Anda di halaman 1dari 19

Pengaruh Lingkup Terdekat dalam Kecemasan seorang

mahasiswi
Disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Kepribadian
Dosen Pembimbing: Praesti Sedjo

Disusun oleh:

Ardelia Zalfa Septianingsih

10519974

2PA08

UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS PSIKOLOGI

Jl. Akses UI, Kelapa Dua, Cimanggis, Depok Phone : 8719525,


8710561, 8727541 ext. 103,106 Fax : 8710561

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kehadirat Allah Swt., karena atas berkat Rahmat dan
Hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Pengaruh dan
Penanganan Kecemasan pada seorang mahasiswi. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas individu yang telah diberikan oleh Ibu Praesti Sedjo untuk mata
kuliah Psikologi Kepribadian 2.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa Makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, baik dari segi metodelogi penulisan, isi dan literatur penulisan makalah
ini. Oleh karena itu, saya mengharapkan Saran dan Ktitik yang membangun
untuk penyempurnaan makalah ini dan untu penulisan makalah berikutnya.

Tidak lupa saya mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Praesti
Sedjo selaku dosen mata kuliah Psikologi Kepribadian 2 yang telah memberikan
tugas makalah ini dan dapat menambah wawasan dan pengetahuan. Semoga
dengan adanya makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... 2

DAFTAR ISI ................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 4

1. Latar Belakang...................................................................................... 4
2. Rumusan masalah................................................................................. 5
3. Tujuan masalah .................................................................................... 6
4. Manfaat ................................................................................................ 7

BAB 11 PEMBAHASAN ................................................................................ 8

1. Kecemasan (anxiety) ........................................................................... 9


2. Teori Sigmund Freud ........................................................................... 10
3. Mekanisme pertahanan ........................................................................ 11
4. Jenis dan tingkat kecemasan ............................................................... 12
5. Gejala kecemasan .............................................................................. 13
6. FaKtor kecemasan .............................................................................. 14

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 15

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 16

1. Hasil ..................................................................................................... 17
2. Pembahasan ........................................................................................ 17

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 18

1. Kesimpulan .......................................................................................... 18
2. Saran .................................................................................................... 18

BAB VI DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 19

3
BAB I

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Setiap hari saya melewati berbagai situasi sekalius kejadian yang dapat memicu
munculnya kecemasan. Kecemasan yang muncul dalam diri saya yang sangat
ingin saya hilangkan, karena saya merasa lelah dan menghambat semua aktivitas.
Tidak hanya kejadian yang saya alami setiap hari, namun masa lalu juga sangat
andil menyankut munculnya kecemasan dalam diri saya. Misalnya trauma masa
lalu yan belum bisa dikendalikan, penilaian orang lain terhadap saya, ujian
mendadak, presentasi tugas, terlambat masuk kelas, deadline pekerjaan, dan
sebagainya. Dari sini dalam diri saya sering memunculkan kecemasan berlebihan
terhadap hal semu yang bahkan belum terjadi. Menurut data National Institute of
Mental Health (2005) di Amerika Serikatterdapat 40 juta orang mengalami
gangguan kecemasan pada usia 18 tahun sampaipada usia lanjut. Gangguan
kecemasan diperkirakan diderita oleh 1 dari 10 manusia. Kecemasan pada
individu dapat muncul pada situasi yang biasanya dianggap sebagai moment yang
berarti dalam hidupnya, seperti mahasiswa baru yangmengalami kecemasan pada
hari pertama kuliahnya, pada saat akan berbicara didepan umum seperti presentasi
atau diskusi besar, apabila akan melaksanakan ujianatau bahkan orang dewasa
yang cemas menanti hari pernikahannya, dan lain-lain. Gangguan kecemasan akan
muncul apabila rasa cemas tersebut terus berulang lama,dan akan terjadi
perubahan perilaku atau perubahan metabolisme tubuh.

Sebenarnya kecemasan adalah reaksi yang wajar yang dapat dialami oleh
siapapun, sebagai respon terhadap situasi yang dianggap mengancam atau
membahayakan. Namun jika kecemasan tersbut berlebihan dan serta tidak sesuai
dengan proporsi ancamannya, maka dapat mengarah ke gangguan yang akan

4
menghambat fungsi seseorang dalam kehidupannya. Kaplan, Sadock dan dan
Grebb (dalam Fausiah & Widury, 2007) menyatakan bahwa kecemasan adalah
respon terhadap situasi tertentu yang mengancam, dan merupakan hal yang
normal terjadi menyertai perkembangan, perubahan pengalaman baru atau yang
belum pernah dilakukan, serta dalam menemukan identitas diri dan arti hidup.
Pada kadar yang rendah, kecemasan mampu membantu individu untuk bersiaga
mengambil langkah-langkah mencegah bahaya dan atau untuk memperkecil
dampak bahaya tersebut. Kecemasan sampai pada taraf tertentu dapat mendorong
meningkatnya performa dan produktifitas dan memicu al lain yan asilnya tidak
baik. Kecemasan memiliki karakteristik berupa munculnya perasaan takut dan
kehati-hatian atau kewaspadaan yang tidak jelas dan tidak menyenangkan
(Davison,dkk 2004).

Berdasarkan pemaparan tersebut di atas, maka makalah ini memberikan informasi


penting untuk memahami kecemasan yan muncul seak lama dan menendalikan
kecemasan dalam kesearian serta baaimana saya berproses menilankan kecemasan
yan teradi dalam diri sendiri.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan gangguan kecemasan (anxiety
disorder)?
2. Memahami bagaimana gangguan kecemasan muncul?
3. Bagaimana mengendalikan kecemasan dikeseharian?

1.3. Tujuan Masalah


1. Memberikan pemahaman mengenai pengertian gangguan
kecemasan
2. Memberikan pemahaman mengenai jenis-jenis gangguan
kecemasan
3. Memberikan pemahaman mengendalikan kecemasan dikeseharian

5
1.4. Manfaat

1. Dapat menambah wawasan mengenai gangguan kecemasan mulai


dari pengertian, jenis-jenis, perspektif teoritis toko serta
penanganannya.
2. Dapat menjadi referensi untuk proses pembelajaran psikologi
kepribadian.

6
BAB II

Pembahasan

2.1. Kecemasan (Anxiety Disorder)

2.1.1. Pengertian kecemasan


Deskripsi umum akan kecemasan yaitu “perasaan tertekan dan
tidak tenang, serta berpikiran kacau dengan disertai banyak
penyesalan”. Hal ini sangat berpengaruh pada tubuh, hingga tubuh
dirasa menggigil, menimbulkan banyak keringat, jantung berdegup
cepat, lambung terasa mual, tubuh terasa lemas, kemampuan
berproduktivitas berkurang, hingga banyak manusia yang
melarikan diri kealam imajinasi sebagai bentuk terapi sementara
(Said Az-zahroni, 2005). Kecemasan adalah respon yang tepat
terhadap ancaman, tetapi kecemasan bisa menjadi abnormal bila
tingkatannya tidak sesuai dengan proporsi ancaman, atau
sepertinya datang tanpa ada penyebabnya – yaitu bila bukan
merupakan respon terhadap perubahan lingkungan (Nevid, dkk
2005). Namun pengertian lain menurut Wilkinson menyatakan
bahwa kecemasan adalah suatu keresahan, perasaan tidak nyaman
dan menakutkan, disertai dengan respon automatis, dan sumbernya
sering kali tidak spesifik, antisipasi terhadap keadaan bahaya.
Sedangkan menurut stuart dan sinden mengartikan kecemasan
adalah suatu perasaan diri, pengalaman subjektif individu. Keadaan
emosi ini tidak memiliki subjek yang spesifik. (Ni Koman Rati,
2012).

7
2.2. Teori Sigmund Freud

Metode kali ini dalam hal mendukung penelitian tentang kecemasan,


saya memilih teori psidinamika dari Sigmund Freud. Penjelasan
singkatnya tingkat kehidupan mental dan area pikiran merujuk pada
struktur atau komposisi kepribadian; tetapi kepribadian itu sedniri juga
bertindak. Oleh karena itu, teori yang diusul Sigmund Freud untuk
menjelaskan kekuatan-kekuatan yang mendorong tindakan manusia.

Dalam mendefinisikan kecemasan, Freud (1933/1964) menekankan


bahwa kecemasan adalah situasi yang efektif yang dirasa tidak
menyenangkan disertai dengan sensasi fisik yang memperingatkan
seseorang terhadap bahaya yang segera datang. Perasaan yang tidak
menyenangkan tersebuut sering kali samar samar dan sulit dipastikan,
namun selalu terasa. Seks dan agres menduduki posisi sentral dalam
teori psikodinamika bersama dengan konsep kecemasan (anxiety).

Kecemasan sendiri bertindak sebagai mekanisme yang mengamankan


ego karena hal itu menandakan kepada kita bahwa bahaya segera
datang (Freud, 1933/1964). Misalnya, mimpi akan kecemasan
memberi peringatan pada sensor kita tentang adanya bahaya yang
mengintai yang memungkinkan kita untuk menyamarkan gambaran
mimpi. Kecemasan memungkinkan ego yang selalu siaga ini untuk
tetap waspada terhadap tanda-tanda ancaman dan bahaya yang
menjelang mendorong kita untuk siaga melawan atau melindungi diri.
Hanya ego yang dapat menghasilkan atau merasakan kecemasan.
Namun, id, super ego, dan dunia luar masing-masing terkait dengan
salah satu dari tiga jenis kecemasan-neorosis, moral, dan realistis.
Ketergantungan ego pada id menyebabkan munculnya kecemasan-
neorosis; sedangkan ketergantungan ego pada super ego menghasilkan

8
kecemasan moral; ketergatungan ego pada dunia luar membawa pada
kecemasan realistis.
Kecemasan juga mengatur dirinya sendiri (self regulating) karena
dapat memicu represi yang kemudian mengurangi rasa sakit akibat
kecemasan tadi (Freud, 1933/1964). Jika ego tidak punya pilihan untuk
melindungi diri, maka kcemasana tidak akan dapat ditoleransi. Oleh
karena itu, perilaku melindungi diri ini bermanfaat untuk melindungi
ego dari rasa sakit akibat kecemasan.

2.3. Mekanisme Pertahanan Diri

Freud pertama kali mengembangkan pemikiran tentang mekanisme


pertahan diri (defence mechanisms) padda tahun 1926, dan putrinya Anna
yang menyempurnakan dan menyusun konsep tersebut. Meskipun
mekanisme pertahanan diri normal dan digunakan secara luas, jika
digunakan secara ekstrem maka mekanisme ini akan mengarah pada
perilaku komplusif, repetitif, dan neurotic. Mekanisme-mekanisme
pertahanan utama yang didefinisikan oleh Freud meliputi represi,
pembetukan reaksi, pengalihan, fiksasi, regresi, proyeksi, introyeksi, dan
sublimasi. Berikut penjelasan singkat.

2.3.1. Represi (Repression)


2.3.2. Sublimasi (Sublimation)
2.3.3. Proyeksi (Projection)
2.3.4. Pengalian (Displacement)
2.3.5. Pembentukan reaksi (Reaction Formation)
2.3.6. Regresi (Regression)
2.3.7. Fiksasi (fixation)
2.3.8. Introyeksi (introjections)

9
2.4. Jenis – jenis dan tingkat kecemasan

Menurut Freud (Tim MGBK, 2010), terdapat tiga jenis kecemasan yaitu
sebagai berikut:

2.4.1. Kecemasan realistis (realistic anxiety), yaitu sangat


erta kaitannya dengan rasa takut terhadap ancaman atau
bahaya-bahaya nyata yang ada di lingkungan maupun di
dunia luar.
2.4.2. Kecemasan neurotis (neurotic anxiety), yaitu rasa
takut, jangan-jangan insting-insting akan lepas dari kendali
dan menyebabkan dia berbuat sesuatu yang dapat
membuatnya dihukum. Kecemasan neurotik bukanlah
ketakutan terhadap insting-insting itu sendiri, melainkan
ketakutan terhadap hukuman yang akan menimpanya jika
suatu insting dilepaskan. Kecemasan neurotik berkembang
berdasarkan pengalaman yang diperoleh pada masa kanak-
kanak terkait dengan hukuman atau ancaman dari orang tua
maupun orang lain yang mempunyai otoritas jika dia
melakukan perbuatan implusif.
2.4.3. Kecemasan moral (moral anxiety), yaitu rasa takut
terhadap suara hati (super ego). orang-orang yang memiliki
super ego baik cenderung merasa bersalah atau malu jika
mereka berbuat atau berpikir sesuatu yang bertentangan
dengan moral. Sama halnya dengan kecemasan neurotik,
kecemasan moral juga berkembang pada masa kanak-kanak
terkait dengan hukuman atau ancaman orang tua maupun
orang lain yang mempunyai otoritas jika dia melakukan
perbuatan yang melanggar normal/

10
2.5. Gejala kecemasan
Berdasarkan HRS-A (Hamilton Rating Scale for Anxiety), kecemasan
terbagi dalam kelompok dengan gejala-gejala secara spesifik sebagai
berikut (Hawari, 2008):

2.5.1. Perasaan meliputi rasa cemas, firasat buruk, takut


akan pikiran sendiri dan mudah tersinggung. 
2.5.2. Ketegangan meliputi rasa tegang, lesu, tidak bisa
istirahat dengan tenang, mudah terkejut, mudah menangis,
gemetar dan gelisah. 
2.5.3. Ketakutan meliputi takut pada gelap, pada orang
asing, ditinggal sendiri, pada binatang besar, pada
keramaian lalu lintas dan pada kerumunan banyak orang. 
2.5.4. Gangguan tidur yaitu sukar tidur, terbangun tengah
malam, Tidur tidak nyenyak, bangun dengan lesu, banyak
mimpi-mimpi, mimpi buruk dan mimpi menakutkan.
2.5.5. Gangguan kecerdasan meliputi sukar konsentrasi,
daya ingat menurun dan daya ingat buruk. 
2.5.6. Gangguan depresi (murung) yaitu hilangnya minat,
berkurangnya kesenangan pada hobi, sedih, bangun dini
hari dan perasaan berubah-ubah sepanjang hari.
2.5.7. Gejala somatik atau fisik (otot) yaitu sakit dan nyeri
di otot-otot, kaku, kedutan otot dan suara tidak stabil.
2.5.8. Gejala pendengaran, meliputi telinga berdering,
penglihatan kabur, muka merah atau pusat, merasa lemas
dan perasaan ditusuk-tusuk.
2.5.9. Gejala kardiovaskular, meliputi denyut jantung
cepat, berdebar-debar, nyeri di dada, denyut nadi mengeras,
rasa lesu atau lemas seperti mau pingsan dan detak jantung
menghilang berhenti sekejap. 

11
2.5.10. Gejala respiratorik (pernapasan) meliputi rasa
tertekan atau sempit di dada, rasa tercekik, sering menarik
nafas dan napas pendek/sesak. 
2.5.11. Gejala gastrointesial, meliputi sulit menelan, perut
melilit, gangguan pencernaan, nyeri sebelum dan sesudah
makan, Perasan terbakar di perut terasa penuh atau
kembung, mual, muntah, buang air besar lembek dan sukar
buang air besar.
2.5.12. Gejala urogenital meliputi sering buang air kecil,
tidak dapat menahan air seni, tidak datang bulan (tidak ada
haid), darah haid berlebihan, darah haid amat sedikit, masa
haid berkepanjangan, masa haid amat pendek, haid
beberapa kali dalam sebulan, menjadi dingin, ejakulasi dini
dan ereksi melemah. 
2.5.13. Gejala autonom meliputi mulut kering, muka merah,
mudah berkeringat, kepala pusing, kepala terasa berat,
kepala terasa sakit dan bulu-bulu berdiri.
2.5.14. Tingkah laku meliputi gelisah, tidak tenang, jadi
gemetar, kulit kering, muka tegang, otot tegang atau
mengeras, napas pendek dan cepat dan muka merah.
 
2.6. Faktor Penyebab Kecemasan 

Menurut Atkinson (1983), kecemasan dapat disebabkan oleh beberapa


faktor yaitu sebagai berikut:

2.6.1. Threat (ancaman). Ancaman dapat disebabkan oleh


sesuatu yang benar-benar realistis dan juga yang tidak
realistis, contohnya: ancaman terhadap tubuh, jiwa atau
psikisnya (seperti kehilangan kemerdekaan dan arti hidup,
maupun ancaman terhadap eksistensinya). 

12
2.6.2. Conflict (pertentangan). Timbul karena adanya dua
keinginan yang keadaannya bertolak belakang. Setiap
konflik mempunyai dan melibatkan dua alternatif atau lebih
yang masing-masing mempunyai sifat apptoach dan
avoidance.
2.6.3. Fear (ketakutan). Ketakutan akan segala hal dapat
menimbulkan kecemasan dalam menghadapi ujian atau
ketakutan akan penolakan menimbulkan kecemasan setiap
kali harus berhadapan dengan orang baru. 
2.6.4. Umneed need (kebutuhan yang tidak terpenuhi).
Kebutuhan manusia begitu komplek dan sangat banyak.
Jika tidak terpenuhi maka hal itu akan menimbulkan rasa
cemas.

13
BAB III

Metode Penelitian

Rancangan penelitian menggunakan metode studi kasus. Penelitian dilaksanakan


dikediaman rumah dan dalam waktu keseharian selama kurang lebih 2 minggu
dengan mengaitkan sifat yang ingin diubah atau dihilangkan yaitu kecemasan ke
dalam teori pilihan, teori tersebut yaitu psikodinamika dari Sigmund Freud. Teori
tersebut memiliki mekanisme pertahanan yang berkaitan juga dalam kasus ini,
sering disebut dengan mekanisme pertahanan represi. Singkatnya, mekanisme
pertahanan yang paling dasar. Manakala ego terancam oleh id yang tidak
diinginkan, ego melindungi dirinya dengan merepresi dorongan-dorongan tersebut
dengan cara memaksa perasaan-perasaan masuk kea lam tidak sadar (Freud,
1933/1964).

Selanjutnya pada bab ini, saya akan memberitahukan apa saja penyebab
kecemasan yang timbul didiri saya. Dan seberapa banyak saya melewati rasa
kecemasan dalam 2 minggu terakhir ini.

Hari & tanggal Penyebab Penanganan Pribadi


Senin, Memiliki rasa cemburu yang Melakukan aktivitas diluar
19/04/2021 terpendam kepada adik laki- rumah atau menghindar dari
laki orang-orang rumah
Omongan yang keluar dari Mengurung diri, menangis,
orang tua mendengarkan musik untuk
menenangkan diri, berbicara
pada cermin, lalu tidur
Memikirkan masa depan Mengurung diri dikamar,
dengan harapan bisa merapihkan kamar, dan
melewatinya dan baik-baik sesudahnya berbicara pada diri
saja sendiri
Pengalaman yang Tarik nafas dan melakukan
menyakitkan dan terus aktivitas sebanyak mungkin
berulang didapatkan dari
orang-orang terdekat

14
Omongan yang keluar dari Tarik nafas dan melakukan
mulut adik sendiri. aktivitas sebanyak mungkin,
seperti membersihkan rumah.
Rasa ingin mencoba hal baru Tarik nafas dan berpikir
panjang untuk melangkah

Kurang lebih tabel tersebut adalah hasil dari diri saya untuk diambil dalam
pembuatan penelitian dan sangat ingin dihilangkan dari sifat sendiri. Saya
berusaha mulai menerapkan perilaku adaptif agar bisa menerima segala
kenyataan dan sesuatu hal dengan tingkat kecemasan rendah.

BAB IV
Hasil & Pembahasan

15
4.1 Hasil
Setelah saya menyusun bab III dapat dilihat bahwasanya, banyak
faktor yang mempengaruhi kecemasan saya timbul akan tetapi
sebagian besar sumber kecemasan saya adalah dari internal atau
orang-orang terdekat. Tanpa disadari dan tidak ada yang
mengetahui sekaligus mengerti kecuali saya sendiri, saya
menjalankan represi sebagai mekanisme pertahanan yang membuat
saya bertahan dan melewati jika kecemasan timbul, walaupun
kadang rasa yang sudah saya tekan kedalam alam bawah sadar ikut
timbul bersamaan dengan rasa kecemasan yang berlebihan. Selain
itu, saat makalah penelitian ini sedang berjalan saya mulai
menerapkan pendekatan psikodinamika, dimana saya harus bisa
mengembangkan tingkah laku adaptif supaya tidak terlarut dalam
kecemasan. Untuk pengembangan pendekatan psikodinamika pada
diri saya terutama mengembangkan tingkah laku adaptif, sudah
bisa dikatakan mampu melakukannya.

4.2 Pembahasan
Dalam teori Sigmund Freud, ada pendekatan penanganan untuk
gangguan kecemasan yaitu Pendekatan-Pendekatan Psikodinamika.
Dari perspektif psikodinamika, kecemasan merefleksikan energi
yang dilekatkan kepada konflik-konflik tak sadar dan usaha ego
untuk membiarkannya tetap terepresi. Psikoanalisis tradisional
menyadarkan bahwa kecemasan klien merupakan simbolisasi dari
konflik dalam diri mereka. Dengan adanya simbolisasi ini ego
dapat dibebaskan dari menghabiskan energi untuk melakukan
represi. Dengan demikian ego dapat member perhatian lebih
terhadap tugas-tugas yang lebih kreatif dan memberi peningkatan.
Begitu juga dengan yang modern, akan tetapi yang modern lebih
menjajaki sumber kecemasan yang berasal dari keadaaan hubungan
sekarang daripada hubungan masa lampau. Selain itu mereka

16
mendorong klien untuk mengembangkan tingkah laku yang lebih
adaptif.

BAB V

Kesimpulan & Saran

17
5.1 Kesimpulan
Kecemasan merupakan suatu sensasi aprehensif atau takut yang
menyeluruh yang bersifat normal pada berbagai kondisi, namun
dapat menjadi abnormal jika berlebihan dan tidak sesuai dengan
proporsi ancamannya. Pola-pola tingkah laku terganggu dimana
kecemasan menjadi ciri yang paling menonjol diberi label
gangguan kecemasan. Adapun banyak gejala dan faktor menjadi
pemicu kecemasan berlebihan, namun dikaitkan dengan teori
Sigmund Freud psikodinamika dapat ditemukan bagaimana
mengkontrol yang seharusnya dikontrol agar kecemasan berlebihan
dapat diantisipasi.

5.2 Saran
Dalam kasus kecemasan yang saya alami sendiri, dibutuhkan bisa
mengkontrol diri sendiri untuk bisa terus berjalan dan berproses
dalam kehidupan. Dari yang telah dibahas pada bab III bagian
tabel, masih terikat dalam ego sehingga jauh dari bisa mengkontrol
diri dan mengganggu setiap aktivitasnya atau jalan menuju masa
depan yang lebih penting, dapat juga merusak citra diri terlihat jika
sudah kehilangan kendali.

BAB VI

Daftar Pustaka

18
Maslim, Rusdi. (2013). Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dariPPDGJ-
III dan DSM 5. Cetakan 2 Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-UnikaAtmajaya.
Jakarta: PT Nuh Jaya.

Davison, G.C., Neale J.M., &Kring A.M. (2004). Psikologi Abnormal Edisi ke-9.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Feist Jess., Feist J.Georgy., & Robert Tomi-Ann. (2017). Teori Kepribadian Edisi
ke-8. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika.

Nevid, J.S, Rathus, S.A., & Greene B. (2005). Psikologi Abnormal. Jakarta:
Erlangga.

19

Anda mungkin juga menyukai