Anda di halaman 1dari 22

Pambudi.

NRS Vet48
Pambudi.NRS Vet48
LAPORAN PRAKTIKUM

MATA KULIAH PATOLOGI KLINIK

URINALISIS

Disusun oleh:

Kelompok 5 (13.00 – 16.00 WIB)

Yasinta Kartono B04100207

Noor Rohman Setiawan B04110044

Made Oka Novitasari B04110073

Sylvia Oscarina B04110078

Faizal Rafiq B04110085

BAGIAN PATOLOGI KLINIK


DEPARTEMEN KLINIK, REPRODUKSI, DAN PATOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014
Pambudi.NRS Vet48
DAFTAR ISI

PENDAHULUAN 1

TINJAUAN PUSTAKA 2

METODOLOGI PRAKTIKUM

PEMERIKSAAN FISIK/MAKROSKOPIS URIN 4

Pemeriksaan Volume atau Jumlah Urin 4

Pemeriksaan Warna Urin 4

Pemeriksaan Kejernihan Urin 4

Pengukuran BJ Urin dengan Urinometer 4

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS URIN 5

Pemeriksaan Sedimentasi Urin 5

PEMERIKSAAN KIMIA URIN 5

PEMERIKSAAN PROTEIN 5

Uji Heller 5

Uji Asam Sulfosalisilat 5

PEMERIKSAAN GLUKOSA URIN 6

Uji Benedict 6

PEMERIKSAAN ZAT WARNA EMPEDU (BILIRUBIN) 6

Uji Busa 6

Uji Gmelin 6

Uji Rosenbach 6
Pambudi.NRS Vet48
PEMERIKSAAN BADAN KETON 7

Uji Rothera 7

PEMERIKSAAN STRIP TEST URIN 7

HASIL 8

PEMBAHASAN 12

KESIMPULAN 14

DAFTAR PUSTAKA 15

LAMPIRAN 16
Pambudi.NRS Vet48

DAFTAR TABEL

1. Pemeriksaan Makroskopis dan Mikroskopis Urin 8

2. Pemeriksaan Kimia Urin 8

3. Pemeriksaan Strip Test 10


Pambudi.NRS Vet48

DAFTAR GAMBAR

1. Hasil Uji Busa Urin Manusia 8

2. Hasil Uji Busa Urin Anjing 8

3. Hasil Uji Gmelin Urin Manusia 8

4. Hasil Uji Gmelin Urin Anjing 8

5. Hasil Uji Rosenbach Urin Manusia 9

6. Hasil Uji Rosenbach Urin Anjing 9

7. Hasil Uji Rothera Urin Manusia 9

8. Hasil Uji Rothera Urin Anjing 9

9. Hasil Uji Benedict Urin Manusia 9

10. Hasil Strip Test Urin Manusia 10

11. Hasil Strip Test Urin Anjing 10


Pambudi.NRS Vet48

PENDAHULUAN

Sistem urinasi merupakan proses penyaringan darah sehingga darah bebas


dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan
lagi oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan dalam bentuk urin. Eksresi urin
diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring
oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun ada juga
beberapa spesies yang menggunakan urin sebagai sarana komunikasi olfaktorius.
Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih,
akhirnya dibuang keluar melalui uretra.

Sistem urinaria terdiri atas ginjal, ureter, kantung kemih dan uretra. Sistem
ini membantu mempertahanan homeostasis dengan menghasilkan urin yang
merupakan hasil metabolisme. Ginjal adalah organ tubuh yang bertugas untuk
mengatur komposisi darah. Dalam melakukan fungsi ginjal tidak bekerja sendiri
tapi bekerja bersama organ lain yang terkait dengan pengaturan ini misalnya
dengan sistem pencernaan dan sistem endokrin. Ginjal merupakan alat pengatur
utama, bahkan produksi sel darah merah juga diatur oleh ginjal melalui produksi
eritropoitin langsung. Sisa metabolisme yang dapat menggangu fungsi organ lain
termasuk ginjal itu sendiri, diatur kadarnya dalam darah agar selalu terdapat pada
kisaran yang optimum. Dalam melakukan pengaturan ini ginjal mampu
menyeleksi bahan mana yang harus dibuang dan bahan mana yang perlu
dipertahanan baik total maupun parsial. Sebagai hasil kerja ginjal tercipta suatu
kondisi yang memungkinkan semua organ tubuh bekerja dengan baik bekerja
sesuai fungsinya masing-masing.
Cara ginjal melakukan proses pengaturan ada tiga yaitu, yang pertama
ultrafiltrasi adalah proses pengeluaran cairan dalam darah yang terjadi di
Pambudi.NRS Vet48
glumerulus dan dipengaruhi oleh tekanan hidrostatik dan tekanan osmotik plasa
darah, kedua seleksi dan reabsorbsi yaitu proses penyaringan dan penyerapan
kembali zat-zat yang masih berguna bagi tubuh. Proses ini terjadi di tubulus ginjal
dan dipengaruhi oleh konsentrasi zat dan kecepatan aliran cairan ultrafiltrat, yang
terakhir sekresi yaitu pengeluaran zat-zat tertentu dari plasma darah melalui sel
tubulus kedalam lumen tubulus. Sebagai hasil proses pengaturan ginjal disebut
urin. Urin merupakan cerminan kerja ginjal dan komposisi kimiawi darah.
Sehingga urin di pergunakan sebagai bahan pemeriksaan untuk mempeoleh
petunjuk tentang fungsi ginjal dan organ lain yang berkaitan.

Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urin pasien untuk tujuan
diagnosis infeksi saluran kemih, batu ginjal, skrining dan evalusi berbagai jenis
penyakit ginjal, memantau perkembangan penyakit seperti diabetes melitus dan
tekanan darah tinggi (hipertensi) dan skrining terhadap status kesehatan umum.
Urinalisis meliputi pemeriksaan fisik/makroskopis urin, pemeriksaan kimia urin,
dan pemeriksaan mikroskopis atau sedimentasi.

TINJAUAN PUSTAKA

Urin merupakan hasil metabolisme tubuh yang dikeluarkan melalui ginjal.


Pada manusia, dari 1200 ml darah yang melalui glomeruli per menit akan
terbentuk filtrat 120 ml per menit. Filtrat tersebut akan mengalami reabsorpsi,
difusi dan ekskresi oleh tubuli ginjal yang akhirnya terbentuk 1 ml urin per menit.
Secara umum dapat dikatakan bahwa pemeriksaan urin selain untuk mengetahui
kelainan ginjal dan salurannya juga bertujuan untuk mengetahui kelainan-kelainan
diberbagai organ tubuh seperti hati, saluran empedu, pankreas, korteks adrenal,
uterus dan lain-lain (Goyton, 1997).

Fungsi utama urin adalah membuang zat sisa yang tidak diperlukan lagi
oleh tubuh. Hal ini berkaitan dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal
atau saluran kemih yang terinfeksi, sehingga urinnya pun akan mengandung
bakteri. Urin dapat menjadi petunjuk untuk mendiagnosa dehidrasi. Orang atau
hewan yang tidak menderita dehidrasi akan mengeluarkan urin yang bening
Pambudi.NRS Vet48
seperti air. Sedangkan manusia atau hewan yang mengalami dehidrasi akan
mengeluarkan urin berwarna kuning pekat atau cokelat (Khidri, 2004).

Susunan urin tidak banyak berbeda dari hari ke hari, tetapi pada pihak lain
mungkin banyak berbeda dari waktu ke waktu sepanjang hari, karena itu penting
untuk mengambil contoh urin menurut tujuan pemeriksaan. Untuk pemeriksaan
kadar molekul tertentu seperti pemeriksaan protein, glukosa dan sedimen dapat
dipergunakan urin. Urin sewaktu ialah urin yang dikeluarkan pada waktu yang
tidak ditentukan dengan khusus, kadang-kadang bila unsur sedimen tidak
ditemukan karena urin sewaktu terlalu encer, maka dianjurkan memakai urin pagi.
Urin pagi ialah urin yang pertama kali dikeluarkan pada pagi hari, urin ini baik
untuk pemeriksaan berat jenis, protein sedimen dan tes kehamilan (Girirndra,
1989).

Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti
urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin
berasal dari darah atau cairan intestinal. Komposisi urin berubah sepanjang proses
reabsorpsi ketika molekul yang lewat penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap
kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa
mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih
atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di
dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis (Anatyara et al., 2012).

Urinalisis dimulai dengan mengamati penampakan makroskopis yaitu


warna, volume, dan kekeruhan. Urine normal yang baru dikeluarkan tampak
jernih sampai sedikit berkabut dan berwarna kuning oleh pigmen urokrom dan
urobilin. Intensitas warna sesuai dengan konsentrasi urin. Urin yang encer hampir
tidak berwarna, urin pekat berwarna kuning tua. Kekeruhan biasanya terjadi
karena kristalisasi atau pengendapan urat (dalam urine asam) atau fosfat (dalam
urin basa). Kekeruhan juga bisa disebabkan oleh bahan selular berlebihan atau
protein dalam urin (Ivan, 2012) .

Materi yang terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis,


yaitu suatu metode analisis zat-zat yang dimungkinkan terkandung di dalam urin.
Pambudi.NRS Vet48
Pada proses urinalisis terdapat banyak cara metode yang dapat digunakan untuk
mendeteksi zat-zat apa saja yang terkandung di dalam urin. Analisis urin dapat
berupa analisis fisik, analisis kimiawi dan analisis secara mikroskopik. Analisis
urin secara fisik meliputi pengamatan warna urin, berat jenis cairan urin dan pH
serta suhu urin itu sendiri. Sedangkan analisis kimiawi dapat meliputi analisis
glukosa, analisis protein dan analisis pigmen empedu (Guyton, 1997).

METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Pemeriksaan Makroskopik Urin


1. Pemeriksaan Volume Urin

Alat dan Bahan : ammonia dan gelas ukur

Cara Kerja : Urin dituangkan ke dalam gelas ukur lalu dilakukan


pembacaan volume urin.

2. Pemeriksaan Warna Urin

Alat dan Bahan : sebuah tabung reaksi atau urinometer

Cara Kerja : Urin dituangkan ke dalam tabung reaksi atau urinometer


yang telah dibersihkan, kemudian tabung di arahkan ke tempat yang bercahaya
dan diperhatikan warnanya.

3. Pemeriksaan Kejernihan Urin

Alat dan Bahan : sebuah tabung reaksi atau urinometer

Cara Kerja : Urin dituangkan ke dalam tabung reaksi atau urinometer


yang telah dibersihkan, kemudian tabung di arahkan ke tempat yang bercahaya
dan diperhatikan kejernihannya
Pambudi.NRS Vet48
4. Pemeriksaan Berat Jenis Urin

Alat dan Bahan : urinometer, tabung urinometer, termometer

Cara Kerja : suhu tera urinometer diperiksa lalu urin dituangkan


kedalam tabung urinometer sampai terisi kira-kira tiga
perempatnya. Kemudian urinometer dicelupkan ke
dalam urin namun perlu diperhatikan agar urinometer
tidak menyentuh dinding tabung. Kemudian BJ dibaca
pada skala, setelah selesai pembacaan urin barulah
dilakukan pengukuran suhu menggunakan termometer.

B. Pemeriksaan Mikroskopis Urin

Pemeriksaan Sedimentasi Urin

Alat dan Bahan : Tabung sentrifus, Gelas sentrifus (2), Mikroskop

Cara Kerja : Urin diaduk terlebih dahulu untuk melarutkan


sedimen yang mengendap. Lalu isi tabung sentrifus
dengan urin yang telah diaduk selama 3-5 menit dengan
kecepatan rendah. Tuangkan urin dalam tabung
sentrifus, dengan sisa urin di dalamnya masih cukup
untuk melarutkan sedimen. Campur sedimen dengan
sisa urin dengan menggoyangkan tabungnya. Teteskan
campuran sedimen tadi pada kaca preparat dan tutup
dengan kaca preparat kedua. Periksa di bawah
mikroskop.

C. Pemeriksaan Kimia Urin

1. Pemeriksaan Protein
Uji Heller

Alat dan Bahan : tabung reaksi, pipet, urin, larutan asam nitrat pekat
Pambudi.NRS Vet48
Cara Kerja : Larutan asam nitrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi
sebanyak 2 ml. Kemudian urin dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah
berisi larutan asam nitrat pekat sebanyak 2 ml dengan perlahan dengan
menggunakan pipet.

Uji Asam Sulfosalisilat

Alat dan Bahan : tabung reaksi, urin, pipet, larutan asam


Sulfosalisilat 20%

Cara Kerja : Urin dimasukkan kedalam 2 tabung reaksi masing-masing


2 ml. Lalu ditamabahkan 8 tetes asam Sulfosalisilat ke salah satu tabung dan
tabung lain sebagai kontrol.

2. Pemeriksaan Glukosa Urin


Uji Benedict

Alat dan Bahan : tabung reaksi, urin, pipet, bunsen, penjepit tabung
raksi, rak kecil dan reagen benedict

Cara Kerja : reagen benedict dituangkan ke dalam tabung reaksi


senayak 5ml, lalu urin dicampurkan ke dalam tabung sebayak 0,5ml. Tabung
dikocok sebentar dan didihkan diatas bunsen. Lalu di amati perubahan warna yang
ada.

3. Pemeriksaan Zat Warna Empedu (Bilirubin)

Uji Busa

Alat dan Bahan : Tabung reaksi dan pipet

Cara Kerja : Masukkan beberapa ml urin ke dalam sebuah


tabung reaksi, kemudian kocok kuat-kuat. Amati apakah terbentuk busa yang sulit
hilang dan berwarna kuning kehijauan atau kecoklatan.

Uji Gmelin

Alat dan Bahan : Pipet, tabung reaksi dan asam nitrat 50%
Pambudi.NRS Vet48
Cara Kerja : Masukkan 2 ml larutan asam nitrat ke dalam
tabung reaksi, kemudian tambahkan 2 ml uri, lalu perhatikan warna yang terjadi.
Gunakan latar belakang putih agar terlihat terbentuk cincin berwarna hijau dan
ungu pada batas kedua cairan atau tidak.

Uji Rosenbach

Alat dan Bahan : Selembar kertas saring dan sedikit asam nitrat

Cara Kerja : Saringlah urin dengan kertas saring, biarkan kertas


saring mengering. Kemudian teteskan asam nitrat pada kertas saring tersebut pada
bagian yang lembab. Amati apakah timbul warna warni hijau, biru, dan ungu di
tepi tetesan asam sewaktu mongering.

4. Pemeriksaan Badan Keton

Uji Rothera

Alat dan Bahan : Tabung reaksi, pipet, larutan Na nitroprusida 5%,


larutan Amonium likuid 10%, larutan Ammonium Sulfat jenuh.

Cara Kerja : Masukkan 5 ml urin ke dalam tabung reaksi.


Tambahkan 5 ml larutan ammonium likuid 10%. Tambahkan lagi 5 ml larutan
ammonium sulfat jenuh.

D. Pemeriksaan Strip Test

Alat dan Bahan : Kertas indikator Strip Test

Cara Kerja : Celupkan kertas indikator ke dalam urin hingga


mengenai seluruh indikator. Tunggu beberapa saat dan amati apakah ada
perubahan warna.
Pambudi.NRS Vet48

HASIL

1. PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS

UJI HASIL (Urin sapi) INTERPRETASI


Keaslian Urin Asli
Jumlah dibawah batas
Volume 50 ml normal, karena urin dibagi
menjadi beberapa sampel.
Warna Kuning jernih Urin normal
Urin tidak mengandung
Kejernihan Jernih darah, sel epitel dan
leukosit
BJ urin sapi dibawah
normal, yaitu 1,015-
Berat Jenis 1,010
1,045. Kemungkinan sapi
mengalami polidipsi.

UJI HASIL INTERPRETASI


Mikroskopis Anjing Manusia Anjing Manusia
Negatif (Tidak Negatif (Tidak Tidak Tidak
Pambudi.NRS Vet48
ditemukan ditemukan mengandung mengandung
apapun di apapun di unsur eritrosit unsur eritrosit
bawah bawah leukosit, leukosit,
mikroskop) mikroskop) silinder dan silinder dan sel
sel epitel epitel

2. PEMERIKSAAN KIMIA URIN

UJI HASIL INTERPRESTASI


(Urin Sapi)
Protein :
Uji Heller Negatif (tidak terbentuk
cincin putih di perbatasan Tidak ada protein di dalam urin.
kedua cairan)

Uji Asam Negatif (tidak timbul Tidak ada protein di dalam urin.
Sulfosalisilat kekeruhan)
Glukosa :
Uji Benedict Negatif (tidak timbul Tidak ada glukosa di dalam urin.
warna hijau atau tidak ada
perubahan warna)

UJI HASIL INTERPRETASI


Bilirubin Anjing Manusia Anjing Manusia
Uji Busa (+) (+++) Busa sulit Urin tidak Urin
hilang mengandung mengandung
empedu empedu

Uji Gmelin Positif satu Negatif Tidak Tidak


(terbentuk (terbentuk cincin mengandung mengandung
cincin coklat) kuning) empedu empedu
Pambudi.NRS Vet48

Uji Negatif (tidak Negatif (tidak Urin tidak Urin tidak


Rosenbach terdapat warna terdapat warna mengandung mengandung
warni) warni) empedu empedu

Keton Anjing Manusia Anjing Manusia


Uji Rothera Negatif (tidak Negatif (tidak Urin tidak Urin tidak
terjadi terjadi perubahan mengandung mengandung
perubahan warna) badan keton badan keton
warna)

UJI BENEDICT (Urin Manusia)


HASIL INTERPRETASI
Positif ( mengalami perubahan warna Urin mengandung glukosa
menjadi hijau)
Pambudi.NRS Vet48

3. PEMERIKSAAN STRIP TEST

HASIL INTERPRETASI
(Urin Manusia)

LEU = negative Urin tidak mengandung leukosit


NIT = negative Urin tidak mengandung nitrit
URO = negative Urin tidak mengandung
PRO = positif 100 (1,0) Urin mengandung protein
pH = 6.5 pH urin normal
BLO = negative Urin tidak mengandung sel darah merah
SG = 1,030 Berat jenis urin normal
KET = negative Urin tidak mengandung benda keton
BIL = negative Urin tidak mengandung bilirubin
GLU = positif 250 (15) Urin mengandung glukosa

HASIL INTERPRETASI
(Urin Anjing)

LEU = negative Urin tidak mengandung leukosit


NIT = negative Urin tidak mengandung nitrit
URO = negative Urin tidak mengandung
PRO = positif 30 (0,3) Urin mengandung protein
Pambudi.NRS Vet48
pH = 7.5 Urin bereaksi alkalis
BLO = negative Urin tidak mengandung sel darah merah
SG = 1,015 Berat jenis urin normal
KET = negative Urin tidak mengandung benda keton
BIL = negative Urin tidak mengandung bilirubin
GLU = negative Urin tidak mengandung glukosa

PEMBAHASAN

Pemeriksaan Fisik/Makroskopis Urin

Hal pertama yang dilakukan ialah pemeriksaan makroskopis urin meliputi


pemeriksaan volume, warna, kejernihan dan berat jenis urin. Pada uji volume,
volume urin yang menjadi sampel jauh di bawah volume urin normal. Hal ini
dikarekan urin dibagi menjadi beberapa sampel untuk kelompok lain. Pada uji
kejernihan urin, sampel urin dinyatakan jernih. Kemungkinan urin yang
digunakan pada pratikum kali ini adalah urin yang baru dikemihkan sehingga
berwarna jernih, namun jika terjadi kekeruhan kemungkinan disebabkan adanya
bakteri-bakteri, fosfat-fosfat karena makanan banyak karbonat, cyclus, atau unsur-
unsur sedimen dalam jumlah besar seperti eritrosit, leukosit, dan sel-sel epitel.

Pada pemeriksaan warna urin, sampel urin berwarna kuning jernih. Urin
yang berwarna kuning disebabkan oleh urobilin, bilirubin, dan obat-obatan seperti
santonin dan ribovlavin (Coad, 2006). Urin yang berwarna kuning muda atau
kuning jernih dapat disebabkan oleh besarnya diuresis. Karena pada umumnya
warna urin ditentukan oleh besarnya diuresis, semakin besar diuresis maka
semakin muda warna urin tersebut. Pemeriksaan berat jenis urin didapat hasil
1,010. Hasil tersebut diperoleh dari hasil perhitungan menggunakan rumus yang
telah ditentukan

Pemeriksaan Mikroskopis Urin

Pada praktikum kali ini, baik di dalam urin manusia atau urin anjing.
Keduanya tidak menunjukkan gambaran apapun di bawah mikroskop, yang berarti
urin anjing dan manusia tersebut tidak mengandung bahan – bahan asing seperti
leukosit, sel darah merah dan lain-lain yang tidak seharusnya ada di dalam urin.
Pambudi.NRS Vet48

Pemeriksaan Kimia Urin

Pemeriksaan kimia urin pada pratikum kali ini meliputi pemeriksaan uji
protein, uji glukosa, uji empedu/bilirubin, dan uji badan keton. Pada pemeriksaan
protein, uji yang digunakan adalah uji Heller dan uji asam sulfosalisilat. Prinsip
pemeriksaan protein ini adalah untuk melihat pengendapan protein oleh asam,
sehingga timbul kekeruhan jika hasil positif, namun hasil yang didapat pada
pratikum kali ini adalah negatif yakni tidak diterlihat adanya kekeruhan akibat
pengendapan protein oleh asam.

Pada pemeriksaan glukosa, digunakan uji Benedict. Prinsip uji Benedict


adalah glukosa mereduksi kupri-sulfat (CuSO4) membentuk kuprooksida (Cu2O)
yang berwarna merah bata dan mengendap setelah didinginkan. Hasil dari
pratikum dengan uji benedict didapat dua hasil positif dan negatif. Hasil positif
didapat dari pengujian urin manusia karenanya adanya perubahan warna menjadi
hijau. Sedangkan hasil negatif didapatkan dari pengujian urin sapid an anjing,
karena tidak terlihatnya endapan dan tidak berubah warna.

Pemeriksaan empedu/bilirubin dilakukan dengan melakukan uji busa, uji


Gmelin, dan uji Rosenbach. Hasil uji busa menunjukkan bahwa urin manusia
mengandung empedu/bilirubin karena setelah mengalami pengocokkan, busa yang
dihasilkan banyak dan sulit untuk menghilang. Selanjutnya adalah uji Gmelin,
prinsip uji Gmelin ialah zat empedu akan dioksidasi oleh asam dan membentuk
derivat yang berwarna. Urin anjing menunjukkan hasil positif satu yang artinya
mendekati ke positif tetapi masih dalam keadaan yang normal dan tidak
mengandung zat empedu. Urin manusia mendapatkan hasil negatif dengan
terbentuknya cincin yang berwarna kuning. Uji terakhir pada pemeriksaan
empedu/bilirubin adalah uji Rosenbach. Kedua jenis urin ini menunjukkan hasil
yang negatif karena tidak terbentuknya warna warni pada pinggiran yang lembab
dan sudah ditetesi asam nitrat.

Badan keton diperiksa dengan menggunakan uji Rothera. Prinsip uji ini yaitu
Na nitroprusida diuraikan menjadi Na4[Fe(CN)6], Na Ferro pentasianida, dan
Pambudi.NRS Vet48
Fe(OH)3 dalam suatu larutan alkalis.hasil penguraian ini membentuk
persenyawaan berwana ungu apabila ada asam diasetat dan aseton. Asam diasetat
dan beta-hidrosibutirat ditemukan dalam urin di perjalanan ketosis, diabetes, dan
kelaparan. Hasil uji dari kedua jenis urin menunjukkan hasil negative karena tidak
terjadi perubahan warna.

Pemeriksaan Strip Test

Pemeriksaan strip test pada urin manusia menunjukkan hasil positif pada
protein dan glukosa. Adanya glukosa di dalam urin memungkinkan urin dalam
perjalanan diabetes. Belum dapat dikatakan positif diabetes karena pada uji
Rothera masih menunjukkan hasil negative. Kadar protein tinggi kemungkinan
pasien sebelum mengeluarkan urin, sudah mengkonsumsi makanan yang
mengandung protein tinggi.

Pemeriksaan strip test pada urin anjing menunjukkan hasil positif pada
protein dan memiliki urin yang bereaksi alkalis. Urin anjing normal memiliki pH
adalah 6,7. Pada hasil pemeriksaan urin anjing menjadi 7,5. Hal ini dapat
menunjukkan adanya cystitis dan bergantung pada jenis kuman, retention urinae,
absorpsi transudat, alkalosis serta pada pengobatan dengan garam-garam alkalis.

KESIMPULAN

Terdapat tiga jenis urin yang diuji pada praktikum kali ini. Dari
pemeriksaan urin sapi, didapat berat jenis berada di bawah normal yang
berkemungkinan hewan mengalami polidipsi. Pada pemeriksaan urin anjing dapat
disimpulkan bahwa anjing mengalami perjalanan cystitis. Sedangkan pada
pemeriksaan urin manusia, kemungkinan pasien sedang mengalami perjalanan
diabetes.
Pambudi.NRS Vet48

DAFTAR PUSTAKA

Girindra. 1989. Biokimia Patologi Hewan. Bogor: IPB


Guyton, Arthur. C. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 9. Setiawan,
Irawati, editor. Jakarta: EGC. Terjemahan dari: Textbook Of Medical
Physiologi.
Hoesada, Ivan. 2012. Urinalisis. [ Terhubung berkala
http://www.ivanhoesada.com/id/ urinalisis]. (16 Maret 2014)

Jane Coad. 2006. Anatomi dan fisiologi Untuk Bidan. Jakarta : EGC Penerbit
Buku Kedokteran.

Kidhri, Muh. 2004. Biomedik 1. Makassar : Universitas Muslim Indonesia

Safitri, Anatyara et al., 2012. Laporan Pratikum Patolohi Klinik Urinalisis.


Jakarta : Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka.
Pambudi.NRS Vet48

LAMPIRAN

Perhitungan berat jenis urin sapi :

Dik. Suhu tera : 60oF = (60-32) x 5/9 = 15,5oC

Suhu Urin : 27oC

BJ terbaca : 1,006

Dit. BJ urin ?

Jawab.

 27 oC - 15,5oC = 11,5oC
 11,5 oC/3 x 1/1000 = 0,004

Jadi, BJ = 1.006 + 0.004

= 1,010

Anda mungkin juga menyukai