1. DARAH
1. Sampel
Riskesdas bidang Biomedis dilakukan di 33 provinsi di Indonesia dengan populasi
penduduk di daerah urban di Indonesia.
Sampel Riskesdas bidang biomedis adalah seluruh anggota rumah tangga (RT) dari
RT terpilih di blok sensus terpilih di daerah urban sesuai Susenas Kor 2007. Jumlah
sampel yang diambil adalah 15% daerah urban di Indonesia secara sistematik random
sampling. Besar sampel adalah 15.536 RT dari 971 BS.
Pemeriksaan sampel Biomedis meliputi pemeriksaan kimia darah, virologi, bakteriologi,
parasitologi, immunoserologi, dan biomolekuler. Pemeriksaan glukosa darah dilakukan
< 2 jam dan darah rutin < 12 jam setelah pengambilan spesimen darah di laboratorium daerah di
ibukota kabupaten/ kota setempat. Pemeriksaan kimia darah lainnya, virologi, bakteriologi,
parasitologi, immunoserologi, dan biomolekuler akan dilakukan di laboratorium Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) dan Lembaga Biologi Molekuler
Eijkman tahun 2008 Sampel ditetapkan oleh tim pewawancara dengan memperhatikan kriteria
inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi yang dipergunakan adalah: Tercantum dalam daftar
responden Kesehatan Masyarakat. Usia > 1 tahun.
Bersedia menandatangani surat pernyataan ikutserta (informed consent) dalam
penelitian.
Terkait dengan pengambilan spesimen darah, kriteria eksklusi yang harus diperhatikan
adalah:
a. Sakit berat
b. Riwayat perdarahan: hemofili, ITP
c. Penyakit kronis yang menggunakan obat pengencer darah (asam asetil salisilat:
asetosal, aspirin, aspilet, ascardia) secara rutin.
Penetapan sampel diatas akan diteliti kembali oleh dokter yang bertugas pada saat
pengambilan darah.
2. Pengumpulan responden:
Tim pewawancara/ kesmas menentukan sampel biomedis sesuai kriteria inklusi dan
eksklusi yaitu seluruh anggota rumah tangga > 1 tahun dari RT terpilih. Petugas
lapangan/penghubung memberitahukan responden untuk datang berkumpul mulai
pukul 08.00 di Laboratorium RS/ Labkesda/ Swasta yang ditunjuk untuk pengambilan
darah sesuai hari/ tanggal yang ditentukan setelah berkoordinasi dengan laboratorium.
Untuk sampel usia > 15 tahun (kecuali wanita hamil) yang akan diperiksa glukosa
darah, diminta berpuasa mulai pukul 22.00 (puasa 10 sampai 14 jam), tidak melakukan
aktivitas fisik yang berat, tidak diperbolehkan merokok atau sarapan tetapi boleh
minum air putih tawar. Sampel biomedis < 15 tahun dan wanita hamil tidak perlu puasa. Catatan:
Tim pewawancara sebelum bertugas di blok sensus (BS) terpilih, perlu berkunjung ke puskesmas
setempat untuk memperkenalkan diri dan bertemu dengan petugas lapangan/penghubung.. 3.
Organisasi, Tugas dan Persiapan Lapangan a. Organisasi. 1). Tim Pengambil dan Pengelola
spesimen, minimal terdiri dari : 1 dokter: Penanggung jawab, klinisi, penentu akhir kriteria
inklusi dan eksklusi 1analis/perawat: Pengambil darah terlatih. Pengalaman kerja minimal 1
tahun. 1 analis: Pengalaman kerja di laboratorium minimal 1tahun. 2). Tenaga
lapangan/penghubung: Minimal 1 orang petugas puskesmas setempat, diutamakan yang
mempunyai daerah binaan di lokasi sampel . Informasi untuk menentukan Tim biomedis
diserahkan kepada Laboratorium RS/ Labkesda/ Swasta yang ditunjuk atau berkonsultasi dengan
Dinas Kesehatan setempat. Petugas lapangan/ puskesmas ditentukan oleh Kepala Dinas
Kesehatan / Penanggung Jawab Operasional Kabupaten/ Kota setelah mendapat informasi dari
Kepala Puskesmas setempat. 3). Mitra Laboratorium Balitbangkes melakukan pengelolaan
spesimen biomedis dengan cara swakelola. Pada pengambilan, pemrosesan, pemeriksaan
spesimen darah (darah rutin dan glukosa darah), pengemasan dan pengiriman, Balitbangkes akan
melakukan kerja sama dengan beberapa laboratorium sbb: a) Laboratorium RS daerah b)
Labkesda. c) Laboratorium Swasta/ Patelki. Syarat bagi mitra laboratorium adalah: a)
Mempunyai alat pemeriksaan hematologi otomatis. b) Mempunyai alat pemeriksaan kimia klinik
otomatis. c) Mempunyai refrigerator (lemari es 28 0C) untuk menyimpan spesimen sementara
d) Mengirimkan spesimen darah ke Laboratorium Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis
dan Farmasi (Puslitbang BMF) Balitbangkes sesuai kaidah pengiriman yang benar Lebih
diutamakan bila: a) Hasil external quality control pada pemeriksaan hematologi dan kimia klinik
dari Puslabkes atau dari PDS Patklin pada 2 siklus terakhir minimal sedang (bukti di fotocopi).
b.) Melakukan internal quality control setiap hari. Jika syarat alat tak terpenuhi/ kurang lengkap,
tetapi mempunyai kulkas dan sentrifus, maka darah tetap dapat diproses dan dikirim ke
Laboratorium Puslitbang BMF Balitbangkes. Untuk laboratorium yang mempunyai alat
hematologi otomatis dan atau kimia klinik otomatis harus melakukan Quality Control internal
untuk ke dua / satu alat tersebut setiap akan dilakukan pengujian b. Tugas 1). Tim pewawancara
a) Mengidentifikasi sampel/ responden di lapangan sesuai kriteria (lihat kriteria) b) Meminta
persetujuan dan tanda tangan responden dan memberikan informed consent (3 rangkap, telah
ditempel nomor stiker yang sama dengan nomor stiker darah pada kuesioner individu) kepada
responden (1 lembar), petugas laboratorium (1 lembar, dititipkan pada petugas lapangan/
puskesmas yang mengumpulkan responden) dan pertinggal dipegang tim pewawancara (1
lembar, dikirim bersama kuesioner ke koordinator wilayah masing-masing). c) Mengisi form
penghubung untuk pemeriksaan darah yang telah ditempel nomor stiker yang sama dengan
nomor stiker darah pada kuesioner RKD07. IND (3 rangkap): untuk responden (1 lembar),
petugas lapangan setempat yang memobilisasi responden (1 lembar) dan pertinggal untuk tim
pewawancara (1 lembar). 2) Petugas lapangan/ penghubung a) Mendapatkan/ meminta fotocopy
DSRT dan daftar ART kecamatan terpilih dari penanggung jawab teknis/ operasional kabupaten.
b) Mengambil form penghubung yang sudah ditempeli stiker dan informed concent yang sudah
ditandatangani dari tim pewawancara c) Menentukan jadwal puasa dan pengambilan darah
responden. d) Memotivasi responden untuk datang ke tempat pengambilan darah, dan meminta
responden yang akan diperiksa glukosa darah (usia > 15 tahun,
kecuali wanita hamil) untuk berpuasa mulai pk 22.00 (10 sampai 14 jam
sebelum pembebanan). Selama berpuasa tidak diperbolehkan melakukan
aktivitas berat, merokok, sarapan, tetapi boleh minum air putih tawar
e) Memberitahu responden untuk berkumpul mulai jam 08.00 pada tanggal
dan tempat yg telah ditentukan untuk diambil darah.
Mengkoordinir transportasi responden ke laboratorium.
Uang transport responden sebesar Rp. 35.000,-/orang. Rp.5000
diberikan oleh petugas lapangan sebelum responden berangkat ke
laboratorium. dan Rp. 30.000,- diberikan oleh petugas laboratorium
setelah responden diambil darahnya. Uang Rp. 5.000,- dan Rp 30.000
didapat/ diminta oleh petugas lapangan dan laboratorium dari
Penanggung Jawab Operasional (PJO) Kabupaten/ Kota.
f) Mendata ulang seluruh responden yang diambil darahnya
g) Memanggil kembali responden yang berhalangan datang.
h) Maksimal pengumpulan responden sejumlah 40 orang/ hari.
Catatan: Untuk BS yang jauh dari laboratorium yang ditunjuk, pengambilan darah
dilakukan di Puskesmas setempat oleh tim laboratorium. Pengumpulan responden
dikoordinir oleh petugas penghubung. Sebagai penghargaan terhadap responden
dilakukan pemeriksaan glukosa darah (untuk BS yang lama transportasi dari
puskesmas ke laboratorium > 2 jam) dan hemoglobin (untuk BS yang lama transportasi
dari puskesmas ke laboratorium > 12 jam) secara manual atau pemeriksaan cepat lain,
yang hasilnya langsung diberikan kepada responden.
3). Petugas Laboratorium:
a) Menerima form penghubung dan informed consent responden
b) Memeriksa identitas responden sesuai form penghubung yang diberikan
oleh tim pewawancara
c) Memastikan responden sesuai kriteria inklusi dan eksklusi (dokter).
d) Menyalin daftar nama responden dan melengkapi isian lainnya (riwayat DM
dsb) dalam form hasil pemeriksaan glukosa dan darah rutin
e) Menyiapkan alat dan bahan pengambilan darah, penyimpanan dan
pengiriman spesimen darah.
f) Menempelkan stiker nomor pada bahan-bahan spesimen responden(slide,
filter FTA, tabung darah) dan menempelkan stiker L untuk laki-laki dan P
untuk perempuan. Stiker nomor harus sama dengan stiker pada form
penghubung
g) Persiapan larutan 75 gram glukosa (lihat prosedur persiapan pengambilan
darah untuk mendiagnosis DM).
h) Memberi pembebanan kepada responden yang terpilih untuk pemeriksaan
glukosa darah. Bagi yang sudah diketahui menderita DM diberi suplemen
makanan 300 kalori.
i) Menempelkan stiker waktu (tulis jam pengambilan darah) pada responden
yang telah diberi pembebanan/ suplemen makanan.
j) Mengambil darah secara lege artis
k) Memberikan makanan dan uang transport sisa Rp. 30.000 kepada
otomatis atau manual selain diberikan kepada responden, laboratorium Puslitbang BMF
Balitbangkes, arsip laboratorium, juga dikirimkan ke Penanggung Jawab Operasional
Kabupaten/ Kota bersama formulir pengiriman spesimen. c. Waktu pengiriman spesimen Dari
laboratorium daerah ke lab. Puslitbang BMF Balitbangkes atau ke titik-antara (Labkesda/Lab RS
Prov) dengan menggunakan ice pack gel maksimal 2 3 hari. Untuk yang > 3 hari dititip
sementara dalam referigerator/ kulkas suhu 280C di
Labkesda/ Lab RS di ibukota provinsi.
Pengiriman spesimen dilanjutkan sesegera mungkin (maksimal dititip 2 hari) ke Lab.
Puslitbang BMF Balitbangkes setelah icepack gel diganti dengan yang baru
Jumlah hari pengiriman spesimen dari laboratorium daerah sampai ke Lab. Puslitbang
BMF Balitbangkes maksimal 7 hari
Bagi laboratorium daerah yang waktu pengiriman spesimen ke labkesda/lab RS di ibu
kota provinsi > 3 hari, pengiriman spesimen darah menggunakan dry zhipper.
d. Sistematika Pemberian Nomor Kode Spesimen
Nomor Stiker Darah disediakan oleh Balitbangkes. Tempelan stiker jangan sampai
hilang/ terlepas, karena merupakan tanda pengenal untuk responden. Jumlah stiker 23
buah/ responden terdiri dari: yangditempelkan pada kuesioner individu /RKD07.IND (1
buah), form penghubung (3 buah), informed consent (3 buah) dan keperluan
laboratorium (16 buah). Stiker nomor yang ditempelkan untuk masing-masing
spesimen (tabung, cryovial, slide, filter FTA) dan form hasil pemeriksaan, harus sama
dengan nomor stiker yang terdapat pada kuesioner RKD07.IND, informed consent dan
form penghubung. Tempelkan juga stiker L untuk laki-laki dan P untuk perempuan
pada masing-masing spesimen. Stiker nomor dibagi oleh PJO kabupaten/kota
bersama PJT.
TEKNIS PELAKSANAAN PENGAMBILAN DAN PENGELOLAAN SPESIMEN
DARAH
Pengambilan darah dilakukan di laboratorium RS/ Labkesda/ Laboratorium Swasta
yang ditunjuk dan telah ditentukan dengan mempertimbangkan standarisasi dan
kebersihan lingkungan tempat tersebut. Petugas pengambil darah harus mempunyai
pengalaman dalam mengambil darah balita. Responden dewasa akan diambil
darahnya sebanyak 15 ml, wanita hamil 5 ml, anak 5 ml, dan balita 5 ml.
1. Perlengkapan lapangan:
a. Paket pengambilan darah dan persiapan kegiatan:
1) Alkohol pads
2) Torniquet
3) Plester luka
4) Sarung tangan
5) Vacutainer 5 ml (anak, dewasa) dan 10 ml (dewasa), vacutainer EDTA
untuk darah 1,5 ml dan 0,5 ml
6) Rak vacutainer yang sesuai ukuran
7) Jarum # 21G /23 G
8) Wing needle 25G
9) Transfer pipet
10) Kaca obyek berlabel (slide), 2 buah.
11) Kotak slide
12) Label untuk catatan waktu (penentuan waktu pengambilan darah 2 jam
setelah pembebanan)
13) Balpoint
14) Kertas filter FTA
15) Plastik klips kecil (5 x 10 cm)
16) Plastik klips besar (ukuran kwarto)
17) Kantong Plastik Jumbo (60 x 90 cm)
18) Silica gel
19) Methanol
20) Glukosa 75 g/bungkus
21) Sendok pengaduk
22) Air 250 ml, gelas plastik 300 ml
23) Essence rasa jeruk
24) Suplemen makanan (untuk penderita DM)
25) Stiker nomor biomedis: 16 buah/ responden (sesuai jumlah tabung darah
dan form hasil lab), tempelan stiker l untuk laki-laki (8 buah) dan p untuk
perempuan (8 buah)
26) Cryovials
27) Kotak cryovial
28) Kantong sampah/ limbah 2 macam
29) Kotak kedaruratan medik berisi ammonia, adrenalin, insulin generik, infus
set dan cairan infus NaCl kolf, jarum suntik, kapas, alkohol (milik RS/
Labkesda/ Swasta)
30) Tensimeter dan stetoskop (milik Lab. RS/ Labkesda/ Swasta).
31) Gunting
32) Stappler dan isinya
33) Menerima form penghubung
34) Menerima Informed consent yang telah ditandatangani (pertinggal di lab)
35) Lain-lain: Biaya transportasi p.p Rp. 35.000/ responden dan konsumsi
makanan Rp. 5000/ responden.
36) Daftar nama dan tanda tangan penerima konsumsi dan transport
b. Paket proses, penyimpanan dan pengemasan spesimen darah di
laboratorium
1) Alat pemeriksaan glukosa darah otomatis dan hematologi otomatis (telah
tersedia)
2) Larutan giemsa
3) Tissue paper
4) Rak tabung cryovial
5) Rak tabung vacutainer
6) Log book
7) Form hasil laboratorium glukosa darah dan darah rutin (4 rangkap)
8) Ice pack gel gepeng
9) Cool box ukuran 30 liter
10) Kertas label
11) Lakban
12) Parafilm
2) Darah diambil dari vena cubiti. Periksalah lebih dahulu mana yang lebih baik,
yang kiri atau kanan
3) Pasangkan torniquet pada lengan atas .
4) Usap daerah cubiti dengan alkohol pad, tunggu sampai kering.
5) Ambil darah 15 ml dengan jarum 21G/ 23 G menggunakan vacutainer 10 ml
dan 5 ml
f. Pengelolaan spesimen
1) Teteskan darah pada:
Slide buat apusan darah tebal dan tipis dalam satu slide. Buat duplo
dan biarkan kering dulu. Hapusan tipis difiksasi dengan metanol setelah
darah kering. Perhatikan, metanol JANGAN terkena ke sediaan tebal.
Pengerjaan fiksasi sediaan apus tipis harus segera dilakukan dalam
waktu < 2 jam. Setelah difiksasi dan ditunggu hingga kering, diberi
pewarnaan Giemsa (lihat prosedur pewarnaan giemsa)
Filter FTA/kertas saring (duplo). Keringkan dalam suhu kamar, jangan
sampai dihinggapi lalat atau semut.
2) Masukkan darah ke dalam :
Tabung EDTA darah 0,5 ml: untuk pemeriksaan darah rutin < 12 jam
Tabung EDTA darah 1,5 ml:
Tabung EDTA dibolak-balik perlahan-lahan beberapa kali sehingga
darah tercampur baik (jangan dikocok keras-keras untuk mencegah
hemolisis) Tabung-tabung diletakkan di rak dan masukkan ke dalam
referigerator 2 80 C dalam posisi tegak.
Sisa darah 10 ml dalam tabung vacutainer non EDTA, didiamkan
selama 30 menit, sebelum 1 jam sejak saat pengambilan darah,
disentrifuge dan serum diambil 300 500 ul (masukkan dalam cryovial)
untuk pemeriksaan glukosa darah < 2 jam dan sisanya dibagi ke dalam
3 cryovial. Clot dimasukkan dalam cryovial. Tabung-tabung diletakkan di
rak dan masukkan ke dalam referigerator 2 80 C dalam posisi tegak.
Catatan: Sebelum melakukan pemeriksaan darah rutin dan glukosa darah
petugas laboratorium melakukan Quality Control internal untuk ke dua alat
pemeriksaan tersebut.
Prosedur pewarnaan giemsa
Setelah sediaan apus tipis difiksasi dengan metanol, dibuat pengenceran
giemsa. Ada 3 cara:
- Pembuatan larutan giemsa 5% (1 : 20). 1 (satu) bagian giemsa + 19
bagian aquades. Lakukan pewarnaan dengan larutan giemsa 5 % selama
30 45 menit.
- Pembuatan larutan giemsa 10% (1 : 10). 1 (satu) bagian giemsa + 9
bagian aquades. Lakukan pewarnaan dengan larutan giemsa 10 % selama
20 25 menit.
- Pembuatan larutan giemsa 20% (1 : 5). 1 (satu) bagian giemsa + 4 bagian
aquades. Lakukan pewarnaan dengan larutan giemsa 20 % selama10-15
menit.
g. Penyimpanan Spesimen Darah Sementara
Bila spesimen darah yang telah diambil dan telah diproses tidak bisa langsung
d. Pengambilan darah
1) Pasang stiker nomor pada tabung dan slide sebelum pengambilan darah
sesuai identitas pasien. Juga tempelkan l untuk laki-laki dan p untuk perempuan
2) Gendonglah anak menghadap ke orang tua/ penggendong. Usahakan agar
orangtua tidak melihat ke tempat pengambilan darah
3) Peganglah lengan anak dengan tenang, usahakan agar anak tidak menangis.
4) Pasangkan torniquet pada lengan atas .
5) Rabalah dan amati keberadaan vena. Tentukan lokasi arah vena yang akan
diambil
6) Usap di daerah cubiti dengan alkohol pad, biarkan sampai mengering.
7) Tusukkan jarum wing needle sampai masuk ke dalam vena.
8) Setelah terlihat darah masuk ke dalam pipa karet wing needle, biarkan darah
mengalir sampai volume vacutainer terisi 5 ml.
9) Letakkan kapas kering pada lengan tempat jarum ditusukkan ke vena, tekan
kapasnya dan tariklah secara perlahan wing needlenya.
10) Pasangkan handyplast di daerah tusukan jarum.
f. Pengelolaan spesimen
1) Teteskan darah pada:
Slide . buat apusan darah tebal dan tipis dalam satu slide. Buat duplo
dan biarkan kering dulu. Hapusan tipis difiksasi dengan metanol setelah
darah kering. Perhatikan, metanol JANGAN terkena ke sediaan tebal.
Pengerjaan fiksasi sediaan hapus tipis harus segera dilakukan dalam
waktu < 2 jam. Setelah difiksasi dan ditunggu hingga kering, diberi
pewarnaan Giemsa.
Filter FTA/kertas saring (duplo). Keringkan dalam suhu kamar, jangan
sampai dihinggapi lalat atau semut.
2) Masukkan darah ke dalam :
Tabung EDTA 0,5 ml: untuk pemeriksaan darah rutin < 12 jam
Tabung EDTA 0,5 ml: untuk marker
Tabung EDTA dibolak-balik perlahan-lahan beberapa kali sehingga darah
tercampur baik (jangan dikocok keras-keras untuk mencegah hemolisis).
Tabung-tabung diletakkan di rak dan masukkan ke dalam referigerator 2
80 C dalam posisi tegak.
Sisanya 3 ml dalam tabung vacutainer non EDTA, didiamkan selama 30
menit, sebelum 1 jam sejak saat pengambilan darah dilakukan sentrifuge
dan serum dibagi ke dalam 2 cryovial. Clot dimasukkan dalam cryovial.
Simpan sementara dalam referigerator 2 80 C dalam posisi tegak.
g. Penyimpanan spesimen darah sementara
Sama seperti di atas
h. Pengemasan dan Pengiriman
Sama seperti di atas
i. Pencatatan dan pelaporan
Sama seperti di atas
Catatan:
Informed consent sebagai arsip di laboratorium daerah.
Form hasil pemeriksaan glukosa darah dan darah rutin yang telah diisi
Pengiriman
spesimen
dapat
dilakukan
setiap
hari.
2. SALURAN KEMIH
ahan urin untuk pemeriksaaan harus segar dan sebaiknya diambil pagi hari. Bahan urin
dapat diambil dengan cara punksi suprapubik (suprapubic puncture=spp), dari kateter dan urin
porsi tengah (midstream urine). Bahan urin yang paling mudah diperoleh adalah urin porsi
tengah
yang
ditampung
dalam
wadah
bermulut
lebar
dan
steril.1
Punksi
Suprapubik
Pengambilan urin dengan punksi suprapubik dilakukan pengambilan urin langsung dari kandung
kemih melalui kulit dan dinding perut dengan semprit dan jarum steril. Yang penting pada punksi
suprapubik ini adalah tindakan antisepsis yang baik pada daerah yang akan ditusuk, anestesi
lokal pada daerah yang akan ditusuk dan keadaan asepsis harus selalu dijaga. Bila keadaan
asepsis baik, maka bakteri apapun dan berapapun jumlah koloni yang tumbuh pada biakan, dapat
dipastikan merupakan penyebab ISK.1
Kateter
Bahan urin dapat diambil dari kateter dengan jarum dan semprit yang steril. Pada cara ini juga
penting tindakan antisepsis pada daerah kateter yang akan ditusuk dan keadaan asepsis harus
elalu dijaga. Tempat penusukan kateter sebaiknya sedekat mungkin dengan ujung kateter yang
berada di dalam kandung kemih (ujung distal). Penilaian urin yang diperoleh dari kateter sama
dengan hasil biakan urin yang diperoleh dari punksi suprapubik.1
Urin
Porsi
Tengah
Urin porsi tengah sebagai sampel pemeriksaan urinalisis merupakan teknik pengambilan yang
paling sering dilakukan dan tidak menimbulkan ketidaknyamanan pada penderita. Akan tetapi
resiko kontaminasi akibat kesalahan pengambilan cukup besar. Tidak boleh menggunakan
antiseptik untuk persiapan pasien karena dapat mengkontaminasi sampel dan menyebabkan
kultur
false-negative.
Pemeriksaan
Urin
Empat
Porsi
(Meares
Stamey)
Pemeriksaan ini dilakukan untuk penderita prostatitis. Pemeriksaan ini terdiri dari urin empat
porsi
yaitu
:
1. Porsi pertama (VB1) : 10 ml pertama urin, menunjukkan kondisi uretra,
2. Porsi kedua (VB2) : sama dengan urin porsi tengah, menunjukkan kondisi buli-buli,
3. Porsi ketiga (EPS) : sekret yang didapatkan setelah masase prostat,
4. Porsi keempat (VB4) : urin setelah masase prostat.4
Pemeriksaan
laboratorium
Pemeriksaan urinalisis dilakukan untuk menentukan dua parameter penting ISK yaitu leukosit
dan bakteri. Pemeriksaan rutin lainnya seperti deskripsi warna, berat jenis dan pH, konsentrasi
glukosa, protein, keton, darah dan bilirubin tetap dilakukan.5
Pemeriksaan
Dipstik
Pemeriksaan dengan dipstik merupakan salah satu alternatif pemeriksaan leukosit dan bakteri di
urin dengan cepat. Untuk mengetahui leukosituri, dipstik akan bereaksi dengan leucocyte
esterase (suatu enzim yang terdapat dalam granul primer netrofil). Sedangkan untuk mengetahui
bakteri, dipstik akan bereaksi dengan nitrit (yang merupakan hasil perubahan nitrat oleh enzym
nitrate reductase pada bakteri). Penentuan nitrit sering memberikan hasil false-negative karena
tidak semua bakteri patogen memiliki kemampuan mengubah nitrat atau kadar nitrat dalam urin
menurun akibat obat diuretik. Kedua pemeriksaan ini memiliki angka sensitifitas 60-80% dan
spesifisitas 70 98 %. Sedangkan nilai positive predictive value kurang dari 80 % dan negative
predictive value mencapai 95%. Akan tetapi pemeriksaan ini tidak lebih baik dibandingkan
dengan pemeriksaan mikroskopik urin dan kultur urin. Pemeriksaan dipstik digunakan pada
kasus skrining follow up. Apabila kedua hasil menunjukkan hasil negatif, maka urin tidak perlu
dilakukan
kultur.5,6
Pemeriksaan
Mikroskopik
Urin
Pemeriksaan mikroskopik dilakukan untuk menentukan jumlah leukosit dan bakteri dalam urin.
Jumlah leukosit yang dianggap bermakna adalah > 10 / lapang pandang besar (LPB). Apabila
didapat leukosituri yang bermakna, perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan kultur.
Pemeriksaan langsung kuman patogen dalam urin sangat tergantung kepada pemeriksa. Apabila
ditemukan satu atau lebih kuman pada pemeriksan langsung, perlu dilakukan pemeriksaan
kultur.5,7
Pemeriksaan
Kultur
Urin
Deteksi jumlah bermakna kuman patogen (significant bacteriuria) dari kultur urin masih
merupakan baku emas untuk diagnosis ISK. Bila jumlah koloni yang tumbuh > 105 koloni/ml
urin, maka dapat dipastikan bahwa bakteri yang tumbuh merupakan penyebab ISK. Sedangkan
bila hanya tumbuh koloni dengan jumlah < 103 koloni / ml urin, maka bakteri yang tumbuh
kemungkinan besar hanya merupakan kontaminasi flora normal dari muara uretra. Jika diperoleh
jumlah koloni antara 103 - 105 koloni / ml urin, kemungkinan kontaminasi belum dapat
disingkirkan dan sebaiknya dilakukan biakan ulang dengan bahan urin yang baru. Faktor yang
dapat mempengaruhi jumlah kuman adalah kondisi hidrasi pasien, frekuensi berkemih dan
pemberian
antibiotika
sebelumnya.1,5
Perlu diperhatikan pula banyaknya jenis bakteri yang tumbuh. Bila > 3 jenis bakteri yang
terisolasi, maka kemungkinan besar bahan urin yang diperiksa telah terkontaminasi.
3. SALURAN NAFAS
Sputum
kekuning-kuningan
proses
infeksi.
Sputum hijau proses penimbunan nanah. Warna hijau ini dikarenakan adanya
verdoperoksidase yg dihasikan oleh PMN dlm sputum. Sputum hijau ini sering ditemukan pada
penderita bronkhiektasis karena penimbunan sputum dalam bronkus yang melebar dan terinfeksi.
sputum
merah
muda&berbusa
tanda
edema
paru
akut.
Sputum
berlendir,
lekat,
abu-abu/putih
tanda
bronkitis
kronik.
Sputum
berbau
busuk
tanda
abses
paru/
bronkhiektasis.
C.
Pengambilan
Sputum
1.
Tujuan
Mendapatkan
spesimen
sputum
yang
memenuhi
persyaratan
untuk
pemeriksaan
pewarnaan
basil
tahan
asam
2.
Indikasi
Pasien yang mengalami infeksi/peradangan saluran pernafasan (apabila diperlukan).
3.
Waktu
Diperlukan 3 kali pengambilan ssputum dalam 2 kali kunjungan, yaitu
Sputum
sewaktu
(S),
yaitu
ketika
penderita
pertama
kali
datang
Sputum pagi (P) , keesokan harinya ketika penderita datang lagi dengan
membawa
sputum
pagi
(sputum
pertama
setelah
bangun
tidur)
Sputum sewaktu (S), yaitu saat penderita tiba di laboratorium.,penderita
diminta
mengeluarkan
sputumnya
lagi.
4.
Persiapan
Alat
a.
Sputum
pot
(tempat
ludah)
yang
bertutup
b.
Botol
bersih
dengan
penutup
c.
Hand
scoon
d.
Formulir
dan
etiket
e.
Perlak
f.
pengalas
g.
Bengkok
h.
Tissue
5.
Persiapan
pasien
Jelaskan
pada
pasien
apa
yang
dimaksud
dengan
sputum
agar
yang
dibatukkan
benar-benar
merupakan
sputum,
bukan
air
liur/saliva
ataupun
campuran antara sputum dan saliva. Selanjutnya, jelaskan cara mengeluarkan
sputum.
6.
Prosedur
Tindakan
a.
Menyiapkan
alat
b.
Memberitahu
pasien
c.
Mencuci
tangan
d.
Mengatur
posisi
duduk
(fowler)
e.
Memasang
perlak
pengalas
dibawah
dagu
dan
menyiapkan
bengkok.
f.
Memakai
hand
scoon
g. Meminta pasien membatukkan dahaknya ke dalam tempat yang sudah disiapkan (sputum pot)
h.
Mengambil
5cc
bahan,
lalu
masukkan
ke
dalam
botol
i.
Membersihkan
mulut
pasien
j.
Merapikan
pasien
dan
alat
k.
Melepas
hand
scoon
l.
Mencuci
tangan
D.
Cara
Pengiriman
Specimen
Baik spesimen yang dikirim dalam pot maupun wadah harus disertai dengan
data/keterangan, baik mengenai kriteria spesimen maupun pasien. Ada 2 data
yang
harus
disertakan,
yaitu:
1.
Data
1:
Pot/wadah dilabel dengan menempelkan label pada dinding luar pot. Proses
direct labelling yang berisi data: nama, umur, jenis kelamin, jenis spesimen,
jenis
tes
yang
diminta
dan
tanggal
pengambilan.
2.
Data
2:
Formulir/kertas/buku
yang
berisi
data
keterangan
klinis:
dokter
yang
mengirim,
riwayat
anamnesis,
riwayat
pemberian
antibiotik
terakhir(minimal
3 hari harus dihentikan sebelum pengambilan spesimen), waktu pengambilan
spesimen,
dan
keterangan
lebih
lanjut
mengenai
biodata
pasien.
Jadi,
data
mengenai
spesimen
harus
jelas:
label
dan
formulir.
Spesimen
tidak
akan
diterima
apabila:
Tidak
dilengkapi
dengan
data
yang
sesuai.
Jumlah
yang
dibutuhkan
untuk
pemeriksaan
kurang
Cara
pengambilan
tidak
sesuai
dengan
prosedur
yang
ada
E.
Hal-Hal
Yang
Perlu
Diperhatikan
Pengambilan
sputum
sebaiknya
dilakukan
pada
pagi
hari,
dimana
kemungkinan untuk mendapat sputum bagian dalam lebih besar. Atau juga
bisa
diambilsputum
sewaktu.
Pengambilan
sputum
juga
harus
dilakukan
sebelum
pasien
menyikat
gigi.
Agar
sputum
mudah
dikeluarkan,
dianjurkan
pasien
mengonsumsi
air
yang
banyak
pada
malam
sebelum
pengambilan
sputum.
Sebelum
mengeluarkan
sputum,
pasien
disuruh
untuk
berkumur-kumur
dengan
air
dan
pasien
harus
melepas
gigi
palsu(bila
ada).
Sputum
diambil
dari
batukkan
pertama(first
cough).
Cara membatukkan sputum dengan Tarik nafas dalam dan kuat(dengan pernafasan
dada)batukkan
kuat
sputum
dari
bronkustrakeamulutwadah
penampung.
Wadah penampung berupa pot steril bermulut besar dan berpenutup(Screw
Cap
Medium).
Periksa
sputum
yang
dibatukkan,
bila
ternyata
yang
dibatukkan
adalah
air
liur/saliva,
maka
pasien
harus
mengulangi
membatukkan
sputum.
Sebaiknya,
pilih
sputum
yang
mengandung
unsur-unsur
khusus,
seperti,
butir
keju,
darah
dan
unsur-unsur
lain.
Bila
sputum
susah
keluarlakukan
perawatan
mulut
Perawatan
mulut
dilakukan
dengan
obat
glyseril
guayakolat(expectorant)
200 mg atau dengan mengonsumsi air teh manis saat malam sebelum
pengambilan
sputum.
Bila sputum juga tidak bisa didahakkan, sputum dapat diambil secara:
Aspirasi
transtracheal
Bronchial
lavage
- Lung biopsy
http://indra4u.blogspot.com/p/dasar-pengambilan-spesimen.html
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut paradigma sehat, diharapkan orang tetap sehat dan lebih sehat, sedangkan yang
berpenyakit lekas dapat di sembuhkan agar sehat. Untuk segera dapat disembuhkan, perlu di
tentukan penyakitnya dan pengobatan yang tepat, serta prognosis atau ramalan yaitu ringan,
berat, atau fatal.
Dalam menentukan diagnosis suatu penyakit, diperlukan beberapa uji laboratorim yaitu
pemeriksaan spesimen yang diambil dari pasien. Pemeriksaan laboratorium adalah suatu
tindakan dan prosedur pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau sampel dari penderita.
Sampel yang diambil dapat berupa darah, urin, feses, dahak, sekret vagina, dan sebagainya untuk
menentukan diagnosa disertai dengan uji lainnya sebagai penunjang. Sekumpulan pemeriksaan
laboratorium dilakukan dengan tujuan tertentu misalnya untuk mendeteksi penyakit, menentukan
risiko, memantau perkembangan penyakit, memantau perkembangan pengobatan, dan lain-lain.
Mengetahui ada tidaknya kelainan atau penyakit yang banyak di jumpai dan potensial
membahayakan.
Tes atau pemeriksaan dapat secara kimia klinik, hematologi, imunologi, serologi,
mikrobiologi klinik, dan parasitologi klinik. Metode pemeriksaan pemeriksaan terus
berkembang dari kualitatif, semi kuantitatif, dan dilaksanakan dengan cara manual,
semiotomatik, otomatik, sampai robotik. Hal ini berarti peralatan pun berkembang dari yang
sederhana sampai yang canggih dan mahal hingga biaya tes pun dapat meningkat.
Ada beberapa penyakit saluran penapasan yang mulai banyak menyerang masyarakat
indonesia. Seperti tuberkulosis pulmonal, bakteri pneumonia, bronkitis kronis, dan sebagainya.
Oleh karena hal tersebut, perlu dilakukan tes terhadap spesimen guna menentukan penyakitpenyakit tersebut yaitu dengan menggunakan dahak atau sputum.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa pengertian sputum ?
2. Apa saja jenis pemeriksaan sputum ?
3. Bagaimana cara pemeriksaan sputum ?
4. Apa saja hal hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan sputum ?
5. Bagaimana interpretasi pemeriksaan sputum ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan sputum
2. Mengetahui jenis-jenis pemeriksaan sputum
3. Mengetahui cara pemeriksaan sputum
4. Mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan sputum
5. Memahami interpretasi pemeriksaan sputum
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sputum
Sputum (dahak) adalah bahan yang dikeluarkan dari paru dan trakea melalui mulut.
Biasanya juga disebut dengan ecpectoratorian (Dorland, 1992).
Sputum, dahak, atau riak adalah sekret yang dibatukkan dan berasal dari tenggorokan,
hidung atau mulut. Perbedaan ini hendaknya dijelaskan kepada pasien yang dahaknya akan
diperiksa.
Sputum yang dikeluarkan oleh seorang pasien hendaknya dapat dievaluasi sumber, warna,
volume, dan konsistennya karena kondisi sputum biasanya memperlihatkan secara spesifik
proses kejadian patologik pada pembentukan sputum itu sendiri.
Pemeriksaan sputum diperlukan jika diduga terdapat penyakit paru-paru. Membran mukosa
saluran pernafasan berespons terhadap inflamasi dengan meningkatkan keluaran sekresi yang
sering mengandung mikroorganisme penyebab penyakit.
Sputum berbeda dengan sputum yang bercampur dengan air liur. Cairan sputum lebih
kental dan tidak terdapat gelembung busa di atasnya. Sputum diambil dari saluran nafas bagian
bawah sedangkan sputum yang bercampur air liur diambil dari tenggorokan.
2.2 Jenis Pemeriksaan Sputum
1. Pewarna gram :
Pemeriksaaan dengan pewarnaan gram dapat memberikan informasi tentang jenis
mikroorganisme untuk menegakkan diagnosis presumatif.
2. Kultur Sputum :
Pemeriksaan kultur sputum dilakukan untuk mengidentifikasi organisme spesifik guna
menegakkan diagnosis definitif.
3. Sensitifitas :
Pemeriksaan sensitivitas berfungsi sebagai pedoman terapi antibiotik dengan
mengidentifikasi antibiotik yang mencegah pertumbuhan organisme yang terdapat dalam
sputum.
4. Basil tahan asam (BTA) :
Pemeriksaan BTA dilakukan untuk menentukan adanya Mycobacterium tuberculosa, yang
setelah dilakukan pewarnaan bakteri ini tidak mengalami perubahan warna oleh alkohol asam
5. Sitologi :
Pemeriksaan sitologi ditujukan untuk mengidentifikasi adanya keganasan (karsinoma) pada
paru-paru. Sputum mengandung runtuhan sel dari percabangan trakheobronkhial; sehingga
mungkin saja terdapat sel-sel malignan. Sel-sel malignan menunjukkan adanya karsinoma, tidak
terdapatnya sel ini bukan berarti tidak adanya tumor atau tumor yang terdapat tidak meruntuhkan
sel.
6. Tes Kuantitatif :
Pengumpulan sputum selama 24 sampai 72 jam. Pemeriksaan kualitatif harus sering
dilakukan untuk menentukan apakah sekresi merupakan saliva, lendir, pus, atau bukan. Jika
bahan yang diekspektorat berwarna kuning-hijau biasanya menandakan infeksi parenkim paru
(pneumonia). Untuk pemeriksaan kualitatif, klien diberikan wadah khusus untuk mengeluarkan
sekret. Wadah ini ditimbang pada akhir 24 jam. Jumlah serta karakter isinya dicatat dan
diuraikan.
Persiapan
Tentukan metode pengumpulan dan kumpulkan peralatan yang sesuai.
Pelaksanaan
1. Jelaskan kepada klien apa yang akan Anda lakukan, mengapa hal tersebut perlu
dilakukan dan bagaimana klien dapat bekerja sama. Diskusikan bagaimana
hasilnya akan digunakan untuk perawatan atau terapi selanjutnya. Berikan
informasi dan instruksi berikut pada klien:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Tujuan pemeriksaan, perbedaan antara sputum dan saliva, dan cara mendapatkan
spesimen
sputum,
Jangan menyentuh bagaian dalam wadah spesimen,
Untuk mengeluarkan sputum langsung ke dalam wadah sputum,
Untuk menjaga bagian luar wadah tidak terkena sputum, bila memungkinkan,
Cara memeluk bantal secara kuat pada insisi abdomen bila klien merasa nyeri saat batuk,
Jumlah sputum yang diperlukan (biasanya 1-2 sendok the (5-10 ml) sputum cukup analisis),
Cuci tangan dan observasi prosedur pengendalian infeksi lain yang sesuai.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
a.
b.
a.
b.
Minta klien untuk bernapas dalam dan kemudian membatukan sekresi. Inhalasi yang dalam
memberikan udara yang cukup untuk mendorong sekresi keluar dari jalan udara ke dalam faring.
Pegang wadah sputum sehingga klien dapat mengeluarkan sputum ke dalamnya, pastikan
sputum tidak kontak dengan bagian luar wadah. Memasukan sputum ke dalam wadah akan
mencegah penyebaran mikroorganisme ke tempat lain.
Bantu klien untuk mengulang batuksampai terkumpul jumlah sputum yang cukup.
Tutup wadah segera setelah sputum berada di dalam wadah. Menutup wadah akan mencegah
penyebaran mikroorganisme secara tidak sengaja ke tempat lain.
Bila sputum mengenai bagian luar wadah, bersihkan bagian luar dengan disinfektan. Beberapa
institusi menganjurkan untuk membersihkan seluruh bagian luar wadah dengan sabun cair dan
air dan kemudian mengeringkannya dengan handuk kertas.
Lepas dan buang sraung tangan.
4. Pastikan klien merasa nyaman :
Bantu klien untuk membersihkan mulutnya dengan obat kumur, bila dibutuhkan.
Bantu klien mengambil posisi nyaman yang memungkinkan ekspansi paru secara maksimal,
bila diperlukan.
5. Beri label dan bawa spesimen ke laboratorium.
Pastikan informasi yang benar tertulis pada label dan slip permintaan laboratorium. Tempelkan
label dan lampirkan perimintaan laboratorium pada wadah spesimen. Identifikasi dan/atau
informasi yang tidak akurat pada wadah spesimen dapat membuat kesalahan diagnosis atau
terapi.
Atur agar spesimen dikirim segera ke laboratorium atau di dinginkan. Kultur bakteri harus
segera dimulai sebelum organisme yang mengkontaminasi tumbuh dan berkembang baik
sehingga memberikan hasil positif palsu.
6. Dokumentasikan semua informasi yang relevan.
Dokumentasikan pengumpulan spesimen sputum pada catatan klien. Pendokumentasian
meliputi jumlah, warna, konsistensi (kental, lengket, atau encer), adanya hemoptisis (darah pada
sputum), bau sputum, tibdakan yang perlu dilakukan untuk mendapatkan sputum (mis., drainase
postural), jumlah sputum yang dihasilkan secara umum, adanya ketidaknyamanan yang dialami
klien.
2.4 Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pemeriksaan Sputum
Pengambilan sputum sebaiknya dilakukan pada pagi hari, dimana kemungkinan untuk
mendapat sputum bagian dalam lebih besar.
Waktu yang diperlukan untuk pengambilan sputum adalah 3 kali pengambilan sputum
dalam 2 kali kunjungan, yaitu Sputum sewaktu (S), yaitu ketika penderita pertama kali datang;
Sputum pagi (P), keesokan harinya ketika penderita datang lagi dengan membawa sputum pagi
(sputum pertama setelah bangun tidur), Sputum sewaktu (S), yaitu saat penderita tiba di
laboratorium, penderita diminta mengeluarkan sputumnya lagi.
Pengambilan sputum pada pasien tidak boleh menyikat gigi. Agar sputum mudah
dikeluarkan, dianjurkan pasien mengonsumsi air yang banyak pada malam sebelum pengambilan
sputum. Sebelum mengeluarkan sputum, pasien disuruh untuk berkumur-kumur dengan air dan
pasien harus melepas gigi palsu (bila ada). Sputum diambil dari batukkan pertama (first cough).
Cara membatukkan sputum dengan Tarik nafas dalam dan kuat (dengan pernafasan dada)
batukkan kuat sputum dari bronkus trakea mulut wadah penampung. Wadah penampung berupa
pot steril bermulut besar dan berpenutup (Screw Cap Medium).
Periksa sputum yang dibatukkan, bila ternyata yang dibatukkan adalah air liur/saliva, maka
pasien harus mengulangi membatukkan sputum. Sebaiknya, pilih sputum yang mengandung
unsur-unsur khusus seperti : darah dan unsur-unsur lain. Bila sputum susah keluarkan lakukan
perawatan mulut Perawatan mulut dilakukan dengan obat glyseril guayakolat (expectorant) 200
mg atau dengan mengonsumsi air teh manis saat malam sebelum pengambilan sputum.
Teknik lain untuk mengeluarkan sputum bila sputum juga tidak bisa didahakkan, sputum
dapat diambil secara:
a. Aspirasi transtracheal (transtracheal aspirasi atau cuci transtracheal).
Teknik untuk mengumpulkan sampel dari eksudat bronkial untuk pemeriksaan histologis
dan mikrobiologi. Sebuah jarum dimasukkan melalui kulit di atasnya trakea dan melalui
ligamentum krikotiroid. Sebuah kateter dimasukkan ke dalam trakea dan diteruskan ke tingkat
bifurkasi trakea. Indikasi :
Injeksi Transtracheal dilakukan untuk memblokir saraf laring berulang untuk laringoskopi
terjaga, serat optik dan atau intubasi retrograd. Penghapusan tanggapan gag refleks atau
hemodinamik untuk laringoskopi atau bronkoskopi. Digunakan untuk membantu menghindari
Valsava seperti tegang yang dapat mengikuti yang lain "terjaga" intubasi (pasien dibius dan
ventilasi spontan).
b. Bronchial lavage (Bronchoalveolar lavage)
Bronchoalveolar lavage (BAL) merupakan prosedur medis dimana bronkoskop dilewatkan
melalui mulut atau hidung ke paru-paru dan cairan yang disemprotkan ke bagian kecil dari paruparu. Biasanya dilakukan untuk mendiagnosa penyakit paru- paru. Secara khusus, umumnya
digunakan untuk mendiagnosa infeksi pada orang dengan masalah sistem kekebalan tubuh,
pneumonia pada orang pada ventilator, beberapa jenis kanker paru-paru, dan jaringan parut pada
paru-paru (penyakit paru interstitial). cara paling umum untuk sampel komponen cairan lapisan
epitel (ELF) dan untuk menentukan komposisi protein saluran udara paru, dan sering digunakan
dalam penelitian imunologi sebagai sarana sel sampling atau tingkat patogen di paru-paru.
Contoh ini termasuk sel T dan tingkat populasi virus influenza.
c. Lung biopsy
Biopsi paru adalah prosedur untuk mendapatkan sampel kecil jaringan paru-paru untuk
pemeriksaan. Jaringan biasanya diperiksa di bawah mikroskop, dan dapat dikirim ke
laboratorium mikrobiologi untuk kultur. Pemeriksaan mikroskopis dilakukan oleh ahli patologi.
Biopsi adalah pengambilan jaringan tubuh untuk pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan
jaringan tersebut bertujuan untuk mendeteksi adanya penyakit atau mencocokkan jaringan organ
sebelum melakukan transplantasi organ. Resiko yang dapat ditimpulkan oleh kesalahan proses
biopsi adalah infeksi dan pendarahan. Jaringan yang akan diambil untuk biopsi dapat berasal
dari bagian tubuh manapun, di antaranya kulit, perut, ginjal, hati , dan paru- paru.
2.5 Interpretasi Pemeriksaan Sputum
Sputum yang dikeluarkan oleh seorang pasien hendaknya dapat dievaluasi sumber, warna,
volume, dan konsistensinya karena kondisi sputum biasanya memperlihatkan secara spesifik
proses kejadian patologik pada pembentukan sputum itu sendiri.
Klasifikasi bentukan sputum dan kemungkinan penyebabnya :
1. Sputum yang dihasilkan sewaktu membersihkan tenggorokan, kemungkinan berasal dari sinus,
atau saluran hidung, bukan berasal dari saluran napas bagian bawah.
2. Sputum yg terbentuk perlahan & terus meningkat tanda bronkhitis/ bronkhiektasis
3. Sputum kekuning-kuningan proses infeksi.
4. Sputum hijau proses penimbunan nanah. Warna hijau ini dikarenakan adanya
verdoperoksidase yg dihasikan oleh PMN dalam sputum. Sputum hijau ini sering ditemukan
pada penderita bronkhiektasis karena penimbunan sputum dalam bronkus yang melebar dan
terinfeksi.
5. Sputum merah muda&berbusa tanda edema paru akut.
6. Sputum berlendir, lekat, abu-abu/putih tanda bronkitis kronik.
7. Sputum berbau busuk tanda abses paru/ bronkhiektasis.
1.
a.
b.
c.
2.
a.
b.
Sedangkan bagi interpretasi untuk penyakit TBC, berdasar hasil pemeriksaan dahak
(BTA), TB paru dibagi atas:
Tuberkulosis paru BTA (+) adalah:
Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA positif
Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan kelainan radiologik
menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif
Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan biakan positif
Tuberkulosis paru BTA (-)
Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran klinik dan kelainan
radiologik menunjukkan tuberkulosis aktif
Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan M. tuberculosis positif
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sputum (dahak) adalah bahan yang dikeluarkan dari paru dan trakea melalui mulut.
Biasanya juga disebut dengan ecpectoratorian. Pemeriksaan sputum diperlukan jika diduga
terdapat penyakit paru-paru. Membran mukosa saluran pernafasan berespons terhadap inflamasi
dengan meningkatkan keluaran sekresi yang sering mengandung mikroorganisme penyebab
penyakit.
Pengambilan sputum sebaiknya dilakukan pada pagi hari, dimana kemungkinan untuk
mendapat sputum bagian dalam lebih besar. Sputum yang dikeluarkan oleh seorang pasien
hendaknya dapat dievaluasi sumber, warna, volume, dan konsistensinya karena kondisi sputum
biasanya memperlihatkan secara spesifik proses kejadian patologik pada pembentukan sputum
itu sendiri.
3.2 Saran
Pengambilan spesimen berupa sputum berguna dalam penentuan diagnosa dan untuk
mengetahui penyakit saluran pernapasan seperti tuberkulosis pulmonal, bakteri pneumonia,
bronkitis kronis, dan sebagainya. Spesimen yang telah diambil untuk sampel kemudian diperiksa
di laboratorium secara kimia klinik, hematologi, imunologi, serologi, mikrobiologi klinik,
ataupun parasitologi klinik. Sehingga apabila ada hal-hal yang dirasakan kurang baik pada
saluran pernapasan, hendaknya segera melakukan pengecekan untuk mengetahui apakah ada
gangguan atau penyakit dalam saluran pernapasan.
http://sarimutiaradewi.blogspot.com/2013/04/persiapan-dan-pengambilan-spesimen.html
PENGAMBILAN SPESIMEN
Salah satu cara menanggulangi penyakit infeksi adalah dengan menentukan penyebab dan
kemudian memberi terapi yang rasional berdasarkan hasil uji laboratorium. Dalam hal ini
peranan laboratorium sebagai penunjang diagnosis dan terapi penyakit infeksi menjadi sangat
penting .
Hasil pemeriksaan mikrobiologik sangat tergantung oleh kualitas spesimen. Spesimen yang
diperiksa di lab Mikrobiologi sebagian besar merupakan klinik berkaitan dengan penyakit
infeksi. Kualitas specimen ditentukan oleh metoda pengambilan dan proses tranportasi ke
laboratorium. Hasil pemeriksaan mikrobiologik negatif tidak selalu berarti bahwa diagnosis
salah.
Kegagalan isolasi mikroorganisme penyebab infeksi sering ditentukan oleh beberapa hal, antara
lain :
Pengambilan specimen atau bahan pemeriksaan merupakan langkah awal yang sangat
menentukan hasil pemeriksaan dalam rangka memperoleh jawaban yang menentukan penyebab
infeksi. Dapat terjadi bahwa yang diisolasi bukan penyebab tetapi organisme flora normal
sehingga akan memberikan intreprestasi hasil laboratorium yang keliru dan menyebabkan
langkah terapi yang salah.
Hasil pemeriksaan laboratorium mikrobiologik sangat ditentukan oleh cara pengambilan, saat
pengambilan dan seleksi spesimen. Beberapa hal penting yang perlu dilakukan untuk
memperoleh hasil pemerisaan yang baik adalah :
1. Bahan pemeriksaan sedapat mungkin diambil dari lokasi yang paling besar
kemungkinannya mengandung penyebab infeksi pada stadium tertentu.
2. Pada lokasi tubuh yang pada keadaan normal mengandung flora normal, hasil
laboratorium positif sebaiknya dikorelasikan dengan keterangan klinik , sehingga
mendapatkan suatu interpertasi yang bermakna.
3. Hasil laboratorium positif sangat bermakna bila diperoleh dari lokasi tubuh yang dalam
keadaan normal steril (cairan serebro spinal darah, cairan pleura, cairan).
Agar diperoleh kualitas spesimen yang baik, pengambilan spesimen harus memenuhi beberapa
kriteria tertentu.
Pedoman Umum
Spesimen yang diambil harus memiliki syarat sbb :
bahan pemeriksaan dari luka, sebaiknya diambil dari dasar luka dan dihindari kontak
dengan kulit sekitarnya sehingga tidak memungkinkan bagi kontaminasi oleh flora kulit.
bahan sputum harus benar-benar berasal dari saluran nafas bagian bawah, bukan hanya
berupa saliva.
1. Jumlah spesimen cukup untuk memungkinkan pemeriksaan.
Misalnya :
bahan dari pus dalam keadaan infeksi aktif, jumlahnya tidak perlu diperhatikan, tetapi
pada infeksi kronik jumlah bahan yang diambil sebaiknya agak banyak.
Bahan berupa darah, jumlah nya harus cukup. Perbandingan volume darah dengan
medium cair adalah 1 :5 atau 1 :10.
1. Saat pengambilan perlu diperhatikan. Pengambilan harus dilakukan pada stadium yang
tepat, untuk ini perlu diketahui riwayat penyakit penderita. Pada demam tifoid minggu
pertama, bakteri akan dapat ditemukan di darah. Sedangkan pada minggu ke 2 dan ke 3,
tinja dan urine biasanya positif. S. typhi akan ditemukan pada tinja dan urine selama fase
akut dari stadium diare.
2. Terhindar dari kemungkinan kontaminasi baik dari alat, lingkungan, bagian tubuh lain,
dan petugas pengambil. Alat dan tempat spesimen harus steril dan sesuai. Misalnya
pengambilan urine atau sputum sebaiknya dengan pot bermulut lebar. Setelah bahan
ditampung hendaknya ditutup rapat dan dicegah adanya kebocoran untuk menghindari
kontaminasi dan pencemaran dari dan pada lingkungan.
3. Pengambilan spesimen dilakukan sebelum pemberian terapi antibiotik. Perlu diperhatikan
hal-hal sbb :
cairan serebrospinal yang purulen, dalam waktu 24 jam setelah pemberian antibiotik
seringkali sudah tidak mengandung bakteri penyebab, misalkan Haemophilus influenzae.
selama pemberian terapi antibiotik pada penderita salmonelosis, dalam tinja penderita
tidak akan diketemukan S.typhi.
Bila bahan yang diperiksa berasal dari pasien yang telah diterapi, sebaiknya klinisi
memberi catatan khusus, sehingga bisa dilakukan tindakan-tindakan tertentu. Misalnya dapat
diberikan Penisinase untuk merusak penisilin. Jadi pada penderita yang telah diterapi bisa
dilakukan pemeriksaan mikrobiologik.
1. Bahan pemeriksaan sebaiknya segera dibawa ke laboratorium atau kalau diperlukan dapat
pula digunakan media transport yang sesuai, agar bisa diperiksa secepatnya.
Pedoman khusus
Dalam melakukan pengambilan spesimen klinik, perlu diperhatikan beberapa hal khusus sesuai
lokasi pengambilan :
1. Cara Pengambilan Darah
Darah biasanya diambil pada saat demam tinggi, dari vena cubiti. Pertama-tama dilakukan
palpasi untuk mencari letak vena yang akan diambil. Sebelum pengambilan kulit sekitarnya
diusap dengan antiseptik, misalnya Jodium tincture 2%, atau alkhohol 80%. Setelah itu tidak
boleh dilakukan palpasi lagi, juga tidak boleh mengusap jarum suntik dengan kapas alkohol.
Volume pengambilan : 10-20 ml untuk dewasa
kateterisasi
Cara pertama dan kedua hanya dilakukan oleh dokter dengan indikasi tertentu karena
mengandung resiko, harus dilakukan secara aseptik untuk menghindari infeksi. Volume urine
minimal 10 ml dan segera dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Seperti diketahui urine
adalah medium yang baik untuk pertumbuhan bakteri, terutama bagi pemeriksaan angka kuman
harus segera diperiksa agar tidak terjadi pertumbuhan pesat sebelum diperiksa. Apabila terpaksa
bisa disinpan dalam almari pendingin selama 24 jam, tetapi dianjurkan tidak lebih dari 8 jam.
4. Cara Pengambilan Dahak atau Sputum
Dahak yang diambil diusahakan tidak tercemar oleh flora normal di rongga mulut, sebaiknya
pasien diminta berkumur sebelumnya dengan akuades steril, atau larutan garam fisiologis steril.
Dahak ditampung didalam pot steril, dengan cara batuk dalam-dalam, perlu kerjasama dengan
pasien. Segera mungkin ditanam dalam media perbenihan yang sesuai dengan jenis pemeriksaan.
5. Cara Pengambilan Discharge Mukosa
Bahan dari mukosa diambil dengan kapas lidi steril, bahan diambil dari : hidung, tenggorokan,
mata, telinga, lubang urogenital, luka.
6. Abses
Seleksi dan pengambilan yang adekuat sangat berpengaruh pada hasil pemerisaan. Jika lesi luas
atau terdapat beberapa lesi, bahan diambil dari beberapa tempat. Sampel dari abses harus
mengandung pus dan bagian dari dinding abses. Sebelum pengambilan kulit dibersihkan dengan
larutan fisiologis steril. .
7. Cara Pengambilan Cairan Serebrospinal
Dilakukan dengan punksi lumbal oleh seorang dokter ahli dengan memperhatikan aspek sterilitas
alat dan teknik pengambilan secara benar. Kuman pada bahan ini pada umumnya hanya bertahan
beberapa jam, sehingga harus segera dikirim ke laboratorium. Meningokokus sangat rentan
terhadap suhu rendah, sama sekali tidak dibenarkan menyimpan bahan pemeriksaan ini pada
almari pendingin.
1.Pengiriman Darah
Setelah diperoleh darah harus segera dikirim ke laboratorium karena kuman didalam darah akan
dipengaruhi oleh sel-sel dalam darah ataupun zat-zat yang ada dalam darah. Secara umum telah
direkomendasikan bahwa darah untuk perbenihan ditanam dalam perbenihan cair dengan
perbandingan 1 : 10 untuk membantu menetralkan efek bakterisidal karena adanya antimikroba
dalam (darah pada pasien yang telah diterapi) atau efek komplemen dan fagosit.
Bila darah dikirim tanpa menggunakan perbenihan cair seperti penjelasan dimuka, maka volume
darah yang dikirim untuk kepentingan isolasi adalah sebanyak 10-20 ml dengan menggunakan
antikoagulan, sebaiknya digunakan SPS (Sodium Polynethol Sulfonate) 0.05% atau 0.025 %.
Disamping sebagai antikoagulan, SPS merupakan antikomplemen dan antifagosit dan dapat
menetralkan efek anti mikroba. Suhu pengiriman supaya dipertahankan untuk tidak lebih dari
37C, dan terhindar dari kekeringan.
2.Pengiriman Tinja
Tinja dapat dikirim tanpa medium transport bila tidak terlalu lama. Apabila jarak pengiriman
jauh sehingga memerlukan waktu lebih dari 4 jam, maka perlu digunakan media transport yang
sekaligus merupakan medium selektif bagi jenis kuman tertentu. Medium transport atau selektif
ini berupa medium cair, misalknya : Air peptone alkali, Selenit Broth, dsb. Perlu diperhatikan
suhu dan hindarkan dari kekeringan.
3. Pengiriman urine
Urine dikirim tanpa medium transport karena urine merupakan medium yang baik pertumbuhan
kuman. Pengiriman bahan ini harus dilakukan segera mungkin untuk menghindari perkembangan
pesat organisme tersangka, dalam waktu 1 jam organisme per ml akan menjadi berlipat ganda.
Hal ini perlu diperhatikan mengingat diagnosis bakteriuri didasarkan pada jumlah kuman per ml
urine. Suhu dan kekeringan harus diperhatikan.
4.Pengiriman Dahak
Dikirim tanpa medium transport, tetapi harus segera.
5. Pengiriman discharge mukosa
Setelah diambil dengan kapas lidi dapat dimasukkan dalam media transport, kapas lidi
dimasukkan dalam tabung media transport secara aseptic.
6. Pengiriman abses, jaringan, spesimen drainage
Bahan pemeriksaan dikirim dengan medium transport semisolid Sturt, Carry & Blair (untuk
kuman anaerob). Spesimen dari usapan (swab), sebaliknya dihindari, lebih baik spesimen
langsung. Bila terpaksa, swab harus merupakan sampel yang mewakili bagian yang mengandung
kuman penyebab.
7. Pengiriman Cairan Serebrospinal
Bahan ini dikirim tanpa medium transport, tetapi harus sesegera mungkin dibawa ke
laboratorium dalam waktu kurang dari 1 jam. Segera ditanam pada medium perbenihan padat
yang cocok.
https://khanzima.wordpress.com/2011/09/13/pengambilan-spesimen/
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGAMBILAN SPESIMEN URIN
Mengambil urine/ air kemih sebagai bahan untuk pemeriksaan laboratorium bertujuan
untuk membantu menegakkan diagnose sehingga memudahkan pengobatan ,mengetahui reaksi
obat dll. Dilakukan untuk pasien baru, pasien yang akan atau sesudah pembedahan, pasien yang
mendapatkan obat tertentu, pasien hamil, pasien dengan penyakit yang ada hubungannya dengan
system perkemihan, pemeriksaan khusus dalam rangka pemeriksaan lengkap (general cek up)
dan sebagai pemeriksaan ulang. Cara-cara pengambilan urine di sesuaikan menurut macam
kebutuhan pemeriksaan.
Urine biasa (pengambilan secukupnya urine pasien yang d keluarkan secara biasa). Tujuan untuk
pemeriksaan kadar/ jumlah zat-zat yang terkandung di dalamnya misalnya guladalam urine,
untuk pemeriksaan kehamilan.
Urine steril (pengambilan urine secukupnya dari pasien yang bersangkutan secara steril dengan
menggunakan alat-alat steril untuk pembiakan dan resistensi). Tujuan untuk mengetahui jenis
dan jumlah kuman penyebab penyakit, adanya infeksi pada urethra, ginjal, dll, kepekaan kuman
terhadap beberapa jenis obat. Dilakukan pada pasien dengan penyakit infeksi yang lama atau
berat, pasien dengan pengobatan tertentu, pasien dengan kelainan-kelainan ginjal dan alat-alat/
saluran-salurannya.
Urea clearance test/UCT (pengambilan air kemih secara bertahap di sertai dengan pengambilan
darah untuk pemeriksaan ureum setelah pasien di berimakan khusus/diit UCT). Tujuan untuk
mengetahui faal glomeruli. Dilakukan pada pasien dengan kelainan ginjal, batu ginjal, pasien
dengan kelainan kelenjar prostat, pasien hypertensi, pasien penyakit jantung.
Pengumpulan air kemih/ urine 24 jam (pengumpulan urine yang di keluarkan oleh pasien tertentu
selama 24 jam). Tujuan untuk mengetahui jumlah air kemih selama 24 jam, untuk mengukur
berat jenis urine, untuk mengetahui keseimbanganan tara cairan yang masuk dan yang keluar,
menentukan sesuatu zat dalam air kemih secara kwalitatif, mengetahui fungsi ginjal. Dilakukan
pada pasien dengan kelainan ginjal dan saluran-salurannya, pasien dengan kelainan jantung,
ascites atauoedem, pasien dengan pengobatan khusus, pasien yang mendapat infus.
DAFTAR TILIK
MENYIAPKAN SPESIMEN URINE
PENILAIAN
Nilai 1 (satu) : Perlu Perbaikan
Langkah atau tugas tidak dikerjakan dengan benar atau tidak berurutan
Nilai 2 (dua) : Mampu
Langkah di kerjakan dengan benar dan berurutan tetapi kurang tepat, pembimbing perlu
membantu atau mengingatkan
Nilai 3 (tiga) : Mahir
Langkah di kerjakan dengan benar, tepat dan tanpa ragu-ragu serta berurutan sesuai prosedur.
LANGKAH
1
O
1
2
3
4
5
dilakukan
Menyiapkan alat, membawa kedeka tpasien
Memasang sampiran
Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan
7
8
NILAI
2
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Bak instrumen
Spuit 3 atau 5 cc
Bengkok
Sarung tangan steril
Plester
Gunting plester
7. Perlak
8. Kapas alcohol
9. Turniquet
10. Botol-botl tertutup yang bersih dan kering untuk tempat spesimen/ bahan
11. Waskom larutanklorin 0,5%
Prosedur pelaksanaan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
DAFTAR TILIK
PENGAMBILAN SPESIMEN DARAH VENA
PENILAIAN
LANGKAH
2
3
4
5
lakukan
Menyiapkan alat dan bahan, membawa kedekat pasien
Memasang sampiran
Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan
6
7
8
9
handuk bersih.
Memakai sarung tangan
Membebaskan daerah yang akan di suntik dari pakaian
Mencari daerah yang terlihat jelas venanya
Memasang pengalas di bawah daerah/ tempat yang akan di ambil
10
venanya
Mengikat bagian di atas daerah yang akan di suntik/ di ambil darahnya
dengan karet pembendung/ turniquet, pasien di anjurkan mengepalkan
11
tangannya
Menghapushamakan/ mendisinfeksi kulit dengan kapas alcohol secara
12
13
sirkular
Menegangkan kulit dengan tangan yang tidak dominan
Menusukkan jarum kedalam vena, dengan tangan dominan (jarum dan
14
NILAI
1 2 3
15
16
17
sebanyak kebutuhan
Menarik jarum keluar, dengan meletakan kapas alkohol di atas jarum dan
18
19
20
21
pemerikasaan
Membereskan alat, buang alat suntik dengan benar
Mencuci sarung tangan dengan larutan chlorin 0,5 %, lepas sarung
dalam
spuit
kedalam
botol
yang
tersedia
menit
Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan
23
handuk bersih
Melakukan dokumentasi tindakan yang telah di lakukan
Lancet
Kapas alkohol
Kapas kering
Sarung tangan
biarkan kering
8. Tusuk ujung jari dengan lancet secara tegak lurus
9. Usap darah yang baru keluar dengan kapas kering, darah yang keluar berikutnya digunakan untuk
pemeriksaan
10. Tekan bekas tusukan dengan kapas kering
11. Bereskan alat, buangalah suntikan dengan benar
12. Cuci sarung tangan dalam larutan klorin 0,5%, lepas sarung tangan secara terbalik dan rendam
dalam larutan klorin selama 10 menit
13. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan dengan handuk bersih
14. Lakukan dokumentasi tindakan yang telah dilakukan
DAFTAR TILIK
MENGAMBIL SPESIMEN DARAH PERIFER
PENILAIAN
Nilai 1 (satu) : Perlu Perbaikan
Langkah atau tugas tidak di kerjakan dengan benar atau tidak berurutan
Nilai 2 (dua) : Mampu
Langkah di kerjakan dengan baik dan berurutan tetapi kurang tepat, pembimbing perlu
membantu atau mengingatkan
Nilai 3 (tiga) : Mahir
Langkahdi kerjakan dengan benar, tepat dan tanpa ragu-ragu serta berurutan sesuai
prosedur
LANGKAH
1
O
1
2
3
4
5
dilakukan
Menyiapkan alat dan bahan, membawa kedekat pasien
Memasang sampiran
Mengatur posisi pasien senayaman mungkin
Mencuci tanagan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan
6
7
8
9
NILAI
2
3
DAFTAR PUSTAKA
Kusmiyati yuni. 2007. Keterampilan dasar praktik klinik kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya.
Varney Hellen, Dkk. 2009. Praktik Dasar volum I. Jakarta: EGC.
Varney Hellen, Dkk. 2004. Buku Ajar Asuhan Kebidanan edisi 4: EGC.
http://ririanitanurulsuci31.blogspot.com/2014/07/makalah-pengambilan-spesimen-urine.html