dapat dikatakan orang tentang dirinya sendiri, termasuk tubuh dan keadaan psikisnya sendiri Diri adalah semua ciri, jenis kelamin, pengalaman James dalam postulasinya menyebutkan bahwa sebenarnya inti dari suatu kepribadian manusia ialah yang mengarah pada kebersatuan dengan “diri”. Lalu kemudian, diistilahkan oleh Freud bahwa konsep diri merupakan suatu “ego” sementara Sullivian menyebutkannya dalam frase “sistem diri”. Dengan demikian, menurut James, diri seseorang merupakan totalitas jumlah sesuatu yang disebut orang tentang dirinya Allport telah mendeskripsikan konsep diri dalam ungkapan berikut, “Diri merupakan sesuatu yang segera disadari oleh kita. Kita memandang diri sebagai pusat dan daerah khusus dalam kehidupan. Hal itu memainkan peranan penting dalam kesadaran kita (konsep yang lebih luas daripada kesadaran), dalam kepribadian kita (konsep yang luas daripada diri), dan dalam organisme kita (konsep yang lebih luas daripada kepribadian). Jadi, konsep diri ini merupakan bagian penting dalam kehidupan kita. Menurut Jersild Istilah “Self-Concept” ini dideskripsikan pula oleh Jersild, bahwa “diri” merupakan dunia dalam seseorang. Di mana “diri” ini tersusun dari pikiran dan perasaan seseorang, perjuangan dan harapannya, ketakutan dan fantasi, pandangan dia terhadap dirinya, cita- citanya, serta sikap-sikap untuk mempertahankan harga dirinya. Menurut Atwater (1987) Konsep diri adalah keseluruhan gambar diri, yang meliputi persepsi seseorang tentang diri, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan dirinya yang mana sesuai dengan argumentasinya memberikan pengidentifikasian konsep diri atas tiga bentuk. Pertama, “Body Image”, kesadaran tentang tumbuhnya yaitu bagaimana seseorang melihat dirinya sendiri. Kedua, “Ideal-Self”, yaitu bagaimana cita-cita dan harapan-harapan seseorang mengenai dirinya. Ketiga, “Social-Self”, yaitu bagaimana orang lain melihat dirinya. Begitu luas pemahaman tentang Self-Concept ini, namun inti sebenarnya dari pemahaman tentang self-concept ini menurut Seifert dan Hoffnung yakni suatu pemahaman mengenai diri atau ide tentang diri sendiri. Tinjauan Analisis Konsep Diri Pentingnya konsep diri dalam pola kepribadian dibuktikan oleh label-label yang selalu diberikan padanya. Konsep diri ini disebut sebagai inti atau pusat kecenderungan diri atau sebagai “kunci kepribadian”.Begitu pentingnya konsep diri ini akan dapat membendung pengaruh yang berlebihan pada perilaku seseorang dan cara penyesuaia diri terhadap situasi kehidupan. Sehingga dinukilkan oleh Lewin bahwa dengan konsep diri ini memberikan “konsistensi” pada kepribadian. Adapun beberapa tinjauan analisis yang berhubungan dengan persoalan “Self-Concept” yang penting untuk diketahui berdasarkan kajian dalam buku Educational Psychology; Windows on Classroom karya Paul Eggen & Don Kauchak, antara lain: a) Sources of Self-Concept (Sumber Lahirnya Konsep Diri) Sebagai anak yang mengalami perkembangan, terdapat beberapa faktor yang memengaruhi konsep diri mereka. Anak (usia 3-5 tahun) posisi tersulitnya menekankan pada interaksinya dengan lingkungannya (Berk, 1994). Hal ini berdasarkan sudut pandang pengamatan Piaget bahwa skema perkembangan anak tergantung pada pengalaman langsung dan pola interaksinya dengan lingkungannya. Sementara anak yang mengarah pada masa pendewasaan, interaksi dengan orang lain menjadi semakin penting. Sehingga dikatakan bahwa konsep diri sudah mulai terbentuk dengan baik sejak memasuki jenjang awal pendidikan, di mana anak datang ke sekolah mengharapkan dirinya dapat menjadi pribadi yang bisa berhasil dan mampu melakukan pekerjaannya dengan baik (Stipek, 1993. Tentu kemajuan anak melalui pendidikan sekolah dan interaksinya dengan teman sebayanya menjadi sesuatu yang amat penting (Berk, 1994). b) Self-Concept and Achievement(Konsep Diri dan Pencapaian Prestasi) Academic Self-Concept(Konsep Diri Kaitannya dengan Persoalan Akademisi) Komponen yang paling penting dari konsep diri yakni yang berhubungan dengan akademisi. Sebab antara konsep diri dan kinerja sekolah saling menjaling interaksi di mana anak-anak masuk sekolah mengharapkan agar mereka dapat dididik sehingga kelak mereka dapat melakukan pekerjaannya dengan baik (Stipek, 1993). Sehingga dikatakan bahwa ketika pengalaman belajarnya terjalin secara positif, maka konsep dirinya mengalami peningkatan. Sementara, ketika pengalaman belajarnya terjalin secara negatif, maka konsep dirinya akan mengalami penderitaan, tentu hal ini saling berkorelasi yang mengandung unsure kausalitas atau mengandung unsur sebab akibat. Menurut Hurlock (1990), konsep diri dapat dibagi menjadi dua, yaitu Konsep diri sebenarnya Merupakan konsep seseorang tentang dirinya sendiri yang sebagian besr ditentukan oleh peran dan hubungannya dengan orang lain serta persepsinya tentang penilaian orang terhadap dirinya. Konsep diri ideal Meruapakan gambaran seseorang mengenai keterampilan dan kepribadian yang didambakannya. Komponen Konsep Diri Menurut Rakhmat (2007), ada dua komponen konsep diri yaitu : Komponen kognitif (Self image) Merupakan pengetahuan individu tentang dirinya sendiri mencakup pengetahuan ‘siapa saya’, dimana hal ini akan memberikan gambaran sebagai pencitraan diri. Komponen afektif (Self esteem) Meruapakan penilaian individu terhadap dirinya sendiri yang akan membentuk bagaimana penerimaan diri dan harga diri dari individu yang bersangkutan Menurut Hurlock (1980), konsep diri mempunyai 3 komponen, yaitu : The perceptual component atau komponen fisik, yaitu gambaran yang dimiliki seseorang terhadap penampilan fisiknya dan kesan yang ditimbulkannya terhadap orang lain. Komponen ini meliputi : daya tarik tubuh dan keserasian. The conceptual component atau konsep diri psikologis, yaitu konsep seseorang tentang ciri-ciri khusus yang berbeda dengan orang lain yang meliputi : kepercayaan diri, ketidaktergantungan, keberanian, kegagalan, kelemahan The attitude component atau komponen sikap, yaitu perasaan yang dimiliki seseorang terhadap dirinya sekarang maupun dimasa yang akan datang, rasa bangga datau rasa malu. Komponen ini meliputi : keyakinan, nilai, aspirasi dan komitmen yang membentuk dirinya. Konsep Diri Positif Dan Negatif Konsep Diri Positif Menurut Calhoun dan Acocella yang dikutip dan diterjemahkan oleh Christa Gumanti Manik (2007), konsep diri dibagi menjadi dua yaitu Konsep Diri positif dan Konsep Diri negatif. Ciri-ciri individu dengan konsep diri positif tercermin dari keadaan diri sebagai berikut : Merasa yakin akan kemampuannya Merasa setara dengan orang lain. Ketiga, menerima pujian tanpa rasa malu. Menyadari bahwa setiap orang mempunyai perasaan, keinginan, dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat. Memperbaiki diri karena sanggup mengungkapkan aspek- aspek kepribadian yang tidak disenangi dan berusaha mengubahnya. Penerimaan diri dan sama sekali tidak mengarah pada keangkuhan dan keegoisan. Menerima dirinya sendiri karena ia mengenali dirinya dengan baik sekali. Tidak seperti konsep diri yang terlalu kaku atau terlalu labil, konsep diri positif bersifat stabil dan bervariasi. Menyimpan informasi negatif maupun positif tentang dirinya. Menerima dan memahami sejumlah fakta yang sangat bermacam- macam tentang dirinya. Tak ada informasi yang merupakan ancaman bagi dirinya sehingga ia dapat menerima semua fakta tentang dirinya. Memiliki evaluasi diri yang positif pula karena ia dapat menerima keseluruhan dirinya secara apa adanya. Tidak berarti bahwa ia tidak pernah kecewa terhadap diri sendiri dan gagal. Dengan menerima dirinya sendiri, ia dapat menerima orang lain. (Calhoun dan Acocella, 1995). Konsep Diri Negatif Individu yang memiliki konsep diri negatif cenderung tidak dapat mengarahkan kasih sayangnya kepada orang lain karena pada permukaannya mereka tampaknya banyak sekali mencurahkan waktunya untuk mencintai diri mereka sendiri, tetapi mereka sesungguhnya tidak menyenangi diri mereka, dan memiliki sikap egois sebagai kompensasi diri yang berlebihan Ciri-ciri individu dengan konsep diri negatif tercermin dari keadaan diri sebagai berikut : Peka terhadap kritik, responsif terhadap pujian Tidak pandai dan tidak sanggup dalam mengungkapkan penghargaan atau pengakuan pada orang lain atau hiperkritis Merasa tidak disenangi oleh orang lain dan bersikap pesimistis terhadap kompetisi seperti terungkap dalam keengganan untuk bersaing dengan orang lain. Mengalami kesulitan dalam menerima dirinya sendiri sehingga menyebabkan buruknya penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial pada diri mereka Tidak dapat mencapai sesuatu yang berharga. Kepercayaan ini membuat ia benar-benar tidak dapat mencapai sesuatu apapun yang berharga. Kegagalan ini merusak harga dirinya yang sudah rapuh sehingga menyebabkan kekakuan atau ketidakteraturan konsep diri yang lebih parah. Ini adalah lingkaran setan yang berakibat buruk pada perkembangan konsep diri Dalam bentuk ekstrimnya, ciri konsep diri negatif adalah pengetahuan yang tidak tepat tentang diri sendiri, pengharapan yang tidak realistis, dan harga diri yang rendah (Calhoun dan Acocella, 1995). Faktor-Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Konsep Diri Orang lain Seseorang mengenal tentang dirinya dengan mengenal orang lain terlebih dahulu. Konsep diri seorang individu terbentuk dari bagaimana penilaian orang tentang dirinya. Tidak semua orang berpengaruh pada diri seseorang, yang paling berpengaruh adalah orang-orang yang disebut significant others, yakni orang-orang yang sangat penting bagi diri seseorang Kelompok acuan (Refrence group) Dalam kehidupannya, setiap orang sebagai anggota mansyarakat menjadi anggota berbagai kelompok. Setiap kelompok memiliki norma-norma dan aturan sendiri. Diantara kelompok tersebut, ada yang disebut sebagai kelompok acuan, yang membuat individu mengarahkan perilakunya sesuai dengan norma, nilai-nilai yang dianut oleh kelompok tersebut. Kelompok yang menjadi acuan inilah yang dapat mempengaruhi konsep diri seseorang.
Kepribadian: Pengantar ilmu kepribadian: apa itu kepribadian dan bagaimana menemukan melalui psikologi ilmiah bagaimana kepribadian mempengaruhi kehidupan kita