Anda di halaman 1dari 7

Self Concept, Self Esteem Dan Looking Glass Self

Pendahuluan

Self-konsep, self-esteem dan looking-glass self adalah konsep psikologi yang


penting untuk diketahui. Ini adalah istilah yang berkaitan dengan konsep diri, yang mengacu
pada cara seseorang menilai dan memahami dirinya sendiri. Konsep diri mempengaruhi cara
seseorang berinteraksi dengan orang lain dan cara mereka menilai orang lain. Konsep diri
juga memengaruhi cara seseorang memandang dunia di sekitar mereka. Oleh karena itu,
penting untuk memahami bagaimana konsep diri mempengaruhi perilaku.(Epstein, 1973)

Konsep diri mencakup berbagai aspek, termasuk self-konsep, self-esteem dan


looking-glass self. Self-konsep adalah pemahaman seseorang tentang diri mereka sendiri.
Self-esteem merupakan evaluasi diri yang seseorang miliki. Looking-glass self adalah cara
seseorang menilai diri mereka berdasarkan reaksi orang lain. Meskipun ketiga konsep ini
berbeda, mereka saling berkaitan.(Wehrle & Fasbender, 2016) Konsep diri, termasuk self-
concept, self-esteem dan looking-glass self, dapat memengaruhi perilaku seseorang. Banyak
penelitian telah dilakukan untuk mengetahui bagaimana konsep diri mempengaruhi perilaku
seseorang. Penelitian-penelitian ini menggunakan berbagai metode, termasuk metode
kualitatif. Metode kualitatif memungkinkan peneliti untuk menganalisis data dengan lebih
mendalam dan meneliti konsep diri dari sudut pandang yang lebih luas.(Mehrad, 2016)

a. Self Concept

Konsep diri merujuk pada penilaian individu tentang dirinya sendiri. Konsep diri terdiri
dari aspek kognitif dan afektif. Aspek kognitif mencakup pengetahuan individu tentang
dirinya sendiri, seperti apa yang dia pikirkan tentang kemampuan, kekurangan, dan
karakteristik lainnya. Aspek afektif mencakup perasaan individu tentang dirinya sendiri,
seperti rasa puas atau tidak puas dengan dirinya sendiri.

Menurut Hurlock konsep diri adalah konsep seseorang dari siapa dan apa dia itu. Konsep
ini merupakan bayangan cermin, ditentukan sebagian besar oleh peran dan hubungan dengan
orang lain, dan apa yang kiranya reaksi orang lain terhadapnya. Konsep diri mencakup citra
diri fisik dan psikologis.(Mok, 2018) Citra diri fisik biasanya berkaitan dengan penampilan,
sedangkan citra diri psikologis berdasarkan atas pikiran, perasaan, dan emosi.
Untuk menghindari hal tersebut, Sheerer (dalam Cronbach, 1963) memformulasikan
ciri-ciri konsep diri positif yang selanjutnya mengarah pada penerimaan diri individu,
sebagai berikut:(Widiarti, 2017)

a) mempunyai keyakinan akan kemampuan dirinya dalam menghadapi kehidupan yang


dijalaninya
b) menganggap dirinya berharga sebagai seorang manusia yang sederajat dengan
manusia lainnya
c) mampu menempatkan dirinya pada kondisi yang tepat sebagaimana orang lain,
sehingga keberadaannya dapat diterima oleh orang lain,
d) bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya,
e) menyadari dan tidak merasa malu akan keadaan dirinya,
f) kelemahan yang dimilikinya tidak membuatnya menyalahkan dirinya sendiri,
sebagaimana ia mampu menghargai setiap kelebihannya,
g) memiliki obyektivitas terhadap setiap pujian ataupun celaan, dan
h) tidak mengingkari atau merasa bersalah atas dorongan-dorongan emosi yang ada
pada dirinya.
b. Self Esteem

Harga diri merujuk pada penghargaan dan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri.
Harga diri dapat berasal dari pengalaman positif atau negatif, seperti prestasi, pengakuan,
atau perlakuan yang tidak adil. Harga diri yang rendah dapat menyebabkan individu merasa
tidak berharga dan kurang percaya diri, sedangkan harga diri yang tinggi dapat
meningkatkan kepercayaan diri dan membantu individu untuk meraih prestasi.

Menurut pendapat beberapa ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa harga diri
(self esteem) adalah penilaian menyeluruh individu terhadap kehormatan diri, melalui sikap
terhadap dirinya sendiri yang sifatnya implisit yang menggambarkan sejauh mana dan
bagaimana individu tersebut menilai dirinya sebagai orang yang memeiliki kemampuan,
keberartian, berharga, dan kompeten.(Mcnair, 2004)

Heatheron dan Polivy menyebutkan bahwa ada tiga aspek Self esteem, yaitu:

1. Performance Self esteem, mengacu pada kompetensi umum termasuk kecakapan


intelektual, prestasi di sekolah, kapasitas yang berkaitan dengan diri, dan keberhasilan.
Individu yang memiliki Self esteem tinggi adalah individu yang percaya bahwa mereka
pandai dan mampu

4
Self Concept, Self Esteem Dan Looking Glass Self

2. Social Self esteem, mengacu pada bagaimana seseorang mempercayai persepsi orang
lain terhadap dirinya, dalam hal ini mengenai penerimaan lingkungan soaial terhadap diri
individu. Menurut Santrock (2002) dukungan emosional dan penghargaan sosial dari orang
lain juga memiliki kekuatan tersendiri dalam mempengaruhi Self esteem. Beberapa anak
yang memiliki Self esteem yang rendah biasanya berasal dari keluarga yang mengalami
konflik, kondisi dimana mereka mengalami pelecehan atau ditolak dan dukungan tidak
mereka dapatkan.

3. Physical Self esteem, mengapa pada bagaimana individu mengandung tubuh


fisiknya, termasuk penampilan yang menarik dan citra tubuh. Penampilan diri yang tidak
menarik membuat individu menjadi rendah diri. Tiap cacat fisik merupakan sumber
memalukan dan mengakibatkan perasaan rendah diri. Sebaliknya, daya tarik fisik
menimbulkan penilaian yang menyenangkan terhadap citra kepribadian dan menambah
dukungan sosial. Menurut harter (Santrock, 2003: 338) penampilan fisik dan penerimaan
sosial/ teman sebaya memiliki korelasi yang lebih kuat terhadap Self esteem secara global.

Aspek yang dipilih sebagai acuan dalam pembuatan skala ialah aspek dari Mengantes
karena aspek tersebut memiliki komponen yang sejalan dengan teori Self esteem yang dipilih
dan dapat dijadikan sebagai dasar pembuatan skala psikologis Self esteem.

Aspek - aspek tersebut dinilai mampu mengukur sejauh mana kepercayaan diri seseorang
dilihat dari kemampuannya untuk bisa mengatur dan mengontrol tingkah laku untuk
mendapatkan pengakuan dan rasa hormat yang di terima individu dari orang lain serta
adanya kepedulian, perhatian dan afeksi yang diterima individu dan lingkungan
sosialnya.(Repi, 2019) Selain itu, dapat menjadi patokan untuk sesuatu yang terbaik bagi diri
sendiri, dan bagaimana melakukannya yang ditunjukkan dari adanya suatu ketaatan untuk
mematuhi dan tidak melanggar standar moral, etika, dan agama serta kemampuan untuk
sukses mematuhi tuntutan prestasi yang ditandai dengan keberhasilan individu dalam
mengerjakan bermacam tugas dengan baik(Center for integrated Healthcare, 2013)

c. Looking Glass Self

Looking glass self adalah konsep diri yang tercermin dari persepsi orang lain tentang
diri individu. Konsep ini diperkenalkan oleh Charles Cooley dan menunjukkan bahwa
individu membentuk konsep diri mereka melalui interaksi sosial dengan orang lain. Looking
glass self terdiri dari tiga komponen: imajinasi sosial, persepsi orang lain, dan refleksi diri.
Imajinasi sosial adalah kemampuan individu untuk memahami pandangan orang lain tentang

5
dirinya. Persepsi orang lain adalah pandangan orang lain tentang individu, dan refleksi diri
adalah interpretasi individu tentang pandangan orang lain. Looking Glass Self adalah teori
yang menyatakan bahwa seseorang akan menilai dirinya sendiri berdasarkan bagaimana
orang lain merespons mereka.(Mcnair, 2004) Teori ini menyatakan bahwa seseorang akan
menggunakan pandangan orang lain tentang diri mereka untuk membentuk konsep diri
mereka. Teori ini menekankan pentingnya bagaimana orang lain bereaksi terhadap seseorang
dan bagaimana orang lain memperlakukan seseorang.

Teori Looking Glass Self juga menyatakan bahwa orang lain dapat memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap harga diri seseorang. Jika orang lain berinteraksi dengan
seseorang dengan cara yang positif dan menghargai mereka, maka ini dapat membuat
seseorang merasa percaya diri dan memiliki harga diri yang tinggi. Namun, jika orang lain
berinteraksi dengan seseorang dengan cara yang negatif dan tidak menghargai mereka, maka
ini dapat membuat seseorang merasa rendah diri dan memiliki harga diri yang
rendah.(Rosseau, 2002)

Looking Glass Self adalah suatu konsep yang menggambarkan bagaimana individu
membentuk konsep dirinya sendiri berdasarkan pandangan orang lain terhadap dirinya.
Konsep ini terdiri dari tiga elemen utama, yaitu:

1. Imajinasi sosial: kemampuan individu untuk memahami pandangan orang lain


terhadap dirinya sendiri.

2. Refleksi: bagaimana individu mempersepsi pandangan orang lain terhadap


dirinya.

3. Evaluasi: bagaimana individu mengevaluasi dirinya sendiri berdasarkan


pandangan orang lain terhadap dirinya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Looking Glass Self adalah kultur, agama,


kelompok sosial, dan lingkungan. Kultur dan agama mempengaruhi persepsi diri individu
karena setiap kultur dan agama memiliki nilai dan norma yang berbeda-beda. Kelompok
sosial juga mempengaruhi persepsi diri individu karena individu cenderung menyesuaikan
diri dengan kelompok sosialnya. Lingkungan juga mempengaruhi persepsi diri individu
karena lingkungan dapat memengaruhi cara individu berinteraksi dengan orang lain.

Implikasi dari konsep Looking Glass Self dalam kehidupan sosial individu dan
masyarakat adalah pentingnya pemahaman tentang bagaimana pandangan orang lain
terhadap dirinya dapat mempengaruhi persepsi diri individu. Pembentukan konsep diri

6
Self Concept, Self Esteem Dan Looking Glass Self

individu juga dapat memengaruhi bagaimana individu berinteraksi dengan orang lain dalam
masyarakat. Oleh karena itu, penting bagi individu dan masyarakat untuk memperhatikan
bagaimana mereka memandang diri sendiri dan orang lain untuk menciptakan lingkungan
sosial yang positif dan sehat.(Cooley, 2020)

Metode

Metode kualitatif digunakan untuk meneliti bagaimana self-konsep, self-esteem dan


looking-glass self mempengaruhi perilaku seseorang. Metode ini memungkinkan peneliti
untuk mengumpulkan data yang lebih mendalam tentang konsep diri. Data yang dihasilkan
dari metode ini dapat digunakan untuk menganalisis bagaimana self-konsep, self-esteem dan
looking-glass self mempengaruhi perilaku seseorang. Beberapa metode kualitatif yang
digunakan untuk meneliti konsep diri termasuk wawancara, penelitian fenomenologi, studi
kasus, observasi partisipatif, analisis konten dan analisis wacana.

Wawancara adalah metode kualitatif yang paling umum digunakan untuk meneliti
konsep diri. Wawancara adalah interaksi antara responden dan peneliti, di mana peneliti
mengajukan pertanyaan tentang subjek yang diteliti Penelitian fenomenologi adalah metode
kualitatif yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang konsep diri seseorang. Metode
ini memfokuskan pada pengalaman seseorang dengan konsep diri mereka. Metode ini
menekankan pada interpretasi responden tentang konsep diri mereka.

Kesimpulan

Konsep diri, harga diri, dan Looking Glass Self adalah topik yang penting untuk
dibahas dalam psikologi. Konsep diri adalah cara seseorang menggambarkan dirinya sendiri
dan melihat dirinya dari sudut pandang lain. Harga diri adalah perasaan seseorang tentang
dirinya sendiri yang berdasarkan pada konsep diri. Looking Glass Self adalah teori yang
menyatakan bahwa seseorang akan menilai dirinya sendiri berdasarkan bagaimana orang
lain merespons mereka. Konsep diri, harga diri, dan Looking Glass Self saling terkait satu
sama lain. Konsep diri seseorang mempengaruhi harga diri mereka, dan Looking Glass Self
menunjukkan bahwa orang lain dapat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap konsep
diri dan harga diri seseorang. Karena ketiga konsep ini saling terkait, mereka dapat
mempengaruhi cara seseorang berpikir, merasakan, dan berperilaku.

Konsep diri, harga diri, dan Looking Glass Self berhubungan satu sama lain dan
dapat memengaruhi cara seseorang berpikir, merasakan, dan berperilaku. Konsep diri yang

7
positif dapat membantu seseorang berfokus pada kekuatan mereka dan memiliki harga diri
yang tinggi. Namun, konsep diri yang negatif dapat menghambat seseorang dan membuat
mereka merasa rendah diri. Orang lain juga dapat memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap konsep diri dan harga diri seseorang. Oleh karena itu, penting untuk memahami
bagaimana ketiga konsep ini berhubungan satu sama lain dan bagaimana hal ini
mempengaruhi cara seseorang berpikir, merasakan, dan berperilaku.

Daftar Pustaka

Center for integrated Healthcare. (2013). Information from your Primary Care Team Self-Esteem.
1–3.

Cooley, C. H. (2020). The Looking-Glass Self. 1–3.

Epstein, S. (1973). The self-concept revisited. Or a theory of a theory. The American Psychologist,
28(5), 404–416. https://doi.org/10.1037/h0034679

Mcnair, R. L. (2004). Student self-esteem and the looking-glass self: Perceptions of emotional
support, role models, and academic success on a community college campus 2412.
Dissertation Abstracts International Section A: Humanities and Social Sciences, 65(6-A),
2116.

Mehrad, A. (2016). Self-Concept. Journal of Educational, Health and Community Psychology,


5(2), 62. https://doi.org/10.12928/jehcp.v5i2.6036

Mok, S. (2018). Self-Concept. 4–6.

Repi, A. A. (2019). Self Compassion Versus Self Esteem terhadap Pembentukan Self Concept
Remaja. Jurnal Psikologi TALENTA, 4(2), 167. https://doi.org/10.26858/talenta.v4i2.8242

Rosseau, N. (2002). Charles Horton Cooley: Concept of the Looking Glass Self. Self, Symbols, and
Society: Classic Readings in Social Psychology, 1–5.
http://www.csun.edu/~hbsoc126/soc1/Charles Horton Cooley.pdf

Wehrle, K., & Fasbender, U. (2016). Self-concept. Encyclopedia of Personality and Individual
Differences, December. https://doi.org/10.1007/978-3-319-28099-8

Widiarti, P. W. (2017). Konsep Diri (Self Concept) Dan Komunikasi Interpersonal Dalam
Pendampingan Pada Siswa Smp Se Kota Yogyakarta. Informasi, 47(1), 135.
https://doi.org/10.21831/informasi.v47i1.15035

8
Self Concept, Self Esteem Dan Looking Glass Self

Anda mungkin juga menyukai