Anda di halaman 1dari 17

URINALISIS

LAPORAN PRAKTIKUM

Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Fisiologi Hewan Dan Manusia


Yang dibimbing oleh Bapak Dr. Abdul Gofur, M.Si

Disusun Oleh:
Kelompok 6 / Offering I
Endah Retno Atdha Sari (170342615502)
Farida Ariyani (170342615518)
Muhammad Haidar Amrullah (130342615319)
Mega Berliana (170342615550)
Vina Rizkiana (170342615504)

The Learning University

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
November 2018
A. TANGGAL PRAKTIKUM
Kegiatan praktikum “Urinalisis” dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 21 November
2018 di Laboratorium Fisiologi Hewan Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri
Malang.

B. TUJUAN
Kegiatan praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengetahui kandungan zat
dalam urinee.

C. DASAR TEORI
Sistem urinaria terdiri atas ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra. Sistem tersebut
bertugas membantu mempertahankan homeostasis dengan menghasilkan urin sebagai
hasil dari sisa metabolisme. Dalam ginjal terdapat 3 tahap utama dalam pembentukan
urin, (1) filtrasi glomerular, yaitu filtrasi plasma darah oleh glomerulus, (2) reabsorpsi
tubular, yaitu penyerapan kembali secara selektif zat-zat (garam, air, gula sederhana,
asam amino) dari tubulus ginjal ke kapiler peritubular, dan (3) sekresi tubular, yaitu
sekresi zat-zat dari kapiler darah ke dalam lumen tubulus yang juga mengikutsertakan
penahanan kalsium, asam urat, amino organik dan ion hidrogen yang berfungsi untuk
memperbaiki komponen buffer darah dan mengerluarkan zat-zat yang bersifat toxic bagi
tubuh (Soewolo, 2005).
Cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari
dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-
molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis
cairan tubuh. Dalam mempertahankan homeostasis tubuh peranan urin sangat penting,
karena sebagian pembuangan cairan oleh tubuh adalah melalui sekresi urine (Joanna,
2015).
Urin adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan
dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Urin disaring di dalam ginjal,
dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui
uretra. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial.
Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika ada molekul yang masih
dibutuhkan oleh tubuh. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi
dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar dari
(Poedjiadi 2005).
Kandungan urin normal manusia yaitu mengandung sekitar 95% air. Volume urin
orang normal dewasa antara 600-2500 ml/hari. Jumlah ini tergantung pada volume air
yang masuk ke tubuh, suhu luar, makanan dan keadaan mental/fisik individu. Salah satu
unsur normal dalam urin adalah adanya urea yang lebih dari 25-30 gram dalam urine.
Urea merupakan hasil akhir dari metabolisme protein pada manusia. Ekskresi urea
meningkat jika katabolisme protein meningkat, seperti pada orang yang sedang
mengalami demam, diabetes, atau aktifitas korteks adrenal yang berlebihan. Jika terdapat
penurunan produksi urea misalnya pada stadium akhir penyakit hati yang fatal atau pada
asidosis karena sebagian dari nitrogen yang diubah menjadi urea dibelokkan ke
pembentukan amoniak (Soewolo, 2005).
Mekanisme pengenceran dan pemekatan urin dilakukan di lengkung Henle dengan
cara transfer natrium dalam jumlah kecil secara berulang. Urin hipotonik dan hipertonik
tergantung dengan adanya ADH dan juga gradien osmotik medula ginjal yang
dipertahankan oleh vasa rekta dengan membentuk “Counter current system”.
Pengasaman urin dilakukan ginjal dengan mengatur konsentrasi bikarbonat plasma.
Mekanisme buffer untuk mengendalikan pH cairan tubuh yang efektif adalah buffer
sistem asam karbonat-bikarbonat karena jumlah CO2 yang diatur dikendalikan oleh
pernapasan dan konsentrasi plasma HCO3- diatur oleh ginjal (Soewolo, 2005).
Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urine pasien untuk diagnosis
infeksi saluran kemih, batu ginjal, skrining dan evaluasi berbagai jenis penyakit ginjal,
memantau perkembangan penyakit seperti diabetes melitus dan tekanan darah tinggi
(hipertensi), dan skrining terhadap status kesehatan umum. Urine yang normal memiliki
ciri-ciri antara lain : warnanya kuning atau kuning gading, transparan, pH berkisar dari
4,6-8,0 atau rata-rata 6, berat jenis 1,001-1,035, bila agak lama berbau seperti amoniak
(Basoeki, 2000).
Terdapat unsur-unsur abnormal dari urin, yaitu (1) protein, proteinuria
(albuminuria) yaitu adanya albumin dan globulin dalam urin dengan konsentrasi yang
abnormal yaitu terdapat ± 0,5 % protein dalam urin, secara patologis disebabkan oleh
adanya kelainan dari organ ginjal karena sakit namun dapat juga terjadi karena keracunan
tubulus ginjal oleh logam-logam berat (raksa, arsen, bismut), (2) glukosa, dapat
ditemukan setelah mengalami stress emosi dan juga diabetes, galaktosuria dan laktosuria
dapat terjadi pada ibu selama kehamilan, laktasi maupun menyapih, dan (3) adanya
bilirubin dan kandungan darah karena kerusakan pada ginjal (Soewolo, 2005).
Basoeki (2000) menyatakan bahwa pada proses urinalisis terdapat banyak metode
yang dapat digunakan untuk mendeteksi zat-zat apa saja yang terkandung di dalam urine.
Analisis urine dapat berupa analisis fisik, analisis kimiawi dan analisis secara
mikroskopik.

D. ALAT DAN BAHAN


Alat:
1. Sentrifugasi 9. Gelas penutup
2. Tabung sentrifuge 10. Mikroskop
3. Tabung reaksi 11. Lap flanel
4. Pipet panjang 12. Kertas isap
5. Penjepit tabung reaksi 13. Lampu spiritus
6. Urinometer 14. Korek api
7. Tabung urinalis 15. Termometer
8. Gelas benda
Bahan:
1. Urine segar 5. Reagen Millon
2. Larutan Bennedict 6. Kristal sodium nitropusside
3. Larutan NaOH 5% 7. Asam asetat
4. Indikator universal

E. PROSEDUR KERJA
1. Analisis Fisik
a. Warna

Mengamati sampel urine. Urine yang normal akan berwarna dari kuning
sampai kuning gading
b. Berat Jenis

Menyiapkan urinometer (hydrometer). Memasukkan urine ke dalam tabung


besar (lebih besar dari tabung reaksi biasa), kedalamnya kemudian
memasukkan urinometer

Memutar urinometer perlahan untuk meyakinkan bahwa ia terapung bebas

Mencatat skala apabila termometer sudah tidak bergerak

c. pH

Menyiapkan kertas indikator universal dan skalanya

Memasukkan kertas indikator universal ke dalam sampel urine, kemudian


menunggu hingga kertas universal benar-benar kering

Mencocokkan hasil perubahan warna pada kertas indikator universal dengan


warna yang terdapat pada skala pH universal

2. Analisis Kimia
a. Glukosa

Mencampurkan 8 tetes urine dengan 5 ml larutan Bennedict ke dalam tabung


reaksi

Meletakkan tabung reaksi tersebut di atas lampu spirtus selama 5 menit

Mengamati perubahan warna. Apabila terjadi perubahan warna menjadi merah


bata (ada endapan), maka urine positif mengandung glukosa
b. Protein
 Reagen Millon

Memasukkan urine ke dalam tabung sentrifugasi, kemudian


dipusingkan dengan 3000 rpm selama 15 menit

Menuangkan 3 ml supernatant urine ke dalam tabung reaksi, kemudian


meneteskan reagen Millon

Apabila hasilnya positif mengandung protein, maka akan terjadi


perubahan warna menjadi warna lembayung

 Benda Keton (Aseton)


Memasukkan urine ke dalam tabung sentrifugasi, kemudian
dipusingkan dengan 3000 rpm selama 15 menit

Melarutkan kristal sodium nitroprusside dalam 5 ml urine pada tabung


reaksi

Menambahkan 5 tetes asam asetat pada campuran tersebut

Meneteskan 1 tetes NaOH pada tepi dinding tabung dalam tabung


reaksi dengan menggunakan pipet tetes

Adanya cincin ungu kemerahan menunjukkan keberadaan benda keton


 Pigmen Empedu

Memasukkan urine ke dalam tabung sentrifugasi, kemudian


dipusingkan dengan 3000 rpm selama 15 menit

Mengisi separuh tabung reaksi dengan urine

Mengocok tabung reaksi dengan baik dan benar

Adanya buih berwarna kuning menunjukkan keberadaan pigmen


empedu

3. Analisis Mikroskopis

Mengambil endapan urine dengan pipet, meneteskannya pada gelas benda dan
menutup dengan kaca penutup

Memeriksa di bawah mikroskop, apakah terdapat eritrosit, leukosit, sel epitel


bakteri, serabut tanaman, atau kristal dengan mencocokkan dengan gambar yang
ada di buku

F. HASIL PENGAMATAN
1. Tabel Analisis Fisik
Perlakuan Hasil

Warna Kuning Gading

Berat jenis urine =


𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑎𝑐𝑎+(𝑠𝑒𝑖𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ 𝑠𝑢ℎ𝑢−𝑠𝑢ℎ𝑢 𝑡𝑒𝑟𝑎𝑎𝑛)
𝑥 0,001
3
5,6 +(33−15,6)
= 𝑥 0,001
Berat jenis 3

= 0,0767
Berat jenis sesungguhnya
= 1,001 + 0,0767
= 1,0777gram/cm3

pH 6

2. Tabel Analisis Kimia

Glukosa
Warna Hasil

Warna sebelum dipanaskan = biru - Negatif


Warna setelah dipanaskan = biru - Tidak ada endapan

Protein
Perlakuan Hasil

- Ada endapan
Reagen Millon
- Negatif, berwarna keruh

- Tidak ada cincin


Benda keton (aseton)
- Atas bening, bawah merah

Pigmen empedu - Tidak ada buih

3. Tabel Analisis Mikroskopis

Perlakuan Hasil

Mengamati endapan urine dibawah mikroskop - Tidak ada elemen dan pigmen

G. ANALISIS DATA
1. Analisis Fisik
a) Warna Urine
Pengamatan dilakukan dengan mengamati langsung warna urine pada tabung urine.
Berdasarkan pengamatan, warna urine subjek (laki-laki : M. Haidar ) yang kami amati
adalah kuning gading.
b) Berat Jenis
Pada penentuan berat jenis ini menggunakan urinometer. Urinometer mengapung dan
langsung menunjukkan skala yang merupakan berat jenis urine. Hal ini dilakukan dengan
memasukkan urinometer ke dalam tabung besar yang telah berisi urine. Skala dibaca
setelah urinometer tidak bergerak lagi (diam).
Pengukuran suhu urine dilakukan dengan thermometer, didapatkan suhu 33°C, lalu Bj
teraan = 60 °F .
Dilakukan perhitungan sebagai berikut:
- Suhu teraan
5
60 ° F = x (60° - 32 °) C
9

= 15,6 °C
- Berat jenis terbaca
5
42 ° F = x (42° - 32 °) C
9

= 5,6 °C
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑎𝑐𝑎+(𝑠𝑒𝑖𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ 𝑠𝑢ℎ𝑢−𝑠𝑢ℎ𝑢 𝑡𝑒𝑟𝑎𝑎𝑛)
- Berat jenis urine = 𝑥 0,001
3
5,6 +(33−15,6)
= 𝑥 0,001
3

= 0,0767
Dari hasil penghitungan bisa didapatkan berat jenis sesungguhnya. Dimana berat
jenis sesungguhnya = 1,001 + 0,0767
= 1,0777gram/cm3
Berat jenis dikatakan normal apabila mendekati angka 1,003 – 1,030 (ada yang
menyatakan berat jenis normal 1,001 – 1,035). Berdasarkan data yang didapat dan
berdasarkan teori tersebut dapat disimpulkan bahwa berat jenis subjek (1,0777 gram/cm3)
adalah lebih dari normal karena melebihi rentangan angka normal.
c) pH Urine
Pada penentuan pH urine, kami menggunakan indikator universal. Caranya adalah
dengan mencelupkan kertas indikator universal pada urine subjek (laki-laki), kemudian
mencocokan warna pada kertas indikator universal dengan warna standar yang ada pada
kotak tempat indikator tersebut.
Berdasarkan pengamatan kami, didapatkan pH 6 pada urine subjek. pH urine yang
normal adalah 4,5 – 7,5 (ada yang mengatakan 4,6 – 8,0). Berdasarkan data yang kami
dapatkan, dapat disimpulkan bahwa pH urine subjek yang kami amati adalah normal
karena termasuk dalam range angka pH urine normal.
2. Analisis Kimia
a) Glukosa
Pada percobaan uji glukosa dilakukan dengan menambahkan 5 ml larutan benedict
kedalam tabung reaksi yang berisi 8 tetes urine dan kemudian dipanaskan. Hasilnya
adalah larutan yang semula berwarna biru tetap berwarna biru. Uji positif ditandai
dengan terbentuknya endapan merah bata. Namun, dalam pengamatan kami, didapatkan
hasil warna biru (sama seperti warna awal), hal ini menunjukkan bahwa urin subjek
negatif / tidak mengandung glukosa dan endapan.
b) Protein
- Uji Millon
Untuk mengetahui adanya unsur protein dalam urine, pada percobaan ini
menggunakan reagen millon. Setelah 3 ml supernatan urine ditambah 5 tetes reagen
millon, larutan yang awalnya berwarna putih keruh, tidak mengalami perubahan yang
signifikan, dan tetap berwarna putih keruh, hal ini menunjukkan bahwa urin subjek
negatif protein. Urin yang positif mengandung protein akan berubah warna lembayung
pada uji Millon.
- Benda Keton (aseton)
Untuk mengetahui adanya benda keton dalam urine, pada percobaan ini urin yang
telah ditambahkan dengan Kristal sodium nitroprusside ditambah dengan asam asetat
dan juga NaOH. Dari hasil perlakuan yang telah dilakukan didapatkan hasil tidak adanya
cincin ungu yang terbentuk, dengan warna akhir urine atas tabung bening dan bawah
tabung, merah hal ini menunjukkan bahwa dalam urin subjek negatif protein.
- Pigmen Empedu
Urin yang telah dikocok kemudian diamati dan diperoleh hasil yakni tidak terdapat
gelembung. Adanya gelembung menunjukkan bahwa urin mengandung pigmen empedu
(bilirubin dan biliverdin).
3. Analisis Mikroskopis
Pada analisis mikroskopis, dalam urine yang diamati di mikroskop tidak didapati
elemen dan pigmen.

H. PEMBAHASAN
1. Analisis Fisik
Dari hasil praktikum diketahui bahwa sampel urine memiliki warna kuning gading
yang menunjukkan dalam keadaan normal dikarenkan jika warnanya memerah
menandakan adanya darah yang bercampur dalam urin. Hal ini terjadi pada keadaan
infeksi, luka, batu saluran kemih, tumor, atau meminum obat tertentu. Jika warna sangat
merah menandakan adanya perdarahan yang hebat di saluran kemih (Ophart 2003).
Menurut Soewolo (2000) warna urine normal adalah kuning pucat atau kuning
gading. Pigmen yang terkandung di dalam urine terutama adalah urokrom, sedikit
urobilin dan hematopofirin. Hal ini sesuai dengan hasil percobaan yang menunjukkan
bahwa sampel urin memiliki warna kuning gading sehingga dapat diketahui bahwa urin
tersebut dalam keadaan normal. Pada keadaan demam, urin berwarna kuning tua atau
kecoklatan, pada penyakit hati pigmen empedu mewarnai urin menjadi hijau, coklat, atau
kuning tua. Hemoglobin dalam darah memberi warna seperti asap sampai merah pada
urin. Urin sangat asam mengendapkan garam asam urat dengan warna dadu. Disebutkan
pula oleh Smith & Jacqueline (2007) bahwa urin berbusa/berbuih merupakan tanda
sangat awal adanya proteinuria (kadang-kadang disebut albiminaria), terbentuknya
garam-garam empedu atau protein albumin dalam urine. Proteinuria adalah tanda adanya
kerusakan ginjal dan jantung terutama pada orang yang mengidap diabetes atau
hipertensi.
Dari suhu urine mencapai sebesar 33̊ C dan memiliki berat jenis sebesar 1,0867. Hal
ini tidak sesuai dengan teori dimana menurut Soewolo (2005), berat jenis urin normal
berkisar antara 1,003- 1,030. Berat Jenis (BJ) atau specific gravity (SG) dipengaruhi oleh
tingkat keenceran air seni. Seberapa banyak minum atau berkemih akan mempengaruhi
berat jenis urine. Semakin banyak berkemih, akan semakin rendah berat jenis, demikian
sebaliknya. Adanya protein atau glukosa dalam urine akan meningkatkan berat jenis
urine. Jika ada protein dalam urine, maka setiap 1% proteinuria berat jenis bertambah
0,003. Jika ada glukosa dalam urine, maka setiap 1% glukosuria berat jenis bertambah
0,004 (Ganong, 2008).
Berdasarkan hasil pH urine dengan menggunakan indikator universal diketahui
bahwa sampel urine memiliki pH sebesar 6. Menurut Soewolo (2005), pH urine normal
berkisar antara 4,7-8. Hal ini menunjukkan bahwa sampel urine termasuk dalam kriteria
normal sebab masih berada pada kisaran 4,7-8. Urin akan menjadi asam ketika masukan
protein tinggi sebab fosfat dan sulfat berlebihan dari hasil katabolisme protein.
Keasaman urin akan meningkat pada asidosis dan pada demam. Urin akan menjadi basa
karena perubahan urea menjadi ammonia dan kehilangan CO2 di udara. Urin akan
menjadi basa ketika alkalosis seperti banyak muntah.
2. Analisis Kimia
Dari hasil analisis kimia berdasarkan uji benedict (glukosa) sampel urin berwarna
yang menunjukan respon negatif dan tidak ada endapan sehingga dapat dikatakan sampel
urin ini tidak mengandung glukosa. Menurut Soewolo (2005), urine subjek bebas dari
unsur abnormal berupa glukosa.
Berdasarkan uji protein dari reagen millon menunjukkan warna dan ada endapan
yang artinya negatif sehingga dapat diakatan sampel urine normal. Jika urine
mengandung protein, maka akan terbentuk warna lembayung (Basoeki, 2000).
Keberadaan protein dalam urine dapat menunjukkan bahwa seseorang mengalami luka
pada ginjal. Laporan sejumlah peneliti dalam Journal of the American Society of
Nephrology menyebutkan, pasien yang memiliki kadar urine tinggi, atau albuminuria,
memiliki risiko lima kali lipat menderita luka ginjal akut (Acandra, 2010).
Pada benda keton (aseton) menunjukkan tidak ada cincin yang terbentuk; pada
bagian permukaan atas berwarna bening dan bagian bawah berwarna merah yang artinya
sampel urin tidak mengandung benda keton (aseton), sehingga sampel urine dalam
keadaan norma, jika terdapat adanya kandungan keton maka dapat dikatakan subyek
terindikasi penyakit kencing manis dan memiliki bau busuk sering terjadi pada penderita
tumor di saluran kemih (Ophart 2003).
Dan dari hasil uji pigmen empedu menunjukkan tidak ada buih yang artinya sampel
urine dalam keadaan norma. Hal ini sesuai penyataan Ganong (2008), bahwa pada urin
yang tidak normal (mengandung pigmen empedu) ditandai dengan adanya buih yang
berwarna kuning bukan berwarna bening atau putih.
3. Analisis Mikroskopis
Dari hasil pengamatan dibawah mikroskop dari endapan urine tidak ada elemen dan
pigmen yang menunjukkan sampel tidak mengandung zat-zat yang berbahaya seperti
logam berat, kotoran, ataupun bakteri. Hal ini dikarenakan analisis secara mikroskopik,
sampel urin secara langsung diamati di bawah mikroskop sehingga akan diketahui zat-
zat apa saja yang terkandung di dalam urin tersebut, misalnya kalsium phospat, serat
tanaman, bahkan bakteri (Lehninger 1982).
4. Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kandungan Zat-zat Dalam Urin
Dari hasil pengamatan dapat diketahui fakor dari urine yang dikeluarkan terdiri dari
berbagai unsur seperti air, protein, amonia, glukosa, sedimen, bakteri, dan epitel.
Unsurunsur tersebut sangat bervariasi perbandingannya pada orang yang berbeda dan
juga pada waktu yang berbeda dan dipengaruhi oleh makanan yang kita konsumsi.
Kandungan urin inilah yang menentukan tampilan fisik air urin seperti kekentalannya,
warna, kejernihan, bau, dan busa. Pada keadaan normal, urin memang tampak sedikit
berbusa karena urin mengandung unsur-unsur tersebut. Apalagi bila urin dicurahkan ke
dalam tempat berwadah dari posisi tinggi, akan terjadi reaksi yang menyebabkan urin
tampak berbusa. Memastikan adanya kelainan pada urin perlu diperhatikan beberapa hal
seperti warna, bau, kejernihan, dan kekentalan. Warna yang memerah menandakan
adanya darah yang bercampur dalam urin. Hal ini terjadi pada keadaan infeksi, luka, batu
saluran kemih, tumor, atau meminum obat tertentu. Jika warna sangat merah
menandakan adanya perdarahan yang hebat di saluran kemih (Ophart 2003).

I. KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa sampel urin berdasarkan
analisis fisik menunjukkan warna kuning gading; berat jenis 1,0777gram/cm3, dan pH
menunjukkan angka 6, Analisis kimia pada uji glukosa negatif; uji protein pada reagen
milon negatif; benda keton (aseton) tidak ada cincin; bagian permukaan atas berwarna
bening serta bagian bawah berwarna merah; dan pada pigmen empedu tidak ada buih,
dan analisi mikroskopik menunjukkan tidak ada elemen dan pigmen yang terkandung
sehingga dapat dikatakan sampel urin dalam keadaan normal, akan tetapi pada berat jenis
sampel urine dalam keadaan keadaan normal, hal ini dimungkinkan adanya kesalahan
dalam prosedur pengamatan atau kurangnya ketelitian.

J. DAFTAR RUJUKAN
Acandra. 2010. Intip Kesehatan Warna Urine. (Online),
(http://kesehatan.kompas.com/read/2010/04/13/13214350/Intip.Kesehatan.dari.
Warna.Urine, diakses pada 27 November 2018.
Basoeki, Soedjono. 2000. Petunjuk Praktikum Anatomi dan Fisiologi Manusia. Malang:
FMIPA UM.
Ganong, W. F. 2008. Fisiologi Kedokteran edisi 14. Alih bahasa oleh dr. Petrus
Andrianto. Jakarta: EGC.
Joanna M.R., Jolanta M., dan Monika W. 2015. Urinary Tract Infections In Pregnancy:
Old And New Unresolved Diagnostic And Therapeutic Problems. Arch
Medical Science; 2015; 11, 1: 67–77.
Lehninger, A. L., 1982, Dasar-dasar Biokimia, Jlilid 1, Alih bahasa, Maggi
Thenawijaya, Erlangga, Jakarta.
Ophart C.E.2003. Virtual Chembook. Jakarta: Elmhurst College .
Poedjiadi A. 2005. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Penerbit UI-Press
Smith, Joan Liebmann & Jacqueline Nardi Egan. 2007. Body Signs. Ufuk Press
Soewolo. 2005. Fisiologi Manusia. Malang: FMIPA UM. UM Press.

K. LAMPIRAN
1. Analisis Fisik
a. Warna

Gambar 1. Urine normal dengan


warna kuning gading

b. Berat Jenis

Gambar 2. Pengukuran suhu Gambar 3. Pengukuran suhu


urune menggunakan thermometer urine menggunakan thermometer
°C °F
c. pH

Gambar 4. Pengukuran pH urine


menggunakan kertas indicator universal,
didapatkan hasil pH urine sebesar 6
(normal)

2. Analisis Kimia
a. Glukosa

Gambar 5. Campuran urine Gambar 6. Proses pemanasan


dengan larutan Bennedict pada uji campuran urine dengan larutan
glukosa urine (warna sebelum Bennedict di atas lampu spirtus
dipananskan di atas lampu spirtus) (dipanaskan selama 5 menit)

Gambar 7. Campuran urine dengan


larutan Bennedict pada uji glukosa
urine (warna sesudah dipananskan di
atas lampu spirtus/ tidak ada
perubahan warna)
b. Protein
 Reagen Millon

Gambar 8. Urine Gambar 9.


yang sudah Supernatant urine
dipusingkan pada alat yang telah ditetesi
sentrifuge reagen Millon

 Benda Keton (aseton)

Gambar 10. Gambar 11. Hasil


Supernatant urine yang akhir dari urine yang
telah diberi Kristal telah ditambahan
sodium nitroprusside Kristal sodium
nitroprusside
 Pigmen Empedu

Gambar 12. Tabung Gambar 13. Proses


reaksi yang telah pengocokan urine
terisi separoh urine

3. Analisis Mikroskopis

Gambar 14. Hasil pengamatan


sampel urine di bawah
mikroskop

Anda mungkin juga menyukai