Anda di halaman 1dari 25

Aspek-Aspek Identitas Sosial : Self Dan Gender

Nama Kelompok :

Aditya Maulana 1524090185


Ahmad Adhit Bayu 1524090257
Bimo Putro Dirgantoro 1524090115
Endraka Arif 1524090336
Priski Harry Wijaksena 1524090283
Teungku Abie Nourivan 1524090256
Identitas sosial : sebuah tinjauan

Sebuah definisi diri yang memandu bagaimana kita mengonseptualisasi dan mengevaluasi diri sendiri.
Identitas sosial mencakup banyak karakteristik unik, seperti nama seseorang dan konsep self, selain bayak
karakteristik lainnya yang serupa dengan orang lain. Menyusul aspek yang telah disebutkan diatas ada pula
gender, hubungan interpersonal kita, afiliasi politik atau ideologi, atribut khusus, dan afiliasi etnis atau religius.
Jadi kesimpulannya identitas sosial adalah definisi seseorang tentang siapa dirinya, termasuk didalamnya
atribut pribadi dan atribut yang dibaginya bersama dengan orang lain, seperti gender dan ras.
Menurut jackson dan smith, identitas sosial dapat dikonseptualisasikan paling baik dalam empat dimensi
yaitu,
• persepsi dalam konteks antar kelompok
• daya tarik in-group
• keyakinan yang saling terkait
• depersonalisasi.

Hal yang mendasari kempat dimensi tersebut adalah dua tipe dasar identitas yaitu, aman dan tidak aman.
Ketika identitas aman memiliki derajat yang tinggi, individu cenderung mengevaluasi out-grup lebih baik,
lebih sedikit bias bila membandingkan in-group in-group dengan out-group. Dan kurang yakin pada
homogenitas in-group. Sebaliknya, identitas tidak aman dengan derajat yang tinggi berhubungan dengan
evaluasi yang sangat positif terhadap in-group, bias lebih besar dalam mebandingkan in-group dengan out-
group, dan persepsi homogenitas in-group yang lebih besar.
Konsep self adalah kumpulan keyakinan dan persepsi diri mengenai diri sendiri yang terorganisasi. Dengan
kata lain, konsep self tersebut bekerja sebagai skema dasar. Self memberikan sebuah kerangka berpikir yang
menentukan bagaimana kita mengolah informasi tentang diri kita sendiri termasuk motivasi, keadaan
emosional, evaluasi diri, kemampuan, dan banyak hal lainnya.
Orang cenderung menolak perubahan dan salah memahami atau berusaha meluruskan informasi yang tisak
konsisten dengan konsep self mereka. Reaksi defensif akan berkurang ketika individu memiliki pengalaman
menegaskan yang tidak berhubungan. Secara umum, ketika perhatian difokuskan pada aspek yang tidak
berhubungan dengan identitas seseorang hasilnya ia akan lebih terbuka pada informasi dan sikap untuk
mempertahankan dirinya sendiri akan berkurang.
Loading…
Konsep self sosial, selain identitas unik yang sering disebut konsep self personal, juga terdapat aspek sosial
dari self yang kita bagi dengan orang lain. Bagian dari siapa diri kita dan bagaimana kita berfikir tentang diri
kita sendiri yang ditentukan oleh identitas kolektif disebut sebagai sosial self.
Sosial self juga terdiri dari 2 komponen, yaitu :
• berasal dari hubungan interpersonal
• berasal dari keanggotaan pada kelompok yang lebih besar dan kurang pribadi seperti ras, etnis, atau
budaya.
Self berevolusi sebagai sebuah karakteristik adaptif. Aspek pertama yang muncul adalah kesadaran
diri subjektif (subjective self-awareness) hal ini melibatkan kemampuan organisme untuk
membedakan dirinya dengan lingkungan fisik dan sosialnya, sebagian besar hewan memiliki
karakteristik ini, dan hal ini meningkatkan kemungkinan bertahan hidup. Beberapa hewan(primata)
bahkan mengembangkan kesadaran diri objektif (objective self-awareness) yaitu kapasitas
organisme untuk menjadi objek perhatiannya sendiri, menyadari keadaan pikirannya sendiri dan
“mengetahui bahwa ia tahu, mengingat bahwa ia mengingat.” Dan hanya manusia yang tampaknya
telah mencapai tiga tingkat dari fungsi diri yaitu, kesadaran diri simbolik (symbolic self-awareness)
yaitu, kemampua untuk representasi kognitif self yang abstrak melalui bahasa. Representasi ini pada
gilirannya menciptakan kemungkinan bagi kita untuk berkomunikasi, menjalin hubungan, menentukan
tujuan, mengevaluasi hasil, membangun sikap yang berhubungan dengan self, dan membela diri
terhadap komunikasi yang mengancam.
Penyusun konsep self atau kandungan dasar dari self, sebagaimana dipersepsikan terdapat
kategorinya masing-masing diantaranya merujuk pada aspek identitas sosial(kebangsaan, ras, dll)
dan lainnya merujuk pada atribut personal(hubungan, hobi, dll)
Skema self adalah rangkuman dari semua yang dapat diingat oleh seseorang, pengetahuannya, dan
imajinasinya tentang diri sendiri. Sebuah skema diri juga memainkan peran dalam memandu tingkah
laku. Karena self adalah pusat dari dunia sosial setiap orang dan karena skema self berkembang
dengan sangat baik, hal itu akan mendukung kemampuan kita untuk bekerja lebih baik dalam
memproses informasi yang relevan dengan self daripada informasi lain. Fenomena ini dikenal
dengan efek self-reference.
Loading…
Konsep self terstruktur terbagi menjadi 2, yaitu :
konsep self sentral (central self-conception) yaitu konsep diri inti yang cenderung lebih
ektreem(positif maupun negatif) dan relatif sulit dirubah karena diyakini dengan kepastian yang kuat
dan lebih besar.
konsep self peripheral (peripheral self-cocception) yaitu konsep diri yang tidak terlalu kuat dan
relatif mudah dirubah.
Konsep self seksual, konsep self dapat dibagi menjadi area kandungan yang spesifik, bentuk
lainnya dari konsep self , ada yang dikenal juga dengan skema diri seksual(sexual self-schema)
yaitu, representasi kognitif terhadap aspek seksual diri sendiri yang mempengaruhi perilaku
seksualnya

Konsep self sosial, selain identitas unik yang sering disebut konsep self personal, juga terdapat aspek
sosial dari self yang kita bagi dengan orang lain. Bagian dari siapa diri kita dan bagaimana kita
Sosial self juga terdiri dari 2 komponen, yaitu :
• berasal dari hubungan interpersonal
• berasal dari keanggotaan pada kelompok yang lebih besar dan kurang pribadi
seperti ras, etnis, atau budaya.
Konsep self mencakup,
• (possible selves) atau kemungkinan self, yaitu dimana representasi mental
terhadap kemungkinan akan menjadi apakah kita, atau seharusnya menjadi apa kita
dimasa depan
• (working self-concept) atau konsep self yang bekerja, yaitu konsep diri
seseorang/individu tersebut pada saat tertentu atau saat itu.

Gambaran dari kemungkinan self dimasa depan dapat mempengaruhi sebuah


motivasi, seperti seseorang yang belajar lebih keras atau berhenti merokok jika orang
tersebut membayangkan hasil dari dirimya sendiri yang baru dan berkembang.
Memulai perubahan self mendorong munculnya perasaan terkendali dan optimisme.
Keyakinan tersebut adalah hal yang baik, tetapi terlalu percaya diri terhadap
kemampuan self untuk berubah dapat berakhir dengan harapan kosong, pengalaman
tidak realistis terhadap kesuksesan, dan bahkan terjadinya kegagalan yang tidak
menyenangkan.
faktor eksternal yang mempengaruhi konsep diri,
1. Faktor biologis
2. Respon terhadap adanya umpan balik yang tidak konsisten dengan skema diri
seseorang saat ini.
3. Perpindahan kedalam komunitas yang berbeda.
4. Perubahan pekerjaan
5. Interaksi interperseonal

Self-esteem ialah evaluasi yang dibuat oleh setiap individu, sikap seseorang
terhadap dirinya sendiri dalam rentang dimensi positif- negatif. Terdapat 3
kemungkinan motif dalam evaluasi diri, yaitu
• Self assesment (untuk memperoleh pengetahuan yang akurat tentang diri sendiri)
• Self enhancement (untuk mendapatkan informasi positif tentang diri mereka
sendiri)
• Self verification (untuk mengkonfirmasi sesuatu yang sudah mereka ketahui
tentang diri mereka sendiri)
Self-Esteem: Sikap terhadap Diri Sendiri
Mungkin sikap yang paling penting dikembangkan oleh seseorang adalah sikap
terhadap self. Evaluasi terhadap diri sendiri dikenal sebagai Self-Esteem.
Sedikides (1993) menyatakan tiga kemungkinan motif dalam evaluasi diri. Orang
dapat mencari self-assesment (untuk memperoleh pengetahuan yang kuat tentang
dirinya sendiri), self-enhancement (untuk mendapatkan informasi positif tentang diri
mereka sendiri) atau self-verification (untuk mengkonfirmasi sesuatu yang sudah
mereka ketahui tentang diri mereka sendiri).
Mengevaluasi diri sendiri

Memiliki self-esteem yang tinggi berarti seseorang individu menyukai dirinya


sendiri. Sikap terhadap diri sendiri dimulai dengan interaksi paling awal antara bayi
dengan ibunya atau pengasuh lain. Sebagai contoh, harmoni dalam hubungan
interpersonal merupakan yang penting bagi budaya individualis (kwan, bond &
singelis, 1997).
Tingkah laku individu dengan self-esteem yang relatif rendah lebih mudah
diprediksikan daripada individu dengan self esteem yang tinggi, karena skema diri
yang negatif diorganisasi lebih ketat daripada skema diri yang positif (malle &
horowiz, 1995). Pada umumnya individu mengevaluasi diri mereka sendiri dalam
dimensi yang majemuk seperti olahraga, akademis, hubungan interpersonal, dan
seterusnya.
Perubahan dalam self-esteem.
Peristiwa negatif dalam hidup memiliki efek negatif terhadap self esteem,
contohnya, ketika masalah muncul disekolah, tempat kerja, dalam keluarga, atau
diantara teman, akan terjadi penurunan self esteem, peningkatan kecemasan dan
individu yang terganggu akan berusaha mencari penguatan melalui berbagai cara
(doiner, katz, & lew, 1999), biasanya, tingkat self esteem kita relatif konstan karena
kita menggunakan mekanisme majemuk untuk mempertahankan tingkat itu (tesser,
2001), contohnya, pikirkanlah reaksi anda terhadap pengalaman yang menyenangkan
dan tidak menyenangkan, self esteem yang tinggi dapat mengingat peristiwa yang
menyenangkan dengan lebih baik, yang membantu mempertahankan evaluasi diri
yang positif, sementara mereka dengan self esteem yang rendah melakukan hal yang
sebaliknya, mengingat yang tidak menyenangkan dengan lebih baik, untuk
mempertahankan evaluasi diri yang negatif (tori, 1998).
Aspek lain dari Fungsi Self : Memfokuskan, Memonitor, dan Menilai
MEMFOKUSKAN PERHATIAN PADA SELF ATAU PADA DUNIA
EKSTERNAL
Self-focusing didefinisikan sebagai perhatian yang diarahkan pada diri sendiri.
Sebagai contoh, sekarang coba Anda pikirkan peristiwa yang paling memalukan
dalam hidup Anda. Jika Anda melakukannya, Anda baru saja melakukan self-
focusing.
Loading…
Akan berguna untuk mengalihkan self-focusing pada focus ekternal jika Anda merasa
depresi, focus eksternal dapat menciptakan afek positif karena Anda “memikirkan hal
yang lain”. Dalam hubungan antara self-focusing dan afek positif serta negatif, Green
dan Sedikides menyatakan orientasi afek (affect orientation) juga sama pentingnya.
Orientasi dapat bersifat reflektif (kecenderungan untuk tidak bertindak) atau sosial
(kecenderungan untuk bertindak).
MEMONITOR TINGKAH LAKU ANDA DENGAN MENGGUNAKAN
TANDA-TANDA INTERNAL ATAU EKSTERNAL
Istilah self-monitoring merujuk pada kecenderungan untuk mengatur tingkah laku
berdasarkan petunjuk eksternal seperti bagaimana orang lain bereaksi (self-
monitoring tinggi) atau berdasar pada petunjuk internal seperti keyakinan seseorang
dan sikapnya (self-monitoring rendah).

Kecenderungan melakukan self-monitoring dapat muncul dalam berbagai aspek


tingkah laku sosial. Bagi mereka dengan self-monitoring yang tinggi, depresi dan
kecemasan berasal dari kesenjangan antara karakteristik dirinya dengan apa yang
orang lain pikir sebagai karakteristik yang seharusnya ia miliki, bagi mereka dengan
self-monitoring yang rendah, depresi dan kecemasan berasal dari kesenjangan antara
karakteristik dirinya dengan apa yang ia piker seharusnya dimiliki.
SELF-EFFICACY : PERCAYA PADA DIRI SENDIRI
Self-efficacy adalah evaluasi seseorang terhadap kemampuan atau kompetensinya untuk melakukan
sebuah tugas, mencapai tujuan, atau mengatasi hambatan. Evaluasi ini dapat bervariasi tergantung pada
situasi. Self-efficacy cenderung konsisten sepanjang waktu, tetapi bukan berarti tidak berubah. Umpan
balik positif terhadap kemampuan seseorang meningkatkan self-efficacy. Para peneliti menyatakan,
terdapat tiga aspek self-efficacy, yaitu :
Self-efficacy akademis
Self-afficacy sosial
Self-regulatory self-efficacy

Gender : Menjadi Seorang Laki-laki atau Perempuan sebagai Aspek Krusial Identitas
Mungkin elemen identitas pribadi yang paling krusial adalah apakah kita menggolongkan diri kita
sendiri entah sebagai laki-laki atau perempuan.
Dalam ratusan cara, kita diingatkan setiap hari akan gender kita melalui nama pertama kita, cara kita
berpakaian, dan bagaimana orang merespon kita.
Jenis Kelamin dan Gender

Jenis kelamin (sex) didefinisikan sebagai istilah biologis berdasarkan perbedaan


anatomi dan fisik antara laki-laki dan perempuan. Gender merujuk pada segala sesuatu
yang berhubungan dengan jenis kelamin individu, termasuk peran, tingkah laku,
kecenderungan, dan atribut lain yang mendefiniskan arti menjadi seorang laki-laki atau
perempuan.
Asal perbedaan gender sering kali diperdebatkan, Barbara Mackoff menyatakan
“perbedaan terbesar antara perempuan dan laki-laki adalah dalam cara kita
memperlakukan mereka”. Kathryn March, membuat kesimpulan : “Jenis kelamin
terhadap gender seperti sinar terhadap warna”. Bahwa jenis kelamin dan cahaya adalah
fenomena fisik, sementara gender dan warna adalah kategori yang dibentuk berdasarkan
budaya, dimana secara tegas membagi jenis kelamin dan cahaya dalam subkelompok
tertentu.
Identitas Gender dan Stereotip Gender
Identitas gender yaitu bagian kunci dari konsep diri dalam label sebagai “laki-laki
atau perempuan”. Pada sebagian besar orang, jenis kelamin biologis dan identitas
gender berkorespondensi walaupun proporsinya, kecil dalam populasi.

Mengembangkan Identitas Gender


Dalam mengembangkan identitas gender sebagian orang selalu menanyakan tentang
seorang bayi laki atau perempuan. Walaupun penekanan yang luas terhadap definisi
gender, bayi dan anak-anak pada umumnya belum menyadari jenis kelamin atau
gender mereka sampai umur 2 tahun, beragam alasan pun muncul. 2 tahun adalah usia
pada umumnya anak belajar untuk menyatakan dirinya bahwa ia laki atau perempuan.
Pada umur 4 tahun anak mulai mempelajari konsistensi gender.
Apakah dasar dari identitas gender ?
Telah lama diyakini bahwa perbedaan paling nyata antara laki-laki dan perempuan
adalah faktor biologis. Teori skema gender menyatakan bahwa anak memiliki
kesiapan umum untuk mengorganisasikan informasi tentang self atas dasar definisi
budaya laki-laki dan perempuan, dengan bertambahnya dewasa anak, tipe jenis
kelamin terjadi ketika mereka memahami stereotip yang berhubungan dengan kelaki-
lakian dan keperempuan dalam budaya mereka.

Peran Tingkah Laku Gender dan Reaksi


Ketika kita mengembangkan serangkain pemahaman karakteristik yang relevan
dengan gender secara spesifik. Tingkah laku kita mengikuti pemahaman tersebut.
Kita memiliki keyakinan spesifik membuat asumsi tertentu, dan bertingkah laku
sesuai dengan harapan tertentu.
Tingkah Laku Yang Berhubungan Dengan Peran Gender

Dalam hal-hal tertentu, ada norma-norma sosial yang tetap tradisional, dimana
tingkah laku sesuai dengan gender yang diharapkan. Sehingga, pria seharusnya kuat,
dominan asertif, sementara wanita yang seharusnya perhatian, sensitif, dan ekspresif
secara emosional. Bagi mereka yang nyaman dengan norma-norma ini, mereka akan
puas berhasil memenuhi norma-norma tersebut dan kesal ketika mereka gagal
memenuhi pola yang diharapkan. Tingkah laku stereotip gender bahkan
mempengaruhi postur tubuh pria duduk dengan kaki dan lengan menjauh dari tubuh,
sementara wanita duduk dengan salah satu kaki yang ditumpangkan pada kaki yang
lainnya dan tangan pada tubuh. Wanita yang memiliki postur laki-laki dipandang
maskulin, dan pria yang mengadopsi tubuh perempuan dipandang feminim.
JENIS KELAMIN, REVOLUSI GENDER DAN BERBAGAI ISU YANG TERKAIT

Kita akan memulainya dengan sebuah pengakuan. Edisi pertama buku ini ditulis pada awal tahun
1970-an dan diterbitkan pada awal tahun 1974. Banyak topik yang sama tercakup dalam edisi sikap,
budaya Tarik, agresi, tingkah laku prososial, dan seterusnya. Tetapi saat itu belum ada pembahasan
tentang saat itu belum ada oembahasan tentang gender. Bahkan, kata ‘gender’ tidak dalam indeks.
Perbedaan jenis kelamin (atau absennya perbedaan jenis kelain) hanya disebutkan dalam hubungannya
dengan penemuan penelitian yang spesifik. Pada saat edisi pertama buku ini terbit, Sandra Bem (1974,
1975) menawarkan formula teoritis baru yang secara dramatis mengubah cara gender
dikonseptualisasikan dan dipelajari.
Untuk mengukur perbedaan individual dalam hubungannya dengan maskulinita dan femininitas,
Investeor Peran Jenis Kelamin Bem (Bem Se-Role Investor-BSRI) dikembangkan (perhatikan dalam
terminoligi yang kami sebutkan di awal, pengukuran ini selanjutnya diberi nama “Bem Gender-Role
Inventory.”) Tes ini didasari oleh penelitian sebelumnya di mana partisipan penelitian memberi
peringkat kepada lebih dari empat ratus karakeristik pribadi, apakah karakteris tersebut secara social
diharapan ada pada laki-laki dan perempuan.
Tradisional laki-laki (mosher, 1991; Mosher & Tomkins, 1998). Pria hipermaskulin
(atau macho) mengekspresikan sikap seksual yang dingin terhadap wanita, yakin
bahwa kekerasan adalah kejantanan, dan menikmati bahaya sebagai sumber rasa
senang. Pria tersebut melakukan tingkah laku seksual yang memaksa (Mosher &
Anderson, 1986) dan mengakui keinginan mereka melakukan pemerkosaan jika
mereka diyakinkan bahwa mereka tidak akan ditangkap (Smeaton & Byrne 1987 ).
Ekstrem alanalog untuk wanita adalah hiperfeminim (hyperfemininity) (Murnen &
Byrne, 1991). Wanita hiperfeminim yakin bahwa hubungan dengan pria adalah hal
penting dalam hidupnya, setuju bahwa penggunaan daya tarik dan hubungan seksual .
PERAN GENDER DI RUMAH DAN DALAM PEKERJAAN.

Perkawinan yang paling bahagia antara dua orang androgoni, dibandingkan


kombinasi lainnya (Zammichieli, Gilroy, & Sherman, 1988) lebih jauh lagi ketika
kedua pasangan memiliki tipe gender tertentu, kepuasan seksualnya kurang
dibandingkan bila salah satu keduanya androgini (Safir dkk., 1982)
Namun, ditempat kerja, gender dan peran gender tetaplah menjadi isu sentral.
Sebagai contoh, pekerjaan yang dipersepsikan sebagai maskulin atau feminism, dan
kesuksesan yang dipersepsikan tergantung pada atribut maskulin(berani, kompetitif,
matematis) dalam pakerjaan maskulin dan atribut feminism (cantik, bekerjasama,
intuitif) dalam pekerjaan feminism (Cejka & Eagly, 1999)
Seksualitas dalam pekerjaan juga merupakan masalah khusus. Sebagai contoh, wanita
dalam pekerjaan yang secara tradisional bukan pekerjaan perempuan (seperti pekerja di
pabrik besi baja) tidak dipandang sebagai korban pelecehan sebanyak wanita dalam
pekerjaan stradisional perempuan (seperti sekretasi) bahkan ketika bukti pelecehan dan
konteksnya sama (Burgess & borgida, 1997).

MENGAPA PERAN GENDER TRADISIONAL MASIH SANGAT KUAT PADA


ABAD KE-21 ? . Di seluruh dunia, ada senuah sejarah panjang terhadap keyakinan
perbedaan kali-laki dan perempuan dimana laki-laki diasumsikan lebih superior
dibandingkan perempuan. Dalam tradisi Judeo-Kristen, sejak awal pria dirancang
sebagai pemilik keluarga (Wolf, 1992). Dalam Talmud, orang-orang Yahudi diajarkan
bahwa kategori kepemilikan mencakup hewan ternak, wanita, dan budak.
INDIKASI BAHWA STEREOTIP GENDER MULAI MENGHILANG.

Terdapat bukti yang menunjukan bahwa secara bertahap kita menjauhi stereotip
gender di Amerika Serikat dan ditempat lain. Walaupun banyak orang memahami
pendapat tradisional tentang perbedaan gender, mahasiswa masa kini sering kali
mengakibatkan stereotip ini dan cenderung tidak menampilkan perbedaan gender
(Swim, 1994). Sikap asertif adalah salah satu contoh perubahannya.
Ketika Laki-laki dan Perempuan Berbeda: Disebabkan oleh Faktor
Biologi, Peran Gender Bawaan, atau Keduannya?
-Penjelasan untuk perbedaan jenis kelamin dalam atribut
psikologis biasanya menekankan faktor biologis yang berdasarkan
evolusi, faktor budaya, atau kombinasi antara keduanya.
PERBEDAAN JENIS KELAMIN DALAM TINGKAH LAKU
INTERPERSONAL
Orang dapat mengatakan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki
perbedaan tingkah laku karena mereka memiliki jumlah hormon testosteron
yang berbeda. Testosteron secara kosisten ditemukan berhubungan dengan
tingkah laku dominan; pria memiliki tingkat testosteron yang lebih tinggi
disbanding wanita, sehingga pria bertingkah laku lebih dominan dibanding
wanita.
Perbedaan jenis kelamin dalam tingkah laku interpersonal lainnya juga dapat
dijelaskan melalui perbedaan evolusi. Sebagai contoh, wanita lebih cenderung
menyadari emosinya daripada pria, lebih berbagi penghargaan, dan ingin
mempertahankan hubungan daripada mengendalikannya.

wanita adalah subyek terhadap tekanan social yang mendorong mereka untuk
memperjuangkan kerja sama dan kemurahan hati daripada kompitisi dan keegosian.
Dengan cara yang serupa, wanita memiliki keterampilan sosial yang lebih baik
daripada pria karena mereka harus melakukannya.

Perempuan dua kali lebih terdepresi daripada pria,dan alasan dari perbedaan jenis
kelamin adalah karena wanita merasa bertanggung jawab akan kesejahteraan orang
lain dan sulit bersikap asertif dalam hubungannya.

Dibandingkan pria, wanita cenderung mengekspresikan kekhawatiran dan


ketidakpuasan lebih banyak terhadap tubuh dan penampilan fisik mereka secara
keseluruhan. Bahkan penuaan dipandang lebih negatif bagi wanita daripada pria. Bagi
wanita, khususnya di budaya Barat, berat badan adalah isu khusus.

Anda mungkin juga menyukai