Anda di halaman 1dari 15

FARMAKOLOGI

OBAT ANTI JAMUR


KELOMPOK 2
Dhea Pialina E. Sawal NIM.PO.62.24.2.22.308
Isa Mulaini NIM.PO.62.24.2.22.320
Linda Syafiyanti Angeraini NIM.PO.62.24.2.22.324
Musdiyah NIM.PO.62.24.2.22.327
Rosabella Widianty NIM.PO.62.24.2.22.336
Yaya Kristiana NIM.PO.62.24.2.22.343
Yuli Apriyanti NIM.PO.62.24.2.22.344
Yustina NIM.PO.62.24.2.22.345

Dosen : Seri Wahyuni, SST., M.Kes


PENGERTIAN OBAT ANTI JAMUR
Obat anti jamur adalah senyawa yang digunakan untuk pengobatan
penyakit yang disebabkan oleh jamur. Antifungi atau antijamur adalah suatu
obat yang bersifat fungisida atau fungistatik yang dapat digunakan untuk
mengobati dan mencegah mikosis seperti kutu air, kurap, kandidas, infeksi
sistemik serius seperti miningitis, kriptokokus, dan lain-lain.
Penggolongan Anti Jamur

GOLONGAN GOLONGAN GOLONGAN GOLONGAN


POLYENE AZOLES ALLYLAMINE ECHINOCANDIN
S S

Bekerja dengan Golongan ini Bekerja dengan


Bekerja dengan
cara bekerja dengan menghambat
cara mengikat
menghambat α- menghambat sintesas glutan
sterol dalam
lanosterol 14- epoxidase dalam dinding sel
membran sel
dimethlase. squalene
jamur.
Mekanisme Kerja Antifungi

Anti jamur infeksi sistemik Anti Jamur Topikal

Antijamur untuk Infeksi


Dermatofit dan Mukokutan
Anti jamur infeksi Sistemik

• Amfoterisin B
Mekanisme kerja Amfoterisin B berikatan kuat dengan ergosterol yang terdapat pada membrane sel
jamur.
• Flusitosin
Antijamur ini memiliki spectrum kerja agak sempit. Mekanisme kerja antijamur ini yaitu flusistosin
masuk kedalam sel jamur dengan bantuan sitosin diaminase.
• Imidazol dan Triazol
- Ketokonazole : Obat ini bersifat liofilik
- Intrakonazol : Obat ini dapat diberikan peroral dan IV
- Flukonazol : Obat ini diserap sempurna melaui saluran cerna
• Kaspofungin
Mekanisme kerja obat ini menghambat sintesis beta (1,3)-degelukan, suatu komponen essensial yang
membentuk sel jamur.
Antijamur untuk Infeksi Dermatofit dan
Mukokutan
• Griseofulvin
Obat ini akan dihimpun dalam sel pembentuk ketain, lalu muncul bersama sel yang baru berdiferesiansi, terikat
kuat dengan keratin sehingga sel baru ini akan resisten terhadap serangan jamur.
• Imidazole dan Triazol
 Mikonazol (Mikonazol mkenghambat aktivitas jamur )
 Klotrimazol (Klotrimazol mempunyai efek antijamur dan bakteri dengan mekanisme kerja mirip
mikonazol )
• Tolnaftat dan Tolsiklat
Antijamur ini memiliki spectrum yang sempit digunaklan untuk pengobatan dermatofitosis tetapi tidak efektif
terhadap candida.
• Nistatin
Nistatin merupakan suatu antibiotic polien yang dihasilkan oleh Streptomices noursei nistatin menghambat
pertumbuhan berbagai jamur dan ragi tetapi tidak aktif terhadap bakteri, protozoa dan virus.
Anti jamur topikal
 Asam benzoate dan Asam salisilat
Antijamur kombinasi ini biasanya digunakan untuk pengobatan Tinea pedis dan kadang-kadang
juga untuk tinea kapitis.
 Asam Undesilenat
Obat ini dapat menghambat pertumbuhan jamur pada tinea pedis, tetapi efektifitasnya tidak
sebaik mikonazol, haloprogin atau tolnaftat.
 Haloprogin
Haloprogin bersifat fungisidal terhadap epiderphyton, Trichophyton, Miciosporum dan
malassesia furfur.
 Siklopiroks Olamin
Obat ini merupakan antijamur topical berspektrum luas. Penggunaan kliniknya untuk
dermatofitosis, kandidiasis dan tinea versikolor.
 Terbinafin
Obat ini digunakan untuk terapi dermatofitosis, terutama Onikomikosis dan juga
digunakan secara topical untuk dermatopitosis.
Obat Anti Jamur Untuk Ibu Hamil
Hingga saat ini hanya sedikit penelitian yang dilaporkan terkait regimen dan dosis antijamur/antifungal yang optimal
untuk digunakan selama kehamilan. Rasionalisasi pemberian antifungal harus dilakukan secara aman dengan
penilaian yang lebih mendalam. Pertimbangan risiko efek samping maupun keuntungan harus dilihat dari kedua sisi,
yaitu ibu dan janin. Hal ini dilakukan untuk mencegah risiko abortus, anomali kongenital, efek toksis pada orang dan
prematuritas.

• Polyenes
• Polyene berikatan dengan ergosterol untuk membentuk celah transmembrane pada sel fungi sehingga terjadi
kebocoran ion dan berujung pada kematian sel. Amfoterisin B bekerja secara broad spectrum dan merupakan
antifungal sistemik yang paling aman digunakan selama kehamilan. Obat ini dapat melewati plasenta dan mencapai
konsentrasi terapeutik pada janin dengan dengan rasio cord blood : maternal serum  berkisar antara 0,38‒1. Pada
penelitian terhadap tikus dan kelinci, obat ini tidak menunjukkan teratogenisitas meskipun diberikan dengan dosis
10 kali lipat dosis yang direkomendasikan pada manusia, bahkan pada penggunaan selama trimester pertama.
• Azoles
• Obat yang termasuk golongan azoles yaitu : imidazoles dan triazoles (ketoconazole, itraconazole, fluconazole,
voriconazole, dan posaconazole). Golongan ini bekerja dengan menargetkan C14α demethylase sehingga
menghambat biosintesis ergosterol yang merupakan salah satu komponen membran sel fungal. Data penelitian pada
binatang dan manusia menyatakan bahwa obat golongan azoles bersifat teratogenik.
• Echinocandins
Echinocandins menghambat kerja enzim 1,3-ß-D-glucan sintase yang berperan pada pembentukan dinding sel fungal.
Echinocandins bekerja secara broad spectrum, termasuk terhadap ragi seperti Candida spp. dan Aspergillus spp.,
namun tidak efektif terhadap Cryptococcus spp., Mucorales dan Fusarium spp. Pada penelitian terhadap tikus dan
kelinci, dinyatakan bahwa golongan echinocandins (caspofungin, micafungin, dan anidulafungin) dapat menembus
plasenta serta memberikan efek teratogenik dan embriotoksik. Saat ini belum ada data penelitian terhadap penggunaan
obat golongan echinocandins pada manusia sehingga obat ini tidak direkomendasikan untuk ibu hamil.
• Flucytosine
Flucytosine diubah menjadi fluorouracil di dalam sel fungal. Antifungal ini bekerja dengan menghambat
pembentukan protein dan DNA. Efektivitas penggunaannya terbatas pada Candida spp. dan Cryptococcus spp. Efek
samping flucytosine berupa toksisitas sumsum tulang, liver dan gastrointestinal. Obat ini terbukti teratogenik pada
tikus, dapat menembus plasenta manusia, serta mencapai konsentrasi tinggi pada cairan amnion dan pembuluh darah
tali pusat. Abnormalitas struktural dilaporkan terjadi pada janin dari ibu yang mengkonsumsi flucytosine pada
trimester pertama. Hal ini menyebabkan penggunaannya tidak direkomendasikan selama kehamilan, kecuali periode
setelah trimester pertama dan pada kondisi mengancam nyawa ibu.
• Terbinafine
Terbinafine tersedia dalam bentuk oral dan topikal. Antifungal ini bekerja secara selektif menghambat fungal squalene
epoxidase. Indikasi terbinafine adalah infeksi dermatofita pada kulit, onikomikosis dan infeksi dermatofita kutan
lainnya seperti chromomycosis dan mycetoma. Pada penelitian, pemberian terbinafine dalam dosis 23 kali lipat dosis
yang direkomendasikan pada manusia, tidak terbukti menyebabkan toksisitas pada embrio atau fetus kelinci dan tikus.
Meskipun tergolong pada kategori B, pemberian oral terbinafin sebaiknya ditunda selama periode kehamilan dan
menyusui. Hal ini dikarenakan terbinafine diekskresi melalui ASI.
• Griseofulvin
Griseofulvin bekerja dengan mencegah mitosis fungi dengan menghambat replikasi DNA pada sel. Obat ini dapat
menembus plasenta dan memiliki efek tumorigenik, embryotoxic, dan teratogenik pada hewan pengerat. Data pada
manusia masih sedikit sehingga penggunaannya pada kehamilan, terutama trimester pertama tidak direkomendasikan.
• Obat Antifungal Topikal
Semua golongan obat antifungal topikal mengalami penyerapan sistemik dalam jumlah sedikit sehingga dapat
digunakan pada kehamilan. Antifungal topikal digunakan dua kali sehari sampai lesi mereda dan dilanjutkan hingga 2
minggu setelahnya.

 Potensi toksisitas terhadap ibu dan janin menjadi pertimbangan utama dalam memilih pengobatan infeksi fungi
atau jamur selama kehamilan. Hingga saat ini amphotericin B dan turunannya dianggap sebagai pengobatan lini
pertama dalam infeksi fungal selama kehamilan. Pemberian fluconazole dapat dipertimbangkan setelah trimester
pertama apabila tidak ada alternatif lain yang tersedia. Namun, keamanan dalam penggunaan jangka panjang
terhadap obat ini masih belum diteliti. Penggunaan posaconazole dan echinocandins pada kehamilan belum
dievaluasi lebih lanjut sehingga tidak direkomendasikan pemakaiannya. Infeksi jamur superfisial selama kehamilan
dapat diobati dengan pemberian antijamur topikal.

 Referensi : Pilmis B, Jullien V, Sobel J, Lecuit M, Lortholary O, Charlier C. Antifungal Drugs During Pregnancy:
An Updated Review. J Antimicrob Chemother. 2015;70:14–22.
Jenis Mikosis
1. Mikosis superfisial
• Tineacapitis
Mikosis ini merupakan jamur yang menyerang stratum coneum
kulit kepala dan rambut kepala yang disebabkan oleh jamur Mycrosporum
dan Tricophyton.
• Tineafavosa
Mikosis ini menginfeksi kulit kepala, kulit badan yang tidak
berambut dan kuku. Jamur yang menginfeksi adalah Tricophyton
Schoenleinii.
• Tineabarbae
Merupakan infeksi jamur yang menyerang daerah yang
berjanggut dan kulit leher, rambut dan folikel rambut.
2. Mikosis sistematik
• Nocardiosis
Mikosis jenis ini menyerang bagian subkutan yang disebabkan oleh Nocardia
asteroids.
• Candidiasis
Mikosis ini menginfeksi kulit, kuku atau organ tubuh seperti jantung dan
paru-paru, selaput lender dan juga vagina. Penyebab dari infeksi ini adalah
jamur Candida albicans.
• Actinomycosis
Mikosis ini ditandai dengan adanya jaringan granulomatous, bernanh diserati
dengan abses dan fistula dan penyebabnya adalah Actinomyces bovis.
• Maduromycosis
Merupakan mikosis yang terjadi pada kaki yang disebabkan oleh
Allescheris boydii, Cephalosporium falciforme, Madurella mycetomi dan
Madurella grisea.
• Coccidioidomycosis
Mikosis ini mengenai paru-paru yang disebabkan oleh
Coccidioides immitis, yang ditandai dengan gejala mirip pneumonia.
• Sporotrichosis
Mikosis yang menimbulkan terjadinya benjolan gumma, ulcus dan
abses yang biasanya mengenai kulit dan kelenjar lympha yang disebabkan
oleh Sporotrichum schenckii.
Kesimpulan

Jamur (fungi) merupakan organisme uniseluler maupun multiseluler yang dapat


bermaaf bagi kehidupan namun dapat juga merugikan untuk kehidupan, sedangkan
antijamur adalah senyawa yang digunakan untuk pengobatan penyakit yang
disebabkan oleh jamur. Infeksi yang disebabkan oleh fungi dinamakan mikosis.
Antijamur (antifungi) memiliki beberapa golongan yang mekanisme kerjanya
spesifik terhadap jamur pathogen tertentu.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai