Anda di halaman 1dari 28

Obat anti jamur

&
obat diuretik
Dosen pengampu : Dhini Mardiyani, M.farm. Apt

“Anggota kelompok”
Aprilia indriani
Icha nuradinda
Erva julianis
Mia audina
Nadya ade anggraini
Nurima yudanti
Siti nurbaiti
Rafika mahera
Syahda elsafira
OBAT ANTIJAMUR
Antijamur adalah kelompok obat untuk mengatasi infeksi jamur. Obat antijamur atau
antifungi ini tersedia dalam berbagai bentuk sediaan, mulai dari tablet, krim, salep, sabun,
bedak, hingga sampo. Obat ini digunakan sesuai dengan resep dokter.

Obat antijamur bekerja dengan cara menyerang struktur dan fungsi penting pada sel
jamur. Obat ini akan merusak membran dan dinding sel, sehingga sel jamur akan pecah dan
mati. Sebagian obat antijamur dapat membunuh sel jamur, sedangkan sebagian lainnya
mencegah perkembangan dan pertumbuhan sel.

Infeksi jamur dapat menyerang bagian tubuh mana pun. Walaupun bisa menyerang
semua bagian tubuh, infeksi jamur paling sering terjadi di kulit, rambut, atau kuku. Infeksi
jamur umumnya tidak berbahaya, tetapi bisa menjadi serius jika terjadi pada penderita yang
memiliki daya tahan tubuh yang lemah, misalnya akibat mengonsumsi obat imunosupresan
atau menderita infeksi HIV.
Jenis Antijamur

1. Azole
Obat ini merupakan antijamur yang berspektrum luas, artinya dapat
membunuh berbagai jenis jamur. Antijamur golongan azole bekerja dengan cara
merusak membran sel jamur. Jika membran sel jamur rusak, sel tersebut akan mati.
Contoh obat ini adalah:

• Clotrimazole
• Fluconazole
• Itraconazole
• Ketoconazole
• Tioconazole
• Miconazole
• Voriconazole
‘’CLOTRIMAZOLE’’
A. Pengertian
Clotrimazole adalah obat antijamur golongan azole yang bekerja mencegah pertumbuhan jamur.

B. Cara kerja
Bahan aktif Clotrimazole paling efektif untuk mengobati infeksi jamur superfisial yang disebabkan
oleh dermatofita, ragi, dan jamur. Klotrimazol atau Clotrimazole adalah obat antijamur dari golongan
imidazol yang merupakan obat antijamur spektrum luas.Obat-obatan yang mengandung Clotrimazole
memiliki cara kerja yang sama meskipun berbeda nama dagang. Clotrimazole bekerja dengan cara
menghentikan pertumbuhan jamur yang menyebabkan infeksi.

C.Dosis
Pemakaian obat Clotrimazole tentunya harus sesuai dengan dosis yang dianjurkan dokter (jika obat
keras) atau sesuai aturan pada kemasan (jika obat bebas). Pada umumnya, dosis Clotrimazole cream adalah
2-3 kali sehari.

Cara menggunakan salep Clotrimazole dengan mengoleskan krim atau salep pada kulit yang
terinfeksi jamur hingga 2 minggu. Dosis Clotrimazole tablet vagina adalah 2 tablet vagina 100 mg selama
3-6 malam berturut-turut.
D.Indikasi
Clotrimazole oral diindikasikan untuk kandidiasis orofaring, dengan dosis 1 tablet
hisap dikonsumsi sebanyak 5 kali per hari, selama 14 hari. Clotrimazole oral juga
digunakan untuk pencegahan oral thrush pada pasien dengan imunosupresi, dengan dosis
1 tablet hisap dikonsumsi 3 kali per hari, selama penggunaan terapi imunosupresi.

F.kontra indikasi
Kontraindikasi clotrimazole hanya jika terdapat reaksi hipersensitivitas, tetapi
terdapat beberapa peringatan terkait penggunaannya. Salah satunya adalah mengenai
penggunaan clotrimazole oral pada pasien dengan gangguan hati.

Clotrimazole dikontraindikasikan jika terdapat hipersensitivitas terhadap


clotrimazole atau komponen lain dalam obat.
E.efek samping
Efek samping clotrimazole pada sediaan oral adalah gangguan gastrointestinal, disuria,
depresi, peningkatan enzim hati. Pada sediaan topikal, efek samping yang dapat ditimbulkan
adalah eritema, nyeri terasa perih, iritasi, reaksi hipersensitivitas, dan dermatitis kontak.

G. Cara mengatasi efek samping.


Ikuti anjuran dokter dan baca petunjuk yang tertera pada kemasan obat dalam
menggunakan clotrimazole.Sebelum diolesi clotrimazole, pastikan bagian tubuh yang terinfeksi
benar-benar kering. Bersihkan kedua tangan Anda sesudah mengoleskan clotrimazole pada
bagian kulit yang terinfeksi jamur, agar infeksi tidak menyebar ke bagian tubuh yang lain.
Disarankan untuk tidak berbagi pakai handuk atau pakaian agar infeksi jamur tidak menular ke
orang lain.

Clotrimazole tablet vagina tidak boleh digunakan untuk bagian tubuh selain vagina. Ikuti
petunjuk pada kemasan obat atau anjuran dokter dalam memasukkan tablet ke dalam vagina
dengan benar. Cucilah kedua tangan sebelum dan sesudah memasukkan clotrimazole tablet ke
dalam vagina. Untuk memaksimalkan efek pengobatan, gunakan clotrimazole tablet vagina
sebelum tidur malam.
2. Echinocandin
Obat antijamur ini bekerja dengan cara merusak dinding sel jamur. Jika dinding sel jamur tidak
dapat dibentuk, sel tersebut akan mati. Contoh obat ini adalah:

• Anidulafungin
• Micafungin
• Caspofungin

‘’COSPOFUNGI’’
A.Pengertian cospofungi
Caspofungin adalah salah satu obat antijamur yang termasuk kelas echinocandins. Obat ini bekerja
dengan menghentikan pertumbuhan jamur. Biasanya, obat ini diresepkan jika pasien tidak dapat
menggunakan atau tidak merespon obat antijamur lainnya seperti amfoterisin B dan itrakonazol.

B. Cara kerja
Obat ini bekerja dengan cara menghambat sintesis enzim β-1,3-D-glukan, yang merupakan
komponen penting dari dinding sel jamur yang tidak ada dalam sel mamalia yang dengan demikian dapat
mengganggu integritas dinding sel jamur.
C.Dosis
Dosis awal 70 mg melalui infus intravena diikuti dengan 50 mg intravena setiap hari. Jika tidak ada
respon yang terlihat atau jika induser klirens caspofungin (lihat di atas) diberikan bersamaan, dosis harian
dapat ditingkatkan menjadi 70 mg. Infus harus memakan waktu sekitar 1 jam.

D.Indikasi
Indikasi terapeutik yang saat ini disetujui oleh kedua organisasi termasuk terapi empiris dari dugaan
infeksi jamur pada pasien dewasa demam, neutropenik dan untuk terapi penyelamatan pada pasien
aspergillosis invasif pada pasien dewasa yang penyakitnya refrakter atau intoleran terhadap agen antijamur
lainnya. (yaitu, formulasi konvensional atau lipid amfoterisin B dan / atau itrakonazol ). Selain itu,
persetujuan FDA mencakup indikasi untuk pengobatan kandidemia dan beberapa infeksi Candida spesifik
(abses intra-abdominal, peritonitis , infeksi rongga pleura , dan esofagitis.) dan persetujuan EMEA
mencakup indikasi untuk pengobatan kandidiasis invasif umum pada pasien dewasa.

E.Kontradiksi
Hipersensitivitas yang diketahui terhadap caspofungin asetat atau bahan lain yang terkandung dalam
formulasi mengkontraindikasikan penggunaannya.
F.Efek Samping
caspofungin tampaknya memiliki insiden efek samping yang relatif rendah. Dalam studi klinis dan
laporan pascapemasaran, efek samping yang terlihat pada 1% atau lebih pasien adalah sebagai berikut:

• Sistem gastrointestinal : mual , muntah , sakit perut , dan diare


• Sistem saraf pusat : sakit kepala
• Seluruh tubuh: demam , flebitis atau tromboflebitis, komplikasi di tempat kanulasi intravena (misalnya
indurasi), nyeri tidak spesifik, sindrom mirip flu , mialgia, menggigil, dan paresthesia
• Pernapasan : dispnea
• Ginjal : peningkatan kreatinin plasma
• Hematologi : anemia
• Elektrolit : hipokalemia
• Hati : peningkatan enzim hati (asimtomatik)
• Hipersensitivitas : ruam, edema wajah, pruritusLainnya: takikardia
• Selain itu, kasus kerusakan hati bergejala yang jarang terjadi, edema dan pembengkakan perifer, dan
hiperkalsemia telah terlihat. Satu kasus anafilaksis (reaksi alergi parah) juga telah dicatat.
G. Cara mengatasi efek samping
Beri tahu dokter jika Anda sedang mengonsumsi obat lain baik yang dijual bebas
maupun dari resep dokter.

Mengonsumsi obat ini dengan obat di bawah ini dapat meningkatkan risiko efek
sampingnya, namun pada beberapa kasus, kombinasi dua obat ini mungkin merupakan
pengobatan terbaik.
3. Polyene
Antijamur golongan polyene dikenal juga sebagai obat antimikotik. Obat ini bekerja dengan cara
merusak membran sel jamur, sehingga sel tersebut akan mati.
Contoh obat antijamur polyene adalah:

• Nystatin
• Amphotericin B

‘’NYSTATIN’’
A. Pengertian nystatin
Nystatin adalah obat yang digunakan untuk mengatasi infeksi jamur, khususnya infeksi jamur
Candida. Obat ini dapat mengobati candidiasis yang terjadi pada rongga mulut, tenggorokan, usus, dan
vagina.

B. Cara kerja
Nystatin merupakan obat antijamur yang bekerja dengan cara merusak membran sel jamur.
Akibatnya sel jamur akan berhenti tumbuh dan berkembang. Nystatin efektif untuk mengatasi candidiasis,
yaitu infeksi jamur yang disebabkan oleh Candida. Obat ini tersedia dalam beberapa bentuk, yaitu cairan
suspensi, tablet minum, tablet vagina (ovula), salep, dan krim.
B. Dosis nystatin
• Dewasa: 100.000 unit, 4 kali sehari. Pengobatan bisa dilakukan selama 7–14 hari.
• Anak-anak: 100.000 unit, 4 kali sehari.
• Diberikan pada bayi yang baru lahir dari ibu yang menderita candidiasis vagina dengan dosis
100.000 unit, sekali sehari

C. Indikasi nystatin.
Obat ini dapat mengobati candidiasis yang terjadi pada rongga mulut, tenggorokan, usus, dan
vagina. Nystatin merupakan obat antijamur yang bekerja dengan cara merusak membran sel jamur

E. Kontraindikasi
nystatin adalah pada pasien dengan hipersensitivitas terhadap obat ini. Perhatian khusus
diberikan pada pasien immunocompromised, kehamilan, dan ibu menyusui. Perhatian khusus
diberikan pada penggunaan terhadap pasien immunocompromised karena dosis yang lebih besar
mungkin diperlukan
F. Efek samping
• mual atau sakit perut
• Muntah
• Diare

G. Cara mengatasi efek samping


Interaksi pada obat mungkin akan terjadi jika mengonsumsi beberapa obat secara
bersamaan. Jika ingin menggunakan obat secara bersamaan harap konsultasi ke dokter Anda,
dokter akan mengganti dosis obat tersebut jika memang harus digunakan secara bersamaan.

Informasi yang diberikan bukan sebagai pengganti konsultasi medis langsung dengan
dokter atau mengarahkan pemakaian obat dengan merek tertentu. Pemakaian obat harus
dengan resep dokter. Ketersediaan obat tergantung pada indikasi yang disetujui Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Selain yang telah disebutkan di atas, ada beberapa antijamur lain yang tidak
digolongkan namun juga dapat membunuh jamur, contohnya adalah griseofulvin,
naftifine, dan terbinafine. Obat antijamur umumnya dapat ditemukan dalam
beberapa bentuk sediaan, yaitu:

• Topikal (oles atau digunakan di kulit), misalnya, krim, losion, semprot, sabun,
sampo, atau bedak
• Oral (minum), misalnya, tablet, kapsul, dan sirop
• Intravena (melalui pembuluh darah), misalnya suntik dan infus
• Intravagina (melalui vagina), yaitu tablet yang dimasukan ke dalam vagina
OBAT DIURETIK

Diuretik adalah obat yang digunakan untuk membuang kelebihan garam dan air
dari dalam tubuh melalui urine. Obat ini memiliki beberapa jenis, yaitu loop diuretic,
diuretik hemat kalium, dan thiazide. Diuretik atau diuretic tersedia dalam bentuk obat
minum atau suntik.

Diuretik bekerja dengan mencegah penyerapan garam, termasuk natrium dan


klorida, di ginjal. Kadar garam juga mempengaruhi kadar air yang diserap atau
dikeluarkan oleh ginjal. Dengan cara kerja ini, garam dan air akan dibuang dari tubuh
melalui pengeluaran urine.
Ada beberapa kondisi dan penyakit yang bisa diatasi oleh obat golongan
diuretik, yaitu:

• Hipertensi
• Retensi air berlebih, edema, atau ascites
• Gagal jantung kongestif atau sirosis hati
• Glaukoma
• Peningkatan tekanan intrakranial (tekanan di dalam kepala)

Selain itu, beberapa jenis diuretik bisa digunakan untuk mencegah dan
mengatasi altitude sickness, meredakan edema pada gagal ginjal, membantu
penanganan diabetes insipidus jenis tertentu, dan membantu menegakkan
diagnosis hiperaldosteronism.  
Jenis Obat Diuretik
1. Thiazide
Thiazide bekerja dengan mengurangi penyerapan natrium atau klorida pada distal tubulus ginjal,
sehingga meningkatkan produksi urine. Selain itu, thiazide dapat merelaksasi pembuluh darah, sehingga
efektif dalam menurunkan tekanan darah.

‘’Chlorothiazide’’
A. Pengertian
Chlorothiazide adalah obat yang digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi. Menurunkan
tekanan darah tinggi dapat membantu mencegah terjadinya stroke, serangan jantung, dan masalah ginjal.
Chlorothiazide adalah obat diuretik (obat yang meningkatkan produksi air seni) yang menyebabkan tubuh
Anda dapat membuang garam dan air berlebih dalam tubuh.

B. Cara kerja
Chlorothiazide sendiri berada dalam kelas obat yang disebut diuretik (‘pil air’). Bekerjanya yaitu
dengan cara menyebabkan ginjal membuang air dan garam yang tidak dibutuhkan dari tubuh ke dalam
urin
C. Dosis
Dosis orang dewasa
• Dosis orang dewasa dengan Edema:
Obat minum atau IV(suntik ke vena): 500 hingga 1000 mg sekali atau dua kali sehari.
• Dosis untuk Hipertensi:
Obat minum atau IV (suntik ke vena): 500 hingga 1000 mg diminum sekali atau dua kali sehari.

Dosis anak untuk Edema


• Bayi kurang dari 6 bulan:
Obat minum: 10 hingga 30 mg/kg/hari dibagi menjadi 2 dosis
Dosis maksimal: 375 mg/hari diminum report anecdotal telah digunakan hingga 40 mg/kg/hari.
IV: 2 hingga 8 mg/kg/hari dibagi menjadi 2 dosis.
Report anecdotal telah menggunakan 20 mg/kg/hari.

• Bayi lebih dari 6 bulan dan anak:


Obat minum: 10 hingga 20 mg/kg.hari dalam 1-2 dosis.
Dosis maksimal: 375 mg/hari diminum oleh anak kurang dari 2 tahun atau 1g/hari diminum oleh
anak dengan umur 2-12 tahun.
IV: 4mg/kg/hari dibagi menjadi 1-2 dosis. Report Anecodotal telah menggunakannya hingga 20
mg/kg/hari.
D. Indikasi
Indikasi edema,hipertensi

E. Kontraindikasi
Hipersensitivitas terhadap obat turunan sulfonamida dan anuria

F. Efek samping
• Gatal-gatal
• Sulit bernapas
• Bengkak di wajah atau tenggorokan
• Reaksi kulit yang parah (demam, sakit tenggorokan, mata terbakar, nyeri kulit, ruam kulit
merah atau ungu dengan lepuh dan mengupas).

G. Cara mengatasi efek samping


Nb : kami tidak menemukan nya
2. Diuretik loop
Diuretik loop bekerja dengan menurunkan penyerapan kalium, klorida, dan natrium pada loop (lengkung)
Henle di dalam ginjal. Hal ini akan meningkatkan jumlah air dan garam yang dikeluarkan melalui urine.

‘’FUROSEMIUD’’
A. Pengertian
Merupakan golongan loop diuretic yang bekerja pada segmen tebal ansa henle renal, yang kerap
digunakan pada penatalaksanaan gagal jantung, edema paru akut, dan hipertensi. Furosemide termasuk diuretik
kuat. Obat ini bekerja menghambat cotranspoter Na+/K+/Cl2- pada membran luminal tubulus dalam
mereabsorpsi elektrolit natrium, kalium dan klorida. Efek obat ini dapat meningkatkan ekskresi air, sodium,
klorida, magnesium dan kalsium.
Juga merupakan obat untuk mengurangi cairan berlebih dalam tubuh (edema) yang disebabkan oleh
kondisi seperti gagal jantung, penyakit hati, dan ginjal. Dan juga obat diuretik yang menyebabkan Anda menjadi
lebih sering buang air kecil untuk membantu membuang air dan garam yang berlebihan dari tubuh Anda.
 
B. Cara Kerja
bekerja dengan cara menghalangi penyerapan natrium di dalam sel-sel tubulus ginjal dan meningkatkan
jumlah urine yang dihasilkan oleh tubuh. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet dan suntik.
C. Dosis
1. Furosemide Tablet
• Udema:
Dewasa: dosis awal: 40 mg per hari, dapat diturunkan menjadi 20 mg per hari
Lansia: dosis awal: 20 mg per hari
• Hipertensi:
Dewasa: dosis 40-80 mg per hari.

2. Furosemide Injeksi
Edema
• Dosis awal: dosis 20-50 mg diberikan melalui injeksi intravena (pembuluh darah) lambat atau
melalui injeksi intramuskular (melalui otot), dosis dapat ditingkatkan dengan peningkatan 20 mg
tiap 2 jam bila perlu.
• Dosis> 50 mg harus diberikan melalui infus intravena (pembuluh darah) lambat dengan kecepatan
maksimal 4 mg / menit. Maksimal: 1.500 mg / hari.
Edema paru akut sebagai terapi tambahan
• Dosis awal: dosis 40 mg diberikan melalui injeksi intravena (pembuluh darah) lambat selama 1-2
menit, dosis dapat ditingkatkan menjadi 80 mg diberikan melalui injeksi intravena (pembuluh
darah) lambat jika respon yang memuaskan tidak tercapai dalam 1 jam.
D. Indikasi
Udem karena penyakit jantung, hati, dan ginjal. Terapi tambahan pada udem pulmonari
akut dan udem otak yang diharapkan mendapat onset diuresis yang kuat dan cepat.
 
E.Kontraindikasi

Hindari penggunaan pada pasien dengan kondisi:


• Pasien yang memiliki riwayat hipersensitif terhadap furosemide.
• Anuria, gagal ginjal dengan anuria tidak merespon furosemid; gagal ginjal karena
keracunan oleh agen nefrotoksik atau hepatotoksik; gagal ginjal berhubungan dengan
koma hati, gangguan elektrolit (misalnya hiponatremia berat, hipokalemia berat),
hipovolemia, dehidrasi, hipotensi; keadaan koma atau pra-koma yang berhubungan
dengan sirosis hati atau ensefalopati; Penyakit Addison, porfiria, keracunan digitalis.
• Ibu menyusui
F. Efek samping obat
• Efek samping seperti:
• Kram otot
• Pusing, sakit kepala
• hipotensi
• Lemah, lesu
• Gelisah
• Gangguan gastrointestinal / perdarahan saluran pencernaan
• Gangguan pendengaran dan penglihatan
• Mulut kering, dehidrasi
• Aritmia jantung yang serius
• Hiponatremia, hipokalemia, hiperurisemia, peningkatan kadar enzim hati, kolesterol dan trigliserida
• Reaksi anafilaksis

G. Cara Mengatasi Efek Samping


Nb : kami tidak menemukan cara mengatasi efek samping nya.
3. Diuretik hemat kalium
Diuretik hemat kalium bekerja dengan meningkatkan volume cairan dan natrium di
dalam urine dengan tetap mempertahankan kadar kalium di dalam tubuh.

‘’Spironalactonea’’
A. Pengertian
Spironolactone adalah obat yang digunakan untuk menurunkan tekanan darah pada
hipertensi. Obat ini juga dapat digunakan dalam pengobatan gagal jantung, hipokalemia,
sirosis, edema, atau kondisi ketika tubuh terlalu banyak memproduksi hormon aldosterone
(hiperaldosteronisme).

B. Cara kerja
Obat ini bekerja dengan cara menghambat penyerapan garam (natrium) berlebih ke
dalam tubuh dan menjaga kadar kalium dalam darah agar tidak terlalu rendah, sehingga tekanan
darah dapat diturunkan.
C. Dosis
• Dewasa: 100–400 mg per hari, tergantung pada kadar natrium dan kalium dalam urine.
• Lansia: Diawali dengan dosis terendah, kemudian dapat ditambah jika diperlukan.
• Anak-anak: 3 mg/kgBB per hari, yang dapat dibagi ke dalam beberapa jadwal konsumsi. Dosis
akan disesuaikan dengan respons tubuh pasien.

D. Indikasi
Spironolactone adalah obat yang digunakan untuk menurunkan tekanan darah pada hipertensi.
Obat ini juga dapat digunakan dalam pengobatan gagal jantung, hipokalemia, sirosis, edema, atau
kondisi ketika tubuh terlalu banyak memproduksi hormon aldosterone (hiperaldosteronisme).

E. Kontra indikasi
Anuria, gangguan ginjal dan hiperkalemia merupakan kontraindikasi penggunaan
spironolactone. Peringatan utama pada penggunaan spironolactone adalah adanya kondisi
hiperkalemia, sehingga evaluasi fungsi ginjal dan kalium darah perlu dilakukan.
F. Efek samping
Beberapa efek samping yang mungkin timbul setelah mengonsumsi spironolactone adalah:
• Pusing
• Sakit kepala
• Mual
• Muntah
• Diare
• Disfungsi ereksi
• Pembengkakan di payudara

G. Cara mengatasi
Jangan menambah atau mengurangi dosis berkonsultasi dengan dokter. Spironolactone dapat
dikonsumsi dengan makanan atau setelah makan. Obat ini biasanya diminum sekali sehari, dan waktu
terbaik untuk mengonsumsinya adalah sebelum tengah hari. Setelah mengonsumsi obat ini, Anda
akan lebih sering buang air kecil

Anda mungkin juga menyukai