Anda di halaman 1dari 18

PENUNTUN PRAKTIKUM

MEKANISME DASAR PENYAKIT

TIM PENYUSUN
Prof. dr. Mansyur Arif, PhD, SpPK(K), MKes
Dr. dr. Nurahmi, MKes, SpPK(K)
dr. Amaliyah T. Lopa, MKes, SpPK(K)
dr. Kartika Paramita, SpPK

DEPARTEMEN ILMU PATOLOGI KLINIK


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
0
PENUNTUN PRAKTIKUM

MEKANISME DASAR PENYAKIT

TIM PENYUSUN
Prof. dr. Mansyur Arif, PhD, SpPK(K), MKes
Dr. dr. Nurahmi, MKes, SpPK(K)
dr. Amaliyah T. Lopa, MKes, SpPK(K)
dr. Kartika Paramita, SpPK

DEPARTEMEN ILMU PATOLOGI KLINIK


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022

1
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdullillah dengan selesainya buku penuntun Praktikum Patologi


Klinik Mekanisme Dasar Penyakit (MDP) ini, yang berisi tentang prosedur tes-tes cairan
tubuh secara manual.
Adapun buku ini disusun dengan tujuan: sebagai acuan atau panduan belajar
mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin saat melakukan praktikum
Patologi Klinik MDP, sehingga diperoleh hasil yang akurat sebagaimana hasil yang
diharapkan. Di samping itu, praktikum ini sangat penting untuk mahasiswa agar lebih
memahami prosedur tes yang rutin dilakukan, baik sebagai tes skrining, diagnostik,
monitoring, dan prognostik.
Mengingat buku penuntun ini belumlah sempurna seiring dengan perkembangan
dunia kedokteran dari masa ke masa, olehnya kritikan dan saran yang membangun
senantiasa kami harapkan.
Kepada seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan buku ini baik secara
langsung maupun tidak langsung, kami ucapkan terima kasih.

Makassar,
Ketua Departemen Ilmu Patologi Klinik

Dr. dr. Yuyun Widaningsih, M.Kes, Sp.PK

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul…………………………………………………………………………………1
Kata Pengantar………………………………………………………………..........................2
Daftar Isi……………………………………………………………..………………………….3
Urinalisis………………………………………………………….……………………………..4
Tes dan Interpretasi Cairan Pleura…………………………………………………………..10
Daftar Pustaka…………………………………………………………………………..…….13
Format Penyusunan Laporan………………………………………………………………..14
Kartu Kontrol………………………………………………………………………………..…17

3
URINALISIS

Nama Tes : Urinalisis


Indikasi : - Menunjang diagnosis suatu penyakit
- Memantau perjalanan penyakit
- Memantau efektifitas pengobatan serta komplikasi penyakit
- Skrining dan pemantauan penyakit asimptomatik, kongenital atau
herediter

Tes yang termasuk dalam urinalisis :


1. Makrsokopis
2. Mikroskopis
3. Kimiawi

1. TES MAKROSKOPIS
A. Pra Analitik
Persiapan pasien : hentikan konsumsi obat-obatan yang berpengaruh terhadap urin
untuk sementara waktu (vitamin, antibiotik, pil konterasepsi).
Persiapan sampel : tidak diperlukan persiapan khusus untuk sampel urine.
Alat dan bahan
• Gelas takar
• Carik indicator pH
• Urinometer
• Termometer ruangan

B. Analitik
Cara kerja
1. Tuangkan sampel urin kedalam gelas takar dan tentukan volumenya

4
2. Perhatikan warnanya, catat apakah warnanya normal atau anormal
3. Perhatikan jernih keruhnya urin tersebut
4. Celupkan 1 carik indicator pH, baca berapa pH urin.

5
5. Menetapkan Berat Jenis :
Tuang sampel urin, yang suhunya sudah sesuai suhu kamar ke gelas
urinometer; hilangkan busanya dengan memakai kertas saring.
Tempatkan hidrometer ke urin. Hidrometer harus terapung bebas dan tidak
boleh menyentuh dinding tabung/gelas (bila perlu putar hidrometer agar
terapung di tengah-tengah)
Bacalah pada dasar meniscus (hindari paralax). Laporkan BJ yang and baca.
6. Koreksi pembacaan BJ dengan memperhatikan suhu kamar
Suhu tera : 15°C
Suhu Ruangan : 32°C
BJ yang dibaca : 1,015 (misalnya)
Setiap kenaikan suhu 3ºC di atas suhu tera, tambahkan nilai 0,001 pada
bacaan BJ.
Jadi :
BJ = (32 - 15) X 0,001 + 1,015
3

Gambar 1. Urinometer

6
C. Pasca Analitik
Interpretasi:
1. Kejernihan dan warna :
Normal jernih atau sedikit keruh dan berwarna kuning muda.
2. Derajat keasaman atau pH : 4,5 - 8,0
Penetapan pH urin dilakukan dengan memakai indikator strip
3. Bau : bau normal yang karakteristik disebabkan oleh asam organik yang mudah
menguap.
4. Volume : 600 – 2500 ml/ 24 jam, rata-rata 1500 ml / 24 jam
5. Berat jenis (BJ) : 1,005 – 1, 025
BJ memberikan kesan derajat kepekatan urin. Urin pekat dengan BJ > 1,030
mengindikasikan kemungkinan adanya glukosauria.

2. TES MIKROSKOPIS
A. Pra Analitik
Persiapan pasien : hentikan konsumsi obat-obatan yang berpengaruh terhadap urin
untuk sementara waktu (vitamin, antibiotik, pil konterasepsi).
Persiapan sampel : tidak diperlukan persiapan khusus untuk sampel urine.
Alat dan bahan
o Tabung sentrifus
o Alat sentrifus
o Corong
o Kaca obyek + kaca penutup (dekglas)
o Pipet tetes / pipet Pasteur
o Mikroskop

B. Analitik
Cara kerja :
1. Masukkan 10-15 ml urin kedalam tabung sentrifus,lalu urin tersebut disentrifus
selama 5 menit pada 1500 – 2000 rpm.
2. Buang cairan dibagian atas tabung (lapisan supernatant), sisakan endapan urin
kira-kira 1 ml.

7
3. Goyangkan tabung sisa urin dan endapan agar tercampur
4. Ambil suspensi endapan dengan pipet tetes, tempatkan 1 tetes di atas kaca
obyek kemudian tutup dengan kaca penutup.

C. Pasca Analitik
Periksa sedimen dibawah mikroskop dengan :
• Lensa objektif 10 X (LPK : lapangan pandang kecil) :
Untuk jumlah rata-rata sedimen seperti torak, Kristal, epitel dan elemen lainnya.
• Lensa objektif 40 X (lapangan pandang besar : LPB)
Untuk jumlah rata-rata eritrosit dan lekosit.

3. TES KIMIA URIN


3.1. TES PROTEIN URIN
A. Pra Analitik
Persiapan pasien : hentikan konsumsi obat-obatan yang berpengaruh terhadap urin
untuk sementara waktu (vitamin, antibiotik, pil konterasepsi).
Persiapan sampel : tidak diperlukan persiapan khusus untuk sampel urine.
Alat dan bahan
• Tabung reaksi + rak
• Asam Sulfosalisil 20 %
• Asam asetat 10 %
• Pembakar (Bunsen / spiritus)

B. Analitik
Cara kerja :
a. Reaksi dengan Asam Sulfosalisil 20%
1. Siapkan 2 tabung reaksi, tandai dengan nomor 1 dan 2. Tabung nomor 2
dipakai sebagai pembanding.
2. Tuangkan kemasing-masing tabung 2 mL urin
3. Tambahkan ke tabung no 1 : 2 mL asam Sulfosalisil 20 %, kocok isi tabung.

8
4. Perhatikan ada tidaknya kekeruhan pada tabung no 1, bandingkan dengan
tabung no.2

b. Reaksi dengan Asam Asetat 10% dan Pemanasan


1. Tuang urin yang jernih ke dalam tabung reaksi sampai kira-kira 2/3 penuh.
2. Panaskan bagian atas tabung selama lebih kurang 2 menit dan timbulnya
kekeruhan. Bagian bawah tabung digunakan sebagai pembanding (kontrol).
Kekeruhan yang timbul dapat disebabkan oleh protein, foafat, atau karbonat.
3. Tambahkan 3-5 tetes asam asetat 10% untuk melarutkan fosfat dan karbonat.
4. Panaskan lagi bagian atas tabung, kekeruhan yang timbul adalah presipitasi
protein.

C. Pasca Analitik
- : tidak ada kekeruhan
+ : Kekeruhan sangat halus, terlihat bila diberikan latar belakang hitam (protein <
0,01 gr %)
1+ : Ada kekeruhan tetapi tidak tampak berbutir-butir (protein 0,01-0,05 gr %)
2+ :Ada kekeruhan dan tampak berbutir-butir (protein 0,05-0,2 gr%)
3+ : Amat keruh dengan gumpalan berkeping-keping (protein 0,2-0,5 gr%)
4+ : Kekeruhan tebal dan bergumpal-gumpal (protein > 0,5 gr %)

3.2.TES GLUKOSA URIN (Tes Reduksi Benedict)


A. Pra Analitik
Persiapan pasien : hentikan konsumsi obat-obatan yang berpengaruh terhadap urin
untuk sementara waktu (vitamin, antibiotik, pil konterasepsi).
Persiapan sampel : tidak diperlukan persiapan khusus untuk sampel urine.
Alat dan Bahan
• Tabung Reaksi + Rak
• Larutan Benedict Kualitatif
• Pembakar Bunsen

9
B. Analitik
Cara Kerja
1. Tuangkan 5 ml larutan Benedict ke dalam tabung reaksi
2. Tambahkan sampel urin sebanyak 5-8 tetes
3. Didihkan di atas nyala api bunsen selama 2 menit
4. Perhatikan adanya perubahan warna setelah isi tabung dikocok

C. Pasca Analitik
Interpretasi:
Negatif; cairan tetap biru, jernih, bisa agak hijau atau sedikit keruh
1+ : Hijau kekuningan (Glukosa 0,5-1,0 gr%)
2+ : Kuning kehijauan (Glukosa 1,0-1,5 gr%)
3+ : Kuning (Glukosa 1,5-2,5 gr%)
4+ : Jingga/Merah (Glukosa 2,5-4,0 gr%)

10
TES DAN INTERPRETASI CAIRAN PLEURA

Nama Tes : Tes cairan pleura


Indikasi : untuk mengetahui penyebab penimbunan cairan, penunjang diagnosis,
memantau perjalanan penyakit dan efektifitas pengobatan, komplikasi
penyakit serta mengetahui interpretasi hasil-hasil tes yang dilakukan.

Tes yang termasuk dalam urinalisis :


1. Makrsokopis
2. Mikroskopis
3. Kimiawi

I. TES MAKROSKOPIS
1.Volume
Pra Analitik:
 Persiapan pasien: Tidak dilakukan persiapan khusus
 Persiapan sampel: Tidak ada persiapan khusus, namun perlu identifikasi
sampel (nama, umur, jenis kelamin dan alamat)
 Prinsip tes: Makin banyak volume cairan pleura makin besar kerusakan
pada rongga pleura
 Alat: Gelas ukur

Analitik:
• Cara kerja: Melihat jumlah cairan pleura
• Nilai rujukan: 1-10 cc.

Pasca Analitik:
• Interpretasi: Makin banyak cairan pleura berarti makin besar
kerusakan.

2. Warna dan kejernihan


Pra Analitik :

11
• Persiapan pasien : tidak dilakukan persiapan khusus
• Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus, namun perlu identifikasi sampel
(nama, umur, jenis kelamin, dan alamat )
• Prinsip tes : setiap kelainan member warna dan kejernihan yang berbeda
• Alat : tabung yang jernih

Analitik :
• Cara kerja : melihat warna dan kejernihan sampel
• Nilai rujukan : tidak berwarna dan jernih

Pasca Analitik :
Interpretasi :
• Warna transudat biasanya kekuning-kuningan dan jernih seperti pada gagal
jantung kongestif
• Warna eksudatif dapat berbeda-beda seperti :
- Warna kuning : mengandung bilirubin
- Warna merah atau coklat : mengandung darah yang bisa disebabkan oleh
pecahnya pembuluh darah ( seperti pecahnya aneurisma aorta), yang
kemudian mengalirkan darah kerongga pleura atau ada gangguan
pembekuan darah
- Warna putih kuning dan keruh : mengandung nanah atau pus yang bisa
terjadi jika pneumonia atau abses paru menyebar kerongga pleura
- Putih seperti susu atau keruh : chylus akibat terjadinya cedera saluran
getah bening utama di dada (duktus toraki, atau oleh penyumbatan saluran
karena adanya tumor)
- Warna kehijauan : pyocyaneus

3. Berat Jenis
Pra Analitik :
• Persiapan pasien : tidak dilakukan persiapan khusus
• Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus, namun perlu identifikasi sampel
(nama, umur, jenis kelamin, dan alamat )

12
• Prinsip tes : menentukan berat jenis cairan pleura
• Alat : urinometer ( bila cairan banyak )dan refraktometer (bila cairan sedikit )

Analitik :
• Cara kerja : melihat berat jenis sampel yang tertera dalam alat
• Nilai rujukan : < 1,018 berarti transudat; > 1,018 berarti eksudat

Pasca Analitik :
Interpretasi :
- Berat jenis < 1,018 Transudat : payah jantung, asites, nefrosis
- Berat jenis > 1,018 Eksudat : keganasan, tuberkulosis dan infeksi paru
lainnya, reaksi obat, asbestos sarkoidosis

4. Bekuan
Pra Analitik :
• Persiapan pasien : tidak dilakukan persiapan khusus
• Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus, namun perlu identifikasi sampel
(nama, umur, jenis kelamin, dan alamat)
• Prinsip tes : fibrinogen yang ada dalam sampel dapat menyebabkan sampel
membeku
• Alat : tabung yang jernih

Analitik :
• Cara kerja : sampel dibiarkan dalam suhu kamar selama satu jam, kemudian
dilihat apakah ada bekuan atau tidak.
• Nilai rujukan : tidak membeku

Pasca Analitik :
Interpretasi :
- Ada bekuan (+) : ada proses peradangan
- Makin besar bekuan, makin berat proses peradangannya

13
II. TES KIMIA
TES RIVALTA
Pra Analitik :
• Persiapan pasien : tidak dilakukan persiapan khusus
• Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus, namun perlu identifikasi sampel
(nama, umur, jenis kelamin, dan alamat )
• Prinsip tes : adanya seromusin akan memberikan gambaran awan putih
• Alat :
- Gelas ukur
- Aquades
- Asam asetat glasial

Analitik :
• Cara kerja :
- Campurkan 2 tetes asam asetat glacial ke dalam 100 ml aquades dalam
gelas ukur
- Teteskan 1 tetes cairan pleura yang akan diperiksa ke dalam campuran
tersebut
- Perhatikan tetesan itu bercampur dan bereaksi

• Nilai rujukan : tidak ada kekeruhan

Pasca Analitik :
Interpretasi :
- Bila tidak ada kekeruhan hasil tes negatif : Transudat
- Bila terdapat kekeruhan hasil tes positif : Eksudat

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Buku Ajar Blok Mekanisme Dasar Edisi II, FK Unhas, Makassar, 2011.
2. Robbins and Cotran, Pathologic Basic of Disease 10th Edition, Elsevier
Saunder, 2017.
3. Richard A. McPherson at al. Henry’s. Clinical Diagnosis and
Management, Laboratory Methods 23rd. 2016.
4. BA. Forbes, DF Sahm, AS. Wessefeld, at al. Balley & Scott’s Diagnostic
Microbiology, 14th Edition. 2017.
5. Abbas AK, Lichtman AH, Pillai S. Cellular Molecular Immunology, 9th
Edition. Phila del pia. Saunders, 2017.

15
FORMAT PENYUSUNAN LAPORAN

JUDUL TES
I. PENDAHULUAN
II. METODE
1. TES………………..

1.1 PRA ANALITIK


• Persiapan pasien`
• Persiapan sampel
• Prinsip tes
• Alat dan Bahan

1.2 ANALITIK
• Cara Kerja
• Nilai Rujukan

1.3 PASCA ANALITIK

• Interpretasi

III. DISKUSI

IV. KEPUSTAKAAN

16
KARTU KONTROL
PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK
SISTEM MEKANISME DASAR PENYAKIT

Nama : .......................................................
Stambuk : ....................................................... Pas
Kelompok : ....................................................... Foto 3 x 4

Pembimbing : .......................................................

Tanggal Tanda Tangan Pembimbing

Praktikum Nama Tes Praktikum Laporan Nilai

Koordinator Praktikum,

( )
17

Anda mungkin juga menyukai