Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP DIRI

A. Definisi
Menurut Para Ahli adalah sebagai berikut :
1) Menurut Burns (dalam Pudjijogyanti, 1993)
Konsep diri adalah hubungan antara sikap dan keyakinan tentang diri
kita sendiri.
2) Menurut Rini (dalam Pudjijogyanti 2004)
Konsep diri diartikan keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang
terhadap dirinya.
3) Menurut Cawagas (dalam Pudjijogyanti, 1993)
Konsep diri mencangkup seluruh pandangan individu akan dimensi
fisik,

karakteristik

pribadi,

motivasi,

kelemahan,

kepandaian,

kegagalan dan lain sebagainya..


4) Menurut William D Brooks (dalam Rahmat, 2003)
Konsep diri sebagai those physical, social, and psychological
perceptions of ourselves that we have derived from experiences and
our interaction with others. Jadi, konsep diri adalah pandangan
perasaan tentang diri kita. Persepsi tentang diri ini boleh bersifat
psikologi, sosial dan fisik.
5) Menurut Pietrosefa (2002)
Pietrosefa memberikan gambaran mengenai konsep diri yang
diadaptasikan oleh Mappiarre yaitu ;
Dimensi Pertama Citra Diri, yaitu diri dilihat oleh diri sendiri
Dimensi Kedua Ctra Diri, yaitu dilihat oleh orang lain,

persepsi orang lain terhadap dirinya.


Dimensi Ketiga Citra Diri, yaitu diri mengacu pada tipe-tipe

orang yang saya kehendaki tentang diri saya (ideal self).


6) Menurut Hurlock (1999)
Konsep diri menyangkut gambaran fisik dan psikologis. Aspek fisik
berkaitan dengan tampang atau penampakan lahiriah (appearance)

anak, yang menyangkut kemenarikan dan ketidak menarikan diri dan


cocok atau tidaknya jenis kelamin dan pentingnya bagian-bagian
tubuh berbeda serta prestise yang ada pada dirinya.
Sedangkan Konsep diri yang bersifat psikologis berdasarkan pikiran,
perasaan dan emosional. Hal ini berhubungan dengaan kualitas dan
abilitas yang memainkan peranan penting dalam penyesuaian dalam
kehidupan, seperti keberanian, kejujuran, kemandirian, kepercayaan
diri, aspirasi dan kemampuan diri dari tipe-tipe yang berbeda, yaitu:
Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki individu
tentang dirinya, meliputi karakteristik fisik, sosial, psikologis,

emosional, aspirsi daan prestasi ( Hurlock).


Konsep diri adalah pandangan dan perasaan individu tentang
dirinya sendiri yang dapat bersifat psikiologis, sosial dan fisik

(Brooks).
Konsep diri adalah pengetahuan dan evaluasi terhadap diri
sendiri yang diperoleh melalui pengalaman dari interaksi
dengan orang lain (burns).

Konsep diri mulai terbentuk dan berkembang begitu manusia lahir.


Soeitoe menyatakan konsep diri seseorang terbentuk dari pengalaman
sendiri dari uraian yang diberikan oleh orang lain tentang dirinya.
Pengalaman sendiri dan informasi dari lingkungan terintegrasi
kedalam konsep diri.
Konsep diri merupakan faktor bawaan tapi dibentuk dan berkembang
melalui proses belajar yaitu dari pengalaman-pengalaman individu
dalam interaksinya dengan orang lain. Individu dengan konsep diri
yang tinggi lebih banyak memiliki pengalaman yang menyenangkan
dari pada individu dengan konsep diri yang rendah.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa konsep diri
adalah kesadaran akan pandangan , pendapat, penilaian, dan sikap

seseorang terhadap dirinya sendiri yang meliputi fisik, diri pribadi, diri
keluarga, diri sosial juga etika.
B. Komponen konsep diri
Komponen-komponen konsep diri menurut Hurlock (1976) antara lain :
1) The Perceptual Component
Gambaran dan kesan seseorang tentang penampilan tubuhnya dan kesan
yang dibuat pada orang lain atau sering disebut konsep diri fisik.
Tercangkup didalamnya gambaran yang dipunyai seseorang tentang daya
tarik tubuhnya (attractiveness) dan keserasian jenis kelamin (sex
apporiateness). Komponen ini sering disebut physical self concept.
2) The Conseptual Component
Pandangan tentang karakteristik yang berbeda dengan orang lain baik
tentang dengan kemampuan dan kekurangnya serta disusun dari kualitas
penyesuaian hidupnya tentang kepercayaan diri tergantung keberanian,
kegagalan dan kelemahan. Komponen ini sering disebut psychological self
concept.
3) The Attitudinal Component
Perasaan tentang kebangaan dan rasa malunya. Yang termasuk dalam
komponen ini adalah keyakinan nilai, aspirasi dan komitmen yang
membentuk dirinya.
Sedangkan menurut Pudjijogyanti (1988), Komponen-komponen konsep diri
ada dua yaitu :
1) Komponen Kognitif
Komponen kognitif merupakan pengetahuan individu tentang keadaan
dirinya. Misalnya saya anak bodoh atau siapa saya . Jadi komponen
kognitif merupakan penjelasan dari siapa saya yang akan member
gambaran tentang diri saya. Gambaran diri ( self-picture ) tersebut akaan
membentuk citra diri ( self-image ).
2) Komponen Afektif
Komponen afektif merupakan penilaian individu terhadap diri. penilaian
tersebut akan membentuk penerimaan terhadap diri ( self acceptance ),
serta harga diri ( self-esteem) individu.

C. Ciri-ciri konsep diri yang positif dan negatif


Menurut William D.Brooks (dalam Rahkmat, 2005:105) bahwa dalam
menilai

dirinya seseorang

ada yang menilai positif dan ada yang

menilai negatif. Maksudnya individu tersebut ada yang mempunyai konsep


diri yang positif

dan

ada

yang

mempunyai

konsep

diri yang

negatif.
Tanda-tanda individu yang memiliki konsep diri yang positif adalah :
1) Ia yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah. Orang ini
mempunyai rasa percaya diri sehingga merasa mampu dan yakin untuk
mengatasi masalah yang dihadapi, dan percaya bahwa setiap masalah pasti
ada jalan keluarnya.
2) ia menerima pujian tanpa rasa malu. Ia menerima pujian tanpa rasa malu
tanpa menghilangkan rasa merendah diri, jadi meskipun ia menerima
pujian ia tidak membanggakan dirinya apalagi meremehkan orang lain.
3) Ia menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan dan
keinginan serta perilaku yang tidak seharusnya disetujui oleh masyarakat.
Ia peka terhadap perasaan orang lain sehingga akan menghargai perasaan
orang lain meskipun kadang tidak disetujui oleh masyarakat. Menyadari
bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan dan keinginan serta
perilaku yang tidak seharusnya disetujui oleh masyarakat. Ia peka
terhadap perasaan orang lain sehingga akan menghargai perasaan orang
lain sehingga akan menghargai perasaan orang lain meskipun kadang tidak
disetujui oleh masyarakat.
4) Ia mampu memperbaiki karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek
kepribadian tidak disenangi dan berusaha mengubahnya. Ia mampu untuk
mengintrospeksi dirinya sendiri sebelum mengintrospeksi orang lain, dan
mampu

untuk

mengubahnya

menjadi

lebih

baik

agar

diterima

dilingkungannya. Mengubahnya menjadi lebih baik agar diterima


dilingkungannya. Dasar konsep diri positif adalah penerimaan diri.

Kualitas ini lebih mengarah kekerendahan hati dan kedermawanan dari


pada keangkuhan dan keegoisan. Orang yang mengenal dirinya dengan
baik merupakan orang yang mempunyai konsep diri yang positif.
Menurut hamachek (dalam Rahmat, 2000) menyebutkan 11 karakteristik
orang yang mempunyai konsep diri positif :
1) Meyakini betul nilai-nilai dan prinsip-prinsip tertentu serta bersedia
mempertahankannya, walaupun menghadapi pendapat kelompok yang
kuat. Tapi ia juga merasa dirinya cukup tangguh untuk merubah prinsipprinsip itu bila pengalaman dan bukti-bukti baru menunjukkan ia salah.
2) Mampu bertindak berdasarkan penelitian yang baik tanpa merasa bersalah
yang berlebih-lebihan atau menyesali tindakannya jika orang lain tidak
menyetujui tindakannya.
3) Tidak menghabiskan waktu yang tidak perlu untuk mencemaskan apa
yang terjadi besok, apa yang telah terjadi waktu yang lalu dan apa yang
sedang terjadi waktu sekarang.
4) Memiliki keyakinan pada kemampuannya untuk mengatasi persoalan,
bahkan ketika ia akan menghadapi kegagalan atau kemunduran.
5) Merasa sama dengan orang lain, sebagai manusia tidak tinggi atau rendah,
walaupun terdapat perbedaan dalam kemampuan tertentu, latar belakang
keluarga atau sikap orang lain terhadapnya.
6) Sanggup menerima dirinya sebagai orang penting dan benilai bagi orang
lain, paling tidak bagi orang-orang yang ia pilih sebagai sahabatnya.
7) Dapat menerima pujian tanpa berpuar-pura rendah hati dan menerima
penghargaan tanpa merasa bersalah.
8) Cenderung menolak usaha orang lain untuk mendominasinya.
9) Sanggup mengaku kepada orang lain bahwa ia mampu merasa berbagai
dorongan dan keinginan, dari persaan marah sampai cinta, dari sedih
sampai bahagia, dari kekecewaan yang mendalam sampai kepuaasan yang
mendalam pula.

10) Mampu menikmati dirinya secara utuh dalam berbagai kegiatan yang
meliputi pekrjaan, permainan, ungkapan diri yang kreatif, persahabatan
atau sekedar mengisi waktu.
11) Peka pada kebutuhan orang lain, pada kebiasaan sosial yang telah
diterima dan terutama sekali pada gagasan bahwa ia tidak bisa bersenangsenang dengan mengorbankan orang lain.
Sedangkan tanda-tanda

individu

yang memiliki

konsep

diri negatif

menurut William D.Brooks (dalam Rahkmat, 2005:105) adalah :

Ia peka terhadap kritik. Orang


yang

diterimanya

dan

ini

mudah

sangat

tidak

tahan

kritik

marah atau naik pitam, hal ini

berarti dilihat dari faktor yang mempengaruhi dar individu tersebut


belum dapat mengendalikan emosinya, sehingga kritikkan dianggap
sebagai hal yang salah. sehingga kritikan dianggap
yang

hal

salah. Bagi orang seperti ini koreksi sering dipersepsi

sebagai

usaha

untuk menjatuhkan

berkomunikasi orang

yang

cenderung menghindari dialog

sebagi

harga

memiliki
yang

dirinya. Dalam

konsep

terbuka,

dan

diri negatif
bersikeras

mempertahankan pendapatnya dengan berbagai logika yang keliru.


Ia responsif sekali terhadap pujian. Walaupun ia mungkin berpurapura

menghindari

pujian,

ia

tidak

dapat menyembunyikan

antusiesmenya pada waktu menerima pujian. Buat orang seperti ini,


segala macam embel-embel yan menjunjung harga di perhatian.
Bersamaan dengan kesenangannya terhadap pujian, merekapun

hiperkritis terhadap orang lain.


Ia cenderung bersikap hiperkritis. Ia selalu mengeluh, mencela atau
meremehkan apapun

dan siapapun. Mereka tidak pandai dan tidak

sanggup mengungkapkan penghargaan atau pengakuan pada kelebihan


orang lain.

Ia cenderung merasa tidak disenangi oleh orang lain. Ia

merasa

tidak diperhatikan, karena itulah ia bereaksi pada orang lain sebagai


musuh, sehingga tidak dapat melahirkan kehangatan dan keakraban
persahabatan, berarti individu tersebut merasa rendah diri atau
bahkan berperilaku yang tidak disenangi, misalkan membenci,
mencela atau bahkan yang melibatkan fisik yaitu mengajak berkelahi

(bermusuhan).
Ia bersikap psimis terhadap kompetisi. Hal ini terungkap dalam
keengganannya untuk bersaing dengan orang lain dalam membuat
prestasi. Ia akan menganggap tidak akan berdaya melawan persaingan
yang merugikan dirinya.

D. Tahap perkembangan konsep diri


Menurut teori psikososial, perkembangan konsep diri dapat dibagi ke dalam
beberapa tahap, yaitu:
1-1 Tahun
a) Menumbuhkan rasa percaya dari konsistensi dalam interaksi
pengasuhan dan pemeliharaan yang dilakukan oleh orang tua

atau orang lain.


b) Membedakan dirinya dari lingkungan.
3-3 Tahun
a) Mulai menyatakan apa yang disukai dan apa yang tidak disukai
b) Meningkatkan kemandirian dalam berpikir dan bertindak
c) Menghargai penampilan dan fungsi tubuh
d) Mengembangkan diri dengan mencontoh orang yang dikagumi,
e) meniru dan berossialisasi.
3-6 Tahun
a) Memiliki inisiatif
b) Mengenali jenis kelamin
c) Meningkatnya kesadaran diri
d) Meningkatkan keterampilan berbahasa, termasuk pengenalan
akan perasaan seperti senang, kecewa dan sebagainya.
e) Sensitif terhadap umpan balik dari keluarga
6-12 Tahun

a) Menggabungkan umpan balik dari teman sebaya dan guru,


keluarga tidak lagi dominan.
b) Meningkatnya harga diri dengan penguasaan keterampilan baru

(misalnya membaca, matematika, olahraga, musik)


c) Menguatnya identitas seksual
d) Menyadari kekuatan dan kelemahan
12-20 Tahun
a) Menerima perubahan tubuh/kedewasaan
b) Belajar tentang sikap, nilai dan keyakinan; menentukan tujuan
masa depan
c) Merasa positif atas berkembangnya konsep diri
d) Berinteraksi dengan orang-orang yang menurutnya menarik

secara seksual dan intelektual


20-40 Tahun
a) Memiliki hubungan yang intim dengan keluarga dan orang lain
b) Memiliki perasaan yang stabil dan posotif mengenai diri
c) Mengalami keberhasilan transisi peran dan meningkatnya
tanggung jawab
40-60 Tahun
a) Dapat menerima perubahan penampilan dan ketahanan fisik
b) Mengevaluasi ulang tujuan hidup
c) Merasa nyaman dengan proses penuaan
d) Di atas 60 tahun Merasa positif mengenai hidup dan makna
kehidupan
e) Berkeinginan untuk meninggalkan warisan bagi generasi
berikutnya

E. Faktor yang mempengaruhi konsep


Lingkungan
Lingkungan yang dimaksud disini adalah lingkungan fisik dan
psikologis. Lingkungan fisik adalah segala sarana yang dapat
menunjang perkembangan konsep diri, sedangkan lingkungan
psikologis

adalah

segala

lingkungan

yang

dapat

menunjang

kenyamanan dan perbaikan psikologis yang dapat memengaruhi


perkembangan konsep diri.

Pengalaman Masa Lalu


Adanya umpan balik dari orang-orang penting, situasi stresor
sebelumnya, pernghargaan diri dan pengalama sukses atau gagal
sebelumnya, pengalaman penting dalam hidup, atau faktor yang
berkaitan dengan masalah stresor, usia, sakit yang diderita, atau

trauma, semuanya dapat memengaruhi perkembangan konsep diri.


Tingkat Tumbuh Kembang
Adanya dukungan mental yang cukup akan membentuk konsep diri
yang cukup baik. Sebaliknya, kegagalan selama masa tumbuh
kembang akan membentuk konsep diri yang kurang memadai.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KONSEP DIRI

A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian terhadap masalah konsep diri adalah persepsi individu atau pola
konsep diri, pola berhubungan atau peran, pola reproduksi, koping terhadap
stres, serta adanya nilai keyakinan dan tanda-tanda ke arah perubahan fisik,
seperti kecemasan, ketakutan, rasa marah, rasa bersalah dan lain-lain.
B. Diagnosis Keperawatan

a. Gangguan konsep diri (gambaran diri) dikarenakan perubahan fisik atau


kehilangan bagian tubuh.
b. Gangguan konsep diri (harga diri) dikarenakan harapan diri yang tidak
realistis.
c. Gangguan konsep diri (identitas diri) dikarenakan harapan orang tua yang
tidak realistis.
d. Gangguan konsep diri (peran) dikarenakan ketidakmampuan menerima
peran dan pekerjaan baru di masyarakat.
C. Perencanaan dan Tindakan Keperawatan
Meningkatkan gambaran (citra) diri pasien, dengan cara:
Menciptakan hubungan saling percaya dengan mendorong pasien
untuk membicarakan perasaan tentang dirinya.
Meningkatkan interaksi sosial dengan cara membantu pasien untuk
menerima pertolongan dari orang lain, mendorong pasien untuk
melakukan aktivitas sosial, menerima keadaan dirinya dan lain-lain.
Bila terjadi perubahan atau kehilangan fungsi tubuh, berikan
pemahaman tentang arti kehilangan. Mendorong pasien berinteraksi
terhadap kehilangan dan menggali alternatif yang nyata guna
membantu mengatasinya.
Meningkatkan harga diri pasien dengan cara:
- Membantu pasien untuk mengurangi katergantungan dengan
-

bersikap mandukung dan menerima.


Memberi kesadaran pada pasien akan pentingnya keinginan

atau semangat hidup tinggi.


Meningkatkan sensivitas pasien akan dirinya dengan
memberi

perhatian,membangun

harga

diri

dengan

memberikan umpan balik positif atas penyelesaian yang


dicapai, menghargai privasi, dan mendorong pasien untuk
melakukan latihan yang membangkitkan harga diri.

Membantu pasien mengekspresikan pikiran dan perasaan


dengan mendorong mengungkapkan perasaan, baik positif

maupun negatif.
Memberi kesempatan untuk melakukan aktivitas sosial yang

positif.
Mendorong pasien untuk berhubungan dengan teman atau
kerabat dekat dan terlibat dengan aktivitas sosial. Jangan

biarkan pasien mengisolasi diri.


Memberi kesempatan mengembangkan keterampilan sosial
dan vokasional dengan cara mendorong sikap optimis dan
berpartisipasi dengan segala aktivitas. Memperbaiki identitas
diri pasien, dengan cara:
o Mengenal diri sendiri sebagai bagian dari
tubuh dan terpisah dengan orang lain.
o Mengakui seksualitasnya sendiri.
o Memandang berbagai aspek dalam dirinya
sebagai suatu keselarasan
o Menilai diri sendiri

sesuai

penilaian

masyarakat.
Meningkatkan atau memperbaiki peran pasien, dengan cara:
o Membantu meningkatkan kejelasan perilaku dan pengetahuan
yang sesuai dengan peran.
o Mempertahankan kosistensi terhadap peran yang dilakukan.
o Menyesuaikan antara peran yang diemban.
o Menyelaraskan antara budaya dan harapan terhadap perilaku
peran.
D. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi terhadap masalah konsep diri secara umum dapat dinilai dari
kemampuan untuk menerima diri, menghargai diri, melakukan peran yang
sesuai, dan mampu menunjukkan identitas diri.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M & Asrori, M. 2004. Psikologi Remaja : Perkenbangan Peserta Didik.


Jakarta : Bumi Aksara.
Buku saku Diagnosa Keperawatan edisi 8 ( Lynda Juall Carpenito)
Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia (Wahit Iqbal Mubarak, SKM dan N.s
Nurul Chayatin, S.Kep)
Carpenito, Lynda Juall dan moyet. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan
edisi 10. Jakarta:EGC
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta:Salemba Medika.
Hurlock,E.B. 1976. Personaality Development. New York: McGrawHill

Mappieare, A. 2002. Pengantar Konseling dan psikoterapi. Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada
Psikiatri Konsep Dasar dan Gangguan- Gangguan. Bandung: PT Refika Aditama.
Pudjijogyanti, CR. 1993. Konsep Diri dalam pendidikan. Jakarta: Arcan
Rohmah, Nikmatur dan Syaiful Walid. 2009. Proses Keperawatan. Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media.
Rahmat, J. 2003. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sumaryo.2004.Psikologi untuk keperawatan.Buku kedokteran EGC.Jakarta

Anda mungkin juga menyukai