Anda di halaman 1dari 4

Analisis video dan jurnal kelompok 2

Judul : Mengatasi Kebiasaan Merokok Melalui Konseling Individual dengan EFT (Emotional
Freedom Technique)

Sinopsis :

Arnaldi adalah seorang guru BK di sebuah sekolah menengah kejuruan,kemudian ada salah satu
siswanya bernama toni, dia datang menemui pak arnaldi untuk mencari solusi dari masalah yang
dihadapinya yaitu ketergantungan terhadap rokok dan toni ingin sekali berhenti merokok.
Selanjutnya pak arnaldi menggunakan teknik EFT atau Emotional Freedom Technique dimana
cara kerjanya adalah dengan mengetukkan dengan dua jari pada titik-titik akupuntur yang
berkaitan dengan emosi.
Hasil analisis :

 Tahapan ( Develop the relationship, identify and clarify problem )

Develop yaitu mengembangkan relasi, mengidentifikasi, dan


mengklarifikasikan masalah, konselor melibatkan klien dan berdiskusi dengan klien
terkait masalah klien.

Dalam develop ini, konselor melakukan pembukaan konseling cukup baik


dengan konseli, terlihat ketika bertemu dan mempersilahkan untuk duduk. Melihat
konselee yang yang terlihat tidak nyaman untuk memulai komunikasi, konselor
dengan inisiatif menanyakan perihal masalah yang sedang dialami oleh konselee.
Konselor menunjukkan sikap duduk yang baik kepada konselee agar konselee merasa
aman dalam dan tidak terancam selama proses konseling berlangsung. Konselor juga
memberikan Reflecting Rewarding terhadap konselee yang mau dan sukarela datang
untuk melaksanakan konseling demi mengatasi permasalahannya.

 Tahapan ( Asses problem and redifine in skills term )

Asses yaitu menilai dan menyatakan kembali masalah klien dalam istilah
keterampilan. Konselor menjalin kerjasama dengan klien untuk menemukan masalah
pokok klien terkait dengan kelemahan ketrampilan klien dalam mengatasi
masalahnya.

Konselee menjelaskan duduk permasalahannya yang ingin sekali mengurangi


perilaku konsumtif merokoknya. Konselor juga menanyakan intensitas kesulitan dan
keinginan konselee dalam mengurangi perilaku konsumtif merokoknya dengan skala
0-10. Dalam tahap ini, meskipun konselee sudah menceritakan duduk
permasalahannya, konselee tetap saja menunjukkan raut wajah yang tegang dan tidak
bisa melihat langsung kearah konselor. Konselor seharusnya lebih meningkatkan lagi
rapport yang dibutuhkan guna membuat konselee merasa nyaman melakukan
konseling bersamanya.
 Tahapan ( State working goals and plan interventions )

State yaitu menyatakan tujuan dan merencanakan tindakan. Konselor


membangun kembali definisi keterampilan konselor seperti mengatasi masalah-
masalah klien dan mengembangkan ketarampilan-keterampilan yang diperlukan oleh
klien.

Dalam tahap ini tidak jauh berbeda dari sebelumnya yaitu konselor terus
mengulang-ulang pertanyaan dan mengungkapkan kembali tujuannya datang kepada
konselor adalah untuk bisa mengurangi kecanduannya terhadap rokok dengan
bantuan dari konselor.
 Tahapan ( Intervere to develop self helping skills )

Intervere yaitu intervensi untuk mengembangkan keterampilan hidup. Pada


tahap ini terdapat dua langkah: untuk membantu klien dalam mengungkapkan
permasalahan dengan baik dalam mencapai kemampuan untuk mengatasi masalah
mereka dan mengembangkan kemampuan keterampilan mereka.

Dalam tahap ini konselor menyuruh klien untuk mengisap dan membayang
pahitnya rasa rokok saat pertama kali klien mencoba merokok. Dalam tahap ini
konselor melakukan Emotional Freedom Technique terhadap konselee. Konselee juga
menyetujuai prtokol yang dilakukan oleh Konselor. Mengingat konselee sendiri
sepertinya meyakini bahwa Guru BK dapat membantunya dalam mengatasi
kesulitannya, tanpa mengetahui Guru BK tersebut mempunyai keahlian yang sudah
teruji atau belum dalam melakukan Terapi tersebut. Ini menunjukkan bahwa
kemungkinan ketidakberhasilan konseling juga tergantung kepada edukasi yang
dimiliki oleh calon konselee terhadap informasi seorang konselor yang akan dia
percayai untuk membantunya mengatasi kesulitannya.

 Tahapan (End and consolidate self helping skills).


End and Consolidate Self-helping realtionship adalah bahwa klien memerlukan
keterampilan tidak hanya untuk mengelolah masalah serupa dimasa depan.

Dalam tahap ini, konselor tidak banyak memberikan informasi selanjutnya kepada
konseli untuk tindakan selanjutnya apakah sesi konseling sudah berakhir atau tidak,
bagaimana sikap konselor selanjutnya kepada konseli jika konseli suatu saat
membutuhkan kembali bantuan konselor. Sehingga dari awal konseling dengan
berakhirnya konseling ini tidak memenuhi syarat yang baik dalam melakukan
konseling, bahkan tidak ada kesepakatan bersama terkait waktu konseling dan
berkahirnya konseling.

Anda mungkin juga menyukai