Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

“OBAT DIURETIK”
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah
TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMSOL

Disusun oleh:
Nama : Nurul Hedinah Mellya
NIM : 094091
Dosen pengampu : Mayang Aditya A. S, M. Farm

HALAMAN SAMPUL

PROGRAM STUDI REGSUS D3 FARMASI


INSTITUT TEKNOLOGI, SAINS, DAN KESEHATAN
RS. DR. SOEPRAOEN KESDAM V/BRW
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmat-Nya, penulisan makalah tugas berjudul “OBAT DIURETIK” dapat terselesaikan
dengan baik. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW.Tak lupa juga kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Mayang Aditya A. S, M. Farm
selaku dosen pengampu Mata Kuliah Sediaan Liquid dan Semsol yang telah memberikan
tugas ini kepada kami. Sehingga kami dapat lebih mendalami materi tersebut melalui proses
pembuatan makalah ini.

Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data yang diperoleh dari buku-buku,
artikel-artikel, serta informasi media sosial yang berhubungan dengan tema di atas. Kami
mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini, dan semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan dan bermanfaat bagi semua
pembaca.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Malang, 06 November 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

1.1.Latar Belakang ................................................................................................................. 1

1.2.Rumusan Masalah ............................................................................................................ 2

1.3.Tujuan............................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3

2.1. Diuretik............................................................................................................................ 3

2.2. Urin.................................................................................................................................. 4

2.2.1. Filtrasi (Penyaringan) ............................................................................................... 4

2.2.2.Penyerapan Kembali (Reabsorpsi) ............................................................................ 4

2.2.3. Augmentasi ............................................................................................................... 5

2.3. Ginjal ............................................................................................................................... 6

2.3.1 Unit-Unit Fungsional Ginjal ...................................................................................... 6

2.4. Hubungan Antara Struktur dan Aktivitas Obat ............................................................... 7

2.4.1. Diuresis Osmosis ...................................................................................................... 7

2.4.2. Diuretik Derifatiasid ............................................................................................... 11

2.4.3. Diuretik Loop ......................................................................................................... 14

2.4.4. Diuretik Hemat Kalium .......................................................................................... 18

2.4.5. Diuretik Merkuri Organik....................................................................................... 20

2.4.6. Diuretik Pembentukan Asam .................................................................................. 22

BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 24

3.1. Kesimpulan.................................................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 26

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Obat diuretik adalah sekelompok obat yang dapatmeningkatkan laju pembentukan


urin. Ada lima (5) jenis obat diuretik yaitu diuretik osmotik, inhibitor, karbonik anhidrase,
loop diuretik (diuretik kuat), tiazid dan diuretik hemat kalium (potassium sparing diuretik).
Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Istilah diuresis
mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan adanya penambahan volume urin yang
diproduksi dan yang kedua menunjukkan jumlah pengeluaran zat-zat terlarut dalam air.
Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udem yang berarti mengubah
keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstrasel menjadi normal.

Proses diuresis dimulai dengan mengalirnya darah kedalam glomeruli (gumpalan


kapiler) yang terletak dibagian luar ginjal (cortex). Dinding glomeruli inilah yang bekerja
sebagai saringan halus yang secara pasif dapat dilintasi air, garam dan glukosa. Ultrafiltrat
yang mengelilingi setiap glomerulus seperti corong (kapsul Bowman) dan kemudian
disalurkan ke pipa kecil. Disini terjadi penarikan kembali secara aktif dari air dan komponen
yang sangat penting bagi tubuh, seperti glukosa dan garam-garam antara lain ion Na. Zat-zat
ini dikembalikan pada darah melalui kapiler yang mengelilingi tubuli, sisanya yang tak
berguna seperti “sampah” perombakan metabolisme protein (urcum) untuk sebagian besar
tidak diserap kembali. Akhirnya filtrat dari semua tubuli ditampung disuatu saluran
pengumpul (ductus coligens), dimana terutama berlangsung penyerapan air kembali. Filtrat
akhir disalurkan kekandung kemih dan ditimbun sebagai urin.

Ginjal merupakan organ yang sangat luar biasa, mengandung sekitar 1,3 juta nefron
yang tersusun dari glomerulus dan tubulus. Glomerulus sebagai unit filtrasi menerima sekitar
25% darah yang dicurahkan jantung dengan laju filtrasi 100-120 ml/menit. Tubulus sebagai
unit reabsorpsi mampu menyerap sekitar 99% filtrat glomerulus dan hanya 1 % yang
diekskresikan sebagai urin.

1
Berdasarkan latar belakang yang sudah penulis jabarkan, maka penulis berkeinginan
untuk membuat kajian pustaka tentang OBAT DIURETIK, sehingga dapat memahami lebih
dalam tentang tahapan pembentukan urin, unit fungsional ginjal, mekanisme farmakologis
obat diuretik, dan struktur obat diuretik.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam makalah pengaruh bahasa daerah terhadap bahasa Indonesia
adalah:
1. Apakah itu obat diuretik ?
2. Bagaimana tahapan pembentukan urin ?
3. Apa sajakah unit-unit fungsional ginjal ?
4. Bagaimanakah hubungan antara struktur dan aktivitas obat tersebut ?

1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah pengaruh bahasa daerah terhadap bahasa Indonesia adalah:
1. Untuk mengetahui tentang obat diuretik
2. Untuk mengetahui tentang tahapan pembentukan urin
3. Untuk mengetahui tentang unit-unit fungsional ginjal
4. Untuk mengetahui tentang hubungan antara struktur dan aktivitas obat tersebut

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Diuretik
Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Istilah
diuresis mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan adanya penambahan volume urin
yang diproduksi dan yang kedua menunjukkan jumlah pengeluaran zat-zat terlarut dalam air.
Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udem yang berarti mengubah
keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstrasel menjadi normal.
Proses diuresis dimulai dengan mengalirnya darah ke dalam glomeruli (gumpalan
kapiler) yang terletak di bagian luar ginjal (cortex). Dinding glomeruli inilah yang bekerja
sebagai saringan halus yang secara pasif dapat dilintasi air, garam dan glukosa. Ultrafiltrat
yang diperoleh dari filtrasi dan mengandung banyak air serta elektrolit ditampung di wadah,
yang mengelilingi setiap glomerulus seperti corong (kapsul Bowman) dan kemudian
disalurkan ke pipa kecil. Di sini terjadi penarikan kembali secara aktif dari air dan komponen
yang sangat penting bagi tubuh, seperti glukosa dan garam-garam antara lain ion Na+. Zat-zat
ini dikembalikan pada darah melalui kapiler yang mengelilingi tubuli.sisanya yang tak
berguna seperti ”sampah” perombakan metabolisme-protein (ureum) untuk sebagian besar
tidak diserap kembali. Akhirnya filtrat dari semua tubuli ditampung di suatu saluran
pengumpul (ductus coligens), di mana terutama berlangsung penyerapan air kembali. Filtrat
akhir disalurkan ke kandung kemih dan ditimbun sebagai urin.
Pengaruh diuretik terhadap ekskresi zat terlarut penting artinya untuk menentukan
tempat kerja diuretik dan sekaligus untuk meramalkan akibat penggunaan suatu diuretik.
Secara umum diuretik dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu :
1) Diuretik osmotik
2) Penghambat mekanisme transport elektrolit di dalam tubuli ginjal
Obat yang dapat menghambat transport elektrolit di tubuli ginjal adalah :
· Penghambat karbonik anhidrase
· Benzotiadiazid
· Diuretik hemat kalium
· Diuretik kuat

3
2.2 Urin

Urin merupakan larutan kompleks yang terdiri dari sebagian besar air (96%) dan
sebagian kecil zat terlarut (4%) yang dihasilkan oleh ginjal, disimpan sementara dalam
kandung kemih dan dibuang melalui proses mikturisi (Evelyn C. Pearce, 2002). Pembentukan
urin dibagi menjadi 3 tahap, yakni tahap penyaringan (filtrasi), tahap penyerapan kembali
(reabsopsi), serta tahap augmentasi.

2.2.1 Filtrasi (Penyaringan)

Filtrasi (penyaringan) merupakan kapsula bowman dari badan malpighi menyaring


darah dalam glomerulus yang mengandung air, garam, urea dan zat bermolekul besar (protein
dan sel darah) sehingga dihasilkan filtrat Glomerulus (urin primer). Di dalam filtrat ini
terlarut zat seperti glukosa, asam amino, dan garam. Pada mulanya darah yang masih
mengandung air (H2O), amonia (NH3), garam, urea, glukosa(C6H12O6),dan asam amino
masuk ke glomerulus dengan melalui arteriol afferent untuk dapat mengalami proses filtrasi.

Glomerulus adalah suatu bagian dari badan malpighi. Sel-sel kapiler glomerulus
tersebut yang memiliki karakteristik berpori serta juga bertekanan tinggi ini semakin
mempermudah berlangsungnya proses penyaringan atau juga filtrasi.Di dalam glomerulus
tersebut, terjadilah proses penyerapan kembali keping darah, sel-sel darah, serta juga
molekul-molekul protein yang berukuran besar. Sementara dari itu, molekul-molekul kecil itu
yang terkandung didalam darah seperti glukosa, natrium, kalium, klorida, bikarbonat, asam
amino,serta juga urea lolos dari penyaringan serta ikut mengendap bersamaan dengan urin
primer. Urin primer yang sudah terbentuk tersebut kemudian akan ditampung kedalam kapsul
bowman.

2.2.2 Penyerapan Kembali (Reabsorpsi)

Reabsorbsi (penyerapan kembali) merupakan dalam tubulus kontortus proksimalzat


dalam urinprimer yang masih berguna akan direabsorbsi yang dihasilkan filtrat tubulus(urin
sekunder) dengan kadar urea yang tinggi. Antara lain air bersama dengan glukosa, asam
amino, asam urat dan protein yang berhasil menembus filter glomerulus ke aliran darah.
Tubulus proksimal juga mengembalikan elektrolit, natrium, chlorida dan bikarbonat. Simpai
Henle mereabsopsi air dan natrium.Setelah darah tersebut mengalami suatu filtrasi pada

4
glomerulus, maka urin primer , yang telah ditampung kedalam kapsul bowman tersebut akan
masuk ke dalam suatu tubulus kontortus proksimal untuk dapat mengalami suatu proses
penyerapan kembali (reabsorbsi).

Urin primer yang terbentuk dengan melalui proses filtrasi tersebut masih mengandung
beberapa zat yang berguna bagi tubuh,ialah seperti glukosa, asam amino, serta juga beberapa
ion seperti Na+, Cl–, HCO3-, dan juga K+. Zat-zat yang masih berguna bagi tubuh tersebut
selanjutnya akan masuk ke dalam suatu pembuluh darah yang mengelilingi tubulus.
Semantara dari itu zat-zat yang sudah tidak berguna lagi buat tubuh seperti amonia, garam,
serta juga urea akan membentuk urin sekunder. Urin sekunder tersebut lalu akan masuk ke
lengkung henle untuk menuju ke tubulus kontortus distal. Pada saat melewati lengkung henle,
air urin tersebut akan berubah menjadi lebih pekat dan juga volumenya menurun dikarenakna
terosmosis. Pada urin sekunder tersebut , sudah tidak ditemukan lagi zat-zat yang masih
berguna buat tubuh. Sementara dari itu, komposisi zat-zat sisa metabolisme tersebut akan
bertambah.

2.2.3 Augmentasi

Sekresi (pengeluaran) merupakan dalam tubulus kontortus distal, pembuluh darah


menambahkan zat lain yang tidak digunakan dan terjadi reabsorbsi aktif ion Na+ dan Cl-dan
sekresi H+ dan K+. Selanjutnya akan disalurkan ke tubulus kolektifus ke pelvis renalis. (
Roger Watson, 2002 )Setelah mengalami suatu proses reabsorbsi, urin sekunder tersebut akan
masuk tubulus kontortus distal dengan melalui lengkung henle. Di dalam tubulus kontortus
distal, urin sekunder tersebut akan kehilangan banyak sekali air (H2O) sehingga urin tersebut
menjadi lebih pekat. Disini jugalah urin sekunder tersebut mengalami penambahan zat sisa
serta juga zat-zat beracun seperti ion hidrogen (H+) dan juga urea.Setelah mengalami
penambahan berbagai zat sisa pada suatu proses augmentasi, urin sekunder tersebut kemudian
menuju pelvis lalu masuk ke vesica urinaria dengan melalui saluran ureter untuk ditampung
sementara. Dari sanalah urin tersebut akan menuju kantung kemih. Kantung kemih tersebut
hanya mampu menampung kurang lebih 300 ml air urin. Saat kantung kemih itu terisi penuh,
maka pada dinding kantung kemih tersebut akan tertekan sehingga merasa ingin buang air
kecil.

5
Urin yang ditampung kedalam kandung kemih tersebut selanjutnya akan dikeluarkan
oleh tubuh dengan melalui saluran uretra. Urin tersebut sesungguhnya mempunyai komposisi
berupa air 96%, urea 2,5%, garam 1,5%, serta juga juga telah bercampur dengan zat warna
empedu yang memberikan warna pada air urin tersebut. Manusia sendiri normalnya tersebut
akan memproduksi urin ialah sebanyak 2(dua) liter per hari. Banyak sedikitnya air urin yang
akan diproduksi oleh manusia itu sebenarnya juga disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya ialah jumlah air yang diminum, suhu udara, serta juga tekanan darah.

2.3 Ginjal

Ginjal merupakan dua organ berbentuk kacang dan berukuran masing-masing sebesar
kepalan tangan. Posisi ginjal berada dibelakang perut bagian bawah, masing-masing dibagian
kanan dan kiri tulang belakang. Ginjal melakukan pekerjaan penting didalam tubuh manusia.
Organ ini menyaring sekitar 200 liter cairan setiap 24 jam. Sekitar 2 liter cairan dikeluarkan
tubuh dalam bentuk urin terlebih dulu disimpan dikandung kemih selama 1 sampai 8 jam.

2.3.1 Unit-Unit Fungsional Ginjal

Proses pengeluaran zat-zat sisa metabolisme yang tidak diperlukan tubuh disebut
ekskresi.Ekskresi diperlukan tubuh agar zat sisa tersebut tidak meracuni tubuh karena dapat
merusak berbagai organ dalam tubuh.Jika organ dalam tubuh sudah rusak, maka dapat
menyebabkan kematian.Dilansir dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia, sistem ekskresi pada manusia melibatkan beberapa organ, termasuk ginjal.Ginjal
berfungsi untuk menyaring darah yang mengandung zat sisa metabolisme dari sel di seluruh
tubuh.Ginjal terletak di kanan dan kiri tulang pinggang, yaitu dalam rongga perut pada
dinding tubuh bagian belakang (dorsal).Ginjal sebelah kiri terletak lebih tinggi daripada
ginjal sebelah kanan. Ginjal memiliki bentuk seperti biji kacang merah.Ginjal berwarna
merah karena banyak darah yang masuk ke dalam ginjal.Darah masuk ke dalam ginjal
melalui pembuluh arteri besar dan keluar dari ginjal melalui pembuluh vena besar.Ginjal
tersusun dari kurang lebih satu juta alat penyaring yang disebut nefron.

Ginjal memiliki tiga lapisan, yaitu


- Korteks renalis atau kulit ginjal (bagian luar)
- Medula Renalis
- Rongga ginjal atau pelvis renalis (bagian dalam dan berupa rongga)
6
Berikut bagian-bagian dari ginjal:
a. Nefron
Merupakan satuan struktural dan fungsional ginjal, karena merupakan unit penyusun
utama ginjal dan unit yang berperan penting dalam proses penyaringan darah.
b. Badan malpighi
Nefron terdiri atas sebuah komponen penyaring atau badan malpighi yang dilanjutkan
oleh saluran-saluran (tubulus).
c. Glomerulus
Setiap badan malpighi mengandung gulungan kapiler darah yang disebut glomerulus
yang berada dalam kapsula bowman.
d. Medula renalis
Medula renalis terdapat di bagian tengah ginjal, tersusun atas saluran yang merupakan
kelanjutan dari badan malpighi dan saluran yang ada di bagian korteks renalis.Saluran-
saluran tersebut adalah tubulus proksimal, lengkung Henle, tubulus distal, dan tubulus
kolektivus (pengumpul) yang ada di medula.Lengkung henle adalah saluran ginjal yang
melengkung pada daerah medula yang menghubungkan tubulus proksimal dengan tubulus
distal.
e. Pelvis renalis
Pelvis renalis atau rongga ginjal berfungsi sebagai penampung urine sementara,
sebelum dikeluarkan melalui ureter.

2.4 Hubungan antara struktur dan aktivitas obat

2.4.1 Diuresis osmosis.

Diuretika osmotik adalah senyawa yang dapat meningkatkan ekskresi urin dengan
mekanisme kerja berdasarkan perbedaan tekanan osmosa. Diuretika osmotik mempunyai
bobot molekul rendah, dalam tubuh tidak mengalami metabolisme, secara pasif disaring
melalui kapsula bowman ginjal, dan tidak diabsorpsi kembali oleh tubulus renalis. Bila
diberikan dalam dosis besar atau larutan pekat akan menarik air dan elektrolit ke tubulus
renalis yang disebabkan oleh adanya perbedaan tekanan osmosa sehingga terjadi diuresis.

7
Diuretik osmotik adalah natriuretik, dapat meningkatkan ekskresi natrium dan air.
Efek samping diuretik osmotik antara lain adalah gangguan keseimbangan elektrolit,
dehidrasi, mata kabur, nyeri kepala dan takikardia.

• Penghambat karbonik anhidrase ginjal.

Senyawa penghambat karbonik anhidrase adalah saluretik, digunakan secara luas


untuk pengobatan sembab yang ringan dan moderat, sebelum ditemukan diuretika turunan
tiazida. Efek samping yang ditimbulkan golongan ini antara lain adalah gangguan saluran
cerna, menurunnya nafsu makan, parestesia, asidosis sistemik, alkalinasi urin, dan
hipokalemi. Adanya efek asidosis sistemik dan alkalinasi urin dapat mengubah secara
bermakna perbandingan bentuk terioisasi dan yang tak terionisasi dari obat-obat lain dalm
cairan tubuh, sehingga mempengaruhi pengangkutan, penyimpanan, metabolisme, ekskresi
dan aktifitas obat-obat tersebut. Penggunaan diuretika penghambat karbonik anhidrase
terbatas karena cepat menimbulkan toleransi. Sekarang diuretik pnghambat karbonik
anhidrase lebih banyak dugunakan sebagai obat penunjang pada pengobatan glaukoma,
dikombinasi dengan miotik, seperti pilokarpin, karena dapat menekan pembentukan aqueous
humour dan menurunkan tekanan dalam mata.

• Mekanisme kerja

Karbonik anhidrase adalah metaloenzim yang berperan dalam permbentukan asam


karbonat, sebagai hasil reaksi antara air dan gas asam arang. Asam karbonat yang terbentuk
kemudian terdisosiasi menjadi H+ dan HCO3-. Ion H+ inilah yang digunakan sebagai
pengganti ion-ion Na+ dan K+ yang diabsorpsi kembali oleh tubulus renalis.

Mekanisme di atas digambarkan secara skematik sebagai berikut :

Bila kerja enzim dihambat maka produksi asam karbonat akan menurun, sehingga
jumlah ion H+ sebagai pengganti ion Na+ yang tertiggal, bersama-sama dengan HCO3- dan

8
air, akan meningkatkan volume urin, yang kemudian dikeluarkan dan menyebabkan efek
diuresis. Beberapa hipotesis telah dikemukakan untuk menjelaskan mekanisme pada tingkat
molekul. Karena struktur gugus sulomil mirip dengan asam karbonat, diuretika yang
mengandung gugus sulonil seperti turunan sulfonamida dan tiazida, dapat menghambat enzim
karbonik anhidrase dan antagonis ini bukan tipe kompetitif. Hipotesis pembentuka kompleks
dan penghambatan enzim karbonik anhidrase dapat dilihat pada gambar berikut :

Pembentukan kompleks dan penghambatan enzim karbonik anhidrase ada sisi aktif melalui
ikatan hidrogen.

a. Yonezawa dan kawan-kawan mengemukakan bahwa adanya atom nitrogen pada


gugus sulfonamida yang bersifat sangat nukleofil dapat bereaksi dengan karbonik
anhidrase dan menghambat kerja enzim.

• Hubungan struktur-aktivitas
1. Yang berperan terhadap aktivitas diuretik penghambat karbonik anhidrase adalah
gugus sulfamil bebas. Mono dan disubstitusi pada gugus sulfamil akan
menghilangkan aktivitas diuretik karena pengikatan obat-reseptor menjadi lemah.
2. Pemasukan gugus metil pada asetazolamid (metazolamid) dapat meningkatkan
aktivitas obat dan memperpanjang masa kerja obat. Hal ini disebabkan karena
metazolamid mempunyai kelarutan dalam lemak lebih besar, absorpsi kembali pada
tubulus menjadi lebih baik dan afinitas terhadap enzim lebih besar. Metazolamid
mempunyai aktivitas diuretik ± 5 kali lebih besar dibanding asetazolamid.

9
3. Modifikasi yang lain dari strutur asetazolamid secara umum akan menurunkan
aktivitas. Deasetilasi akan menurunkan aktivitas dan memperpanjang gugus alkil pada
rantai asetil akan meningkatkan toksisitas.
Contoh :
a. Asetazolamid (diamox, glaupax), diabsorpsi secara cepat dalam saluran cerna,
diekskresikan melalui urin dalam bentuk tak berubah ± 70%. Kadar plasma
tertinggiobat dicapai dalam ± 2 jam setelah pemberian oral, dengan waktu paro ±
5 jam. Asetazolamid juga digunakan untuk pengobatan glaukoma dan sebagai
penunjang pada pengobatan epilepsi petit mal, dikombinasi dengan obat anti
kejang, seperti phenitoin. Dosis sebagai diuretik dan untuk pengobatan glaukoma :
250 mg 2-4 dd.
b. Metazolamid, dianjurkan sebagai penunjang pada pengobatan glaukoma kronik.
Penurunan tekanan intraokuler terjadi 4 jam setelah pemberian oral, dengan efek
puncak dalam 6-8 jam, dan masa kerja 10-18 jam. Dosis untuk pengobatan
glaukoma : 50-100 mg 2-3 dd.
c. Etokzolamid, mempunyai aktivitas diuretik dua kali lebih besar dibanding
asetazolamid, digunakan untuk pengobatan glaukoma dan mengontrol serangan
epilepsi. Kadar plasma tertinggi obat dicapai dalam ± 2 jam setelah pemberian
oral, dengan masa kerja 8-12 jam. Dosis sebagai diuretik dan untuk pengobatan
glaukoma : 150-250 mg 2-4 dd.
d. Diklorfenamid, aktivitas diuretiknya sama dengan metazolamid, digunakan untuk
pengobatan glaukoma dan mengontrol serangan epilepsi. Dosis sebagai diuretik
dan untuk pengobatan glaukoma : 25-100 mg 2-4 dd.

10
2.4.2 Diuretik derifat tiasid

Diuretika turunan tiazida adalah saluretik, yang dapat menekan absorpsi kembali ion-
ion Na+, Cl- dan air. Turunan ini juga meningkatkan ekskresi ion K+, Mg++ dan HCO3- dan
menurunkan ekskresi asam urat. Diuretik turunan tiazid terutama digunakan untuk
pengobatan sembab pada keadaan dekompensasi jantung dan sebagai penunjang pada
pengobatan hipertensi karena dapat mengurangi volume darah dan secara lengsung
menyebabkan relaksasi otot polos arteriola. Turunan ini dalam sediaan sering dikombinasi
dengan obat-obat antihipertensi, seperti resepin dan hidralazin, untuk pengobatan hipertensi
karena menimbulkan efek potensiasi. Diuretika turunan tiazid menimbulkan efek samping
hipokalemi, gangguan keseimbangan elektrolit dan menimbulkan penyakit pirai yang akut.

• Mekanisme kerja

Diuretika turunan tiazid mengandung gugus sulfamil sehingga dapat menghambat


enzim karbonik anhidrase. Juga diketahui bahwa efek saluretiknya terjadi karena adanya
pemblok proses pengangkutan aktif ion klorida dan absorpsi kembali ion yang menyertainya
pada loop of henle, dengan mekanisme yang belum jelas, kemungkinan karena peran dari
prostaglandin. Turunan tiazid juga menghambat enzim karbonik anhidrase di tubulus distal
tetapi efeknya relatif lemah.

• Hubungan struktur dan aktifitas

Studi hubungan struktur-aktivitas diuretik turunan tiazid menunjukkan bahwa


aktivitas diuretik meningkat bila senyawa mempunyai gambaran struktur sebagai berikut:

1. Pada posisi 1 cincin heterosiklik adalah gugus SO2 atau CO2- Gugus SO2 mempunyai
aktivitas yang lebih besar.
2. Pada posisi 2 ada substituen gugus alkil yang rendah, biasanya gugus metil.
3. Pada posisi 3 ada substituen lipofil, seperti alkil terhalogenasi (CH2Cl, CH2SCH2CF3),
CH2-C6H5 dan CH2SCH2-C6H5.
4. Ada ikatan C3-C4 jenuh. Reduksi ikatan rangkap pada C3-C4 dapat meningkatkan
aktivitas diuretik ± 10 kali.
5. Substitusi langsung pada posisi 4,5 atau 8 dengan gugus alkil akan menurunkan
aktifitas diuretik.

11
6. Pada posisi 6 ada gugus penarik elektron yang sangat penting, seperti Cl dan CF3.
Hilangnya gugus tersebut membuat senyawa kehilangan aktivitas. Penggantian gugus
Cl dengan CF3 dapat meningkatkan kelarutan senyawa dalam lemak sehingga
memperpanjang masa kerja obat.
7. Pada posisi 7 ada gugus sulfamil yang tidak tersubstitusi. Turunan mono dan
disubstitusi dari gugus sulfamil tidak mempunyai aktivitas diuretik.
8. Gugus sulfamil pada posisi meta (1) dapat diganti dengan gugus-gugus elektronegatif
lain, membentuk gugus induk baru yang dinamakan diuretika seperti tiazid (tiazide-
like diuretics) seperti pada turunan salisilanilid (xipamid), turunan benzhidrazid
(klopamid dan indopamid), dan turunan ptalimidin (klortalidon).

Hubungan struktur-aktivitas diuretik turunan tiazid dapat dilihat pada tabel


berikut:

12
Dari tabel diatas terlihat bahwa tidak ada korelasi yang bermakna antara potensi
naturetik oral dengan aktivitas penghambatan karbonik anhidrase, yang dapat dilihat dari
dosis penggunaan.
Contoh :
1. Hidroklortiazid (H.C.T), merupakan obat pilihan untuk mengontrol sembab jantung
dan sembab yang berhubungan dengan penggunaan kortikosteroid atau hormon
estrogen. Hidroklortiazid juga digunakan untuk mengontrol hipertensi ringan, kadang-
kadang dikombinasi dengan obat-obat antihipertensi, seperti reserpin dan hidralazin
(Ser-Ap-Es) atau β-bloker, seperti asebutolol (Sectrazid). Awal kerja obat terjadi ± 2
jam setelah pemberian secara oral, kadar plasma tertinggi dicapai dalam ± 4 jam,
dengan masa kerja ± 10 jam. Ketersediaanhayatinya ± 65% dan dapat meningkat
menjadi ± 75% bila diberikan bersama-sama makanan. Dosis diuretik : 25-200 mg 1-2
dd, untuk mengontrol hipertensi : 25-50 mg 1-2 dd.
2. Bendroflumetiazid (naturetin), mempunyai aktivitas diuretik yang lebih tinggi dan
masa kerja yang lebuh panjang (± 18 jam) dibanding hidroklortiazid.

13
Bendroflumetiazid digunakan untuk mengontrol sembab dan hipertensi. Dosis untuk
mengontrol sembab : 5 mg 1 dd, mengontrol hipertensi : 5 mg 1-4 dd.
3. Xipamid (diurexan), merupakan diuretik dengan efek antihipertensi yang cukup kuat,
digunakan untuk pengobatan hipertensi yang moderat dan berat serta untuk mengatasi
sembab yang berhubungan dengan penyakit jantung, ginjal, hati dan rematik. Masa
kerja antihipertensinya ± 24 jam, dan efek diuretiknya ± 12 jam. Dosis : 10-40
mg/hari.
4. Indapamid (natrilix), merupakan diuretik dengan efek antihipertensi yang kuat,
digunakan untuk pengobatan hipertensi yang ringan dan moderat. Indapamid
dapatmenurunkan kontraksi pembuluh darah sel otot polos karena mempengaruhi
pertukaran ion antar membran, terutama Ca, dan merangsang sintesis prostaglandin
PGE, sehingga terjadi vasodilatasi dan efek hipotensi. Absorpsi indapamiddalam
saluran cerna cepat dan sempurna, kadar darah tertinggi dicapai 1-2 jam setelah
pemberian oral, dan ± 79% obat terikat oleh plasma protein. Waktu paro eliminasinya
± 15-18 jam. Dosis : 2,5 mg/hari.
5. Klopamid, merupakan diuretik dengan efek antihipertensi yang kuat, digunakan untuk
pengobatan hipertensi yang ringan dan moderat. Absorpsi klopamid dalam saluran
cerna cepat dan sempurna, ± 40-50%, obat terikat oleh plasma protein dengan waktu
paro eliminasi ± 6 jam. Dosis : 5 mg/hari.
6. Klortalidon (hygroton), merupakan diuretik kuat dengan masa kerja panjang (±48-72
jam). Klortalido juga dipergunakan untuk hipertensi ringan, kadang-kadang
dikombinasi dengan β-bloker, seperti atenolol(tenoretik) dan oksprenolol
(transitensin). Absorpsi klortalidon relatif lambat dan tidak sempuna, waktu paro
absorpsi ± 2-6 jam, kadar darah maksimal dicapai setelah ± 2-4 jam. Klortalidon
terikat secara kuat dalam sel darah merah sehingga mempuyai wktu paro plasma
cukup panjang ± 35-60 jam. Dosis oral untuk diuretik : 50-100 mg, 3 kali per minggu,
sesudah makan pagi. Dosis untuk mengotrol hipertensi : 25 mg, 1 kali sehari.

2.4.3 Diuretik loop

Diuretika loop merupakan senyawa saluretik yang sangat kuat, aktivitasnya jauh lebih
besar dibanding turunan tiazid dan senyawa saluretik lain. Turunan ini dapat memblok
pengangkutan aktif NaCl pada loop of henle sehingga menurunkan absorpsi kembali NaCl
dan meningkatkan ekskresi NaCl lebih dari 25%.

14
• Mekanisme kerja

Model kerja diuretik loop pada tingkat molekul belum diketahui secara pasti, tetapi
ada tiga hipotesis yang kemungkinan dapat digunakan untuk menjelaskan model kerja
tesebut, yaitu:

1. Penghambatan enzim Na+-K+ ATPase


2. Penghambatan atau pemindahan siklik-AMP
3. Penghambatan glikolisis.

Diuretik loop menimbulkan efek samping yang cukup serius, seperti hiperurisemi,
hiperglikemi, hipotensi, hipokalemi, hipokloremik alkalosis, kelainan hematologis dan
dehidrasi. Biasanya digunakan untuk pengobatan sembab paru yang akut, sembab karena
kelainan jantung, ginjal atau hati, sembab karena keracunan kehamilan, sembab otak dan
untuk pengobatan hipertensi ringan. Untuk pengobatan hipertensi yang cukupan dan berat
biasanya dikombinasi dengan obat antihipertensi seperti L-α-metildopa.

Struktur kimia obat ini bervariasi dan secara umum dapat dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu turunan asam fenoksiasetat dan turunan sulfonamida.

1. Turunan asam fenoksiasetat


Contoh : asam etakrinat.
Asam etakrinat menimbulkan aktivitas diuretik karena dapat berinteraksi dengan
gugus sulfhidril enzim yang bertanggung jawab pada proses absorpsi kembali Na+ di
tubulus renalis. Yang berperan pada interaksi tersebut adalah gugus α-β ikatan
rangkap tidak jenuh.
Mekanisme reaksi asam etakrinat dengan gugus sulfhidril enzim dijelaskan sebagai
berikut :

15
Asam etakrinat mempunyai awal kerja yang cepat ± 30 menit setelah pemerian oral
dan efeknya berakhir setelah 6-8 jam. Dosis : 50-100 mg 2-3 dd.
Aktifitas relatif beberapa turunan asam etakrinat dapat dilihat pada tabel berikut:

Pada turunan fenoksiasetat aktivitas optimal dicapai bila :


a. Gugus asam oksiasetat terletak pada posisi 1 cincin benzen
b. Gugus akriloil sulfhidril yang reaktif terletak pada posisi para dari gugus asam
oksiasetat.
c. Gugus aktivasi (CH3 atau Cl) terletak pada posisi 3 atau posisi 2 dan 3.
d. Substituen alkil dari 2 sampai 4 panjang atom C terletak pada posisi a dari
karbonil pada gugus akriloil.
e. Atom-atom H terletak pada posisi ujung –C=C- dari gugus akriloil

• Hubungan struktur dan aktivitas :


a. Reduksi gugus α,β-keton tidak jenuh akan menghilangkan aktivitas, karena
senyawa tidak mampu berinteraksi dengan gugus SH enzim.
b. Substitusi H pada atom Cα dengan gugus alkil akan menurunkan aktivitas.
c. Adanya gugus etil pada Cβ membuat senyawa mempunyai aktivitas maksimal.
Makin besar jmlah atom C, aktivitasnya makin menurun.
d. Substitusi pada cincin aromatik. Adanya gugus Cl pada posisi orto cincin
aromatik, dapat meningkatkan aktivitas lebih besar dibanding substitusi pada
posisi meta, karena efek induktif gugus penarik elektron tersebutdapat menunjang

16
serangan nukleofil terhadap gugus SH. Disubstitusi gugus Cl atau metil pada
posisi orto dan meta akan lebih meningkatkan aktivitas.
e. Adanya gugus pendorong alaktron kuat pada cincin aromatik, seperti gugus amino
atau alkoksi, akan menurunkan aktivitas secara drastis.
f. Adanya gugus oksiasetat pada posisi para dapat meningkatkan aktivitas, letak
gugus pada posisi orto atau meta akan menurunkan aktivitas.

2. Turunan sulfonamida

Turunan ini dibagi menjadi dua golongan yaitu turunan asam 5-sulfamoil-2-
aminobenzoat dan 5- sulfamoil-3-aminobenzoat.

Contoh turunan asam 5-sulfamoil-2-aminobenzoat : furosemid dan azosemid


Contoh turunan asam 5- sulfamoil-3-aminobenzoat : bumetanid dan piretanid.

• Hubungan struktur dan aktivitas


a. Substituen pada posisi 1 harus bersifat asam, gugus karboksilat mempunyai
aktivitas diuretik optimum.
b. Gugus sulfamoil pada posisi 5 merupakan gugus fungsi untuk aktivitas diuretik
yang optimum.
c. Gugus aktivasi pada posisi 4 bersifat penarik elektron, seperti gugus Cl dan CF3.,
dapat pula diganti dengan gugus fenoksi (C6H5-O-), alkoksi, anilino (C6H5-NH-
), benzil, benzoil, atau C6H5-S-, disertai penurunan aktivitas.
d. Pada turunan asam 5-sulfamoil-2-aminobenzoat, substituen pada gugus 2 amino
relatif terbatas, hanya dengan gugus furfuril, benzil dan tienilmetil yang
menunjukkan aktivitas diuretik optimal.
e. Pada turunan asam 5-sulfamoil-3-aminobenzoat, substituen pada gugus 3 amino
relatif lebih banyak tanpa mempengaruhi aktivitas diuretik optimal.
Contoh :
• Furosemid (lasix, farsix, salurix, impugan), merupakan diuretika saluretik
yang kuat, aktivitasnya 8-10 kali diuretika tiazid. Awal kerja obat terjadi
dalam 0,5-1 jam setelah pemberian oral, dengan masa kerja yang relatif
pendek ± 6-8 jam. Absorpsi furosemid dalam saluran cerna cepat,
ketersediaanhayatinya 60-69% pada subyek normal, dan ± 91-99% obat terikat

17
oleh plasma protein. Kadar darah maksimal dicapai dalam 0,5-2 jam setelah
pemberian oral, dengan waktu paro biologis ± 2 jam. Furosemid digunakan
untuk pengobatan hipertensi ringan dan moderat, karena dapat menurunkan
tekanan darah. Dosis : 20-80 mg/hari.

• Bumetanid (burinex), merupakan diuretika yang kuat dengan masa kerja


pendek (± 4 jam). Bumetanid terutama untuk pengobatan sembab yang
berhubungan dengan penyakit jantung, hati dan ginjal. Pemindahan gugus
amin dari posisi 2 ke posisi 3, dapat meningkatkan aktivitas diuretik sampai ±
50 kali, tetapi senyaa mempunyai masa kerja yang pendek. Bumetanid
diabsorpsi dalam saluran cerna cepat dan sempurna, ± 98% terikat oleh plasma
protein. Efek maksimum dicapai ± 2 jam setelah pemberian oral, waktu paro
biologis ± 1 jam. Selain sebagai diuretik, bumetanid juga mempunyai efek
antihipertensi. Dosis : 1-2 mg/hari.

2.4.4 Diuretik hemat kalium

Diuretik hemat kalium adalah senyawa yang mempunyai aktivitas natriuretik rigan
dan dapat menurunkan sekresi ion H+ dan K+. senyawatersebut bekerja pada tubulus distal
dengan cara memblok pertukaran ion Na+ dengan ion H+ dan K+, menyebabkan retensi ion K+
dan meningkatkan sekresi ion Na+ dan air. Aktivitas diuretiknya relatif lemah, biasanya
diberikan bersama-sama dengan diuretik turunan tiazid. Kombinasi ini menguntungkan
karena dapat mengurangi sekresi ion K+ sehingga menurunkan terjadinya hipokalemi dan
menimbulkan efek aditif. Obat golongan ini menimbulkan efek samping hiperkalemi, dapat
memperberat penyakit diabetes dan pirai, sertadapat menyebabkan gangguan pada saluran
cerna.

18
• Mekanisme kerja

Diuretik hemat kalium bekerja pada saluran pengumpul, dengan mengubah kekuatan
pasif yang mengontrol pergerakan ion-ion, memblok absorpsi kembali ion Na+ dan ekskresi
ion K+ sehingga meningkatkan sekresi ion Na+ dan Cl- dalam urin.

Diuretik hemat kalium dibagi menjadi dua kelompok, yaitu diuretika dengan efek
langsung dan antagonis aldosteron.

1. Diuretik dengan efek langsung


Contoh : amilorid dan triamteren.
a. Amilorid HCl (puritrid), selain bekerja melalui mekanisme kerja di atas juga dapat
permeabilitas membran terhadap on Na+ dan menyebabkan retensi ion K+ dan H+.
amilorid digunakan untuk mengontrol sembab dan hipertensi. Awal kerja amilorid
terjadi 2-3 jam setelah pemberian secara oral, kadar serum tinggi dicapai dalam 3-
4 jam, waktu paro ± 6 jam dan mempunyai masa kerja yang cukup panjang ± 24
jam. Penggunaan obat ini dapat dalam bentuk tunggal atau dikombinasi dengan
diuretik turunan tiazid. Dosis oral untuk diuretik : 5 mg 1-2 dd, untuk mengontrol
hipertensi : 5 mg 1 dd.
b. Triamteren, adalah diuretik turunan pteridin, absorpsi dalam saluran cerna cepat
tetapi tidak sempurna. Ketersediaanhayatinya 30-70%, pada cairan tubuh ± 45-
75% terikat oleh protein plasma. Kadar plasma tertinggi obat dicapai dalam 1-2
jam setelah pemberian oral, dengan waktu paro biologis 2-4 jam. Dosis diuretik :
150-300 mg/hari.

2. Antagonis aldosteron
Aldosteron, adalah mineralokortikoid yang dikeluarkan oleh korteks adrenalis.
Merupakan senyawa yang sangat aktif untuk menahan elektrolit, dapat meningkatkan
absorpsi kembali ion Na+ dan Cl- serta ekskresi ion K+ dalam saluran pegumpul.

19
Senyawa yang mempunyai struktur mirip dengan aldosteron, seperti spironolakton,
bekerja sebagai antagonis melalui mekanisme penghambatan bersaing pada sisi
reseptor pada saluran pengumpul, dimana terjadi pertukaran ion Na+ dan K+.
penghambatan tersebut menyebabkan peningkatan ekskresi ion Na+ dan Cl- serta
retensi ion K+.
Contoh :
Spironolakton (aldactone, idrolatton), diabsorpsi dengan baik dalam saluran cerna, ±
98% terikat oleh protein plasma. Spironolakton cepat dimetabolisme oleh hati
menjadi kanrenon yaitu bentuk yang bertanggung jawab terhadap 80% aktivitas
diuretiknya. Waktu paronya cukup lama, antara 10-35 jam. Aktivitasnya meningkat
bila diberikn bersama-sama dengan diuretika turunan tiazid atau diuretika loop. Dosis
: 50-100 mg/hari.

2.4.5 Diuretik merkuri organik

Diuretik merkuri organik adalah saluretik karena dapat menghambat absorpsi kembali
ion-ion Na+, Cl- dan air. Absorpsi pada saluran cerna rendah dan menimbulkan iritasi
lambung sehingga pada umumnya diberikan secara parenteral. Dibanding obat diuretik lain,
penggunaan diuretik merkuri organik mempunyai beberapa keuntungan, antara lain tidak
menimbulkan hipokalemi, tidak mengubah keseimbangan elektrolit, dan tidak mempengaruhi
metabolisme karbohidrat dan asam urat. Efek iritasi setempat besar dan menimbulkan
nekrosis jaringan. Diuretika merkuri organik menimbulkan reaksi sistemik yang berat
sehingga sekarang jarang digunakan sebagai obat diuretik.

Diuretika merkuri organik mengandung ion merkuri, yang dapat berinteraksi dengan
gugus SH enzim ginjal (Na, K-dependent ATP-ase) yang berperan pada produksi energi yang
diperlukan untuk absorpsi kembali elektrolit dalam membran tubulus, sehingga enzim
20
menjadi tidak aktif. Akibatnya absorpsi kembali ion-ion Na+ dan Cl- di tubulus menurun,
kemudian dikeluarkan bersama-sama dengan sejumlah ekivalen air sehingga terjadi efek
diuresis.

Mekanisme reaksi diuretik merkuri organik dengan gugus SH enzim dijelaskan


sebagai berikut:

Keterangan: GH dapat berupa gugus nukleofil, seperti OH, COOH, NH2, SH


atau cincin imidazol.

• Hubungan struktur-aktifitas

Diuretika merkuri organik mempunyai rantai yang terdiri dari 3 atom C dan satu atom
Hg pada salah satu ujung rantai yang mengikat gugus hidrofil, X.

R = gugus aromatik, heterosiklik atau alisiklik yang terikat pada rantai propil melalui
gugs karbamoil. Gugus R sangat menentukanvdistribusi dan kecepatan ekskresi
diuretika.
R’ = biasanya gugus metil, dapat pula gugus etil, secara umum pengaruh gugus
terhadap sifat senyawa adalah kecil.
X = substituen yang bersifat hidrofil. Biasanya X adalah gugus teofilin, yang dapat
menurunkan toksisitas obat, mengurangi efek iritasi setempat, meningkatkan

21
kecepatan absorpsi, dan uga mempunyai efek diuretik (terjadi potensiasi). Bila X
adalah gugus tiol, seperti asam merkaptoasetat, atau tiosorbitol, dapat mengurangi
toksisitas terhadap jantung dan efek iritasi setempat.

2.4.6 Diuretik pembentukan asam

Mekanisme terjadinya efek diuresis oleh diuretik golongan ini adalah pembentukan
garam dan kemudian diekskresikan bersama-sama dengan sejumlah ekivalen air dan terjadi
diuresis.

22
Penggunaan amonium klorida dalam sediaan tunggal kurang efektif karena setelah 1-2
hari, tubuh (ginjal) mengadakan kompensasi dengan memproduksi amonia, yang akan
menetralkan kelebihan asam, membentuk NH4+, yang segera berinteraksi dengan ion Cl-
membentuk NH4Cl dan kemudian diekskresikan, sehingga efek diuretiknya akan menurun
secara drastis. Oleh karena itu di klinik biasanya digunakan bersama-sama dengan diuretik
lain, seperti turunan merkuri organik. Dosis oral untuk diuretik : 1-1,5 g 4 dd. NH4Cl lebih
sering digunakan sebagai ekspektoran dalam campuran obat batuk, karena dapat
meningkatkan sekresi cairan saluran nafas sehingga mudah dikeluarkan.

23
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Diuretika adalah zat-zat yang dapat memperbanyak pengeluaran kemih (diuresis)


melalui kerja langsung terhadap ginjal. Obat-obat lainnya yang menstimulasi diuresis dengan
mempengaruhi ginjal secara tidak langsung tidak termasuk dalam defenisi ini, misalnya, zat-
zat yang memperkuat kontraksi jantung (digoksin, teofilin),memperbesar volume darah
(dekstran), atau merintangi sekresi hormon anti diuretik ADH.

Obat-obatan yang menyebabkan suatu keadaan meningkatnya aliran urine disebut


Diuretik. Obat-obat ini merupakan penghambat transpor ion yang menurunkan reabsorbsi
Na+ dan ion lain seperti Cl+ memasuki urine dalam jumlah lebih banyak dibandingkan dalam
keadaan normal bersama-sama air, yang mengangkut secara pasif untuk mempertahankan
keseimbangan osmotic. Perubahan Osmotik dimana dalam tubulus menjadi menjadi
meningkat karena Natrium lebih banyak dalam urine, dan mengikat air lebih banyak didalam
tubulus ginjal. Dan produksi urine menjadi lebih banyak. Dengan demikian diuretic
meningkatkan volume urine dan sering mengubah PH-nya serta komposisi ion didalam urine
dan darah.

Ada beberapa jenis Diuretik, yang sudah dikenal dan sering digunakan dalam
pengobatan klien dengan masalah gangguan cairan dan elektrolit. Jenis-jenis tersebut adalah
diuretik osmotik, diuretik penghambat karbonik anhidrase ginjal, diuretik derifat tiasid,
diuretik loop, diuretik hemat kalium, diuretik merkuri organik dan diuretik pembentukan
asam.

Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi respon diuretik ini. Pertama, tempat kerja
diuretik di ginjal. Diuretik yang bekerja pada daerah yang reabsorbsi natrium sedikit, akan
memberi efek yang lebih kecil bila dibandingkan dengan diure-tik yang bekerja pada daerah
yang reabsorbsi natrium banyak. Kedua, status fisiologi dari organ. Misalnya dekompensasi
jantung, sirosis hati, gagal ginjal. Dalam keadaan ini akan memberikan respon yang berbeda

24
terhadap diuretik. Ketiga, interaksi antara obat dengan reseptor. Sebagaimana umumnya
diketahui, diuretik digunakan untuk merangsang terjadinya diuresis.

25
DAFTAR PUSTAKA

Soekardjo, Bambang dan Siswando. 2008. KIMIA MEDISINAL 2 cetakan kedua. Surabaya:
Airlangga University Press

Mutschler, Ernst. 1991. Dinamika Obat Buku Ajar edisi kelima. Bandung: Penerbit ITB

Tjay, Tan Hoan dan Kirana Larasati. 2007. Obat-Obat Penting Edisi Ke Enam Cetakan
Pertama. Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Tim Editor. 2007. FARMAKOLOGI DAN TERAPI Edisi 5. Jakarta: Gaya Baru

http://pharmafemme.blogspot.com/2020/10/06/diuretik.html

http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/09_MasalahPenggunaanDiuretika.html

26

Anda mungkin juga menyukai