Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan petunjuk dan hidayah-Nya
hingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “Pemeriksaan Glukosa Urine Test
Benedict”.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak maka tugas
makalah ini tidak akan dapat terwujud, untuk itu pada kesempatan ini kami
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-sebesarrnya kepada dr. Deinike
Aditya Marwan. selaku dosen pembinbing mata kuliah biokimia dan teman-teman yang
telah berpartisipasi dalam praktikum dan pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif bagi kesempurnaan
makalah selanjutnya.
Akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
4.4 Penyakit
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Urine merupakan cairan sisa dari hasil metabolisme dalam tubu yang
dibentuk dalam ginjal melalui 3 (tiga) proses, yaitu filtrasi oleh glomerulus,
reabsorbsi dan sekresi oleh tubulus. Urine merupakan hasil dari filtasi
glomerulus dan disertai sejumlah air yang dikeluarkan oleh tubuh (Hardjono dan
Mangarengi,2011). Urine dapat digunakan untuk menganalisis sejumlah
penyakit yang ada di dalam tubuh. Pemeriksaan atau analisis urine sering disebut
dengan istilah urinalisis (Mengko,2013).
Sedimen urine adalah unsur yang tidak larut di dalam urine yang berasal
dari darah, ginjal, dan saluran kemih. Unsur-unsur dalam sedimen urine dibagi
atas dua golongan yaitu unsur organik (berasal dari suatu organ atau jaringan
seperti sel epitel, eritrosit, leukosit, silinder, potongan jaringan, sperma, bakteri,
parasit) dan unsur organik (tidak berasal dari suatu jaringan seperti aurat amorf
dan kristal) (Hardjono dan Mangarengi, 2011).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara mendeteksi glukosa pada urine?
2. Alat dan bahan apa saja yang dibutuhkan dalam percobaan tersebut?
3. Bagaimana prosedur percobaan tersebut?
4. Bagaimana analisa hasil percobaan tersebut?
5. Bagaimana pemeriksaan albumin pada urine ?
6. Bagaimana pemeriksaan ammonia dala urine ?
C. Tujuan
1. Mengetahui cara mendeteksi glukosa pada urine
2. Mengetahui alat dan bahan apa saja yang dibutuhkan dalam percobaan
tersebut
3. Mengetahui prosedur percobaan tersebut
4. Mengetahui analisa dan hasil percobaan tersebut
5. Mengetahui prosedur / langkah kerja dari pemeriksaan albumin
6. Mengetahui prosedur / langkah kerja dari pemeriksaan ammonia dalam
urine.
BAB II
a. Siapkan urine yang akan diperiksa beserta semua alat dan bahan yang diperlukan
b. Siapakan tabung ukur lalu ukurlah pereaksi benedict kwalitatif sebanyak 2,5ml
c. 2,5ml pereaksi benedict kwalitatif tersebut dimasukkan ke dalam tabung reaksi
d. Teteskan urine sebanyak 4 tetes ke dalam tabung reaksi yang telah berisi 2,5ml
pereaksi benedict kwalitatif
e. Nyalakan api Bunsen
f. Didihkan urine dan pereaksi benedict kwalitatif yang telah dicampur tersebut di
atas api bunsen selama 1 menit
g. Biarkan menjadi dingin perlahan-lahan
h. Lakukan penafsiran dan catat hasil percobaan
2.4Analisa dan Hasil Percobaan
Urin atau air seni adalah cairan yang disekresikan oleh ginjal yang kemudian
akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Fungsi utama urin adalah
untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam tubuh. Eksresi urin
diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalm darah yang disaring oleh ginjal
dan untuk menjaga homeostatis cairan tubuh. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa
melalui ureter menuju kandung kemih dan akhirnya dibuang keluar tubuh melalui
uretra. Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolism (seperti urea),
garam terlarut dan materi organic. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah
atau cairan interstisial (Chernecky and Berger, 2008).
Diabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi melalui urine. Urine
seorang penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam
urine orang yang sehat. Pemeriksaan terhadap adanya glukosa dalam urine termasuk
pemeriksaan penyaringan. Untuk menyatakan keberadaan suatu glukosa, dapat
dilakukan dengan cara yang berbeda. Cara yang tidak spesifik dapat dilakukan dengan
menggunakan suatu zat dalam reagen yang berubah sifat dan warnanya jika direduksi
oleh glukosa, di antaranya adalah benedict. Sedangkan pembuktian glukosuria secara
spesifik dapat dilakukan dengan menggunakan enzim oksidase.
Tes glukosa urine dapat dilakukan dengan menggunakan reaksi reduksi,
dikerjakan dengan menggunakan fehling, benedict dan clinitest. Ketiga jenis test ini
dapat digolongkan dlam jenis pemeriksaan semi-kuantitatif. Sedangkan tes glukosa
dengan reaksi enzimatik dilakukan dengan metode carik celup yang tergolong dalam
pemeriksaan semi-kuantitatif dan kuantitatif. (Sumbawa, 2010).
Pada orang normal tidak ditemukan adanya glukosa dalam urin. Glukosaria
dapat terjadi karena peningkatan kadar glukosa dalam darah yang melebihi kapasitas
maksimum tubulus untuk mereabsorpsi glukosa. Hal ini dapat ditemukan pada kondisi
diabetes mellitus, tirotoksikosis, sindroma cushing, phaeochromocytoma, peningkatan
tekanan intracranial atau karena ambang rangsang ginjal yang menurun seperti pada
renal glukosuria, kehamilan dan sindroma fanconi. (Wirawan, dkk, tt).
Namun reduksi positif tidak selalu berarti pasien menderita diabetes mellitus.
Hal ini dikarenakan pada penggunaan cara reduksi dapat terjadi hasil positif palsu pada
urin yang disebabkan karena adanya kandungan bahan reduktor selain glukosa. Bahan
reduktor yang dapat menimbulkan reaksi positif palsu antara lain galaktosa, fruktosa,
laktosa, pentose, formalin, glukoronat dan obat-obatan seperti streptomycin, salisilat
dan vitamin C. Oleh karena itu perlu dilakukan uji lebih lanjut untuk memastikan jenis
gula pereduksi yang terkandung dalam sampel urine. Hal ini dikarenakan hanya
kandungan glukosa yang mengindikasikan keberadaan penyakit diabetes. Penggunaan
cara enzimatik lebih sensitive dibandingkan dengan cara reduksi. Cara enzimatik dapat
mendeteksi kadar glukosa urin sampai 100mg/dl, sedangkan pada cara reduksi hanya
sampai 250mg/dl. Nilai ambang ginjal untuk glukosa dalam keadaan normal adalah
160-180mg %. (Wirawan, dkk, tt).
BAB III
Akan tetapi, bila ginjal mengalami gangguan atau bahkan rusak, fungsi
penyaring ginjal pun akan terganggu. Kondisi inilah yang membuat albumin
tidak tersaring dan bocor. Albumin ini nantinya akan terbuang bersama urine.
Albumin sini merupakan satu protein yang dideteksi di urine bila terjadi
kerusakan ginjal. Hal yang perlu diingat, banyaknya jumlah albumin di dalam
urine, menandakan tingkat keparahan gangguan organ ginjal.
Seseorang yang kadar albumin dan kreatin yang meningkat dalam kadar
yang sedikit, mungkin mengidap penyakit ginjal tahap awal. Namun, kadar
albumin dan kreatin yang sangat tinggi, bisa mengindikasikan penyakit ginjal
yang lebih parah. Hal sebaliknya juga berlaku, level albumin dan kreatin rendah
menandakan ginjal berfungsi secara normal.
Hasil rasio albumin atau kreatin yang normal adalah < 30 mg/dL. Kadar
albumin atau kreatin yang meningkat bisa disebabkan oleh berbagai hal. Mulai
dari kerusakan ginjal akibat diabetes, hipertensi, sindrom nefrotik, hingga
infeksi ginjal.
Uji bau amonia urine atau bahasa kerennya mengukur kepesingan pipis.
Caranya urine di panaskan dengan menggunakan spiritus sampai mendidih, lalu
cium baunya. Jika saat sampel telah mendidih dan bau dari sampel masih belum
tajam,, berarti urine dikatakan tidak normal. Bau urine akan menajam seiring
dengan lama waktu pemanasan (Ninna,2013).
Amonia merupakan senyawa yang ada di dalam urin yang bersifat basa
dan bila terkena sinar atau panas akan menimbulkan bau menyengat. Bau
amonia tersebut berasal dari peruraian urea sebagai komponen bahan organik
terbanyak dalam urin oleh jasad renik menjadi energi dan gas NH3.
Permasalahan tersebut banyak ditemukan di toilet-toilet rumah tangga ataupun
di toilet umum. Apabila toilet jarang dibersihkan kondisi ini dapat mengganggu
kenyamanan pengguna toilet karena pengguna akan merasakan pusing dan mual
karena bau dari amonia tersebut.
4.4 Penyakit
Amonia juga dapat menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan dan lingkungan
yaitu :
a. Mengganggu pernafasan.
c. Pada konsentrasi 5000 ppm dapat menyebabkan ederma laring, paru-paru dan
akhirnya dapat menyebabkan kematian.
d. Iritasi mata (mata merah, pedih, dan berair) dan kebutaan total.
a. Amonia adalah gas yang tidak berwarna dan baunya sangat merangsang
sehingga gas ini mudah dikenal melalui baunya.
b. Sangat mudah larut dalam air, yaitu pada keadaan standar, 1 liter air terlarut
1180 liter amonia.
c. Merupakan gas yang mudah mencair, amonia cair membeku pada suhu
-78℃ dan mendidih pada suhu -33℃.
b. Untuk membuat senyawa nitrogen yang lain, seperti asam nitrat, amonium
klorida, dan amonium sitrat.
PENUTUP
5 Kesimpulan
5.2 Saran
Dari penelitian diatas, peneliti menyarankan agar pembaca dapat selalu menjaga
kesehatan tubuh pembaca. Penelitian diatas merupakan penelitian sederhana
namun dapat menjadi indikasi pertama anda untuk mengetahui kesehatan organ
dalam anda. Jika anda melakukan penelitian diatas dan menemukan bahwa hasil
penelitian pada sampel anda tidak normal, segeralah periksakan tubu anda agar
dapat ditangani lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
http://cunyuund.blogspot.com/2012/12/pemeriksaan-glukosa-urin.html
http://hestooong.blogspot.com/2012/12/pemeriksaan-glukosa-urin.html
Lab Tests Online-UK. Diakses pada 2020. Urine Albumin to Creatinine Ratio or
ACR.
Pusat Dokumentasi Ilmiah Nasional (Indonesia). 2018. Sari Laporan Penelitian Dan
Survei, 1950-1980, Volume 15-16. University Of California, Berkeley. Pusat
Dokumentasi Ilmiah Nasional.
Marks, Dawn B. Allan D, Marks.Colleen M, Smith. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar Sebuah
Pendekatan Klinis. Jakarta. EGC.