Nama Kelompok :
Sebuah definisi diri yang memandu bagaimana kita mengonseptualisasi dan mengevaluasi diri sendiri.
Identitas sosial mencakup banyak karakteristik unik, seperti nama seseorang dan konsep self, selain bayak
karakteristik lainnya yang serupa dengan orang lain. Menyusul aspek yang telah disebutkan diatas ada pula
gender, hubungan interpersonal kita, afiliasi politik atau ideologi, atribut khusus, dan afiliasi etnis atau religius.
Jadi kesimpulannya identitas sosial adalah definisi seseorang tentang siapa dirinya, termasuk didalamnya
atribut pribadi dan atribut yang dibaginya bersama dengan orang lain, seperti gender dan ras.
Menurut jackson dan smith, identitas sosial dapat dikonseptualisasikan paling baik dalam empat dimensi
yaitu,
• persepsi dalam konteks antar kelompok
• daya tarik in-group
• keyakinan yang saling terkait
• depersonalisasi.
Hal yang mendasari kempat dimensi tersebut adalah dua tipe dasar identitas yaitu, aman dan tidak aman.
Ketika identitas aman memiliki derajat yang tinggi, individu cenderung mengevaluasi out-grup lebih baik,
lebih sedikit bias bila membandingkan in-group in-group dengan out-group. Dan kurang yakin pada
homogenitas in-group. Sebaliknya, identitas tidak aman dengan derajat yang tinggi berhubungan dengan
evaluasi yang sangat positif terhadap in-group, bias lebih besar dalam mebandingkan in-group dengan out-
group, dan persepsi homogenitas in-group yang lebih besar.
Konsep self adalah kumpulan keyakinan dan persepsi diri mengenai diri sendiri yang terorganisasi. Dengan
kata lain, konsep self tersebut bekerja sebagai skema dasar. Self memberikan sebuah kerangka berpikir yang
menentukan bagaimana kita mengolah informasi tentang diri kita sendiri termasuk motivasi, keadaan
emosional, evaluasi diri, kemampuan, dan banyak hal lainnya.
Orang cenderung menolak perubahan dan salah memahami atau berusaha meluruskan informasi yang tisak
konsisten dengan konsep self mereka. Reaksi defensif akan berkurang ketika individu memiliki pengalaman
menegaskan yang tidak berhubungan. Secara umum, ketika perhatian difokuskan pada aspek yang tidak
berhubungan dengan identitas seseorang hasilnya ia akan lebih terbuka pada informasi dan sikap untuk
mempertahankan dirinya sendiri akan berkurang.
Loading…
Konsep self sosial, selain identitas unik yang sering disebut konsep self personal, juga terdapat aspek sosial
dari self yang kita bagi dengan orang lain. Bagian dari siapa diri kita dan bagaimana kita berfikir tentang diri
kita sendiri yang ditentukan oleh identitas kolektif disebut sebagai sosial self.
Sosial self juga terdiri dari 2 komponen, yaitu :
• berasal dari hubungan interpersonal
• berasal dari keanggotaan pada kelompok yang lebih besar dan kurang pribadi seperti ras, etnis, atau
budaya.
Self berevolusi sebagai sebuah karakteristik adaptif. Aspek pertama yang muncul adalah kesadaran
diri subjektif (subjective self-awareness) hal ini melibatkan kemampuan organisme untuk
membedakan dirinya dengan lingkungan fisik dan sosialnya, sebagian besar hewan memiliki
karakteristik ini, dan hal ini meningkatkan kemungkinan bertahan hidup. Beberapa hewan(primata)
bahkan mengembangkan kesadaran diri objektif (objective self-awareness) yaitu kapasitas
organisme untuk menjadi objek perhatiannya sendiri, menyadari keadaan pikirannya sendiri dan
“mengetahui bahwa ia tahu, mengingat bahwa ia mengingat.” Dan hanya manusia yang tampaknya
telah mencapai tiga tingkat dari fungsi diri yaitu, kesadaran diri simbolik (symbolic self-awareness)
yaitu, kemampua untuk representasi kognitif self yang abstrak melalui bahasa. Representasi ini pada
gilirannya menciptakan kemungkinan bagi kita untuk berkomunikasi, menjalin hubungan, menentukan
tujuan, mengevaluasi hasil, membangun sikap yang berhubungan dengan self, dan membela diri
terhadap komunikasi yang mengancam.
Penyusun konsep self atau kandungan dasar dari self, sebagaimana dipersepsikan terdapat
kategorinya masing-masing diantaranya merujuk pada aspek identitas sosial(kebangsaan, ras, dll)
dan lainnya merujuk pada atribut personal(hubungan, hobi, dll)
Skema self adalah rangkuman dari semua yang dapat diingat oleh seseorang, pengetahuannya, dan
imajinasinya tentang diri sendiri. Sebuah skema diri juga memainkan peran dalam memandu tingkah
laku. Karena self adalah pusat dari dunia sosial setiap orang dan karena skema self berkembang
dengan sangat baik, hal itu akan mendukung kemampuan kita untuk bekerja lebih baik dalam
memproses informasi yang relevan dengan self daripada informasi lain. Fenomena ini dikenal
dengan efek self-reference.
Loading…
Konsep self terstruktur terbagi menjadi 2, yaitu :
konsep self sentral (central self-conception) yaitu konsep diri inti yang cenderung lebih
ektreem(positif maupun negatif) dan relatif sulit dirubah karena diyakini dengan kepastian yang kuat
dan lebih besar.
konsep self peripheral (peripheral self-cocception) yaitu konsep diri yang tidak terlalu kuat dan
relatif mudah dirubah.
Konsep self seksual, konsep self dapat dibagi menjadi area kandungan yang spesifik, bentuk
lainnya dari konsep self , ada yang dikenal juga dengan skema diri seksual(sexual self-schema)
yaitu, representasi kognitif terhadap aspek seksual diri sendiri yang mempengaruhi perilaku
seksualnya
Konsep self sosial, selain identitas unik yang sering disebut konsep self personal, juga terdapat aspek
sosial dari self yang kita bagi dengan orang lain. Bagian dari siapa diri kita dan bagaimana kita
Sosial self juga terdiri dari 2 komponen, yaitu :
• berasal dari hubungan interpersonal
• berasal dari keanggotaan pada kelompok yang lebih besar dan kurang pribadi
seperti ras, etnis, atau budaya.
Konsep self mencakup,
• (possible selves) atau kemungkinan self, yaitu dimana representasi mental
terhadap kemungkinan akan menjadi apakah kita, atau seharusnya menjadi apa kita
dimasa depan
• (working self-concept) atau konsep self yang bekerja, yaitu konsep diri
seseorang/individu tersebut pada saat tertentu atau saat itu.
Self-esteem ialah evaluasi yang dibuat oleh setiap individu, sikap seseorang
terhadap dirinya sendiri dalam rentang dimensi positif- negatif. Terdapat 3
kemungkinan motif dalam evaluasi diri, yaitu
• Self assesment (untuk memperoleh pengetahuan yang akurat tentang diri sendiri)
• Self enhancement (untuk mendapatkan informasi positif tentang diri mereka
sendiri)
• Self verification (untuk mengkonfirmasi sesuatu yang sudah mereka ketahui
tentang diri mereka sendiri)
Self-Esteem: Sikap terhadap Diri Sendiri
Mungkin sikap yang paling penting dikembangkan oleh seseorang adalah sikap
terhadap self. Evaluasi terhadap diri sendiri dikenal sebagai Self-Esteem.
Sedikides (1993) menyatakan tiga kemungkinan motif dalam evaluasi diri. Orang
dapat mencari self-assesment (untuk memperoleh pengetahuan yang kuat tentang
dirinya sendiri), self-enhancement (untuk mendapatkan informasi positif tentang diri
mereka sendiri) atau self-verification (untuk mengkonfirmasi sesuatu yang sudah
mereka ketahui tentang diri mereka sendiri).
Mengevaluasi diri sendiri
Gender : Menjadi Seorang Laki-laki atau Perempuan sebagai Aspek Krusial Identitas
Mungkin elemen identitas pribadi yang paling krusial adalah apakah kita menggolongkan diri kita
sendiri entah sebagai laki-laki atau perempuan.
Dalam ratusan cara, kita diingatkan setiap hari akan gender kita melalui nama pertama kita, cara kita
berpakaian, dan bagaimana orang merespon kita.
Jenis Kelamin dan Gender
Dalam hal-hal tertentu, ada norma-norma sosial yang tetap tradisional, dimana
tingkah laku sesuai dengan gender yang diharapkan. Sehingga, pria seharusnya kuat,
dominan asertif, sementara wanita yang seharusnya perhatian, sensitif, dan ekspresif
secara emosional. Bagi mereka yang nyaman dengan norma-norma ini, mereka akan
puas berhasil memenuhi norma-norma tersebut dan kesal ketika mereka gagal
memenuhi pola yang diharapkan. Tingkah laku stereotip gender bahkan
mempengaruhi postur tubuh pria duduk dengan kaki dan lengan menjauh dari tubuh,
sementara wanita duduk dengan salah satu kaki yang ditumpangkan pada kaki yang
lainnya dan tangan pada tubuh. Wanita yang memiliki postur laki-laki dipandang
maskulin, dan pria yang mengadopsi tubuh perempuan dipandang feminim.
JENIS KELAMIN, REVOLUSI GENDER DAN BERBAGAI ISU YANG TERKAIT
Kita akan memulainya dengan sebuah pengakuan. Edisi pertama buku ini ditulis pada awal tahun
1970-an dan diterbitkan pada awal tahun 1974. Banyak topik yang sama tercakup dalam edisi sikap,
budaya Tarik, agresi, tingkah laku prososial, dan seterusnya. Tetapi saat itu belum ada pembahasan
tentang saat itu belum ada oembahasan tentang gender. Bahkan, kata ‘gender’ tidak dalam indeks.
Perbedaan jenis kelamin (atau absennya perbedaan jenis kelain) hanya disebutkan dalam hubungannya
dengan penemuan penelitian yang spesifik. Pada saat edisi pertama buku ini terbit, Sandra Bem (1974,
1975) menawarkan formula teoritis baru yang secara dramatis mengubah cara gender
dikonseptualisasikan dan dipelajari.
Untuk mengukur perbedaan individual dalam hubungannya dengan maskulinita dan femininitas,
Investeor Peran Jenis Kelamin Bem (Bem Se-Role Investor-BSRI) dikembangkan (perhatikan dalam
terminoligi yang kami sebutkan di awal, pengukuran ini selanjutnya diberi nama “Bem Gender-Role
Inventory.”) Tes ini didasari oleh penelitian sebelumnya di mana partisipan penelitian memberi
peringkat kepada lebih dari empat ratus karakeristik pribadi, apakah karakteris tersebut secara social
diharapan ada pada laki-laki dan perempuan.
Tradisional laki-laki (mosher, 1991; Mosher & Tomkins, 1998). Pria hipermaskulin
(atau macho) mengekspresikan sikap seksual yang dingin terhadap wanita, yakin
bahwa kekerasan adalah kejantanan, dan menikmati bahaya sebagai sumber rasa
senang. Pria tersebut melakukan tingkah laku seksual yang memaksa (Mosher &
Anderson, 1986) dan mengakui keinginan mereka melakukan pemerkosaan jika
mereka diyakinkan bahwa mereka tidak akan ditangkap (Smeaton & Byrne 1987 ).
Ekstrem alanalog untuk wanita adalah hiperfeminim (hyperfemininity) (Murnen &
Byrne, 1991). Wanita hiperfeminim yakin bahwa hubungan dengan pria adalah hal
penting dalam hidupnya, setuju bahwa penggunaan daya tarik dan hubungan seksual .
PERAN GENDER DI RUMAH DAN DALAM PEKERJAAN.
Terdapat bukti yang menunjukan bahwa secara bertahap kita menjauhi stereotip
gender di Amerika Serikat dan ditempat lain. Walaupun banyak orang memahami
pendapat tradisional tentang perbedaan gender, mahasiswa masa kini sering kali
mengakibatkan stereotip ini dan cenderung tidak menampilkan perbedaan gender
(Swim, 1994). Sikap asertif adalah salah satu contoh perubahannya.
Ketika Laki-laki dan Perempuan Berbeda: Disebabkan oleh Faktor
Biologi, Peran Gender Bawaan, atau Keduannya?
-Penjelasan untuk perbedaan jenis kelamin dalam atribut
psikologis biasanya menekankan faktor biologis yang berdasarkan
evolusi, faktor budaya, atau kombinasi antara keduanya.
PERBEDAAN JENIS KELAMIN DALAM TINGKAH LAKU
INTERPERSONAL
Orang dapat mengatakan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki
perbedaan tingkah laku karena mereka memiliki jumlah hormon testosteron
yang berbeda. Testosteron secara kosisten ditemukan berhubungan dengan
tingkah laku dominan; pria memiliki tingkat testosteron yang lebih tinggi
disbanding wanita, sehingga pria bertingkah laku lebih dominan dibanding
wanita.
Perbedaan jenis kelamin dalam tingkah laku interpersonal lainnya juga dapat
dijelaskan melalui perbedaan evolusi. Sebagai contoh, wanita lebih cenderung
menyadari emosinya daripada pria, lebih berbagi penghargaan, dan ingin
mempertahankan hubungan daripada mengendalikannya.
wanita adalah subyek terhadap tekanan social yang mendorong mereka untuk
memperjuangkan kerja sama dan kemurahan hati daripada kompitisi dan keegosian.
Dengan cara yang serupa, wanita memiliki keterampilan sosial yang lebih baik
daripada pria karena mereka harus melakukannya.
Perempuan dua kali lebih terdepresi daripada pria,dan alasan dari perbedaan jenis
kelamin adalah karena wanita merasa bertanggung jawab akan kesejahteraan orang
lain dan sulit bersikap asertif dalam hubungannya.