Anda di halaman 1dari 7

Konsep Diri dan Gaya Hidup

A. Pengertian Konsep Diri

Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang dibentuk melalui
pengalaman-pengalaman dan diperoleh dari interaksi dengan lingkungan serta kesadaran seseorang
mengenai dirinya. Menurut Deaux, et.al (1993) konsep diri adalah sekumpulan keyakinan dan
perasaan seseorang mengenai dirinya sendiri. Keyakinan seseorang mengenai dirinya bisa berkaitan
dengan bakat, minat, kemampuan, penampilan fisik, dan lain sebagainya. 

Menurut Santrock (2002) konsep diri (self concept) merupakan evaluasi terhadap dominan yang
spesifik terhadap diri. Remaja dapat membuat evaluasi diri terhadap berbagai domain dalam
hidupnya-akademik, atletik, penampilan fisik, dan sebagainya. Jadi, konsep diri lebih kepada evaluasi
terhadap domain yang spesifik.

Konsep diri adalah totalitas pikiran dan perasaan individu yang memiliki referensi untuk dirinya
sebagai seorang subjek. Ini merupakan persepsi atau perasaan individu terhadap dirinya. Dengan
kata lain, konsep diri seseorang tergantung pada sikap seseorang tersebut terhadap dirinya. Konsep
diri dapat dibagi menjadi 4 bagian yaitu actual vs ideal dan pribadi vs social. Perbedaan actual dan
ideal mengacu padapersepsi individu tentang siapa saya sekarang (actual) dan saya ingin menjadi
siapa (ideal).

Konsep diri pribadi mengacu pada bagaimana saya menjadi diri sendiri (pribadi) dan konsep diri
social adalah bagaimana saya dilihat oleh orang lain atau bagaimana saya ingin dilihat oleh orang lain
(social). Konsep Diri Saling Tergantung dan Tidak Tergantung.

   

B. Aspek – Aspek Konsep Diri

            Staines (dalam Rakhmat, 2001) menjelaskan ada tiga aspek dalam konsep diri, yaitu:

1. Konsep diri dasar. Aspek ini merupakan pandangan individu terhadap status, peranan, dan
kemampuan dirinya.
2. Diri sosial. Aspek ini merupakan diri sebagaimana diyakini individu dan orang lain yang
melihat dan mengevaluasi.
3. Diri ideal. Aspek ini merupakan gambaran mengenai pribadi yang diharapkan oleh individu,
sebagian berupa keinginan dan keharusan.

Pendapat lain mengenai pembagian konsep diri dikemukakan oleh Hurlock (2004) menjadi
dua aspek yaitu:
4. 1.      Aspek Psikologis
5. Aspek ini meliputi penilain individu terhadap keadaan psikis dirinya, seperti rasa percaya diri,
harga diri serta kemampuan dan ketiakmampuan. Penilaian perihal mampu atau tidak
individu yang di kendalikan psikis akan berpengaruh terhadap rasa percaya diri dan harga
diri individu. Individu yang merasa mampu akan memiliki dan mengalami peningkatan rasa
percaya diri dan harga diri, sedangkan indvidu yang tidak mampu akan merasa rendah diri
dan mengalami penurunan harga diri.
6. 2.      Aspek fisik
7. Aspek ini mencakup sejumlah konsep yang dimiliki individu mengenai penampilan, jenis
kelamin, arti penting tubuh dan rasa gengsi dihadapan orang lain disebabkan oleh keadaan
fisik. . Hal penting yang berkaitan dengan keadaan fisik adalah daya tarik dan penampilan
tubuh dihadapan orang lain. Individu dengan penampilan yang menarik cenderung
mendapatkan sikap sosial yang menyenangkan dan penerimaan sosial dari lingkungan yang
akan menimbulkan konsep yang positif bagi individu.

C. Dimensi Konsep Diri

Menurut Fitts (dalam Agustiani, 2006) terdapat dua dimensi utama dalam konsep diri, yaitu 
Dimensi Internal

Dimensi internal merupakan penilaian yang dilakukan individu terhadap dirinya sendiri berdasarkan
dunia di dalam dirinya. Dimensi internal terdiri atas tiga bentuk:

         Diri indentitas (identity self)

Diri identitas merupakan aspek yang paling mendasar pada konsep diri. Dalam aspek ini terdapat
informasi mengenai identitas individu yang bersangkutan sehingga dapat menjawab pertanyaan
“siapa saya?” dan membangun identitas dirinya. Individu memberikan berbagai label yang akan
membantu mendeskripsikan dirinya dan menjawab pertanyaan- pertanyaan tentang identitas diri.

         Diri perilaku (behavioral self)

Diri perilaku merupakan persepsi individu mengenai tingkah lakunya sendiri. Kesadaran mengenai
apa yang dilakukan termasuk kedalam diri perilaku.
         Diri penerimaan/penilai (Judging self)

Diri penilai berfungsi sebagai pengobservasi, penentu standar serta evaluator. Judging


selfmenentukan keputusan seseorang terhadap dirinya atau seberapa jauh ia dapat menerima
dirinya
Dimensi Eksternal

Pada dimensi eksternal, individu menilai dirinya melalui hubungan dan aktivitas sosialnya, nilai yang
dianutnya, serta hal-hal lain di luar dirinya. Dimensi eksternal ini terdiri dari lima bentuk, yaitu:

         Diri fisik (physical self)

Diri fisik menyangkut aspek konsep diri yang berhubungan dengan keadaan diri secara fisik baik
kesehatan diri maupun penampilannya.

         Diri etik-moral (moral-ethic self)

Diri etik moral merupakan persepsi diri yang dihubungkan dengan nilai moral dan etika serta
meliputi batasan baik dan buruk.

         Diri Pribadi (personal self)

Diri pribadi merupakan perasaan individu mengenai dirinya yang tidak dipengaruhi kondisi fisik atau
hubungan dengan orang lain namun berhubungan dengan perasaan puas terhadap pribadinya.

         Diri Keluarga (family self)

Diri keluarga mencerminkan perasaan berarti dan berharga pada individu dalam menjalankan peran
sebagai anggota dari suatu keluarga.

         Diri Sosial (social self)

Diri sosial merupakan penilaian individu mengenai hubungannya dengan orang lain di lingkungan
sekitarnya.

D. Karakteristik Konsep Diri

Brooks dan Emmert (dalam Rakhmat, 2001) mengemukakan bahwa individu yang memiliki konsep
diri yang positif ditandai dengan lima hal:

         Yakin akan kemampuannya dalam mengatasi masalah

         Merasa setara dengan orang lain

         Menerima pujian tanpa rasa malu


    Menyadari bahwa setiap individu memiliki berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak
seluruhnya disetujui masyarakat.

      Mampu memperbaiki dirinya karena sanggung mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak
disenanginya dan berusaha merubahnya.

Sebaliknya individu yang memiliki konsep diri yang negatif sebagai berikut:

         Peka terhadap kritik

Individu ini tidak tahan terhadap kritik yang diterimanya dan mudah marah. Bagi individu ini koreksi
seringkali dipersepsi sebagai usaha untuk menjatuhkan.

         Responsif terhadap pujian

Walaupun mungkin seolah-olah berpura-pura menghindari pujian, namun tidak dapat


menyembuhkan antusiasmenya pada waktu menerima pujian, segala macam embel-embel yang
menunjang harga dirinya menjadi pusat perhatiannya, individu tersebut selalu mengeluh, mencela,
atau meremehkan apapun dan siapapun, dan tidak sanggup mengungkapkan penghargaan atau
pengakuan pada kelebihan individu lain.

         Kecenderungan merasa tidak disenangi orang lain

Individu yang merasa tidak disenangi individu lain juga akan merasa tidak diperhatikan, karena itulah
individu ini bereaksi pada individu lain sebagai musuh, sehingga tidak dapat melahirkan kehangatan
dan keakraban persahabatan dan tidak akan mempermasalahkan dirinya, tetapi akan menganggap
dirinya sebagai korban.

         Sikap pesimis terhadap kompetisi

Hal ini terungkap dari keengganannya untuk bersaing dengan orang lain dalam membuat prestasi.

E. Fungsi Konsep Diri

Konsep diri memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Folker (dalam
Burns, 1993:293) menyebutkan ada tiga fungsi dari konsep diri yaitu:

         Konsep diri Sebagai Pemelihara Konsistensi Internal


Manusia memang cenderung untuk bersikap konsisten dengan pandangannya sendiri. Hal ini bisa
dimaklumi karena bila pandangan, ide, perasaan dan persepsinya tidak membentuk suatu
keharmonisan atau bertentangan maka akan menimbulkan perasaan yang tidak menyenangkan.

         Konsep Diri Sebagai Interpretasi dari Pengalaman

Pengalaman terhadap suatu peristiwa diberi arti tertentu oleh setiap orang. Hal ini tergantung dari
bagaimana individu tersebut memandang dirinya.

         Konsep diri Sebagai Suatu Harapan

Setiap orang mempunyai suatu harapan tertentu terhadap dirinya dan hal itu tergantung dari
bagaimana individu itu melihat dan mempersepsikan dirinya sebagaimana adanya

Gaya Hidup

A. Pengertian Gaya Hidup

Gaya hidup mempengaruhi perilaku seseorang, dan akhirnya menentukan pilihan-pilihan konsumsi
seseorang. Orang-orang yang berorientasi pada pencapaian kenikmatan hidup, ingin menjadi pusat
perhatian, berorientasi eksternal, menyukai keramaian hidup, menyukai kegiatan yang besifat hura-
hura, terlalu konformis dengan kelompoknya berbeda dengan mereka yang memiliki orientasi pada
lebih banyak menghabiskan waktu dirumah, kurang aktif bergaul, tidak terlalu mementingkan
penampilan, dan lebih banyak terlibat dengan kegiatan sosial.

Psikografis atau studi gaya hidup biasanya adalah sebagai berikut :

         Sikap-evaluatif pernyataan tentang orang lain, tempat, gagasan, produk, dan sebagainya.

         Nilai-banyak diadakan keyakinan tentang apa yang dapat diterima atau diinginkan.

         Aktivitas dan perilaku kepentingan-nonoccupational yang konsumen mencurahkan waktu dan


usaha, seperti hobi, olahraga, pelayanan publik, dan gereja.

      Demografi-umur, pendidikan, pendapatan, pekerjaan, struktur keluarga, latar belakang etnis, jenis
kelamin, dan lokasi geografis.

         Media pola-media spesifik konsumen memanfaatkan.


      Penggunaan raits-pengukuran konsumsi dalam categori konsumen produk tertentu, yang sering
dikategorikan sebagai berat, menengah, pengguna atau bukan pengguna.

Bentuk Gaya Hidup

Menurut Hawkins dan rekan (1983) (dalam Munandar, 2012) secara singkat menjelaskan ke-9 gaya
hidup sebagai berikut:

         The intergrated: Mereka dewasa sepenuhnya dala arti psikologis, toleransi, aktualisasi dan
memiliki presfektif dunia.

         Achievers: Mereka pimpinan dari perusahaan, para professional, pemerintahan. Mereka makmur
dan mampu menanggapi peluang. Mereka berpendapat bahwa orang harus jujur dan bahwa
pertumbuhan industry tidak dibatasi.

         Emulator: Mereka ambisius, sering meniru the achievers namun sering gagal karena kurang


memiliki ketrampilan dan pelatihan. Disbanding dengan gaya hidup lain, emulators lebih pesimistis
tentang kejujuran.

         Belonger: Mereka tradisional, konservatif, konvensional dan unexperimental. Para belongers adalah
‘pasar masa’ tradisional dan sering merupakan ‘mayoritas diam’ yang lebih mau menyesuaikan diri
dari pada menunjol.

         Societally conscious: Mereka memiliki rasa tanggung jawab sosial yang tinggi yang mengarah ke
dukungan mereka terhadap konservasi atau lingkungan hidup. Mereka tertarik hidup sederhana.

         Experimentials: Mereka menginginkan pengalaman langsung dan keterlibatan. Mereka adalah


orang-orang yang berseni, suka berkesperimen dan sangan partisipatif.

         I-am-me: Mereka sangat individualis, dalam banyak hal terkadang sering menjadi innovator mode
dan sangat mungkin mempengaruhi lingkungan.

         Sustainers: Mereka sangat ingin untuk maju. Mereka berjuang untuk mempertahankan


kehidupannya.

         Survivors: Kelompok ini miskin dan jauh dari arus utama budaya.

Jenis Gaya Hidup

Gaya hidup memiliki enam kelompok segmen gaya hidup menurut Susianto (Rhenald Kasali, 1998 :
242-243), dengan penjelasan sebagai berikut :

       Gaya hidup Hura-hura adalah kelompok yang menyukai kegiatan ‘hura-hura, dalam arti terlalu serius
dalam terlibat pada sesuatu hal, senang keramaian.
     Gaya hidup Hedonis adalah segmen yang mengarahkan aktivitasnya untuk mencari kenikmatan hidup.
Mereka main diluar rumah dan membeli barang-barang mahal memenuhi kesenangannya.

   Gaya hidup Rumahan atau anak rumaahn adalah remaja yang lebih banyak menghabiskan waktunya
dirumah dan tak banyak bergaul. Berorientasi pada keluarga dan agak perhitungan dalam
menghabiskan uang sakunya.

         Gaya hidup sportif atau remaja yang senang sport adalah remaja yang senang berolahraga dan
mencapai prestasi dalam olahraga. Biasanya mereka bukan pesolek dan terbuka terhadap situasi.

  Gaya hidup kebanyakan adalah cenderung hati-hati dalam bertingkah laku, cenderung konformis dan
kurang berani menjadi inisiator.

       Gaya hidup orang untuk orang lain adalah peka terhadap kebutuhan orang lain, banyak terlibat pada
kegiatan-kegiatan sosial, produktif, dan mengutamakan kebersamaan dalam keluarga.

Anda mungkin juga menyukai