Anda di halaman 1dari 21

FARMAKOTERAPI

PENYAKIT INFEKSI JAMUR


dr. Nur Qamariah, M.Kes, Sp.THT-KL
▸ Infeksi oleh jamur disebut mikosis.
▸ Infeksi ini lebih jarang dibanding infeksi bakteri atau
virus.
▸ Infeksi oleh jamur biasanya baru terjadi apabila ada
kondisi yang menghambat salah satu mekanisme
pertahanan tubuh.
▸ Infeksi jamur dibagi menjadi 2 :
- Infeksi superfisial (infeksi dermatofit dan infeksi
mukokutan)
- Infeksi sistemik (infeksi jaringan dan organ yang
lebih dalam)

2
Infeksi superfisial umumnya diterapi dengan preparat lokal (dermatologi),
kadang dengan obat sistemik.

Infeksi sistemik lebih sulit diobati, memerlukan terapi jangka panjang dan obat
yang tersedia sering menyebabkan efek samping yang berat.

Obat antijamur terdiri dari :


Kelompok polyene (amfoterisin B, nistatin, natamisin), kelompok azol
(ketokonazol, ekonazol, klotrimazol, mikonazol, flukonazol, itrakonazol),
allilamin (terbinafin), griseofulvin, dan flusitosin.

3
OBAT-OBAT YANG
DIGUNAKAN UNTUK
INFEKSI JAMUR
SUPERFISIAL
Griseofulvin

▸ Griseofulvin menghambat mitosis jamur dengan berkaitan dengan


mikrotubulus dan menghambat polimerisasi tubulin menjadi mikrotubulus.
▸ Griseofulvin tidak larut air.
▸ Obat diberikan per oral, dan hanya sekitar 50% dosis oral yang masuk ke
sirkulasi.
▸ Absorbsi meningkat bila diberikan bersama lemak.
▸ Infeksi kulit dan rambut memerlukan terapi 4-6 minggu, kuku tangan sampai 6
bulan, dan kuku kaki memerlukan 1 tahun terapi.

5
Griseofulvin

▸ Griseofulvin dimetabolisme di hati dengan dealkilasi dan metabolitnya yang


inaktif diekskresi dalam urine sebagai glukuronid.
▸ Griseofulvin menghambat jamur dari spesies Microsporum, Tricophyton, dan
Epidermophyton.
▸ Griseofulvin biasanya hanya digunakan untuk mengobati infeksi dermatofit pada
kulit, kuku atau rambut.
▸ Griseofulvin tersedia dalam bentuk tablet 125, 250, dan 500 mg, dan suspensi
125 mg/ml.
▸ Dosis dewasa adalah 500-1000 mg/hari dosis tunggal atau dosis terbagi. Untuk
anak, dosisnya adalah 10 mg/kg BB/hari.

6
Azol

▸ Azol adalah kelompok obat sintesis dengan aktivitas spektrum yang luas.
▸ Obat yang masuk kelompok ini antara lain ketokonazol, ekonazol, kloritmazol,
tiokonazol, mikonazol, flukonazol, itrakonazol.
▸ Pada jamur yang tumbuh aktif, azol menghambat 14-α-demetilase, enzim yang
bertanggung jawab untuk sintesis ergosterol, yang merupakan sterol utama
membran sel jamur. Pada konsentrasi tinggi, azol menyebabkan K + dan
komponen lain bocor keluar dari sel jamur.

7
Ketokonazol
▸ Obat ini mempunyai aktivitas antijamur terhadap Candida, Coccidioides immitis,
Cryptococcus neoformans, H. capsulatum, B. dermatitidis, Sporothrix spp, dan
Paracoccidioides brasiliensis.
▸ Ketokonazol bisa diberikan per oral atau topikal. Pada pemberian oral, obat ini
diserap baik pada saluran cerna (75%), dan absorpsi meningkat pada pH asam.
▸ Dalam plasma, 84% ketokonazol berikatan dengan protein plasma terutama
albumin, 15% berikatan dengan sel darah dan 1% dalam bentuk bebas.
▸ Ketokonazol dimetabolisme secara ekstensif oleh hati.
▸ Sebagian besar ketokonazol diekskresi bersama cairan empedu ke lumen usus
dan hanya sebagian kecil yang keluar bersama urine.

8
Ketokonazol

▸ Efek samping yang sering pada pemberian oral adalah mual dan muntah. Bahaya
utama ketokonazol adalah toksisitas hati. Obat ini harus dihindari pada wanita
hamil. Pada pemberian topikal, efek sampingnya bisa berupa iritasi, pruritus, dan
rasa terbakar.
▸ Diindikasikan pada Paracoccidioides brasiliensis, thrush (kandidiasis faringeal),
kandidiasis mukokutan, dan dermatofit (termasuk yang resisten terhadap
griseofulvin). Ketokonazol mungkin jangan dikombinasi dengan amfoterisin B
karena ketokonazol mengganggu sintesis ergosterol.
▸ Ketokonazol tersedia dalam bentuk tablet 200 mg, gel/krim 2%, dan scalp
solution 20 mg/ml.

9
Mikonazol

▸ Spektrum aktivitas antijamurnya hampir sama dengan ketokonazol,


termasuk dermatofit.
▸ Mikonazol bisa diberikan per oral atau topikal. Obat ini diindikasikan
secara topikal untuk dermatofitosis dan kandidiasis.
▸ Mikonazol terdapat dalam sediaan krim 2%.

10
Klotrimazol, ekonazol, dan tiokonazol

▸ Klotrimazol, ekonazol dan tiokonazol adalah obat antijamur azol yang


digunakan hanya untuk penggunaan topikal.
▸ Obat-obat ini diindikasikan untuk dermatofitosis dan kandidiasis.
▸ Klotrimazol terdapat dalam bentuk sediaan krim atau solution 1% dan tablet
vagina 100 dan 500 mg.
▸ Tiokonazol terdapat dalam sediaan krim 1%.

11
Itrakonazol

▸ Spektrum aktivitas antijamurnya sama dengan ketokonazol, plus Aspergillus.


▸ Itrakonazol diberikan per oral, setelah diabsopsi akan mengalami metabolisme
hati yang ekstensif.
▸ Obat ini diindikasikan untuk tinea, infeksi Candida mukokutan dan infeksi
sistemik.
▸ Itrakonazol tersedia dalam bentuk kapsul 100 mg.

12
Flukonazol
▸ Spektrum aktivitas antijamurnya sama dengan ketokonazol.
▸ Flukonazol dapat diberikan per oral atau iv.
▸ Flukonazol larut air dan cepat diabsorpsi sesudah pemberian oral, dengan 90%
bioavailabilitas, 12% terikat pada protein.
▸ Obat ini mencapai konsentrasi tinggi dalam LCS, paru dan humor aquosus, dan
menjadi obat pilihan pertama untuk meningitis karena jamur. Konsentrasi
fungisidanya juga meningkat dalam vagina, saliva, kulit dan kuku.
▸ Obat ini diindikasikan untuk infeksi sistemik dan kandidiasis mukokutan.
▸ Flukonazol tersedia dalam bentuk kapsul 50 dan 150 mg dan infus 2 mg/ml.

13
Nistatin
▸ Nistatin adalah antibiotik makrolida polyene dari Streptomyces noursei.
Struktur nistatin mirip dengan struktur amfoterisin B.
▸ Nistatin tidak diserap dari membran mukosa atau dari kulit. Obat ini terlalu
toksik untuk pemberian parenteral. Bila diberikan per oral, absorpsinya sedikit
sekali dan kemudian diekskresi melalui feses.
▸ Spektrum antijamurnya sebenarnya juga mencakup jamur-jamur sistemik,
namun karena toksisitasnya, nistatin hanya digunakan untuk terapi infeksi
Candida pada kulit, membran mukosa dan saluran cerna.
▸ Nistatin efektif untuk kandidiasis oral, kandidiasis vaginal dan esofagitis
karena Candida.
▸ Nistatin terdapat dalam sediaan obat tetes/suspensi, tablet oral, tablet vagina,
dan suppositoria .

14
Terbinafin
▸ Mekanisme kerjanya adalah dengan menghambat squalen epoksidase, enzim
yang diperlukan untuk mengkonversi squalen menjadi squalen epoksid.
▸ Terbinafin diberikan per oral, dan diabsorpsi baik dari saluran cerna, dengan
kadar puncak dalam plasma tercapai dalam 2 jam.
▸ Terbinafin sangat aktif terhadap dermatofit, dengan aktivitas lebih baik
daripada itrakonazol.
▸ Obat ini diindikasikan pada jamur dan kuku.
▸ Tersedia dalam bentuk krim 1% dan tablet 250mg.

15
Beberapa sediaan topikal lain

 Tolnaflat  efektif untuk infeksi dermatofit, tetapi Candida tidak. Tolnoflat


terdapat dalam sediaan krim 1%.
 Salep Whitfield  kombinasi asam benzoat dan asam salisilat (2 : 1, biasanya
12% dan 6%). Biasanya digunakan untuk Tinea pedis.
 Asam undesilinat  aktif terhadap dermatofit. Tersedia dalam bentuk salep/krim,
kadang dikombinasi dengan asam benzoat dan asam salisilat.
- Haloprogin  efektif terhadap dermatofit dan Candida.
- Siklopiroksolamin  efektif untuk infeksi dermatofit dan kandidiasis kutan.

16
OBAT-OBAT YANG
DIGUNAKAN
UNTUK INFEKSI JAMUR
SISTEMIK
Amfoterisin B
▸ Amfoterisin B termasuk ke dalam golongan polyene (strukturnya mirip dengan
nistatin).
▸ Amfoterisin mempunyai spektrum aktivitas terhadap Aspergillus, B. dermatitidis,
Candida, C. neoformans, C. immitis. H. capsulatum, Mucor, P. brasiliensis.
▸ Amfoterisin tidak larut dalam air, dan tidak diabsorpsi dari saluran cerna.
▸ Amfoterisin diberikan secara iv lambat pada infeksi sistemik, intrateka untuk
meningitis, iritasi vesika urinaria untuk sistitis. Amfoterisin juga dapat diberikan
secara topikal.
▸ Farmakokinetik obat ini kompleks, >90% terikat pada protein plasma, serta
beberapa fase distribusi dan eliminasi dengan waktu paruh 24-48 jam, dan waktu
paruh terminalnya 15 hari.

18
Amfoterisin B

▸ ABLC (amphotericin B lipid complex) adalah formula amfoterisin B non-


liposomal yang digabungkan dengan 2 fosfolipid.
▸ Efek samping yang paling sering dan paling serius adalah toksisitas ginjal.
▸ Obat ini diindikasikan untuk infeksi jamur sistemik, meningitis karena jamur, dan
ISK karena jamur. Amfoterisin B secara topikal juga efektif terhadap keratitis
mitotik.
▸ Amfoterisin merupakan drug of choice untuk terapi sebagian besar infeksi jamur
yang berat.
▸ Meningitis karena Cryptococcus diterapi dengan amfoterisin saja atau amfoterisin
dan flusitosin.
▸ Amfoterisin B tersedia dalam bentuk salep mata/tetes mata 1%, injeksi 50
mg/10ml atau 0,1 mg/ml larutan.

19
Flusitosin (5-fluorositosin)

▸ Flusitosin adalah obat antimetabolit yang mengalami metabolisme intrasel


menjadi bentuk aktif, yang kemudian mengakibatkan inhibisi sintesis DNA.
▸ Flusitosin mempunyai spektrum aktivitas antijamur terhadap Candida, C.
neoformans, Cladosporium, Phialophora.
▸ Flusitosin diberikan per oral dan diabsorpsi baik dari saluran cerna serta
terdistribusi secara luas pada tubuh, dengan kadar LCS 70-85% dari kadar
plasma.

20
Thanks!
Any questions?

dr. Nur Qamariah, M.Kes, Sp.THT-KL

21

Anda mungkin juga menyukai