Anda di halaman 1dari 6

CHEDS: Journal of Chemistry, Education, and Science

Vol. 7, No. 1, June 2023


ISSN: 2654-637X (Online) | ISSN: 2614-1817 (Print) | Homepage: https://jurnal.uisu.ac.id/index.php/CHEDS/index

ANALISA SENYAWA YANG TERDAPAT DI DALAM URIN


Rabiati Inar, Mahasiswa Pendidikan Kimia FKIP UISU, Indonesia
Juan Napirupulu, Mahasiswa Pendidikan Kimia FKIP UISU, Indonesia
Teddy Hardiansyah, Mahasiswa Pendidikan Kimia FKIP UISU, Indonesia

ABSTRACT ARTICLE HISTORY


The purpose of this experiment is to identify / find out the compounds Submitted 00/00/2023
contained in urine. Urine as a metabolic product contains various substances Revised 00/00/2023
that are no longer used by the body. These substances include nitrogen, urea, Accepted 00/00/2023
and ammonia. Urine content is an indication of various functions in the body
KEYWORDS
related to metabolism and excretion. This experiment used a culative test
method using Fehling, Benedict, Gerhardt and Heller reagents. In fehling urine analysis; Fehling test; Benedict test; Gerhardt test;
and benedict tests used to determine glucose compounds in the urine and Heller Test
obtained positive results where the formation of yellowish-green color. The Rabiati Inar
gerhradt test is used to identify ketone compounds, namely diacetic acid, in
this test there are negative results because there is no red color formation in rabiatiiinar@gmail.com
the sample, while in the heller test positive results are obtained with the DOI: https://doi.org/10.30743/cheds.v7i1.
color of the precipitate and reddish-brown solution which indicates the blood
content in the urine sample tested.

1. PENDAHULUAN

Urine atau air seni adalah sisa yang disekresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh
melalui proses urinalisis. Ekskresi urine diperlukan untuk membuang molekulmolekul sisa dalam darah yang disaring
oleh ginjal untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. (Wahyundari, 2016). Ekskresi NPN ( Non-protein Nitrogen
Compound) adalah sisa hasil metabolisme tubuh dari asam nukleat, asam amino, dan protein. Tiga zat hasil
ekskresinya yaitu urea, kreatinin, dan asam urat (Edmun, 2010). Urine sebagian besar terdiri atas air dan sebagian
kecil garam-garam amonium serta zat-zat organik hasil metabolisme seperti asam urat, garam-garam urat, kreatinin
dan ureum. Ureum dapat diukur dari pemeriksaan urin sedangkan kreatinin urin disekresikan oleh tubulus
(Verdiansyah, 2016).
Komposisi urine dapat mencerminkan kemampuan ginjal untuk menahan dan menyerap bahan-bahan yang
penting untuk metabolisme dasar dan mempertahankan homeostasis tubuh. normalnya jumlah bahan yang terdapat
dalam urine selama 24 jam adalah 35 gram bahan organik dan 25 gram bahan anorganik (ma’arufah, 2004). biasanya,
kurang dari 150 mg protein, dan kurang dari 30 mg albumin, dikeluarkan melalui urin per 24 jam. jumlah protein yang
abnormal ini disebut proteinuria (brawazier dalam sudoyo, 2009) dan merupakan tanda penyakit ginjal yang biasa
terlihat sebagai sindrom mefrotik dan nefropati diabetik. mikroalbuminuria didefinisikan sebagai adanya 30 sampai
300 mg albumin dalam sampel urin 24 jam. ini merupakan penanda awal kerusakan ginjal pada diabetes melitus.
Urinalisis adalah pemeriksaan sampel urine secara fisik, kimia dan mikroskopis (Gandasoebrata, 2013).
Karakteristik fisik yang akan dinilai meliputi volume urin (setelah 24 jam berkisar antara 1-1,5 L), bau, warna,
penampakan (bening atau keruh), berat jenis, dan pH. Protein, glukosa, darah, badan keton, garam empedu, dan
pigmen empedu adalah komponen urin abnormal yang muncul dalam berbagai kondisi penyakit. Metode pemeriksaan
yang dilakukan dengan mengukur zat sisa metabolisme tubuh yang diekskresikan melalui ginjal seperti ureum dan
kreatinin (Verdiansyah, 2016).
Urin sebagai produk metabolisme memiliki kandungan berbagai zat yang sudah tidak digunakan lagi oleh
tubuh. Zat tersebut diantaranya adalah nitrogen, urea, dan amonia. Kandungan urin menjadi indikasi berbagai fungsi
faal dalam tubuh yang berkaitan dengan metabolisme dan ekskresi, diantaranya adalah kondisi ginjal, liver, dan
pankreas. Keberadaan zat yang masih berguna bagi tubuh dalam urin menandakan ada kesalahan fungsi ginjal dalam
bekerja sebagai filter. Salah satu zat yang masih berguna bagi tubuh yang sering terdapat dalam urin adalah protein.
Keberadaan protein dalam urin menandakan ada kebocoran pada glomerulus. Glomerulus merupakan bagian nefron
yang berfungsi memfilter berbagai zat sisa metabolisme. Dalam kondisi normal protein tidak akan melewati
glomerulus melainkan akan langsung menuju arteri efferent dan kembali ke jantung. Kebocoran dan kerusakan

© 2023 The Author(s). Published by Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Islam Sumatera Utara
This is an Open Access article distributed under the terms of the Creative Common Attribution License (https://creativecommons.org/licenses/by/4.0/),
which permits unrestricted use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original work is properly cited. 1
2 | Rabiat Inar

glomerulus akan memnyebabkan beberapa zat yang masih berguna bagi tubuh akan ikut terbuang salah satunya adalah
protein. Keberadaan protein dalam urin secara sederhana dapat di deteksi menggunakan uji asam asetat. Hasil
pengujian ini akan menunjukkan secara jelas keberdaan dan kadar protein urin secara kualitatif.
Penentuan karbohidrat adalah tes rutin di industri atau laboratorium penelitian untuk menentukan gula yang
dapat diasimilasi secara metabolik. Metodologi ini penting untuk mempelajari dinamika banyak gula sebagai
indikator keadaan metabolisme dan jumlah karbohidrat dalam sumber energi alternatif. Biasanya, di laboratorium
penelitian dan industri, metodologi pilihan untuk memperkirakan gula pereduksi adalah 3,5-dinitrosa-licyclic acid
(DNS) atau metode fenol-sulfat, sementara di klinik, metode glukosa oksidase adalah yang paling banyak digunakan.
Namun, metode ini sangat mahal, sangat mencemari, atau keduanya. Metode Benedict untuk mereduksi gula
dikembangkan oleh Stanley R. Benedict untuk deteksi kualitatif (Benedictnq) glukosa dalam urin. Metode ini masih
digunakan dalam penentuan kualitatif gula pereduksi di klinik, industri, dan penelitian (Hernández-López et al.,
2020).
Banyak sekali reaksi yang digunakan dalam analisis anorganik kualitatif melibatkan pembentukan endapan.
Endapan adalah zat yang memisahkan diri sebagai suatu fase padat keluar dari larutan. Endapan mungkin berupa
Kristal (kristalin) atau koloid, dan dapat dikeluarkan dari larutan dengan penyaringan atau pemusingan ( Centrifuge).
Endapan terbentuk jika larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan. Kelarutan (S) suatu endapan,
menurut definisi adalah sama dengan konsentrasi molar dari larutan jenuhnya. Kelarutan bergantung pada berbagai
kondisi, seperti suhu, tekanan, konsentrasi bahan-bahan lain dalam larutan itu, dan pada komposisi pelarutnya (Shevla,
1985).
Urin memiliki sifat kimia dan fisik diantarannya adalah (1) Jumlah rata- rata 1-2 liter/hari tergantung banyaknya
cairan yang dimasukkan (2) Berwarna bening/orange pucat tanpa endapan, (3) Mempunyai bau yang menyengat, dan
(4) Reaksi sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata-rata 6. sedangkan komposisi urine adalah 96% air,
Natrium, Pigmen Empedu, 1,5 garam, Kalium, Toksin, 2,5% urea, Kalsium, Bikarbonat, Kreatin N, Magnesium,
Kreatini, Khlorida, Asam urat N, Sulfat Anorganik, Asam urat, Fosfat anorganik, Amino N, Sulfat, Amonia N dan
Hormon (Amstrong, 1998).
Dalam percobaan ini ada beberapa uji kualitatif yang digunakan untuk melihat senyawa yang terdapat didalam
urin, diantaranya ialah uji fehling dan benedict yang digunakan untuk melihat senyawa glukosa pada urin, uji gerhardt
digunakan untuk melihat senyawa keton yang terdapat dalam urin, dan yang terakhir uji heller uji ini digunakan untuk
melihat ada atau tidaknya darah dalam urin dan juga protein didalam urin. Dari latar belakang yang telah dipaparkan
diketahui bahwa adapun tujuan dari percobaan ini ialah untuk mengetahui senyawa – senyawa yang terkandung
didalam urin.

2. METODE PENELITIAN

2.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode eksperimen, dimana pendekatan kualitatif ini
digunakan untuk mengetahui senyawa – senyawa yang terkandung didalam urin
2.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penenlitian ini dilakukan pada tanggal 14 maret 2023 pada pukul 10.30 WIB di Laboratorium Kimia,
Universitas Islam Sumatera Utara Jalan Sisingimangaraja Teladan Barat
2.3 Target/Subjek Penelitian
Pada percobaan ini digunakan alat sebagai berikut: tabung reaksi sebanyak 8 buah , beker gelas 100 ml , gelas
ukur 10 ml, pipet tetes, rak tabung, kerts saring
a. Variabel Kontrol:
1. Larutan fehling A dan B
2. Larutan Benedict
3. FeCL3 10%
4. NaOH 10%
Analisa Senyawa Yang Terdapat Di Dalam Urin | 3

b. Variabel terikat
1. Urin

1.4 Prosedur
1. Reaksi Fehling
Kedalam tabung reaksi masukkan 2 mL larutan Fehling A dan 2 mL larutan Fehling B, lalu tambahkan 1
ml urin, campuran tersebut dikocok sampai homogen, kemudian dipanaskan hingga mendidih. Jika terjadi
perubahan warna hijau kekuning-kuningan atau terdapat endapan berwarna merah kekuning-kuningan maka
reaksi positif terhadap glukosa.
2. Reaksi Benedict
Kedalam tabung reaksi masukkan 5 mL larutan Benedict, kemudian tambahkan 8 tetes urin lalu panaskan
dan biarkan sampai dingin dan perhatikan reaksi yang terjadi, bila terjadi perubahan warna larutan dari biru
menjadi hijau atau disertai endapan makan reaksi positif terhadap glukosa.
3. Reaksi Gerhardt
Kedalam tabung reaksi masukkan 5 mL urin kemudian diteteskan dengan 3 tetes larutan ferri klorida dan
perhatikan perubahan warna yang terjadi. Bila terbentuk warna merah dan bila dipanaskan warna tersebut akan
hilang, maka reaksi positif dan terdapat asam diasetat.
4. Reaksi Heller
Kedalam tabung reaksi masukkan 10 mL urin lalu tambahkan 2 ml NaOH 10%. Campuran tersebut
panaskan sampai mendidih dan diamkan selama 10 menit, jika terdapat endapan coklat kemerah-merahan, maka
didalam urin terdapat darah.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada percobaan analisa senyawa yang terdapat di dalam urin yang digunakan adalah metode eksperimen,
dimana pendekatan kualitatif ini digunakan untuk mengetahui senyawa – senyawa yang terkandung didalam urin.
Sampel yang digunakam adalah urin sesudah bangun tidur dan sesudah makan pagi. Jenis-jenis reaksinya yaitu reaksi
Fehling, reaksi Benedict, reaksi gerhardt, reaksi heller.

3. 1 Uji Beneditc
Uji semikuantitatif untuk gula pereduksi dalam urin dilakukan, berdasarkan reagen Benedict. Tes ini pertama
kali dijelaskan oleh Stanley Benedict pada tahun 1908, dan terdiri dari tembaga (II) sulfat, yang direduksi dengan
adanya beberapa senyawa untuk menghasilkan endapan tembaga (I) oksida, dan juga mengubah warna larutan. Hasil
positif berkisar dari larutan kuning-hijau sampai merah-coklat dengan adanya endapan, tergantung pada konsentrasi
zat pereduksi. Sebelum melakukan tes, pengecualian glikosuria sangat penting, karena glukosa merupakan agen
pereduksi lain yang mengganggu tes
Reagen Benedict (larutan basa yang mengandung ion kompleks tembaga sitrat) dan Larutan Tollens [Ag +
(NH3)2OH] mengoksidasi dan dengan demikian memberikan tes positif dengan aldosa dan ketosa. Tes positif
meskipun aldosa dan ketosa ada terutama sebagai hemiasetal siklik. Larutan Benedict dan larutan Fehling terkait
(yang mengandung ion kompleks tembaga tartrat) memberikan endapan merah bata dari Cu2O ketika mengoksidasi
aldosa. [Dalam larutan alkali, ketosa diubah menjadi aldosa, yang kemudian dioksidasi oleh kompleks tembaga.]
Karena larutan kupri tartrat dan sitrat berwarna biru, munculnya endapan merah bata merupakan indikasi yang jelas
dan jelas dari tes positif..
Karakteristik perubahan warna: tergantung pada perubahan konsentrasi glukosa diamati dengan menggunakan
indikator larutan Benedict. Sebagai metode menggunakan fotodioda kecil dan koordinat warna, adalah metode yang
digunakan dalam penelitian ini yang dapat menentukan jumlah dan warna sampel yang terkandung dalam zat ketika
reaksi warna terjadi dan memperkirakan konsentrasi glukosa (Kim et al., 2017). Uji ini digunakan untuk melihat ada
atau tidaknya glukosa didalam urin.
4 | Rabiat Inar

Tabel 1. Hasil Percobaan Analisa Senyawa dalam Urin dengan Uji Fehling
Jenis reaksi Tabung Reaksi I Tabung Reaksi II Hasil
(Urin Sesudah Bangun Tidur) (Urin Sesudah Makan Pagi)

Reaksi Benedict Hijau kekuningan Hijau kekuningan (Positif +)

Buat larutan 1 mL dengan sampel uji. Dalam tabung reaksi yang sama, tuangkan 2 mL larutan Benedict.
Kemudian rebus dalam penangas air, selama 3-5 menit. Awasi tabung reaksi untuk pembentukan endapan merah bata
(Pooja et al., 2022). Media alkali disediakan untuk reaksi oleh natrium karbonat yang ada dalam reagen. Warna
berubah menjadi hijau kekuningan atau merah bata sesuai dengan konsentrasi glukosa dalam urin.
3.2 Reaksi Fehling
Pereaksi fehling terdiri dari dua bagian, yaitu fehling A yang berisi CuSO4 dan fehling B yang berisi campuran
larutan NaOH dan kalium tartrat. Faktor yang mempengaruhi hasil pada pemeriksaan fehling yaitu pada reagen
mengandung basa kuat (KOH), karena adanya bsa kuat tersebut menyebabkan positif palu dimana semua indikator
sebagai glukasa. Uji ini digunakan untuk melihat ada atau tidaknya glukosa didalam urin.
Tabel 2. Hasil Percobaan Analisa Senyawa dalam Urin dengan Uji Benedict
Jenis Reaksi Tabung Reaksi I Tabung Reaksi 2 Hasil
(Urin Sesudah Bangun (Urin Sesudah Makan Pagi)
Tidur)

Reaski Fehling Hijau kekuningan Hijau kekuningan Positif (+)

Kedalam tabung reaksi masukkan 2 ml larutan Fehling A dan 2 ml larutan Fehling B, lalu tambahkan 1 ml urin,
campuran tersebut dikocok sampai homogen, kemudian dipanaskan hingga mendidih. Jika terjadi perubahan warna
hijau kekuning-kuningan atau terdapat endapan berwarna merah kekuning-kuningan maka reaksi positif terhadap
glukosa.
3.3 Reaksi Gerhardt
Uji Gerhardt merupakan reaksi antara larutan ferriclorida dengan asam asetoastat dan aseton membentuk
senyawa yang berwarna merah anggur/terbentuknya merah anggur jika keton urin positif dan jika keton urin negatif
maka tidak terjadi perubahan warna (Hardjoeno, 2007).
Tabel 3. Hasil Percobaan Analisa Senyawa dalam Urin dengan Uji Gerhardt
Jenis Reaksi Tabung Reaksi I Tabung Reaksi 2 Hasil
(Urin Sesudah Bangun (Urin Sesudah Makan Pagi)
Tidur)
Warna awal berupa kuning Warna awal berupa kuning
dan setelah dipanaskan dan setelah dipanaskan
Reaski Gehardt warna menjadi kuning warna menjadi kuning Negatif (-)
keputihan dan terdapat keputihan dan terdapat
endapan endapan
Uji ini dilakukan dengan cara memasukkan 5 ml sampel urin kedalam tabung reaksi dan kemudian diteteskan
dengan 3 tetes larutan ferri klorida dan diperhatikan perubahan warna yang terjadi. Dari percobaan yang telah
dilakukan dengan menhggunakan dua sampel urin yakni urin setelah bangun pagi dan urin setalah sarapan didapatkan
hasil berupa warna dimana ketika ditambahkan larutan ferri klorida urin memiliki warna kuning dan setelah melalui
proses pemanasan didapatkan bahwa urin berubah warna menjadi kuning keputihan dan terdapat endapan. Hasil ini
didapatkan pada kedua sampel yang menyatakan bahwa pada sampel urin ini tidak mengandung senyawa keton
berupa asam diasetat. Hal ini berbeda dengan literatur bahwa apabila pada urin mengandung senyawa keton terbentuk
warna merah dan bila dipanaskan warna tersebut akan hilang, maka reaksi positif dan terdapat asam diasetat.
3.4 Reaksi Heller
Uji heller pada umumnya digunakan untuk melihat ada tidaknya protein dalam suatu sampel urin, pada uji ini
biasanya diguanakan senyawa asam nitrat pekat. Adanya priotein pada sampel urin ditunjukkan dengan terbentuknya
Analisa Senyawa Yang Terdapat Di Dalam Urin | 5

adanya cincin putih dipersimpangan solusi dan asam nitrat pekat. Sedangkan pada percobaan ini uji heller digunakan
untuk melihat ada tidaknya darah didlam urin, uji heller untuk melihat darah ini menggunakan senyawa Sodium
Hidroksida (NaOH) 10 %.
Tabel 4. Hasil Percobaan Analisa Senyawa dalam Urin dengan Uji Heller
Jenis Reaksi Tabung Reaksi I Tabung Reaksi 2 Hasil
(Urin Sesudah Bangun (Urin Sesudah Makan Pagi)
Tidur)
Warna awal berupa coklat Warna awal berupa coklat
muda dan setelah muda dan setelah
dipanaskan warna berubah dipanaskan warna berubah
Reaski Gehardt Positif (+)
menjadi coklat kemerahan menjadi coklat kemerahan
dan terdapat endapan dan terdapat endapan
dengan warna yang sama dengan warna yang sama
Uji ini dilakukan dengan cara memasukkan 10 mL sampel urin kedalam tabung reaksi dan kemudian
ditambahkan dengan 2 mL larutan sodium hidroksida (NaOH)10% dan campura tersebut dupanasakan sampai
mendidih dan kemudian didiamkan selama 10 menit dan perhatikan perubahan warna yang terjadi. Dari percobaan
yang telah dilakukan dengan menhggunakan dua sampel urin yakni urin setelah bangun pagi dan urin setalah sarapan
didapatkan hasil berupa warna dimana ketika ditambahkan larutan NaOH urin memiliki warna coklat muda dan
setelah melalui proses pemanasan didapatkan bahwa urin berubah warna menjadi coklat kemerahan dan terdapat
endapan dengan warna yang sama. Hasil ini didapatkan pada kedua sampel yang menyatakan bahwa pada sampel urin
ini mengandung darah.

.
Gambar 1. Hasil Percobaan Analisa Senyawa dalam Urin

4. SIMPULAN DAN SARAN

4. 1 Simpulan
Pada percobaan analisa senyawa yang terdapat dalam urin ini menggunakan empat pengujian kualitatif yakni
uji fehling, benedict, gerhardt dan heller. Pada Uji fehling dan benedict didapatkan hasil berupa warna hijau
kekuningan dan juga terdapat endapan pada kedua sampel urin hal ini megindikasikan bahwa didalam sampel urin
yang diteliti terdapat senyawa glukosa didalamnya. Pada uji gerhardt didapatan hasil berupa warna setelah
ditambahkan ferri klorida membentuk warna kuning dan setelah dipanaskan membentuk warna kuning keputihan yang
mengidikasikan bahwa pada kedua sampel urin yang diteliti tidak terdapat senyawa keton berupa asam diasetat. Pada
uji reaksi terakhir yakni uji heller, uji ini menggukanakan senyawa NaOH 10 % untuk melihat ada tidaknya darah
didalam urin dan pada uji ini didapatkan hasil beruoa warna coklat muda dan setelah melalui proses pemanasan
didapatkan bahwa urin berubah warna menjadi coklat kemerahan dan terdapat endapan dengan warna yang sama, hal
ini mengidikasikan bahwa pada kedua sampel urin yang diteliti terdapat darah didalamnya.
4. 2 Saran
Diharapkan untuk percobaan analisa kandungan senyawa didlam urin dapat menggunakan uji dengan metode
kulaitatif lainnya untuk menambahkan .pengetahuan dan pemahaman kepada mahasiswa bahwa uji urin ini banyak
metode yang digunakan.
6 | Rabiat Inar

5. UCAPAN TERIMA KASIH

Peneliti Ingin menyampaikan terima kasih kepada dosen pengampu ibu Uswatun Hasanah S. S.Pd., M.Pd yang
telah memberi kesempatan kepada peneliti dalam melaksanakan percobaan dan juga membantu peneliti dalam
menuliskan artkel ini.

6. DAFTAR PUSTAKA

Amstrong, W.J. 1998. Air Kehidupan. Jakata: Gramedia Pustaka Utama.


Bawazier L A. Proteinuria. Dalam: Sudoyo, Aru W. dkk, Editor. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:
Interna Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam; hlm. 956-61.
Edmund L. 2010. Kidney function tests. Clinical chemistry and molecular diagnosis. 4th ed. America: Elsevier. P.797-
831.
Gandasoebrata, R. 2013. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat Ganong, W. F. 2003. Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. Jakarta: EGC.
Hardjono. 2007. Substansi dan Cairan Tubuh. Makasar: Lembaga Penerbitan Universitas Hasanudin (LEPHAS).
Hernández-López, A., Sanchez Felix, D. A., Sierra, Z. Z., Bravo, I. G., Dinkova, T. D., & Avila-Alejandre, A. X.
(2020). Quantification of reducing sugars based on the qualitative technique of Benedict. ACS Omega, 5(50),
32403–32410. https://doi.org/10.1021/acsomega.0c04467
Ma’arufah. 2004. Perbedaan Antara Hasil Carik Celup Dengan Metode Mikroskopis Sebagai Indikator Adanya Sel
Darah Merah Dalam Urin. Jurnal Akademi Analis Malang 2(2) : 1-12. Malang :Akademis Analis Kesehatan
Malang.
Svehla, G. 1985. Buku Teks Analisa Anorganik Kualitatif Mikro dan Semimakro. Jakarta: PT Kalaman Medai
Pustaka.
Verdiansyah. 2016. Pemeriksaan Fungsi Ginjal. Cloud Development Kit, 43(2), pp 148-154

Anda mungkin juga menyukai