Anda di halaman 1dari 31

ANTI JAMUR

YULASTRIO AHMADI., S.Farm, Apt


ANTI JAMUR
Jamur merupakan organisme uniseluler maupun multiseluler
(umumnya berbentuk benang disebut hifa, hifa bercabang-
cabang membentuk bangunan seperti anyaman disebut
miselium, dinding sel mengandung kitin, eukariotik, tidak
berklorofil. Jamur hidup secara heterotrof dengan jalan saprofit
(menguraikan sampah organik), parasit (merugikan organisme
lain), dan simbiosis.
Pengertian obat anti
jamur

Obat-obat antijamur juga disebut obat-obat


antimikotik, dipakai untuk mengobati dua jenis
infeksi jamur, yaitu infeksi jamur superficial
pada kulit atau selaput lendir dan infeksi
jamur sistemik pada paru-paru atau system
saraf pusat.
Obat Anti Jamur Menurut
Indikasi Klinis Obat
 Menurut indikasi klinis obat-obat anti jamur dapat
dibagi atas dua golongan, yaitu :
Antijamur untuk infeksi sistemik
Termasuk : amfoterisin B, flusitosin, imidazole
(ketonazol, flikonazol, mikonazol) dan
hidroksistilbamidin.

Anti jamur untuk infeksi dermatofit dan mukokutan


Termasuk: griseofulvin, golongan imidazole, nistatin,
tolnaftat, dan anti jamur topical lainnya.
Anti Jamur Untuk Infeksi
Sistemik
1. AMFOTERISIN B
Amfoterisin A dan B merupakan hasil fermentasi Streptomyces nodosus . Sembilan puluh
delapan persen campuran ini terdiri dari amfoterisin B yang mempunyai aktivitas
antijamur.

Cara Kerja :
Obat ini bekerja dengan berikatan dengan membrane sel jamur atau ragi yang sensitive.
Integrasi dengan sterol-sterol membrane sel jamur atau ragi yang sensitive. Integrasi
dengan sterol-sterol membrane sel membentuk pori-pori sehingga membrane sel jamur
lebih permiabel terhadap molekul-molekul yang kecil.

Indikasi :
Infeksi jamur berat yang mengancam nyawa termasuk :
histoplasmosis, coccidiodomycosis, paracoccidiomycosis, blastomycosis, aspergilosis,
cryp tococcosis, mucormycosis, spotricchosis dan candidosis
 Kontraindikasi :
Gangguan fungsi ginjal, kehamilan dan meyusui.

Dosis :
Infeksi jamur sistemik melalui injeksi intravena. Dosis awal 1
mg selama 20-30 menit dilanjutkan dengan 250
mikrogram/kg perhari, dinaikkan perlahan sampai 1 mg/kg
perhari, pada infeksi berat dapat dinaikkan sampai 1,5 mg/kg
perhari.

Efek samping :
Demam, sakit kepala, muaal, turun berat badan, muntah,
lemas, diare, nyeri otot dan sendi, kembung, nyeri ulu hati,
gangguan ginjal, kelainan darah, gangguan irama jantung,
gangguan saraf tepi, gangguan fungsi hati, nyeri dan memar
pada tempat suntikan.
FLUSITOSIN
 Flusitosin (5-fluorositosin; 5FC) merupakan antijamur sintetik yang
berasal dari fluorinasi pirimidin, dan mempunyai persamaan struktur
dengan fluorourasil dan floksuridin. Obat ini berbentuk kristal putih
tidak berbau, sedikit larut dalam air tapi mudah larut dalam alkohol.

 Cara Kerja :
 Flusitosin masuk ke dalam sel jamur dengan bantuan sitosin
deaminase dan dalam sitoplasma akan bergabung dengan RNA
setelah mengalami deaminasi menjadi 5-fluorourasil dan fosforilasi.
Sintesis protein sel jamur terganggu akibat penghambatan Iangsung
sintesis DNA oleh metabolit fluorourasil. Keadaan ini tidak terjadi pada
sel mamalia karena dalam tubuh mamalia flusitosin tidak diubah
menjadi fluorourasil.
Indikasi :

Obat ini efektif untuk pengobatan kriptokokosis, kandidiasis,


kromomikosis, torulopsis dan aspergilosis.Cryptococcus dan Candida
dapat menjadi resisten selama pengobatan dengan flusitosin.

Dosis :

Pemberian flusitonin dengan dosis 150% mg/kg BB/ hari per oral
diabsorbsi dengan baik dan didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh
termasuk cairan serebrospinal- dengan kadar obat yang dapat mencapai
60-80% kadar serum, yang dapat mendekati kadar 50 mcg/ml. sekitar
20% flusitosin terikat dengan protein. Penggunaan kombinasi flusitosin
dengan amfotiresin B, khususnya pada meningitis kriptokokal dan
kandidiasis sistemik, dan dapat menurunkan dosis amfotiresin B yang
diperlukan.
IMIDAZOL

Yang termasuk dalam golongan imidazole adalah mikonazol,


klotrimazol, ketokonazol, flukonazol, itrakonazol, triazol, ekonazol,
isokonazol, tiokonazol, dan bifonazol. Sifat dan penggunaan golongan
imidazole ini praktis tidak berbeda.

Mekanisme kerja :

Mekanisme kerja obat ini belum semuanya diketahui. Obat bekerja


dengan jalan memblok biosintesis lipid yang dibutuhkan jamur,
khususnya ergosterol dalam membrane sel jamur, dan mungkin juga
dengan mekanisme tambahan lain (mengganggu sintesis asam nukleat
atau penimbunan peroksida dalam seel jamur yang menimbulkan
kerusakan).
 KETONAZOLE
Ketonazole termasuk golongan imidazole, yaitu suatu
antijamur sintetik dengan rumus bangun mirip dengan
mikonazol dan klotrimazol.

Cara kerja :
Ketokanazol masuk ke dalam sel jamur dan menimbulkan
kerusakan pada dinding sel. Mungkin juga terjadi gangguan
sintetis asam nukleat atau penimbunan peroksida dalam sel
yang merusak sel jamur.

Dosis :
Ketokonazol merupakan antijamur pertama yang dapat
diberikan per oral. Ketokonazol diabsorbsi dengan baik
melalui oral yang menghasilkan kadar yang cukup untuk
menekan pertumbuhan berbagai jamur. Dengan dosis oral
200 mg, diperoleh kadar puncak 2-3 mcg/ml yang bertahan
selama 6 jam atau lebih.
Penggunaan Klinis dan Kontraindikasi :
Ketokonazol terutama efektif terhadap histoplasmosis paru, tulang, sendi,
dan jaringan lemak.Tidak dianjurkan untuk meningitis kriptokokus karena
penetrasinya kurang baik. Obat ini efektif untuk kriptokokus
nonmeningeal, dermatomikosis, dan kandidosis (mukotan, vaginal, dan
rongga mulut) Ketokonazol dikontraindikasikan pada penderita yang
hipersensitif, ibu hamil dan menyusui serta penyakit hepar akut.

Efek samping :
Umumnya ditoleransi dengan baik. Efek samping yang paling sering
ditemukan ialah mual, ginekomastia, “rush”, pruritus, hepatitis kolestatik,
blockade sintesis kortisol dan tetosteron (reversible) Efek samping ini
lebih ringan bila diberikan bersama makanan. Kadang- kadang dapat
timbul muntah, sakit kepala, vertigo, nyeri epigastrik, fotopobia,
parastesia, gusi berdarah, erupsi kulit, dan trombositopenia.
FLUKONAZOL
Flukonazol merupakan derivate triazol, antijamur yang poten,
yang bekerja spesifik menghambat pembentukan sterol pada
membrane sel jamur. Flukonazol bekerja dengan spesifitas
yang tinggi pada enzim-enzim “cytochrome P-450 dependent”

Indikasi klinis Flukonazol diindikasikan untuk:


Meningitis kriptokokus Kandidiasis sistemik (termasuk
kandidemia dan kandidiasis diseminata), dan bentuk-bentuk
lain kandidiasisi :
-infeksi jamur dipertonium
-endocardium
-infeksi jamur di saluran napas dan saluran cerna
-Kandidiasis orofaringeal
-Kandidiasis esophageal
-Kandidiasis vaginal.
Dosis dan cara pemberian
Dosis harian harus disesuaikan dengan organisme
penyebab dan respons penderita , yaitu Meningitis
kriptokokus hari pertama 400 mg, dilanjutkan dengan
1x200-400 mg per hari. lama pengobatan biasanya
sampai 6-8 minggu Kandidemia atau kandidiasis lain :
400 mg hari pertama dilanjutkan 200mg tiap hari. dosis
dapat ditingkatkan menjadi 400 mg per hari bergantung
pada respons. Lama pengobatan juga bergantung pada
respons. Kandidiasis orofaringela 1x50 mg selama 7-14
hari.
HIDROKSISTILBAMIDIN

Hidroksistilbamidin isetionat adalah suatu diamin


aromatik yang secara in vitro dan in vivo aktif tehadap
Blastomyces dermatidis. Obat ini mungkin bersifat
sangat toksik terhadap hepar dan ginjal. Obat ini tidak
digunakan lagi dan telah digantikan oleh amfiterisin B.
Antijamur untuk Infeksi Dermatofit
dan Mukokutan
Sumber dan kimia
Griseofulvin diisolasi dari Penicillium griseofulvum pada tahun 1939, dan
diperkenalkan penggunaan kliniknya pada tahun 1957. Griseofulvin sangat
sukar larut dalam air dan stabil pada temperatur yang tinggi termasuk
pemanasan dengan autoklaf.
Aktivitas antijamur
Griseofulvin akan menghambat pertumbuhan jamur dermatofit, termasuk
epidermofiton, mikrosporum, dan trikofiton dalam kadar 0,5-3 g/ml.Terhadap
sel muda yang sedang berkembang, griseofulvin bersdifat fungisid dan
fungistatik. Diantara dermatofit-dermatofit yang sensitif dapat terjadi resitensi.
Efek penghambatan pertumbuhan jamur ini dapat dihalangi oleh purin.
Mekanisme kerjanya belum sepenuhnya diketahui, dan efek fungistatiknya
mungkin disebabkan oleh griseofulvin yang mengganggu fungsi mikrotubulus
atau sintesis asam nukleat dan polimerasi.
Farmakokinetik
Absorbsi griseofulvin sangat bergantung pada keadaan fisik obat ini
dan absorbsinya dibantu oleh makanan yang banyak mengandung
lemak. Senyawa dalam bentuk partikel yang lebih kecil (microsized)
diabsorbsi 2 kali lebih baik daripada partikel yang lebih besar.
Griseofulvin berukuran mikro dengan dosis 1 gram/hari akan
menghasilkan kadar dalam darah 0,5-1,5 mcg/ml. griseofulvin
berukuran ultramikro diabsorbsi 2 kali lebih baik dari senyawa
berukuran mikro. Metabolisme terjadi di hati. Metabolit utamanya
adalah 6- metilgriseofulvin.
Waktu paruhnya kira-kira 24 jam. Jumlah yang diekskresikan melalui
urin adalah 50% dari dosis oral yang diberikan dalam bentuk metabolit
dan berlangsung selama 5 hari. Kulit yang sakit mempunyai afinitas
lebih besar terhadap obat ini., ditimbun dalam sel pembentuk keratin,
terikat kuat dengan keratin dan akan muncul bersama sel yang baru
berdiferensiasi sehingga sel baru ini akan resisten terhadap serangan
jamur. Keratin yang mengandung jamur akan terkelupas dan digantikan
oleh sel baru yang normal.
Penggunaan klinis :

Griseofulvin diindikasikan untuk dermatofitosis berat pada kulit, kuku, dan


rambut, khususnya yang disebabkan oleh Trichophyton rubrum, yang
memberikan respons lemah terhadap antijamur lain. Obat ini dapat diberikan
bersama antijamur topikal lain. Pemberian secara topikal tidak banyak
memberikan efek. Senyawa griseofulvin dalam bentuk ukuran mikro diberikan
per oral 0,5-1 gram per hari, dalam dosis terbagi(dosis anak 15 mg/kg BB).

Efek samping Reaksi alergi:

dapat berupa demam, ruam kulit, leukopenia, dan reaksi tipe serum sickness.
Toksisitas langsung: dapat terjadi sakit kepala, mual, muntah,
diare,hepatotoksisitas, fotosensitivitas, dan gangguan mental. Pada binatang
percobaan, griseofulvin bersifat teratogenik dan karsinogenik.

Interaksi obat :

Griseofulvin dapat menurunkan aktivitas antikoagulan warfarin. Barbiturat


menurunkan aktivitas griseofulvin karena barbiturat menginduksi sistem
enzim mikrosom.
Golongan Imidazol
Antijamur golongan imidazol memiliki spektrum yang luas. Karena sifat
dan penggunaannya praktis tidak berbeda, maka hanya mikonazol dan
klotrimazol yang akan dibahas.

MIKONAZOL
Sumber dan kimia
Mikonazol merupakan turunan imidazol sintetik yang relatif stabil.
Mempunyai spektrum antijamur yang lebar terhadap jamur dermatofit.
Obat ini berbentuk kristal putih, tidak berwarna dan tidak berbau,
sebagian kecil larut dalam air tapi lebih larut dalam pelarut organik.
 Aktivitas antijamur

Mikonazol menghambat aktivitas jamur trichophyton,


epidermophyton, micosporim, candida, dan malassezia
furfur. Mikonazol in vitro efektif terhadap beberapa kuman
gram positif.

 Mekanisme kerja

Mekanisme kerja obat ini belum diketahui sepenuhnya.


Mikonazol masuk ke dalam sel jamur dan menyebabkan
kerusakan dinding sel sehingga permeabilitas terhadap
berbagai zat intrasel meningkat. Mungkin pula terjadi
gangguan sintesis sel jamur yang akan menyebabkan
kerusakan. Obat yang sudah menembus ke dalam
lapisan tanduk kulit akan menetap disana sampai 4 hari.
 Penggunaan klinis
 Mikonazol topical diidentifikasikan untuk dermatofitis, tinea
versikolor, dan kandidiasis mukokutan. Untuk dermatofitosis
sedang atau berat yang mengenai kulit kepala, telapak, dan kuku
sebaiknya menggunakan griseofulvin. Obat ini tersedia dalam
bentuk cream 2% dan bedak tabur yang dipakai 2x sehari selama
2-4 minggu. Cream 2% untuk penggunaan intravaginal diberikan
1xsehari pada malam hari selama 7 hari. Gel 2% tersedia untuk
kandidiasis oral. Mikonazol tidak boleh dibubuhkan pada mata.

 Efek samping
 Efek samping berupa iritasi, rasa terbakar. Dan masersi
memerlukan penghentian terapi. Sejumlah kecil mikonazol diserap
melalui mukosa vagina tapi belum ada laporan tentang efek
samping pada bayi yang ibunya mendapat mikonazol intravaginal
pada waktu hamil, terapi penggunaannya pada trimester pertama
sebaiknya dihindari.
 KLOTRIMAZOL
 sumber dan kimia
 Klotrimazol berbentuk bubuk tidak berwarna yang praktis tidak
larut dalam air, alkohol, dan kloroform, sedikit larut dalam eter.
 Mekanis kerja :
 Klotrimazol mempunyai efek antijamur dan antibakteri dengan
mekanisme kerja mirip mikonazol dan secara topical digunakan
untuk pengobatan tinea pedis, krusis, dan korporis yang
disebabkan oleh T. Rubrum dan juga untuk infeksi kulit dan
vulvovaginitis yang disebabkan oleh C. Albicans.
 Penggunaan klinis
 Obat ini tersedia dalam bentuk cream dan larutan dengan kadar
1% untuk dioleskan 2xsehari . Cream vaginal 1% atau vaginal
100mg digunakan sekali sehari pada malam hari selama 7 hari.
Atau tablet vaginal 500mg
 Efek samping :
 Dosis tunggal pada pemakaian topical dapat terjadi rasa
terbakar, eritema, edema, gatal, dan urtikaria.
NYSTATIN
Nystatin merupakan obat yang termasuk kelompok obat yang
disebut antijamur (antifungal). Bubuk kering, tablet hisap, dan
bentuk cair dari obat ini digunakan untuk mengobati infeksi jamur
pada mulut. Nystatin hanya dapat tersedia dengan resep dokter.

Obat ini tersedia dalam bentuk sediaan berikut:


-Kapsul
-Tablet
-Suspensi

Cara Kerja
Mekanisme kerjanya ialah dengan kalan berikatan dengan sterol
membrane sel jamur, terutama ergosterol. Oleh karena itu, terjadi
gangguan pada permeabilitas membrane sel jamur dan
mekanisme transpornya. Akibatnya, sel jamur kehilangan banyak
sel kation dan makromolekul. Resistensi dapat timbul karena
menurunnya jumlah sterol pada membrane sel jamur atau terjadi
perubahan sifat struktur atau sifat ikatannya.
 Indikasi :
Nistatin terutama digunakan untuk kandidiasis kulit,
selaput lendir, dan saluran cerna. Paronikia,
vaginitis, dan sariawan (stomatitis) cukup diobati
dengan nistatin secara topical, dan bila gagal atau
pada penderita sakit berat, dapat diberikan
ketokonazol. Nistatin digunakan secara topical pada
kulit atatu membrane mukosa (mulut dan vagina)
dalam bentuk krim, salep, supositoria, suspense,
atau bubuk untuk infeksi kandida total.

Kontraindikasi :
Pasien yang hipersensitif terhadap Nystatin
 Dosis :
1. Untuk bentuk teblet
a. Dewasa dan anak > 5 tahun 1 atau 2 tablet
hisap atau 1 tablet 3-5 kali sehari sampai 14 hari
b. Anak-anak 0-5 tahun Anak-anak dalam usia
ini mungkin tidak dapat menggunakan tablet hisap
atau tablet dengan aman. Anak pada usia ini lebih
baik mengonsumsi Nystatin dalam bentuk suspensi.

2. Untuk bentuk sediaan suspensi
 a. Dewasa dan anak > 5 tahun 4-6 ml (sekitar 1
sendok teh) 4kali sehari
b. Balita 2 ml 4 kali sehari
c. Untuk bayi prematur dan bayi dengan berat badan lahir
rendah 1 ml 4 kali sehari
 Efek Samping :
Seiring dengan efek yang diperlukan, obat dapat
menyebabkan beberapa efek yang tidak diinginkan.
Meskipun tidak semua efek samping dapat terjadi,
namun jika terjadi, mungkin memerlukan perhatian
medis. Beberapa efek samping yang mungkin terjadi
biasanya tidak perlu perhatian medis. Efek samping
ini dapat hilang selama pengobatan karena tubuh
akan dapat menyesuaikan diri dengan obat. Dokter
mungkin juga dapat memberitahu tentang cara untuk
mencegah atau mengurangi beberapa efek samping.
Segera hubungi dokter jika terjadi efek samping,
antara lain:
1. Diare
2. Mual atau muntah
3. Nyeri Perut
TOLNAFTAT DAN TOKSIKLAT
 Tolnaftat merupakan antijamur yang efektif terhadap infeksi tirkofiton,
mikrosporum, epidermofiton, malassezia furfur, tetapi tidak efektif
terhadap kandida, dan aspergilus, serta pada keadaan yang disertai
hyperkeratosis, tolnafat sebaiknya diberikan bergantian dengan salep
asam salisilat 10%. Lesi kulit kepala disebabkan T.tonsurans dan M.
Auduoini tampaknya kurang berhasil dengan kotrimzaol, dan
onikomikosis tidak dipengaruhi oleh klotrimazol. Bila terpai dihentikan,
infeksi dapat kambuh lagi. Tetpai tidak terjadi resistensi sehingga
pengobatan ulang masih akan memberikan hasil yang memuaskan.
Penggunaan tolnafat secara topical jarang sekali menimbulkan iritasi
atau reaksi hipersensitif.
 Toksiklat suatu antijamur derivate tiokarbamat efektif terhadap
epidermophyton floccosum, dan malassezia surfur. Dalam kadar 0,01-
0,1mcg/ml secara in vitro aktivitas toksiklat sebanding dengan tolnaftat.
Antijamur topikal lainnya
 KANDISIDIN
 Kandisidin merupakan suatu antibiotic polien yang diperoleh
dari golongan aktinomisetes. Kandisidin hanya digunakan
untuk pemakaian topical pada kandidiasis vaginalis dan
tersedia dalam bentuk tablet vaginal @3mg dan salep
vaginal 0,06% yang dilengkapi dengan aplikatornya.
Dosisnya adalah 2x sehari 1 tablet atau 2x sehari dioleskan
divagina. Efek sampingnya dapat berupa iritasi vukva atau
vagina, dan jarang timbul efek samping yang serius
 SALEP WHITFIELD
 Salep whitfield adalah campuran asam salisilat dengan asam benzoate.
Asam salisilat bersifat keratolitik dan asam benzoate bersifat fungistatik.
Karena asam benzoate hanya bersifat fungistatik, penyembuhan dapat
tercapai setelah lapisan kulit terkelupas seluruhnya sehingga
penggunaan obat ini memerlukan waktu beberapa minggu sampai
bulanan. Salep ini banyak digunakan untuk tinea pedis dan kadang-
kadang juga untuk tinea kapitis.
 Efek samping :
 Biasanya reaksi lokal dengan peradangan ringan. Sangat jarang terjadi
perlukaan dikulit, lecet, atau terjadi keracunan salisilat karena diserap
oleh kulit. Meskipun jarang namun pernah terjadi keracunan salisilat
topical terutama pada bayi dan anak yang dioleskan berlebihan atau kulit
yang dioleskan ditutup rapat.
 Gejala keracunan salisilat meliputi pusing, gelisah, sakit kepala, nafas
cepat, telinga berdengung, bahkan kematian. Asam salisilat dan asam
benzoate adalah iritan lemah, dapat menimbulkan iritasi dan dermatitis.
 Perhatian :
 Hindari kontak dengan mata dan selaput lendir lainnya, wajah,
kelamin,. Hindari penggunaan dalam jangka waktu lama untuk
daerah yang luas.
 Cara pemberian :
 Untuk anak-anak oleskan 2x sehari sampai lesi kulit membaik,
biasanya selama 4 minggu.
 Gangguan hati dan ginjal : tidak perlu menurunkan dosis
 Interaksi obat :
 Warfarin ; salisilat yang diserap dalam jumlah banyak dapat
mengganggu kemampuan pembekuan darah sehingga
meningkatkan risiko perdarahan. Hindari penggunaan bersamaan
dengan warfarin.
 NATAMISIN
Natamisin merupakan antijamur aintibiotic polien yang aktif
terhadap banyak jamur. Pemakaian pada mata jarang
menimbulkan iritasi maka digunakan untuk keratitis jamur.
Natamisin merupakan obat terpilih untuk infeksi fusarium
solani, tetapi daya penetrasinya ke kornea kurang memadai.
Natamisin juga efektif untuk kandidiasis oral dan vaginal.
Sediaan tersedia dalam bentuk suspense 5% dan salep 1%
untuk pemakaian pada mata.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai