Anda di halaman 1dari 45

UNIVERSITAS GUNADARMA

FAKULTAS PSIKOLOGI

Penulisan Ilmiah

GAMBARAN KESEPIAN PADA MAHASISWA PERANTAU DI SEKOLAH


KEDINASAN PENERBANGAN

DISUSUN OLEH:

Nama : Regita Pramesti Amelia

NPM : 15519399

Jurusan : Psikologi

Pembimbing : Nita Sri Handayani, S.Psi, M.Si

KARAWACI

2022
PERNYATAAN ORIGINALITAS DAN PUBLIKASI

Yang betanda tangan di bawah ini,

Nama : Regita Pramesti Amelia

NPM : 15519399

Judul Penulisan Ilmiah : Gambaran Kesepian Pada Mahasiswa Perantau di

Sekolah Kedinasan Penerbangan.

Fakultas : Psikologi

Jurusan : Psikologi

Tanggal Sidang : 27 Juli 2022

Lulus Sidang : 27 Juli 2022

Menyatakan Bahwa tulisan ini adalah merupakan hasil karya saya sendiri dan
dapat dipublikaikan sepenuhnya oleh Universitas Gunadarma. Segala kutipan
dalam bentuk apapun telah mengikuti kaidah dan etika yang berlaku. Mengenai
isi dan tulisan adalah merupakan tanggung jawab penulis, bukan Universitas
Gunadarma.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dengan penuh
kesadaran.

Tangerang, 17 September 2022

(Regita Pramesti Amelia)

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Usulan penelitian yang berjudul:

GAMBARAN KESEPIAN PADA MAHASISWA


PERANTAU DI SEKOLAH KEDINASAN PENERBANGAN

Diajukan oleh:

Regita Pramesti Amelia

15519399

Telah disetujui oleh:

Fakultas Psikologi Tanda Tangan dan Tanggal


Universitas Gunadarma Persetujuan

Dr. Ira Puspitawati, M.Si., Psikolog.

Ketua Jurusan Psikologi

Nita Sri Handayani, S.Psi., M.Si.

Dosen Pembimbing

Aji Sukarno, S.E., MM.

Kasub PI Psikologi

iii
GAMBARAN KESEPIAN PADA MAHASISWA PERANTAU DI SEKOLAH
KEDINASAN PENERBANGAN

Regita Pramesti Amelia

15519399

Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma

ABSTRAK

Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting untuk kelangsungan hidup


manusia, seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang
semakin pesat tuntutan terhadap kualitas pendidikan semakin meningkat. Untuk
mencapai jenjang pendidikan yang lebih tinggi, banyak yang memilih untuk
menempuh pendidikan tinggi di luar kampung halaman dan mereka rela tinggal
jauh dari rumah dalam jangka waktu tertentu untuk menyelesaikan
pendidikannya¸ salah satu faktor banyaknya mahasiswa yang harus merantau
demi menjalankan pendidikan adalah kualitas pendidikan yang belum merata.
Salah satu perguruan tinggi yang banyak diminati di Indonesia adalah Sekolah
Kedinasan Penerbangan karena sekolah tersebut berada dibawah naungan
kementrian, oleh karena itu Sekolah Kedinasan Penerbangan di Indonesia
banyak diminati. Namun, mahasiswa perantau cenderung merasakan kesepian
dikarenakan tinggal di luar kampung halamannya dan jauh dari orang tua. Salah
satu hal yang perlu dilakukan oleh mahasiswa rantau yang berada di luar daerah
asalnya adalah sebisa mungkin mahasiswa perantau harus biasa
mengembangkan hubungan dengan lingkungan barunya. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui gambaran kesepian pada mahasiswa perantau di Sekolah
Kedinasan Penerbangan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif
kuantitatif dengan subjek mahasiswa rantau di Sekolah Kedinasan Penerbangan.
Penelitian ini menggunakan skala UCLA Loneliness Scale (Version 3) dan skala
ini didasarkan pada aspek-aspek yang disusun oleh Russell (1996). Teknik
pengambilan sampel penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dan
snowball sampling. Teknik analisis data penelitian ini menggunakan teknik
statistik deskriptif dengan bantuan komputer SPSS versi 25 for windows.

Kata Kunci : Kesepian, Mahasiswa rantau, Sekolah Kedinasan Peberbangan

iv
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan ilmiah ini dengan judul “Gambaran Kesepian Pada
Mahasiswa Perantau di Sekolah Kedinasan Penerbangan”. Penulisan Ilmiah ini
diajukan guna melengkapi syarat-syarat dalam mencapai gelar sarjana Jurusan
Psikologi dengan jenjang strata satu (S1) Fakultas Psikologi Universitas
Gunadarma.

Dalam proses penyusunan penulisan ilmiah ini, penulis menyadari bahwa


banyak kesulitan yang dihadapi. Namun, berkat bantuan, bimbingan dan kerja
sama serta dukungan baik moral maupun materi dari berbagai pihak. Untuk itu,
dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin
menyampaikan rasa hormat dan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. E. S. Margianti, SE., MM., selaku Rektor Universitas Gunadarma.


2. Prof. Dr. A. M. Heru Basuki, M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Gunadarma.
3. Dr. Ira Puspitawati, M.Si, Psi., selaku Ketua Jurusan Psikologi Universitas
Gunadarma
4. Bapak Aji Sukarno, S.E., MM., selaku Kasub Penulisan Ilmiah Jurusan
Psikologi Universitas Gunadarma.
5. Ibu Nita Sri Handayani, S.Psi, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu dan tenaganya untuk senantiasa membimbing,
memberikan arahan, motivasi, serta ilmu yang bermanfaat kepada penulis
sehingga penulisan ilmiah ini dapat diselesaikan.
6. Bapak dan Ibu Dosen Universitas Gunadarma khususnya dosen Fakultas
Psikologi yang telah memberikan ilmu serta pengetahuan yang bermanfaat.
7. Keluarga yang penulis cintai yaitu Ayah, Mamah dan khususnya Nenek yang
selalu menemani, memberikan dukungan, kasih sayang serta doa sehingga
proses Penulisan Ilmiah dapat berjalan dengan lancar.

v
8. Subjek dalam Penulisan Ilmiah ini yaitu subjek A dan Subjek F yang telah
memberikan kesempatan serta meluangkan waktu untuk diwawancarai dan
memberikan informasi yang sangat berguna untuk penulis.
9. Sahabat-sahabat penulis, yaitu Alvina, Tantri, Atizza, Dwi, Najmah, Intan,
Fiull, Nian, Nanda, Ale, Ela, Nana, Ardi, Fikri, dan sahabat-sahabat lainnya
yang selalu memberikan semangat, dukungan, dan motivasi sehingga penulis
dapat menyelesaikan Penulisan Ilmiah ini.
10. Teman-teman satu Dosen pembimbing, teman-teman angkatan 2019 Jurusan
Psikologi dan semua pihak yang telah berbagi informasi juga memberikan
dukungan dalam menyelesaikan penulisan ini.
11. Penulis sendiri, yang sudah berusaha semaksimal mungkin untuk
menyelesaikan penulisan ini, terima kasih karena selalu berusaha semangat
dalam keadaan apapun sehingga Penulisan Ilmiah ini bisa selesai dengan
tepat waktu, terima kasih telah berjuang dan bertahan sampai sejauh ini.

Penulis berharap Penulisan Ilmiah ini dapat bermanfat bagi para pembaca.
Namun, penulis menyadari bahwa dalam Penulisan Ilmiah ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat menghargai kritik dan saran yang
membangun demi terciptanya penulisan lanjutan yang lebih baik.

Tangerang, 17 September 2022

(Regita Pramesti Amelia)

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i


PERNYATAAN ORIGINALITAS DAN PUBLIKASI .......................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... iii
ABSTRAK ................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ............................................................................... v
DAFTAR ISI ............................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... ix
BAB 1 .......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Tujuan Penelitian................................................................................ 8
C. Manfaat Penelitian.............................................................................. 8
1. Manfaat Teoritis ............................................................................... 9
2. Manfaat Praktis ................................................................................ 9
BAB II ....................................................................................................... 10
A. Kesepian ........................................................................................... 10
1. Definisi Kesepian ........................................................................... 10
2. Aspek-Aspek Kesepian .................................................................. 11
3. Karakteristik Kesepian ................................................................... 13
4. Dimensi Kesepian .......................................................................... 13
5. Faktor-Faktor Kesepian ................................................................. 14
B. Mahasiswa ........................................................................................ 17
1. Definisi Mahasiswa ........................................................................ 17
2. Ciri-ciri Mahasiswa ........................................................................ 18
3. Peran Mahasiswa ........................................................................... 18
C. Mahasiswa Perantau ......................................................................... 19
1. Definisi Mahasiswa Perantau ......................................................... 19
2. Kriteria Perantau ............................................................................ 20
3. Dampak-dampak Mahasiswa Perantau .......................................... 20
D. Sekolah Kedinasan Penerbangan ..................................................... 21
1. Pengertian Sekolah Kedinasan Penerbangan ................................. 21
2. Tujuan Sekolah Kedinasan Penerbangan ....................................... 22
3. Visi dan Misi Sekolah Kedinasan Penerbangan ............................ 22
E. Hasil Penelitian Sebelumnya ............................................................ 22
BAB III ..................................................................................................... 25

vii
A. Jenis Penelitian ................................................................................. 25
B. Variabel Penelitian ........................................................................... 25
C. Definisi Operasional ......................................................................... 26
D. Populasi dan Sampel Penelitian ....................................................... 26
1. Populasi .......................................................................................... 26
2. Sampel............................................................................................ 27
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 28
1. Skala UCLA Loneliness (Version 3) ................................................... 29
F. Uji Validitas, Daya Diskriminasi Item, dan Uji Reliabilitas ................ 30
1. Validitas .............................................................................................. 30
2. Daya Diskriminasi .............................................................................. 30
3. Reliabilitas .......................................................................................... 30
G. Teknik Analisis Data ............................................................................. 31
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 32

viii
DAFTAR TABEL

Tabel.1 Skor Aitem Skala Kesepian .......................................................... 29


Tabel.2 BluePrint Skala UCLA loneliness (Version 3) .......................... 29

ix
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting untuk kelangsungan
hidup manusia, karena pendidikan berfungsi untuk membentuk sikap dan arah
belajar siswa, mengajarkan sikap positif, memberikan pengetahuan, dan
mengembangkan keterampilan belajar secara efektif (Choirunisa & Marheni,
2019). Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dalam pasal 14 tertulis bahwa jenjang pendidikan formal terdiri atas
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
Setelah menyelesaikan pendidikan di sekolah menengah atas salah satu
pilihan yang akan ditempuh adalah melanjutkan pendidikan ke jenjang
perguruan tinggi. Dan berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989
tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 16 ayat 2 satuan pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan tinggi disebut perguruan tinggi yang dapat
berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut atau universitas.
Choirunisa & Marheni (2019) menyebutkan seiring dengan perkembangan
zaman dan kemajuan teknologi yang semakin pesat, tuntutan terhadap kualitas
pendidikan semakin meningkat, individu dari berbagai kalangan akan saling
bersaing untuk menjadi yang terbaik, maka semakin banyak jumlah individu
yang memilih untuk meneruskan pendidikan keperguruan tinggi dan menjadi
mahasiswa.
Menurut Halim & Dariyo (2016) untuk mencapai jenjang pendidikan
yang lebih tinggi, banyak yang memilih untuk menempuh pendidikan tinggi di
luar kampung halaman dan mereka rela tinggal jauh dari rumah dalam jangka
waktu tertentu untuk menyelesaikan pendidikannya, seseorang yang memilih
keputusan seperti itu dapat disebut mahasiswa perantau. Seseorang dapat
dikatakan sebagai mahasiswa adalah peserta didik yang sedang menjalani
pendidikan di sebuah universitas atau perguruan tinggi (Lingga & Tuapattinaja,
2012). Pendapat-pendapat tersebut didukung oleh Herawati (2019) yang

1
2

menyatakan bahwa seorang perantau pergi ke daerah lain dengan tujuan


pendidikan dan mencari keterampilan pada umumnya adalah seorang
mahasiswa, dan salah satu faktor banyaknya mahasiswa yang harus merantau
demi menjalankan pendidikan adalah kualitas pendidikan yang belum merata,
terutama pada jenjang perguruan tinggi sehingga mendorong mereka untuk
merantau demi mendapatkan pendidikan yang berkualitas di perguruan tinggi
yang dipilih.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merantau adalah berlayar untuk
mencari penghidupan seperti ilmu atau sebagainya. Dalam Pahlevi & Salve
(2018) merantau merupakan istilah yang digunakan masyarakat untuk menyebut
orang-orang yang meninggalkan kampung halamannya untuk menetap di tempat
lain serta bekerja atau mencari pendidikan, dan pulang ketika ada hari besar atau
kepentingan saja. Fauzia, Asmaran, dan Komalasari (2020) mendefinisikan
seorang perantau adalah seseorang yang meninggalkan kampung halaman
dengan macam-macam alasan, seperti mereka yang memutuskan menjalankan
pendidikan di tempat yang jauh dari rumah.
Memang pindah ke tempat baru dan meninggalkan keluarga terkadang
harus dilakukan oleh seorang mahasiswa dalam menempuh pendidikannya.
Sebagian besar mahasiswa berada di akhir masa remaja dan awal masa dewasa
memang sangat cenderung merasakan kesepian (Nurlayli & Hidayati, 2014).
Kesepian yang dirasakan karena harus berada jauh dari rumah dan jauh dari
orang yang dicintai seperti orang tua dan teman-teman (Hidayati, 2016).
Pernyataan-pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat yang dikatakan oleh
Halim & Dariyo (2016) bahwa benar kesepian memang dapat terjadi di kalangan
mahasiswa apalagi mahasiswa yang merantau karena mereka tinggal di luar
kampung halamannya dan jauh dari orang tua. Kemudian salah satu hal yang
perlu dilakukan oleh mahasiswa rantau yang berada di luar daerah asalnya
adalah sebisa mungkin mahasiswa perantau harus biasa mengembangkan
hubungan dengan lingkungan barunya (Pratiwi & Asih, 2019).
Fenomena mahasiswa perantau sudah menjadi kenyataan yang lazim
dijumpai di Indonesia. Banyak anak muda yang memilih untuk menjalankan
3

pendidikan diluar tempat tinggal dan tempat lahirnya untuk mendapatkan


perguruan tinggi yang berkualitas daripada di tempat asalnya (Saputri, Rahman
& Kurniadewi, 2012).
Terdapat macam-macam perguruan tinggi yang ada di Indonesia,
termasuk perguruan tinggi kedinasan. Septiani & Fitria (2016) berpendapat
bahwa sekolah tinggi kedinasan merupakan impian untuk siapa saja dan
menjadi mahasiswa di sekolah tinggi kedinasan merupakan hal
membanggakan dengan seragam yang digunakan. Mahasiswa sekolah tinggi
kedinasan merupakan seseorang yang sedang menjalankan pendidikan di
perguruan tinggi yang berada dibawah naungan kementrian (Septiani & Fitria,
2016). Kementrian perhubungan atau kemenhub adalah salah satu kementrian di
Indonesia yang menyelenggarakan pendidikan kedinasan dan kemenhub
menaungi berbagai sekolah kedinasan khususnya di bidang transportasi yang
dibagi menjadi 3 yaitu transportasi darat, laut, dan udara (Rahma, 2021). Salah
satu perguruan tinggi kedinasan yang banyak diminati di Indonesia adalah
sekolah kedinasan penerbangan, terdapat banyak sekolah kedinasan penerbangan
di Indonesia yang mengajarkan materi yang sama dengan sekolah-sekolah
penerbangan yang ada di negara lainnya atau di luar negeri. Oleh karena itu
sekolah kedinasan penerbangan di Indonesia banyak diminati khususnya untuk
yang mempunyai cita-cita menjadi pilot atau kru penerbang (Claresta, 2016).
Dalam Rahma (2021) juga mengatakan bahwa kemenhub memiliki pendidikan
yang berhubungan dengan transportasi udara atau sekolah kedinasan
penerbangan, sekolah kedinasan penerbangan adalah bidang yang sangat penting
karena berhubungan langsung dengan pengelolaan bandara, maskapai,
perjalanan udara, dan lain-lain. Terdapat beberapa sekolah kedinasan
penerbangan yang ada di indonesia yaitu PPI Curug, Poltekbang Surabaya,
Poltekbang Makassar, Poltekbang Medan, Poltekbang Palembang, dan
Poltekbang Jayapura (Rahma, 2021).
Berdasarkan hasil wawancara yang sudah dilakukan pada dua orang
mahasiswa perantau yang sedang menjalankan pendidikan di salah satu sekolah
kedinasan penerbangan, subjek pertama berinisial A, yang berasal dari Kota Bali
4

dan sedang menjalankan pendidikan di salah satu sekolah penerbangan yang


berada di Kota Palembang, subjek menyatakan bahwa selama kurang lebih 2
tahun subjek menjalankan pendidikan di sekolah kedinasan tersebut, subjek
sering merasakan kesepian dengan alasan karena dalam menjalankan pendidikan
diwajibkan untuk menetap di asrama sebagai sarana mekanisme kepribadian
taruna dan taruni, dikarenakan harus menetap di asrama para taruna atau taruni
hanya diperbolehkan pesiar (kegiatan keluar kampus yang dilaksanakan ketika
weekend atau hari libur nasional) dengan syarat dan ketentuan yang berlaku
ketika berada di luar kampus. Karena letak asrama dan rumah subjek cukup
jauh, subjek mengatakan jarang bertemu dengan keluarganya, hal-hal tersebutlah
yang menyebabkan subjek merasa kesepian selama menjadi mahasiswa
perantau. Alasan subjek memilih untuk menjalankan pendidikan sebagai
mahasiswa perantau yaitu, karena sekolah kedinasan penerbangan merupakan
kampus yang subjek idam-idamkan sejak duduk di bangku SMA oleh karena itu
subjek memberanikan diri untuk merantau dan rela berada jauh dari keluarga.
Berdasarkan hasil wawancara pada subjek kedua yang berinisial F, yang
juga sedang menjalankan pendidikan di sekolah kedinasan penerbangan yang
terletak di Curug Tangerang. Selama kurang lebih 3 tahun. Subjek berasal dari
Kota Balikpapan memutuskan untuk merantau ke Tangerang karena di Kota
tempat subjek tinggal tidak ada sekolah penerbangan, oleh karena itu subjek
memutuskan untuk merantau dan menjalankan pendidikan di sekolah yang
diinginkan yaitu di sekolah kedinasan penerbangan yang berada di Curug
Tangerang. Subjek mengatakan selama menjadi mahasiswa perantau banyak hal
positif yang didapatkan salah satunya seperti, subjek merasa lebih bisa hidup
mandiri. Tetapi subjek juga mengatakan bahwa subjek sering merasakan
kesepian selama menjadi mahasiswa perantau, itu dikarenakan jarak dan
perbedaan waktu antara asrama dan kampung halaman subjek yaitu Kota
Balikpapan membuat subjek terkadang rindu kampung halamannya yang
berujung membuat subjek merasa kesepian karena mengingat harus jauh dari
keluarga dan jauhnya jarak yang membuat subjek tidak memungkinkan untuk
pulang ke kampung halaman setiap bulannya karena akomodasi dari asrama
5

menuju kota asal terlalu mahal bagi subjek, subjek mengatakan hanya
mendapatkan libur selama 2 hari dalam seminggu, oleh karena itu subjek jarang
pulang ke kampung halaman selama menjalankan pendidikan.
Dari hasil wawancara dari kedua subjek yang sedang menjadi mahasiswa
rantau dan sedang menjalankan pendidikan di sekolah kedinasan penerbangan,
dapat disimpulkan bahwa yang menjadi alasan kedua subjek memilih untuk
menjadi perantau adalah memiliki cita-cita di bidang penerbangan dan tidak
terdapatnya sekolah kedinasan penerbangan di kampung halaman subjek
sehingga mengharuskan subjek untuk memilih merantau demi bisa menjalankan
pendidikan di sekolah kedinasan penerbangan yang ada, dan yang menjadi
faktor kedua subjek mengalami kesepian adalah dikarenakan sebagai mahasiswa
kedinasan penerbangan harus menetap di asrama tempat para subjek
menjalankan pendidikan dan tidak sembarangan diperbolehkan untuk keluar dari
asrama, hanya diperbolehkan keluar asrama di hari libur tertentu dengan
peraturan yang ada, dan adanya perbedaan waktu dikarenakan jauhnya jarak
antara lokasi asrama dengan kampung halaman para subjek sehingga kedua
subjek diharuskan untuk jauh dari keluarga dan jarang bertemu keluarga.
Salah satu fenomena mahasiswa rantau terjadi di PPI (Politeknik
Penerbangan Indonesia) Curug yaitu adanya tiga taruna baru PPI kabur dari
asrama di Jalan Raya Curug Tangerang. Tiga taruna baru tersebut kabur dengan
alasan tidak tahan dan belum bisa beradaptasi dengan sistem pendidikan di PPI.
Mereka belum terbiasa jauh dari keluarga sehingga mereka merasakan kesepian
dan memutuskan untuk kabur ke rumah mereka masing-masing dan bertemu
keluarga. Fenomena kaburnya calon taruna tersebut terungkap setelah salah satu
orang tua dari mereka melapor ke pihak PPI. (Koran.tempo.com, 2005)
Fenomena tentang mahasiswa perantau terlihat pada mahasiswa yang
merantau kebanyakan memiliki masalah dalam beradaptasi saat tinggal ditempat
yang baru. Mereka terbiasa dan bertahun-tahun tinggal bersama keluarga, namun
saat berkuliah mereka mau tidak mau harus jauh dari keluarga dan tinggal
sendiri untuk sementara. Ketika mahasiswa memutuskan untuk merantau banyak
sekali tantangan, perubahan dan perbedaan yang dialami mahasiswa perantau,
6

dimana mereka belajar menjadi orang dewasa dan mandiri, mereka seringkali
merindukan masa-masa sekolah di tempat mereka merantau atau merindukan
suasana rumah, kondisi seperti ini dapat menyebabkan mahasiswa mengalami
kesepian (Brath, 2010). Menurut Tuncay & Ozdemir (2008) dalam
penelitiannya, mahasiswa perantau rentan mengalami kesepian karena latar
belakang budaya yang jauh berbeda dari kampung halaman, penelitian yang
dilakukan juga menemukan bahwa ketika jauh dari orang tua mereka diharuskan
untuk memiliki sifat mandiri sehingga menjadikan mereka lebih tertekan dan
putus asa.
Kesepian merupakan masalah psikologis yang menjadi bagian dari
kehidupan manusia. Setiap manusia dapat mengalami kesepian, baik pria
ataupun wanita, tua atau muda, kaya atau miskin, menikah atau lajang dapat
mengalami kesepian. Didukung oleh pernyataan Bradburn (1969) yang
mengatakan bahwa kesepian adalah masalah menyedihkan yang dapat dialami
semua orang. Bruno (2000) menyatakan bahwa kesepian sendiri diartikan suatu
keadaan mental dan emosional yang ditandai dengan adanya rasa terasingkan
dan kurangnya hubungan yang bermakna dengan orang-orang. Menurut
Heinrich & Gullone (2006) kesepian merupakan persepsi hubungan sosial yang
sedang dijalani tidak sesuai dengan yang diharapkan, kesepian ditandakan
dengan adanya hubungan interpersonal yang tidak cukup kuat sehingga kesulitan
dalam membangun hubungan interpersonal yang lebih akrab. Sedangkan
Russell, Carolyn, Rose, dan Yurko (1984) menyatakan definisi kesepian terbagi
menjadi dua definisi pertama yaitu kesepian adalah termasuk perasaan buruk
yang dialami seseorang. Yang kedua, kesepian adalah persepsi subjektif
seseorang mengenai seseorang dalam menjalankan interaksi sosial.

Pada penelitian Pramesela (2019) dengan sampel berjumlah 90


mahasiswa rantau Fakultas Psikologi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Mulawarman. Penelitian ini mengemukakan bahwa kesepian yang dialami
mahasiswa Psikologi kebanyakan diakibatkan oleh masalah dalam beradaptasi
dengan lingkungan sekitar saat mengharuskan mereka tinggal di tempat baru.
Dan penelitian ini juga mengemukakan bahwa kesepian yang dialami seseorang
7

merupakan kontribusi terhadap pembentukan kepribadian yang terjadi secara


konstan oleh faktor-faktor tertentu dan berlangsung secara terus menerus.
Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa mahasiswa rantau program studi
Psikologi di Universitas Mulawarman yang mengalami kesepian diakibatkan
oleh berbagai faktor salah satunya merasa sulit bersosialisasi dengan teman, dan
merasa tidak memiliki saudara atau keluarga di tempat mereka merantau.
Dalam penelitian Pratiwi, Dahlan, dan Damaianti (2019) wawancara
awal dilakukan kepada dua mahasiswa rantau angkatan 2016 berjenis kelamin
perempuan yang sedang menimba ilmu di Universitas Pendidikan Indonesia
(UPI). Dari wawancara tersebut didapatkan informasi bahwa subjek mengalami
kesepian. Subjek mengalami kesepian pada saat memasuki masa awal
perkuliahan. Jauh dari orang tua dan berpisah dengan lingkungan lamanya
memiliki dampak kesepian bagi para subjek, seperti merasa gelisah dan selalu
berakhir dengan menangis. Menurut para subjek, penyebab kesepian adalah
rindu pada orang tua, dan merasa teman-teman di lingkungan baru tidak bisa
memahami, sehingga kesepian yang dialaminya menyebabkan gangguan tidur,
sedih, dan terkadang menangis.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Tuncay & Ozdemir (2008)
yang melibatkan 721 mahasiswa Universitas di Turki berpartisipasi dalam
penelitian ini, mayoritas responden pada penelitian ini adalah 67,5% mahasiswa
yang tinggal di asrama. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa terdapat 60,2%
partisipan atau mahasiswa di Universitas Turki yang mengalami kesepian,
karena latar belakang budaya yang berbeda jauh dari kampung halaman, pada
penelitian ini juga menyatakan bahwa ketika jauh dari orang tua para subjek
dituntut untuk memiliki sifat mandiri sehingga menjadikan subjek lebih tertekan,
putus asa dan merasa kesepian.
Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Saputri, Rahman, dan
Kurniadewi (2012) menyatakan bahwa di Universitas Bandung terdapat banyak
mahasiswa yang berasal dari luar daerah. Hasil penelitian memperoleh 60%
mahasiswa perantau asal Bangka memiliki tingkat kesepian yang tinggi. Para
subjek mengaku merasakan kesepian emosional maupun kesepian sosial, rasa
8

kesepian itu muncul terutama di saat subjek tidak beraktifitas ataupun terlalu
banyak aktifitas. Anak perantau yang berasal dari Bangka menemui banyak
situasi dan kondisi yang berbeda di Bandung, mulai dari cara berbicara,
kebudayaan, dll. Dalam penelitian ini juga menyebutkan adanya berbagai
tuntutan untuk menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan yang terjadi
menjadi sumber stres bagi mahasiswa perantau dan stres lambat laun dapat
menimbulkan perasaan kesepian karena berpisah dengan orang tua, saudara,
teman, dan sahabat.
Berdasarkan beberapa hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa
terdapat mahasiswa rantau yang mengalami kesepian dan yang menjadi faktor-
faktor penyebab mahasiswa mengalami kesepian digambarkan dalam penelitian-
penelitian di atas. Gambaran-gambaran mahasiswa rantau yang mengalami
kesepian seperti dengan adanya permasalahan mahasiswa rantau kesulitan dalam
beradaptasi dengan lingkungan baru karena adanya perbedaan latar belakang
budaya latar dari kampung halaman asal dengan lingkungan baru, sehingga
mengharuskan para mahasiswa rantau untuk terus menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Dengan merantau juga mengharuskan para mahasiswa untuk
tidak tinggal di rumah atau di kampung halaman asalnya sehingga harus
merasakan jauh dari keluarga atau orangtua dan menuntut para mahasiswa
rantau menjadi pribadi yang mandiri karena melakukan apa-apa tanpa bantuan
keluarga.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kesepian


pada mahasiswa perantau di Sekolah Kedinasan Penerbangan.

C. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:


9

1. Manfaat teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau
dapat berkontribusi dalam bentuk informasi bagi perkembangan ilmu psikologi
khususnya pada psikologi sosial dan untuk memperoleh gambaran kesepian pada
mahasiswa perantau di Sekolah Kedinasan Penerbangan.

2. Manfaat praktis
a. Bagi Mahasiswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman lebih tentang
kesepian dan memberikan informasi mengenai gambaran kesepian yang dialami
para mahasiswa perantau.
b. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan diharapkan
dapat membantu peneliti selanjutnya dalam mencari tahu apa itu kesepian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kesepian

1. Definisi Kesepian

Dalam Russell, Peplau, dan Ferguson (1978) menyebutkan bahwa kesepian


merupakan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan, terkait dengan
perasaan kekosongan, kecanggungan, dan kebosanan yang dikarenakan
kurangnya hubungan akrab dengan individu di sekitarnya. Orang yang kesepian
sering kali mengalami depresi, tidak bahagia, kurang terbiasa dengan hubungan
sosial, dan merasa kurang berpenampilan menarik dibandingkan orang lain.

Menurut Peplau & Perlman (1982) menyebutkan kesepian sebagai suatu


perasaan dan kondisi yang tidak menyenangkan yang berasal dari ketidak
sesuaian antara pengalaman dan harapan dalam hubungan bersama orang lain,
baik secara jumlah teman yang diharapkan maupun kualitas hubungan yang
diharapkan.
Menurut Baron & Byrne (2005) kesepian adalah reaksi emosional dan
kognitif terhadap seseorang yang mengalami kurangnya hubungan dengan orang
sekitar dan tidak sesuai dari apa yang diinginkan sehingga tidak memuaskan.
Menurut Gierveld (2006) kesepian adalah situasi di mana individu
mengalami kurangnya kualitas hubungan yang tidak menyenangkan atau tidak
dapat diterima. Ini termasuk situasi di mana jumlah hubungan yang ada kurang
dari apa yang diinginkan dan di mana keakraban yang diinginkan belum
tercapai.
Menurut Masi, His, Louise & John (2011) kesepian merupakan suatu
keadaan yang tidak baik, perasaan kekosongan dan kurangnya hubungan sosial
yang berdampak pada kesehatan fisik serta tekanan mental dalam diri.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kesepian
merupakan kondisi perasaan yang tidak menyenangkan yang diakibatkan oleh
kurangnya kualitas hubungan dengan orang sekitar dan ketidaksesuaian dalam

10
11

hubungan sosial, baik secara jumlah teman yang diharapkan maupun kualitas
hubungan yang diharapkan.

2. Aspek-Aspek Kesepian

Menurut Russell (1996), kesepian didasari dari tiga aspek, yaitu:

a. Kepribadian (Personality)

Terjadinya rasa kesepian yang dialami dapat disebabkan oleh kepribadian,


kepribadian pada individu menentukan karakteristik perilaku dan cara
berpikirnya di lingkungan.

b. Keinginan sosial (Social desirability)

Terjadinya rasa kesepian yang dialami karena individu tidak mendapatkan


kehidupan sosial yang sesuai dengan apa yang diharapkan.

c. Depresi (Depression)

Terjadi karena akibat adanya tekanan dalam diri yang mengakibatkan


depresi. Ditandai dengan sikap dan perasaan tidak berharga, sedih, murung,
tidak bersemangat, dan takut akan kegagalan.

Sedangkan dalam Gierveld, Tilburg, dan Dykstra (2016) mengemukakan


adanya tiga aspek dalam kesepian, yaitu sebagai berikut:

a. Karakteristik emosi

Aspek emosional menunjukkan seberapa besar emosi yang dirasakan orang


mulai dari yang ringan hingga yang berat. Indikator perilaku dalam aspek ini
adalah hilangnya emosi positif dan tergantikan dengan emosi negatif.

b. Bentuk keterpisahan sosial

Aspek ini menunjukkan seberapa dekat kualitas hubungan individu dalam


jejaring sosial. Indikator perilaku aspek ini meliputi individu yang kehilangan
atau kekurangan hubungan akrab atau khusus, dan individu yang tidak memiliki
12

hubungan dekat tetapi memiliki hubungan kosong serta ditolak dalam


komunitasnya.

c. Perspektif waktu

Aspek ini menunjukkan bagaimana seseorang dalam mengevaluasi saat


mengalami rasa kesepian. Indikator perilakunya yaitu berupa tidak adanya
harapan atau dalam hal ini seseorang meyakini bahwa rasa kesepian tidak dapat
diubah dan merasa tidak mampu terlepas dari perasaan kesepian, kemudian
indikator permanen dalam hal ini individu menilai bahwa dampak dari kesepian
itu permanen atau tidak dapat hilang, dan yang terakhir menyalahkan sesuatu di
luar dirinya atau seseorang meyakini bahwa yang dapat mempengaruhi kesepian
yang dialami adalah hal-hal lain di luar dirinya.

Berdasarkan uraian di atas yang telah disebutkan Russell (1996) bahwa


kesepian didasari dari tiga aspek yaitu kepribadian, keinginan sosial, dan
depresi. Sementara Gierveld, Tilburg, dan Dykstra (2016) mengemukakan
adanya tiga aspek dalam kesepian yaitu karakteristik emosi, bentuk keterpisahan
waktu, dan perspektif waktu.

Berdasarkan beberapa teori aspek-aspek di atas peneliti menggunakan


aspek-aspek menurut Russell (1996) sebagai acuan dalam penyusunan alat ukur.
Aspek-aspek tersebut terdiri dari aspek kepribadian (Personality), keinginan
sosial (Social desirability), dan depresi (Depression). Tiga aspek tersebut
dikemukakan oleh Russell yang berkaitan dengan UCLA loneliness scale dapat
digunakan untuk melihat gambaran kesepian.
13

3. Karakteristik Kesepian

Dalam Perlman & Peplau (1982) menyatakan ketika orang awam


ditanyakan karakteristik apa yang mereka kaitkan dengan seseorang yang
merasa kesepian, jawaban mereka dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok,
yaitu:

a. Kelompok dominan meliputi pikiran dan perasaan yang berhubungan


langsung dengan pengalaman kesepian

Individu merasa berbeda, merasa dikucilkan, merasa terisolasi, merasa tidak


dicintai, dan merasa rendah diri.

b. Sekumpulan gambaran tentang mengapa individu mengalami kesepian

Individu-individu yang mengalami kesepian biasanya individu yang


memiliki kepribadian pendiam, individu yang kurang bersosialisasi, individu
yang terlalu bekerja keras, dan individu yang selalu melihat dirinya atau
menenangkan pikiran, emosi, juga ingatannya.

c. Individu yang mengalami kesepian memiliki perasaan negatif

Individu yang kesepian memiliki perasaan negatif seperti selalu berpikir


untuk tidak percaya, curiga terhadap orang lain, perasaan marah, dan perasaan
depresi.

4. Dimensi Kesepian

Austin (1983) menjelaskan bahwa terdapat tiga dimensi dalam kesepian,


yaitu:

a. Intimate Others

Individu yang merasakan bahwa dirinya memiliki jarak dengan orang-orang


sekitar atau merasa kehilangan orang-orang yang berperan penting dalam
hidupnya.

b. Social Others
14

Individu yang merasakan bahwa dirinya tidak memiliki jaringan sosial yang baik
sehingga tidak ada orang yang dapat akrab menjalin hubungan sosial dengannya.

c. Belonging and Affiliation

Dimana individu merasa bahwa tidak ada satupun orang yang bisa menjalin
hubungan dengannya.

5. Faktor-Faktor Kesepian

Menurut Sears, Jonathan & Anne (2009) faktor-faktor yang


mempengaruhi kesepian, antara lain:
a. Usia

Dalam hasil penelitian Peplau dan Perlman menunjukkan bahwa perasaan


kesepian lebih tinggi dialami pada usia remaja dan dewasa muda.

b. Pengalaman individu

Salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang mengalami kesepian adalah


pengalaman masa kecil dalam keluarga. Sebagai contoh orang dewasa yang
mengalami perceraian orang tua memungkinkan lebih berpeluang mengalami
kesepian terutama bila perceraian itu terjadi sebelum individu tersebut berusia 6
tahun.

c. Kepribadian introvert

Seseorang yang memiliki kepribadian introvert ditandai dengan menutup


diri, suka menyendiri, pemalu, tidak suka mengekspresikan diri sendiri akan
sering mengalami kesepian.

d. Ketidakmampuan menjalin hubungan yang baik dengan orang sekitarnya.

Menurut Brehm, Miller, Perlman, & Campbel (2002) terdapat empat hal
yang bisa menyebabkan individu mengalami kesepian, yaitu:
15

a. Hubungan yang tidak memenuhi standar individu itu sendiri

Individu akan tidak merasa pas dengan hubungan yang dimilikinya. Terdapat
banyak alasan yang menyebabkan individu tidak merasa puas dengan hubungan
yang mereka miliki.

b. Ada perbedaan dari hubungan yang diinginkan oleh individu itu sendiri

Adanya perbedaan keinginan dalam suatu hubungan juga dapat


menyebabkan individu merasa kesepian , saat individu merasa ada perbedaan
dalam hubungannya, tidak sesuai dengan hubungan yang diinginkan, maka pada
saat itu individu merubah apa yang diinginkannya dalam hubungan tersebut.

c. Self-Esteem.

Kesepian berkaitan dengan self-esteem yang rendah. Individu yang


mempunyai self-esteem yang relatif rendah kemungkinan besar akan mengalami
perasaan tidak menyenangkan pada situasi beresiko dalam situasi sosial. Dalam
kondisi tersebut, individu akan lebih memilih untuk tidak melakukan interaksi
sosial dengan lingkungan yang ada, sehingga individu akan merasa kesepian.

d. Perilaku interpersonal bisa menjadi penentu keberhasilan sosial yang


diinginkan oleh individu

Individu yang mengalami kesepian akan lebih mudah menilai individu lain
secara negatif dibandingkan individu yang tidak merasakan kesepian, individu
yang mengalami kesepian tidak terlalu suka dengan individu lain, tidak mudah
percaya, dan rentan memiliki sikap pendendam pada individu lain.

Sedangkan Goodman, Adams, & Swift (2015) menjabarkan bahwa


terdapat dua faktor yang menyebabkan kesepian yaitu faktor intrinsik dan
ekstrinsik.

a. Faktor Intrinsik
1) Keikutsertaan dalam kelompok sosial
16

Para peneliti telah menemukan bahwa kelompok sosial utama yang


dimiliki oleh individu terkait dengan kesepian (jenis kelamin, etnis, atau usia).
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa wanita lebih memiliki kemungkinan
untuk mengalami kesepian dari pada pria. Dan jika individu menjadi bagian dari
etnis atau kelompok minoritas sosial lainnya, seperti kelompok LGBT, itu akan
membuat seseorang lebih mudah mengalami kesepian.

2) Kepribadian

Ciri-ciri kepribadian seseorang juga dapat memicu perasaan kesepian.


Orang dengan kepribadian ekstrovert jarang mengalami kesepian, tetapi mereka
yang memiliki kepribadian neurotik cenderung mengalami kesepian.

3) Respon Psikologis

Kesepian dapat disebabkan oleh respon psikologis individu yang buruk.


Misalnya, perilaku negatif atau kurangnya resiliensi.

b. Faktor Ekstrinsik

1) Faktor lingkungan

Lingkungan dengan sedikit kesempatan untuk berinteraksi sosial


(koneksi transportasi yang buruk, tinggal jauh dari keluarga) dapat
menyebabkan orang mengalami kesepian.

2) Peristiwa pada kehidupan, trauma, dan transisi

Beberapa transisi dan peristiwa dalam kehidupan seseorang dapat


menimbulkan kesepian. Transisi yang terkait pada timbulnya kesepian adalah
kehilangan orang yang disayang dan kehilangan pekerjaan.

3) Kondisi personal

Kondisi personal yang beresiko menimbulkan kesepian adalah misalnya


tidak memiliki anak dan memiliki pendapatan yang rendah. Perubahan fisik dan
kesehatan yang buruk juga dapat menyebabkan seseorang mengalami kesepian.
17

Berdasarkan uraian di atas yang dikatakan (Sears dkk, 2009) faktor-


faktor yang mempengaruhi kesepian, antara lain adalah usia, pengalaman
individu, kepribadian introvert, dan ketidakmampuan menjalin hubungan yang
baik dengan orang sekitarnya. Sedangkan menurut (Brehm dkk, 2002) terdapat
empat hal yang bisa menyebabkan individu mengalami kesepian yaitu,
hubungan yang tidak memenuhi standar , ada perbedaan dari hubungan yang
diinginkan, Self-Esteem , Perilaku interpersonal bisa menjadi penentu
keberhasilan sosial yang diinginkan oleh individu. Dan (Goodman, Adams, &
Swift, 2015) menjabarkan bahwa terdapat dua faktor yang menyebabkan
kesepian yaitu faktor intrinsik dan ekstrinsik.

B. Mahasiswa

1. Definisi Mahasiswa

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Mahasiswa didefinisikan


sebagai orang yang sedang belajar di perguruan tinggi. Sedangkan menurut
Siswoyo (2007) Mahasiswa dapat diartikan sebagai orang yang menempuh
pendidikan pada suatu jenjang perguruan tinggi, baik di perguruan tinggi negeri
maupun swasta, atau pada lembaga lain yang setingkat dengan perguruan tinggi.
Sesuai dengan pendapat Lingga & Tuapattinaja (2012) bahwa seseorang dapat
dikatakan mahasiswa adalah peserta didik yang sedang menjalani pendidikan di
sebuah universitas atau perguruan tinggi. Mahasiswa dikatakan memiliki tingkat
intelektualitas yang tinggi, kecerdasan dalam berpikir dan selalu terencana
dalam bertindak, kebanyakan mahasiswa juga berpikir secara kritis dan
bertindak dengan cepat (Papilaya & Huliselan, 2016). Mahasiswa pada
umumnya berusia berkisar 18-25 tahun untuk strata S1 (Choirunisa & Marheni,
2019). Ketika menjadi seorang mahasiswa biasanya akan dihadapkan pada
berbagai macam tantangan dan perubahan dalam hidup, disebabkan karena
adanya perbedaan sifat pendidikan dan memasuki dunia perkuliahan adalah
suatu perubahan besar dalam hidup seseorang (Maulina & Sari, 2018).
18

Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa


mahasiswa adalah orang yang menempuh pendidikan dan terdaftar secara resmi
di perguruan tinggi manapun, pada umumnya mahasiswa memiliki
intelektualitas yang tinggi dan kecerdasan dalam berpikir.

2. Ciri-Ciri Mahasiswa

Dalam Bella & Ratna (2018) menyatakan bahwa mahasiswa merupakan


anggota masyarakat yang memiliki ciri-ciri tertentu, antara lain:

a. Memiliki kemampuan dan kesempatan untuk menempuh pendidikan di


perguruan tinggi, sehingga dapat digolongkan sebagai individu yang
memiliki intelektual tinggi
b. Karena mempunya kesempatan diatas, diharapkan nantinya dapat bertindak
sebagai pemimpin yang dapat terampil, baik sebagai pemimpin di
masyarakat ataupun di dalam dunia kerja
c. Diharapkan dapat menjadi salah satu daya penggerak yang dinamis bagi
proses modernisasi
d. Diharapkan setelah menjalankan pendidikan dapat memasuki dunia kerja
sebagai tenaga yang berkualitas dan profesional.

3. Peran Mahasiswa

Menurut Siallagan (2011) ada tiga peranan penting dan mendasar bagi
mahasiswa yaitu intelektual, moral, sosial sebagai berikut:

a. Peran intelektual

Mahasiswa dianggap sebagai orang yang cerdas, jenius, berbakat dan


mampu mengatur kehidupannya secara seimbang sebagai seorang mahasiswa,
anak, serta harapan masyarakat.

b. Peran moral

Mahasiswa adalah seseorang yang tinggal di kampus dan dikenal bebas


berekspresi, bertindak, berdiskusi, berspekulasi, dan berorasi, mahasiswa dapat
19

menunjukkan perilaku moral dalam setiap tindakanya dan tidak terkontaminasi


serta terpengaruh oleh kondisi lingkungan.

c. Peran sosial

Mahasiswa sebagai seorang yang berpengaruh dalam membawa perubahan


yang bersinergi, berpikir kritis dan bertindak nyata dengan kerelaan dan
keikhlasan untuk menjadi pelopor, juga sebagai penyampai aspirasi dan pelayan
masyarakat.

C. Mahasiswa Perantau

1. Definisi Mahasiswa Perantau

Pada masa transisi dari siswa menjadi mahasiswa individu dituntut untuk
mampu menyesuaikan diri, terutama pada individu yang memilih merantau
untuk menjalankan pendidikan. Tidak sedikit orang memutuskan menjadi
mahasiswa perantau untuk mencapai jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Mahasiswa perantau merupakan seseorang yang memilih untuk menempuh
pendidikan tinggi di luar kampung halaman dan mereka rela tinggal jauh dari
rumah dalam jangka waktu tertentu untuk menyelesaikan pendidikanya (Halim
& Dariyo, 2016). Menurut Choirunisa & Marheni (2019) mahasiswa perantau
adalah seseorang yang datang dari suatu tempat atau daerah dan untuk
sementara pindah ke tempat lain untuk menjalankan pendidikan. Dalam Sitorus
(2013) menyatakan mahasiswa perantau merupakan seseorang yang ingin
mencari kualitas pendidikan yang lebih baik dibandingkan daerah asalnya, ingin
merasakan pengalaman yang baru di daerah baru, mengenal adat dan budaya
daerah lain, ingin menyesuaikan diri dengan lingkungan dan juga ingin melatih
kemandirian mereka karena harus jauh dari keluarga.

Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa


mahasiswa perantau adalah seseorang yang melanjutkan jenjang pendidikan ke
perguruan tinggi dan memutuskan untuk memilih perguruan tinggi yang berada
20

di luar kampung asal mereka demi mendapatkan pendidikan yang lebih


berkualitas.

2. Kriteria Perantau
Terdapat enam unsur pokok kriteria seorang perantau menurut Naim dalam
Herdi & Ristianingsih (2021) sebagai berikut:

a. Individu yang meninggalkan kampung halamannya.


b. Individu meninggalkan kampung halaman atas dasar kemauan sendiri.
c. Individu meninggalkan kampung halaman dalam jangka waktu tertentu.
d. Individu meninggalkan kampung halaman dengan tujuan mencari
penghidupan.
e. Individu meninggalkan kampung halaman untuk menempuh pendidikan dan
mencari pengalaman.
f. Individu yang pergi merantau akan kembali untuk pulang ke kampung
halamannya jika sudah menyelesaikan urusannya sebagai perantau.

3. Dampak-dampak Mahasiswa Perantau

Menurut Nugraha (2019) merantau mempunyai dampak positif dan negatif


yang merupakan hasil dari adaptasi lingkungan sosial sekitar mahasiswa.

a. Dampak positif

Dampak positif pertama, seseorang perantau akan mendapatkan pendidikan


yang lebih maju dan mendapatkan ilmu pengetahuan yang lebih baik dari daerah
asalnya, itulah mengapa banyak mahasiswa rela memutuskan untuk merantau
walaupun harus jauh dari keluarga.

Kedua, mereka bisa mendapatkan fasilitas teknologi yang memadai seperti


dalam mengakses internet dan kelengkapan teknologi yang mendukung untuk
sarana dalam studi perkuliahan, karena kebanyakan di beberapa daerah untuk
21

fasilitas pendidikan masih kurang memadai seperti masih terbatas dalam


mengakses internet.

Ketiga, akan mendapatkan teman baru di lingkungan baru. menuntut ilmu di


perantauan para mahasiswa perantauan akan beradaptasi dengan lingkungan
baru dan mengharuskan bertemu dengan orang baru

b. Dampak negatif

Dampak negatif dari merantau bagi mahasiswa adalah mahasiswa merantau


lebih rentan berperilaku konsumtif. Dikarenakan adanya perubahan gaya hidup
di daerah asal ke kota. Mahasiswa yang berasal dari daerah sebelumnya tidak
mengenal mall, nongkrong, dan keluar malam. Gaya kehidupan hal ini termasuk
dalam aspek perilaku konsumtif mencari kesenangan.

D. Sekolah Kedinasan Penerbangan

1. Pengertian Sekolah Kedinasan Penerbangan


Menurut Simanjuntak dan Novilda (2021) sekolah kedinasan merupakan
sekolah yang berasrama, sekolah yang mempunyai model peraturan dan tuntutan
lebih tinggi untuk membangun karakter, pengembangan kepribadian, dan
penanaman nilai-nilai hidup dibandingkan dengan perguruan tinggi
reguler/umum. Sekolah penerbangan merupakan sekolah yang khusus
membekali seseorang untuk mampu menjadi penerbang (Yosepha dan Saratoga,
2018). Sudjono dan Julistiono (2013) mengatakan bahwa sekolah penerbangan
kedinasan didirikan dan dikelola oleh pemerintah, sehingga lulusannya dapat
bekerja di bandara atau maskapai penerbangan yang ada di Indonesia secara
baik.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian sekolah
kedinasan penerbangan adalah sekolah yang dikelola oleh pemerintah dan secara
khusus memfokuskan mahasiswanya mempelajari tentang segala yang
berhubungan dengan transportasi udara.
22

2. Tujuan Sekolah Kedinasan Penerbangan


Menurut Sudjono dan Julistiono (2013) sekolah kedinasan memiliki
beberapa tujuan, seperti:
a. Bertujuan untuk menyediakan fasilitas sekolah penerbangan sesuai standar
yang ada sehingga para taruna/taruni mendapatkan fasilitas pengetahuan
tentang dunia penerbangan dan dapat melakukan segala aktivitas selama
belajar di sekolah penerbangan dengan baik.
b. Sasaran dari sekolah penerbangan adalah menjadi sekolah penerbangan yang
dapat menghasilkan lulusan-lulusan sekolah kedinasan penerbang yang baik
dan profesional.

3. Visi dan Misi Sekolah Kedinasan Penerbangan


Menurut Asih (2018) terdapat visi dan misi sekolah kedinasan
penerbangan, seperti:
a. Visi
Terwujudnya lulusan yang diakui secara nasional dan internasional untuk
menuju pusat unggulan yang berstandar internasional
b. Misi
Menyelenggarakan pendidikan & pelatihan di bidang penerbangan,
menyelenggarakan penelitian teknologi terapan di bidang penerbangan,
mencerdaskan kehidupan bangsa melalui SDM bidang penerbangan, memiliki
mahasiswa yang beriman dan takwa, lulusan berkualitas.

E. Hasil Penelitian Sebelumnya


Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Pramesela (2019) pada 90
mahasiswa rantau Fakultas Psikologi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Mulawarman. Mengemukakan bahwa kesepian yang dialami mahasiswa
Psikologi kebanyakan diakibatkan oleh masalah dalam beradaptasi dengan
lingkungan sekitar saat mengharuskan mereka di tempat baru. Saat menjalankan
pendidikan sebagai mahasiswa para subjek harus jauh dari keluarga dan tinggal
23

sendiri untuk sementara waktu. Mahasiswa rantau program studi Psikologi


Universitas Mulawarman merasakan rasa kesepian, dikarenakan oleh berbagai
faktor antara lain sulit mendapatkan teman akrab dan juga merasa tidak memiliki
keluarga di kota tempat subjek merantau.
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Pratiwi, Dahlan
& Damaianti (2019) terdapat wawancara awal dilakukan kepada dua mahasiswa
rantau angkatan 2016 berjenis kelamin perempuan yang sedang menimba ilmu
di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Dari hasil wawancara tersebut
ditemukan hasil yang menyatakan bahwa para subjek mengalami kesepian.
Subjek mengalami kesepian saat memasuki tahap awal perkuliahan.
Mengharuskan subjek untuk jauh dari orang tua sehingga mereka merindukan
keluarga, juga jauh dari lingkungan lama dan membuat subjek merasa tidak
nyaman di lingkungan baru, hal-hal tersebut yang menyebabkan para subjek
merasa kesepian, gelisah dan selalu selalu berujung menangis.
Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Tuncay & Ozdemir
(2008) yang melibatkan subjek berjumlah 721 mahasiswa Universitas di Turki,
dan mayoritas responden pada penelitian ini adalah 67,5% mahasiswa yang
tinggal di asrama. Penelitian ini menyatakan partisipan yang mengalami
kesepian adalah 60,2% dan hasil penelitian juga menyatakan kesepian ada
karena latar belakang budaya yang berbeda dari kampung halaman, penelitian
tersebut juga menemukan bahwa saat berpisah jauh dengan orang tua
mengharuskan para subjek memiliki sifat mandiri sehingga merasa lebih
tertekan, putus asa dan kesepian.
Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Saputri, Rahman, &
Kurniadewi, (2012 menyatakan terdapat banyak mahasiswa yang berasal dari
luar daerah dan berkuliah di Universitas Bandung. Pada penelitian ini
memperoleh 60% mahasiswa perantau yang berasal dari Bangka memiliki
tingkat rasa kesepian yang tinggi. Para subjek tersebut mengaku sering
merasakan kesepian, baik kesepian emosional maupun kesepian sosial, menurut
para subjek rasa kesepian muncul di saat subjek tidak beraktifitas ataupun terlalu
banyak aktifitas. Mahasiswa perantau yang berasal dari Bangka yang menjadi
24

subjek mengatakan bahwa menemui banyak situasi dan kondisi yang berbeda di
Bandung, mulai dari cara berbicara, kebudayaan, dll. Dalam penelitian ini
menyebutkan adanya berbagai tuntutan untuk menyesuaikan diri dengan
berbagai perubahan yang terjadi menjadi sumber stres bagi mahasiswa perantau
dan stres lambat laun dapat menimbulkan perasaan kesepian karena berpisah
dengan orang tua, saudara, teman, dan sahabat.
Berdasarkan beberapa hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa
terdapat mahasiswa rantau yang mengalami kesepian ada beberapa faktor-faktor
penyebab mahasiswa mengalami kesepian yang digambarkan dalam penelitian-
penelitian di atas. Gambaran-gambaran mahasiswa rantau mengalami kesepian
dalam penelitian-penelitian di atas ditunjukan dengan seperti dengan adanya
permasalahan mahasiswa rantau kesulitan dalam beradaptasi dengan lingkungan
baru karena adanya perbedaan latar belakang budaya latar dari kampung
halaman asal dengan lingkungan baru, sehingga mengharuskan para mahasiswa
rantau untuk terus menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dengan merantau
juga mengharuskan para mahasiswa untuk tidak tinggal di rumah atau di
kampung halaman asalnya sehingga harus merasakan jauh dari keluarga atau
orangtua dan menuntut para mahasiswa rantau menjadi pribadi yang mandiri
karena melakukan apa-apa tanpa bantuan keluarga.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian


deskriptif kuantitatif. Menurut Bungin (2005) penelitian deskriptif kuantitatif
digunakan untuk menggambarkan, menjelaskan, atau meringkaskan berbagai
kondisi, situasi, fenomena, atau berbagai variabel penelitian menurut kejadian
sebagaimana adanya. Sedangkan menurut Kurniawan dan Puspitaningtyas
(2016) deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk mengetahui nilai baik
satu variabel maupun lebih tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan
variabel satu dengan variabel yang lain. Begitu juga yang dinyatakan oleh
Martasari dan Saparahayuningsih (2018) bahwa penelitian deskriptif cenderung
menggunakan satu variabel.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian deskriptif


kuantitatif adalah suatu metode penelitian yang bertujuan untuk
menggambarkan, menjelaskan tentang suatu fenomena atau situasi dan kondisi
berbagai variabel dan cenderung menggunakan variabel sehingga tidak
menghubungkan antara variabel satu dengan variabel lain.

B. Variabel Penelitian

Menurut Surahman, Rachmat, dan Supardi (2016) variabel adalah segala


sesuatu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut, dapat ditarik kesimpulannya. Variabel juga dapat
dirumuskan sebagai variasi dari sesuatu yang menjadi gejala penelitian, maksud
dari gejala penelitian adalah suatu yang menjadi sasaran penelitian (Nasution,
2017). Sedangkan menurut Sahir (2021) variabel penelitian adalah komponen
yang sudah ditentukan oleh seorang peneliti untuk diteliti agar mendapatkan
jawaban dalam bentuk kesimpulan penelitian dan penelitian tidak akan berjalan
tanpa ada variabel yang diteliti.

25
26

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa variabel adalah


segala sesuatu yang ditentukan oleh seseorang untuk diteliti atau dipelajari dan
kemudian akan dapat ditarik kesimpulannya dari informasi-informasi yang
didapatkan. Dalam penelitian ini menggunakan variabel tunggal karena hanya
menggunakan satu variabel, yaitu variabel kesepian.

C. Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah:

Kesepian adalah kondisi perasaan yang tidak menyenangkan yang


diakibatkan oleh kurangnya kualitas hubungan dengan orang sekitar dan
ketidaksesuaian dalam hubungan sosial, baik secara jumlah teman yang
diharapkan maupun kualitas hubungan yang diharapkan, yang akan diukur
menggunakan skala kesepian yang diadaptasi dari Russell (1996) yang disusun
berdasarkan aspek-aspek kesepian yaitu kepribadian (Personality), keinginan
sosial (Social desirability), Depresi (Depression).

D. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi

Menurut Supriadi (1993) populasi adalah satuan individu atau subjek


pada suatu wilayah dan waktu dengan ciri-ciri tertentu yang diamati. Populasi
juga dapat didefinisikan keseluruhan dari kumpulan elemen (data yang
diperlukan) yang memiliki sejumlah karakteristik umum, yang terdiri dari
bidang-bidang untuk diteliti (Amirullah, 2015). Populasi merupakan wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang dipilih oleh peneliti untuk diteliti dan kemudian
ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013). Sedangkan menurut Nurdin & Hartati
(2019) populasi sendiri berasal dari bahasa Inggris yaitu population yang berarti
jumlah penduduk.
27

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa populasi adalah


satuan individu pada suatu wilayah yang memiliki karakteristik yang ditetapkan
untuk diteliti pada suatu wilayah. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah mahasiswa rantau yang berada di sekolah kedinasan.

2. Sampel

Menurut Supardi (1993) sampel penelitian adalah bagian dari populasi


yang dijadikan subjek penelitian sebagai “perwakilan” dari kelompok populasi.
Sampel juga didefinisikan sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi, atau sebagian kecil dari kelompok populasi yang dipilih menurut
prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya (Nurlan, 2019).
Sedangkan menurut Sidiq & Miftachul (2019) sampel adalah sebagian dari jumlah
populasi yang akan diamati atau dapat dikatakan bahwa sampel adalah populasi
dalam bentuk mini (miniatur population). Sebenarnya populasi dan sampel
memiliki keterkaitan, karena sampel merupakan bagian dari populasi (Nurdin &
Hartati, 2019). Berdasarkan Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sampel
merupakan sebagian dari jumlah populasi yang diambil menurut prosedur tertentu
dan dijadikan perwakilan dari kelompok populasi. Sampel dalam penelitian ini
yaitu mahasiswa rantau di sekolah kedinasan yang memiliki karakteristik
mahasiswa sekolah kedinasan penerbangan, berjenis kelamin laki-laki dan
perempuan, dan berstatus sebagai mahasiswa perantau (berasal dari luar pulau
tempat mahasiswa menjalankan pendidikan).

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive


sampling dan snowball sampling. Menurut Sugiyono (2013) purposive sampling
merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu dan snowball
sampling yaitu teknik yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian menjadi besar.
Kedua sampling tersebut termasuk kedalam kelompok teknik non probability
sampling. Masih dalam Sugiyono (2013) mendefinisikan bahwa non probability
sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi
28

peluang/kesempatan sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi


sampel.

E. Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan untuk teknik pengambilan data penelitian adalah


metode deskriptif kuantitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh
peneliti diperoleh melalui kuesioner. Menurut Sugiyono (2013) kuesioner adalah
teknik pengumpulan data yang menyajikan kepada responden serangkaian
pertanyaan atau pernyataan tertulis untuk dijawab. Kuesioner juga dapat disebut
angket yaitu alat pengumpulan data berupa sejumlah pertanyaan tertulis untuk
dijawab secara tertulis oleh responden agar dapat memperoleh berbagai
keterangan yang diperlukan peneliti (Armalena, 2020). Sedangkan Iskandar
(2022) menyatakan kuesioner merupakan suatu alat riset yang terdiri atas
serangkaian pertanyaan dalam bentuk tertulis, yang memiliki tujuan untuk
mendapatkan tanggapan dari kelompok orang terpilih. Kuesioner dalam
penelitian ini menggunakan skala likert. Skala likert adalah skala yang
digunakan untuk mengukur persepsi, sikap atau suatu kelompok mengenai
sebuah peristiwa atau fenomena sosial, berdasarkan definisi operasional yang
telah ditetapkan oleh peneliti Febtriko dan Puspitasari (2018). Budiaji (2013)
menyatakan bahwa skala likert memiliki empat atau lebih butir-butir pertanyaan
kombinasi yang sehingga membentuk sebuah nilai yang merepresentasikan sifat
individu.

Skala likert terdiri atas aitem favorable dan unfavorable serta disusun
dalam empat alternatif jawaban yang terdiri dari jawaban Sangat Tidak Sesuai
(STS), Tidak Sesuai (TS), Sesuai (S), Sangat Sesuai (SS).
29

Tabel. 1

Skor Penilaian Aitem Skala Kesepian

No Pernyataan Favorable Unfavorable


1. Selalu 4 1
2. Kadang-kadang 3 2
3. Jarang 2 3
4. Tidak Pernah 1 4

1. Skala UCLA Loneliness (Version 3)

Dalam penelitian menggunakan UCLA Loneliness Scale (Version 3) dan


skala ini didasarkan pada aspek-aspek yang disusun oleh Russell (1996). Aspek-
aspek tersebut antara lain : Personality, Social Desirability, dan Depression.
Berjumlah 20 aitem, dengan nilai reliablitas 0.89 sehingga skala UCLA
Loneliness layak digunakan.

Tabel. 2

BluePrint Skala UCLA loneliness

Aitem
No Aspek Jumlah
Favorable Unfavorable
1. Personality 4, 13, 17 6, 9 5

2. Social Desirability 7, 8, 18 1, 5, 10, 15, 19 8


3. Depression 2, 3, 11, 12, 14 16, 20 7
Total 11 9 20
30

F. Uji Validitas, Daya Diskriminasi Item, dan Uji Reliabilitas


1. Validitas

Menurut Sugiyono (2013) penelitian yang valid bila terdapat kesamaan


antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek
yang diteliti. Kurniawan dan puspitaningtyas (2016) menyatakan valid, berarti
menunjukkan derajat ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi pada
objek dengan data yang dikumpulkan oleh peneliti. Sedangkan menurut
Hendryadi (2017) validitas menggambarkan sejauh mana alat ukur betul-betul
mengukur apa yang harus diukur Dalam penelitian ini menggunakan validitas
isi.

Validitas isi menurut Kurniawan & Agustini (2021) adalah kesesuaian isi
instrumen dengan topik yang diteliti. Validitas isi dilakukan untuk memastikan
apakah alat ukur sudah sesuai dengan topik penelitian. Validitas isi juga
melihat apakah alat ukur sudah dapat merepresentasikan topik penelitian yang
sudah ditentukan.

2. Daya Diskriminasi

Menurut Azwar (2021) daya diskiminasi adalah suatu indikator yang


memperlihatkan konsistensi antara fungsi item dengan fungsi skala secara
keseluruhan dan batasan kriteria pemilihan item adalah minimal 0,30.

3. Reliabilitas

Menurut Setyawan (2017) reliabilitas adalah sebagai konsistensi


pengukuran, yaitu seberapa konsisten hasil dari satu pengukuran ke
pengukuran berikutnya. Priyono (2008) juga menyatakan reliabilitas berkaitan
dengan konsistensi suatu indikator. Hamdi dan Bahrudin (2014)
mengemukakan bahwa jika tes dan skala psikologi memiliki koefisien
konsistensi lebih besar dari 0.70 untuk melihat reliabilitas masing-masing
aitem. Reliabilitas pada penelitian ini menggunakan teknik Alpha Cronbach.
31

G. Teknik Analisis Data

Dalam analisis data untuk penelitian ini menggunakan teknik statistik


deskriptif yang mengungkapkan nilai dari mean atau rata-rata, partisipasi
responden dan kategori dari data kuesioner yang diolah sebagai penunjang
pembahasan mengenai variabel kesepian pada mahasiswa perantau. Statistik
deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana
adanya (Sugiyono, 2013). Analisis dilakukan dengan bantuan program komputer
SPSS versi 25 for windows.
DAFTAR PUSTAKA

Amirullah. (2015). Populasi dan Sampel (Pemahaman Jenis dan Teknik).


Malang: Bayumedia Publishing.

Armalena. (2020). Pengelolaan Sarana dan Prasarana di Sekolah Dasar


Muhammadiyah Kota Padang. Jurnal Penelitian Ipteks, 5(1), 89-100.

Asih, P. (2018). Analisis Sumber Daya Manusia Lulusan Alumni Sekolah Tinggi
Penerbangan Indonesia Guna Mendukung Keselamatan Penerbangan di
Bandara Cakrabhuwana Cirebon. Jurnal Ilmiah Aviasi Langit Biru,
11(3). 1-68.

Austin, B. A. (1983). Factorial structure of the UCLA loneliness scale.


Psychological Reports, 53 (3), 883-889.
Azwar, S. (2019). Metode Penelitian Psikologi edisi kedua. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Azwar, S. (2021). Reliabilitas dan validitas (4th ed). Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Baron, R. A., & Byrne, D. (2005). Psikologi sosial edisi kesepuluhan. Jakarta:
Erlangga.
Barth, F. D. (2010, September 4). I'm so homesick! Freshman Blues and
Psychological Growth.How to help your college freshman cope with
being homesick. Psychology Today.
https://www.psychologytoday.com/us/blog/the-couch/201009/im-so-
homesick-freshman-blues-and-psychological-growth?amp. Diakses 7
Mei 2022.
Bella, M. M. & Ratna, W. L. (2018). Perilaku Malas Belajar Mahasiswa
Dilingkungan Kampus Universitas Trunojoyo Madura. Jurnal
Kompetensi, 12(2). 280-303.
Brehm, S. S., Miller, R. S., Perlman, D., & Campbell, S. M. (2002). Intimate
Relationships. Boston, MA: McGraw-Hill.
Bruno. (2000). American Psychologist: Depression and Gender. Journal of
American Psychologist Association, 52(1), 25-31.
Budiaji, W. (2013). Skala Pengukuran dan Jumlah Respon Skala Likert. Jurnal
Ilmu Pertanian dan Perikanan, 2(2), 127-133.
Bungin, B. (2005). Metodologi penelitian kuantitatif: Komunikasi, ekonomi, dan
kebijakan publik serta ilmu-ilmu sosial lainnya. Jakarta: Kencana.

32
Choirunisa, N. L. & Marheni, A. (2019). Perbedaan Motivasi Berprestasi dan
Dukungan Sosial Teman Sebaya Antara Mahasiswa Perantau di Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana. Jurnal Psikologi Udayana, 6(1), 21-
30.
Claresta, G. (2016). MAU JADI PILOT ATAU KRU PENERBANGAN? INI 6
PILIHAN SEKOLAH PENERBANGAN DI INDONESIA.
Genmuda.com https://www.genmuda.com/mau-jadi-pilot-atau-kru-
penerbangan-ini-6-pilihan-sekolah-penerbangan-di-indonesia/ Diakses
pada 22 Juni 2022.
Fauzia, N., Asmaran., & Komalasari, S. (2020). Dinamika Kemandirian
Mahasiswa Perantauan. Jurnal Al Husna, 1(3), 167-181. DOI:
10.1234/jah.v1i3.3918
Febtriko, A., & Puspitasari, I. (2018). Mengukur Kreatifitas dan Kualitas
Pemrograman Pada Siswa SMK Kota Pekan Baru Jurusan Teknik
Komputer Jaringan Dengan Simulasi Robot. Jurnal Teknologi dan Sistem
Informasi Univrab, 3(1), 1-9.
Gierveld, J. D. J., Tilburg, T. G., & Dykstra, P. A. (2006). Loneliness and social
isolation. In A. L. Vengelisti & D. Perlman (Eds.), The Cambridge
Handbook of Personal Relationships. New York: Cambridge University
Press.
Gierveld, J. D. J., Tilburg, T. G., & Dykstra,P.A. (2016). Loneliness and social
isolation. In A. L. Vengelisti & D. Perlman (Eds.), The Cambridge
Handbook of Personal Relationships, 2nd Revised edition. Cambridge :
Cambridge University Press.
Goodman, A., Adams, A., & Swift, H. J. (2015). Hidden Citizens: How Can We
Identify the Most Lonely Older Adults. London:Campaign to End
Loneliness
Halim, C. F., & Dariyo, A. (2016). Hubungan psychological well-being dengan
loneliness pada mahasiswa yang merantau. Journal Psikogenesis, 4(2),
170-181.
Hamdi, S. & Bahruddin, E. (2014). Metode penelitian kuantitaif aplikasi dalam
pendidikan. Yogyakarta: Deepublish.
Heinrich, L. M., & Gullone, E. (2006). The Clinical Significance Of Loneliness:
A Literature Review. Clinical Psychology Review 26.
https://doi:10.1016/j.cpr.2006.04.002
Hendryadi. (2017). Validitas Isi: Tahapan Awal Pengembangan Kuesioner.
Jurnal Riset Manajemen dan Bisnis (IRMB), 2(2), 169-178.
Herawati, A. (2019). Pengaruh Pola Asuh dan Stabilitas Emosi Terhadap
Kemandirian Mahasiswa Perantau. Psikoborneo, 7(2), 201-210.

33
Herdi & Ristianingsih, F. (2021). Perbedaan Resiliensi Mahasiswa Rantau
Ditinjau Berdasarkan Gegar Budaya. Jurnal Bimbingan Konseling, 10(1),
30-40.
Hidayati, D. S. (2016). Self Compassion dan Loneliness. Jurnal Ilmiah Psikologi
Terapan, 3(1), 154–164. https://doi.org/10.22219/jipt.v3i1.2136
Iskandar. (2022). Metode Penelitian Dakwah. Jawa Timur: Qiara Media.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. [Online]. Tersedia di
https://kbbi.web.id/mahasiswa . Diakses pada 8 Mei 2022.
Kamus Besar Bahasa Indonesia [online]. Tersedia di
https://kbbi.web.id/rantau.html Diakses 27 Juni 2022.
Koran.tempo.com (2005, November 18). Tiga Siswa Penerbang Kabur.
https://koran.tempo.co/read/metropolitan/55825/tiga-siswa-penerbang-
kabur. Diakses 8 Mei 2022.
Kurniawan , A. W., & Puspitaningtyas, Z. (2016). Metode Penelitian Kunatitatif.
Yogyakarta: Pandiva.
Kurniawan, W., & Agustini, A. (2021). Metodologi Penelitian Kesehatan dan
Keperawatan. Jawa Barat: CV. Rumah Pustaka.
Lingga, R. W. W., & Tuapattinaja, J. M. (2012). Gambaran virtue mahasiswa
perantau. Predicara, 1(2), 59-68.
Maulina, B. & Sari, R. D. (2018). Derajat Stres Mahasiswa Baru Fakultas
Kedokteran Ditinjau Dari Tingkat Penyesuain Diri Terhadap Tuntutan
Akademik. Jurnal Psikologi Pendidikan & Konseling, 4(1)1-5.
Martasari, E., & Saparahayuningsih, S. (2018). Kepercayaan Diri Anak
DalamPembelajaran Pengembangan Berbahasa Pada Kelompok B1 Paud
Assalam Muara Bangkahulu Kota Bengkulu. Jurnal Ilmiah Potensia,
3(1), 11-17.
Masi, C. M., His, Y. C., Louise, C.H, & John T.C. (2011). A Meta-Analysis of
Interventions to Reduce Loneliness, Personality and Social Psychology
Review. 15(3), 219 – 266.

Nasution, S. (2017). Variabel Penelitian. Jurnal Raudhah, 5(2), 1-9.

Nugraha, E. B. (2019). Perubahan Prilaku Konsumtif Pada Mahasiswa


Perantauan. Skripsi. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah.
Nurdin, I., & Hartati, S. (2019). Metodologi Penelitian Sosial. Surabaya: MSC.

34
Nurlan, F. (2019). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Pare-pare: CV. Pilar
Nusantara.

Nurlayli, K. R. & Hidayati, S. D. (2014). Kesepian Pemilik Hewan Peliharaan


yang Tinggal Terpisah Dari Keluarga. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan,
2(1), 21-35.
Pahlevi, R. G., & Salve, H. R. (2018). Regulasi Emosi dan Resiliensi Pada
Mahasiswa Merantau yang Tinggal di Tempat Kos. Jurnal Psikologi,
11(2), 180-189. https://doi.org/10.35760/psi.2018.v11i2.2263
Papilaya, O. J. & Huliselan, N. (2016). Identifikasi Gaya Belajar Mahasiwa.
Jurnal Psikologi Undip, 15(1), 56-63.
Peplau, L. A., & Perlman, D. (1982). Loneliness: A sourcebook of current
theory, research, and therapy. Wiley-Interscience.
Pramesella, F. (2019). Hubungan Antara Lima Besar Tipe Sifat Kepribaian
Dengan Kesepian Pada Mahasiwa Rantau. Psikoborneo.7(3). 457-465.
Pratiwi, D., Dahlan, T. H., & Damaianti, L. F. (2019). Pengaruh self-compassion
terhadap kesepian pada mahasiswa rantau. Jurnal Psikologi Insight, 3(2),
88-97.
Pratiwi, M., & Asih, A.N. (2019). Hubungan Rasa Malu dengan Kesepian pada
Mahasiswa Baru Perantau yang tinggal di Apartemen. Jurnal Ilmiah
Psikologi, 10(2), 74-83.
Priyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif. Sidoarjo: Zifatama.
Rahma, S. (2021, Oktober 12). Sekolah Kedinasan Penerbangan dalam Naungan
Kemenhub. Indonesiacollege.co.id
https://www.indonesiacollege.co.id/sekolah-kedinasan-penerbangan-
dalam-naungan-kemenhub/ Diakses 22 Juni 2022.
Rohmah, S. (2018). Hubungan antara Kesepian dengan Kecenderungan Depresi
pada Lansia yang Tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Natar Lampug
Selatan. Skripsi. Univeritas Islam Negeri Raden Intan Lampung.
Russell, D., Cutrona, C. E., Rose, J. & Yurko, K. (1984). Social and emotional
loneliness: An examination of weiss's typology of loneliness. Journal of
Personality and Social Psychology, 46 (6), 1313-1321.
Russell, D., Peplau, L. A., & Ferguson, L. M. (1978). Developing a measure of
loneliness. Journal of Personality Assessment, 42(3), 290-294.
Russell, D (1996). UCLA Loneliness Scale (Version 3): Reliability, validity, and
factor structure. Journal of Personality Assessment. 66(1), 20-40.

Sahir, H. S. (2021). Metodologi Penelitian. Jogjakarta: KBM Indonesia.

35
Saputri, S.N., Rahman, A.A., & Kurniadewi. E. (2012). Hubungan Antara
Kesepian Dengan Konsep Diri Mahasiswa Perantau Asal Bangka Yang
Tinggal Di Bandung. Jurnal Ilmiah Psikologi, 5(2), 645-653.
Sears, D. O., Jonathan, L., F., & Anne, P. L. (2009). Psikologi Sosial Jilid 1
Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Septiani, T., & Fitria, N. (2016). Hubungan antara resiliensi dengan stres pada
mahasiswa sekolah tinggi kedinasan. Jurnal penelitian psikologi, 7(2),
59-76.
Setyawan, F. E. B. (2017). Pengantar Metodelogi Penelitian. Sidoarjo: Zifatama
Jawara.
Siallagan, D. F. (2011). Fungsi dan Peranan Mahasiswa. Bengkulu: UNIB.

Sidiq, U., & Choiri, M. M. (2019). Metodologi Penelitian Kuantitatif di Bidang


Pendidikan. Ponorogo: CV. Nata Karya.

Simanjuntak, R.P., & Novalina, S. D. (2021). Psikososial Taruna Sekolah


Kedinasan. Jurnal Penelitian Politeknik Penerbangan Surabaya, 6(4),
292-304.
Sitorus, L. I. (2013). Perbedaan Tingkat Kemandirian dan Penyesuaian Diri
Mahasiswa Mahasiswa Perantauan Suku Batak Ditinjau Dari Jenis
Kelamin. Jurnal Character, 1-6.
Sudjono, J., & Julistiono, E., K. (2013). Sekolah Tinggi Penerbangan di
Bangkalan Madura. Jurnal Edimensi Arsitektur, 1(2), 195-202.
Sugiono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.

Supriadi. (1993). Populasi dan Sampel Penelitian . Jurnal Unisia, 17(5), 100-
108.

Surahman, Rachmat, M., & Supardi, S. (2016). Metodologi Penelitian. Jakarta:


Pusdik SDM Kesehatan.

Tuncay, T., & Ozdemir, U. (2008). Corelates of Loneliness Among Unversity


Students. Child Adolesce Psychiatry Ment Health, 29(2), 1-6.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan
Nasional. Lembaga Negara Republik Indonesia. Jakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989, Sistem Pendidikan
Nasional. Lembaga Negara Republik Indonesia. Jakarta.
Yosepha, S. Y., & Saratoga, B. (2018). Jurnal Mabiska, 3(1), 41-47.

36

Anda mungkin juga menyukai