruf yang dikenal. Menurut Lindsey dan Norman, 1972; Selfridge, 1959,
dalam Friendenberg dan Silverman, 2006.
Dari pengertian ketiga tokoh diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa
feature detection atau pandemonium adalah pemrosesan informasi tingkat
tinggi yang didahului oleh pengidentifikasian stimuli kompleks yang
masuk ke retina sesuai dengan fitur-fitur yang lebih sederhana, dimana
pengidentifikasian huruf dan angka, mengingat, seperti yang kita lihat
sebelumnya, dengan gaya yang bisa sangat berbeda namun masih diterima
sebagai huruf yang sama. Dalam proses merekognisi inilah “demon”
berperan dan dibagi menjadi empat macam, yaitu image demon yang
berperan menangkap stimulus visual, feature demon berperan mengamati
ciri-ciri stimulus, cognitive demon berperan meneriakan stimulus yang
paling cocok, dan decision demon yang berperan mendengarkan cognitive
demon, dimana teriakan paling keras dipilih sebagai stimulus yang
dikenali.
II. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah praktikan diminta untuk mendeteksi
suatu fitur sebagai suatu kesatuan diantara keberadaan stimulus lainnnya.
IV. Pelaksanaan
A. Langkah-langkah
1. Klik Umware klik play ► kemudian buat layar menjadi full
screen
2. Klik CP3 klik experiment choose experiment feature
detection experiment start experiment setup Kemudian
tampilan layar akan berubah
3. Terdapat part 1, 2, dan 3. Pertama-tama kita mulai dengan
eksperimen part 1.
4. Pastikan part 1 sudah diaktifkan, dengan cara melihat apakah
tombol sudah pada posisi ON. Kemudian nonaktifkan part 2 dan
3 dengan klik tombol ON agar berubah menjadi OFF
5. Kemudian kembali lagi pada part 1. Pada kolom Target, ganti
huruf “P” menjadi “p”
6. Pada kolom Distractor yang pertama, ganti “R” menjadi “q”
7. Pada kolom Distractor yang terakhir, ganti “S” menjadi “b”
8. Kemudian klik File Start With auto logging
9. Setelah itu akan muncul tampilan : Klik File Name, masukan
nama untuk file yaitu nama lengkap (tanpa spasi)_kelas contoh :
chikaauliachandra_3PA15 , kemudian klik OK
10. Setelah itu akan muncul tampilan : Masukan Subject
identification dengan menulis nama depan, contoh : Chika
kemudian klik OK.
11. Kemudian akan muncul sebuah instruksi dalam Bahasa inggris,
dimana kita diperintahkan untuk mencari kehadiran (Present)
karakter “p”
12. Untuk membuat respon, klik Present jika anda menemukan huruf
“p” tersebut dan klik Absent jika huruf tersebut tidak ada.
13. Untuk memulai percobaan, klik start start trial
14. Tampilan layar akan berubah, Terdapat banyak huruf yang terdiri
dari huruf Target dan Distractor. Apabila huruf Target yang
ditentukan ada dalam rangkaian huruf tersebut klik kotak
bertulisan Present, akan tetapi apabila tidak terdpat dalam
rangkaian klik kotak bertulisan Absent.
15. Setelah menjawab trial, maka akan tampil output yang
menjelaskan apakah jawaban bener atau salah ( correct untuk
jawaban yang benar dan incorrect untuk jawaban yang salah) dan
waktu respon ketika menyelesaikan trial dalam hitungan waktu
msec (millisecond)
16. Jika semua trial telah selesai dikerjakan, berarti eksperiment telah
selesai dan akan tampil tulian “Thank you the experiment is over”
Lalu klik OK.
17. Setelah klik OK, maka akan muncul tampilan untuk menyimpan
hasil yang sudah dikerjakan. Masukan nama lengkap (tanpa
spasi)_kelas, contoh : Chikaauliachandra_3PA15 klik OK.
18. Kemudian lanjut pada eksperimen part 2, nonaktifkan part 1
dengan mengklik tombol di pojok kiri atas menjadi OFF, aktifkan
part 2 dengan klik tombol di pojok kiri atas menjadi ON.
19. Pada kolom Target, Distractor pertama, dan Distractor kedua,
ganti huruf “P” menjadi “p”, “R” menjadi “q” dan “S” menjadi
“b”
20. kemudian pada kolom Target, klik color pilih warna pink
klik OK.
21. Pada distractor pertama, klik color pilih warna cokelat klik
OK.
22. Pada distractor kedua, klik color pilih warna oranye klik
OK.
23. Setelah selesai, klik File Start Without auto logging
24. Setelah itu akan muncul tampilan : Masukan Subject
identification dengan menulis nama depan, contoh : Chika
kemudian klik OK.
25. Kemudian akan muncul sebuah instruksi dalam Bahasa inggris,
dimana kita diperintahkan untuk mencari kehadiran (Present)
karakter “p” yang berwarna pink
26. Untuk memulai, klik Continue Start Trial
27. Tampilan layar akan berubah, lakukan seperti part 1 sebelumnya,
Apabila huruf Target yang ditentukan ada dalam rangkaian huruf
tersebut klik kotak bertulisan Present, akan tetapi apabila tidak,
klik kotak bertulisan Absent.
28. Jika semua trial telah selesai dikerjakan, berarti eksperiment telah
selesai dan akan tampil tulian “Thank you the experiment is over”
Lalu klik OK.
29. Setelah klik OK, maka akan muncul tampilan untuk menyimpan
hasil yang sudah dikerjakan. Masukan nama lengkap (tanpa
spasi)_kelas, contoh : Chikaauliachandra_3PA15 klik OK.
30. Kemudian lanjut pada eksperimen part 3, nonaktifkan part 1 dan
part 2, dengan mengklik tombol di pojok kiri atas menjadi OFF,
aktifkan part 3 dengan klik tombol di pojok kiri atas menjadi ON.
31. Pada kolom Target, Distractor pertama, dan Distractor kedua,
ganti huruf “P” menjadi “p”, “R” menjadi “q” dan “S” menjadi
“b”
32. Kemudian pada kolom Target, klik color pilih warna pink
klik OK. Klik font & size ganti menjadi Arial klik font style
pilih Bold dan Italic klik OK
33. Pada distractor pertama, klik color pilih warna cokelat klik
OK. Klik font & size ganti menjadi Arial klik font style
pilih Italic klik OK
34. Pada distractor kedua, klik color pilih warna oranye klik
OK. Klik font & size ganti menjadi Arial klik font style
pilih Bold klik OK
35. Setelah selesai, klik File Start Without auto logging
36. Setelah itu akan muncul tampilan : Masukan Subject
identification dengan menulis nama depan, contoh : Chika
kemudian klik OK.
37. Kemudian akan muncul sebuah instruksi dalam Bahasa Inggris,
dimana kita diperintahkan untuk mencari kehadiran (Present)
karakter “p” yang berwarna pink dengan Font Arial dan Font
Style Bold dan Italic
38. Untuk memulai, klik Continue Start Trial
39. Tampilan layar akan berubah, kerjakan seperti kedua part
sebelumnya, apabila huruf Target yang ditentukan ada dalam
rangkaian huruf tersebut klik kotak bertulisan Present, akan tetapi
apabila tidak, klik kotak bertulisan Absent.
40. Jika semua trial telah selesai dikerjakan, berarti eksperimen telah
selesai dan akan tampil tulisan “Thank you the experiment is
over” Lalu klik OK.
41. Setelah klik OK, maka akan muncul tampilan untuk menyimpan
hasil yang sudah dikerjakan. Masukan nama lengkap (tanpa
spasi)_kelas, contoh : Chikaauliachandra_3PA15 klik OK.
42. Setelah selesai mengerjakan semua part, klik File Exit klik
“File” lagi Exit klik Closed
B. Hasil
Part I
No Correct/Incorrect Waktu
1 Correct 11641 msec
2 Correct 9670 msec
3 Correct 3959 msec
4 Correct 2090 msec
5 Correct 2689 msec
6 Correct 5660 msec
7 Correct 2359 msec
8 Correct 5760 msec
Part II
No Correct/Incorrect Waktu
1 Correct 3020 msec
2 Correct 1260 msec
3 Correct 2471 msec
4 Correct 830 msec
5 Correct 1432 msec
6 Correct 1480 msec
7 Correct 941 msec
8 Correct 1430 msec
Part III
No Correct/Incorrect Waktu
1 Correct 2141 msec
2 Correct 990 msec
3 Correct 3131 msec
4 Correct 930 msec
5 Correct 1541 msec
6 Correct 1318 msec
7 Incorrect 830 msec
8 Correct 660 msec
V. Jurnal Terkait
a. Judul : Levels of feature analysis in processing visual patterns
Jurnal : Perception
Penulis : Ward, L. M., & Wexler, D. A.
Volume :5
Tahun : 1976
Tujuan : Membedakan pemrosesan fitur-visual menjadi serangkaian
tahapan hierarkis yang diatur dengan meningkatnya kompleksitas,
dengan output dari setiap tahap menuju ke tahap selanjutnya yang lebih
tinggi, dan langsung ke prosesor yang lebih sentral. Metode yang
digunakan adalah dengan cara subjek mengurutkan setumpuk kartu
menjadi tumpukan sesuai dengan ada atau tidak adanya stimulus target
yang berbeda dari nontarget dalam berbagai fitur yang berbeda; deteksi
fitur sudah cukup untuk mendeteksi target. Subjek penelitian adalah
enam pria dewasa dan enam wanita dewasa yang memiliki penglihatan
normal atau terkoreksi menjadi normal. Alat ukur yang digunakan
adalah Preliminary Dunnett’s test, dengan teknik analisis Bonferrini t
statistics. Kesimpulannya, data umumnya mendukung model
Pandemonium yang direvisi, dalam target yang berbeda dari nontarget
dalam fitur yang dianggap rendah dalam hierarki diproses lebih cepat
daripada target yang perbedaannya dalam fitur tingkat tinggi.
Perluasan model yang direvisi agak kurang baik dalam memprediksi
hasil penyortiran untuk target di mana deteksi salah satu dari beberapa
fitur cukup untuk deteksi target.
b. Judul : Feature detection and letter identification
Jurnal : Vision Research
Penulis : Pelli, D. G., Burns, C. W., Farell, B., & Moore, D. C.
Volume : 46
Tahun : 2006
Tujuan : mengukur kontras yang diperlukan untuk identifikasi surat
yang disajikan secara singkat dalam kebisingan visual. Metode yang
digunakan yaitu Pada setiap persidangan, pengamat secara singkat
ditunjukkan surat samar dalam visual noise (Gbr. 2a) dan kemudian
diminta untuk memilih huruf dari tampilan semua huruf dalam alfabet
(Gbr. 2b). subjek penelitian adalah observer yang berusia antara 3
hingga 68 tahun. Semua memiliki ketajaman mata normal atau
dikoreksi ke normal dan diuji secara teropong. Alat ukur yang
digunakan diantaranya yaitu mengukur ambang kontras dengan
prosedur estimasi sekuensial QUEST yang ditingkatkan, energi
ambang batas huruf untuk pengamat manusia, diukur dengan nol
display noise, mengukur rentang memori pengamat pemula, terlatih,
dan fasih menggunakan paradigma 'pemindaian yang hilang' (Buschke,
1963; Razel, 1974), yang didasarkan pada metode laporan parsial
Sperling (1960) dan menulis sebuah program komputer untuk
mengukur kerumitan perimetri dari setiap bitmap di mana 1 mewakili
tinta dan 0 mewakili kertas. Kesimpulannya efisiensi untuk identifikasi
surat tidak tergantung pada durasi, kontras keseluruhan, dan
eksentrisitas, dan hanya tergantung pada ukuran, menunjukkan bahwa
surat diidentifikasi dengan perhitungan yang sama di berbagai kondisi
tampilan ini. Efisiensi juga tidak tergantung pada usia dan tahun
membaca. Namun, efisiensi memang bervariasi di seluruh huruf dan
tipe gaya, dengan bentuk yang lebih kompleks menghasilkan efisiensi
yang lebih rendah, seperti yang mungkin diharapkan dari teori persepsi
Gestalt. Faktanya, ditemukan bahwa efisiensi berbanding terbalik
dengan kompleksitas perimetri (perimeter yang dikuadratkan di atas
area “tinta”) dan hampir tidak tergantung pada yang lainnya. Ini, dan
rasio yang mengejutkan diperbaiki dari ambang batas deteksi dan
identifikasi, menunjukkan bahwa mengidentifikasi surat dimediasi oleh
deteksi sekitar 7 fitur visual
VI. Kesimpulan
Pada eksperimen feature detection, target “p” pada part 1, 2 dan 3
memiliki perbedaan font style dan warna, namun praktikan tetap bisa
mengidentifikasikan target walaupun memiliki font style dan warna yang
berbeda sebagai huruf yang sama, yaitu huruf “p”, ini sesuai dengan teori
Hayes, N. (2006) bahwa Pandemonium telah secara khusus diterapkan
pada masalah bagaimana kita mengidentifikasi huruf dan angka,
mengingat, seperti yang kita lihat sebelumnya, bagaimana gaya bisa sangat
berbeda namun masih diterima sebagai huruf yang sama. Pada eksperimen
feature detection ini praktikan mampu mendeteksi suatu fitur yaitu target
“p” sebagai suatu kesatuan diantara keberadaan stimulus lainnnya yang
rumit yaitu distractor “q” dan “b” dimana kedua pengganggu atau
distractor tersebut memiliki bentuk yang mirip dengan fitur target, ini
sesuai dengan teori Solso, Maclin, & Maclin, (2007) yang menyatakan
bahwa Analisis Fitur adalah sebuah pendekatan terhadap masalah
bagaimana kita dapat menyaring informasi dari stimuli rumit disebut
dengan pendekatan analisis fitur. Teori ini menyatakan bahwa pengenalan
objek merupakan pemrosesan informasi tingkat tinggi yang didahului oleh
pengidentifikasian stimuli kompleks yang masuk ke retina sesuai dengan
fitur-fitur yang lebih sederhana.
DAFTAR PUSTAKA
Pelli, D. G., Burns, C. W., Farell, B., & Moore, D. C. (2006). Feature detection
and letter identification. Vision Research, 46, 4646–4674.
Solso, R. L., Maclin, O. H., dan Maclin, M. K. (2007). Psikologi kognitif. Jakarta:
Erlangga.