Anda di halaman 1dari 27

Obat Golongan Diuretik

Disusun Oleh :
Kelompok IV
Shellia Intan Novrianti 0101019057
Siska Permatahati 0101019058

Akademi Keperawatan Bhakti Husada Cikarang


Jalan RE. Martadinata (By Pass) Cikarang – Bekasi, Jawa Barat
17530 Telp.(021)8902577
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
segala limpahan rahmat-Nya dan kesempatan kepada penulis agar dapat menyusun makalah
yang berjudul "Golongan Obat Diuretik" ini. Atas rida-Nya lah makalah ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Tujuan utama dari penulisan makalah adalah untuk memenuhi tugas mata pelajaran
Farmakologi. Adapun tujuan lain dari penulisan makalah ini adalah sebagai penambah
wawasan penulis tentang Obat Golongan Diuretik. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar besarnya kepada :
1. Ibu Iin Kartika, SKM, MKM, selaku Direktur Akper Bhakti Husada.
2. Ibu Ummu Habibah, M.Kep selaku dosen pembimbing.
Harapan penulis terhadap penulisan makalah ini adalah memberitahu kepada pembaca
tentang Obat Golongan Diuretik dan bagi yang memerlukan informasi tentang Obat Golongan
Diuretik, makalah ini sangat dapat membantu untuk para pembaca.

Bekasi, Maret 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................1

A. Latar Belakang...........................................................................................................................1

B. Tujuan Penulisan........................................................................................................................2

C. Metode Penulisan.......................................................................................................................3
D. Sistematika Penulisan.................................................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................................4

A. Golongan Obat Diuretik.............................................................................................................4

1. Jenis-Jenis Diuretik................................................................................................................4

2. Manfaat Obat Diuretik...........................................................................................................6

3. Efek Samping Diuretik...........................................................................................................6

B. Diuretik Hemat Kalium..............................................................................................................7

1. Cara Kerja Diuretik Hemat Kalium........................................................................................7

2. Kegunaan Diuretik Hemat kalium..........................................................................................8


3. Klasifikasi Obat......................................................................................................................8

BAB III PEMBAHASAN....................................................................................................................12

A. Pembahasan..............................................................................................................................12

ii
1. Amiloride.............................................................................................................................12

2. Spironolakton.......................................................................................................................13

3. Eplerenone...........................................................................................................................13

B. Aplikasi Keperawatan..............................................................................................................13

1. Amiloride.............................................................................................................................14

2. Spironolactone.....................................................................................................................16
3. Eplerenone...........................................................................................................................17

BAB IV PENUTUP.............................................................................................................................19

A. Kesimpulan..............................................................................................................................19
B. Saran........................................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................20

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diuretik merupakan salah satu obat yang digunakan untuk mengobati
hipertensi. Diuretik bekerja pada ginjal untuk mengeluarkan kelebihan garam dari
darah. Menaikkan aliran urin dan keinginan untuk urinasi, sehingga menurunkan
jumlah air dalam tubuh yang membantu menurunkan tekanan darah (Panjaitan, 2006).
Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular. Diperkirakan
telah menyebabkan 4.5% dari beban penyakit secara global, dan prevalensinya hampir
sama besar di negara berkembang maupun di negara maju. Hipertensi merupakan
salah satu faktor risiko utama gangguan jantung. Selain mengakibatkan gagal jantung,
hipertensi dapat berakibat terjadinya gagal ginjal maupun penyakit serebrovaskular.
Di Amerika, menurut National Health and Nutrition Examination Survey
(NHNES III) pada buku Panjaitan (2008), paling sedikit 30% pasien hipertensi tidak
menyadari kondisi mereka, dan hanya 31% pasien yang diobati mencapai target
tekanan darah yang diinginkan dibawah 140/90 mmHg.3 Di Indonesia, dengan tingkat
kesadaran akan kesehatan yang lebih rendah, jumlah pasien yang tidak menyadari
bahwa dirinya menderita hipertensi dan yang tidak mematuhi minum obat
kemungkinan lebih besar.
Healthy People 2010 for Hypertension menganjurkan perlunya pendekatan
yang lebih komprehensif dan intensif guna mencapai pengontrolan tekanan darah
secara optimal. Perawat, apoteker dan dokter dapat bekerjasama dalam memberikan
edukasi ke pasien mengenai hipertensi, memonitor respons pasien, mendeteksi dan
mengenali secara dini reaksi efek samping, dan mencegah dan/atau memecahkan
masalah yang berkaitan dengan pemberian obat (Panjaitan, 2008).
Tekanan darah tinggi merupakan salah satu penyakit degeneratif. Umumnya
tekanan darah bertambah secara perlahan dengan bertambahnya umur. Risiko untuk
menderita hipertensi pada populasi ≥ 55 tahun yang tadinya tekanan darahnya normal
adalah 90%.2 Kebanyakan pasien mempunyai tekanan darah prehipertensi sebelum
mereka didiagnosis dengan hipertensi, dan kebanyakan diagnosis hipertensi terjadi
pada umur diantara dekade ketiga dan dekade kelima. Sampai dengan umur 55 tahun,

1
laki-laki lebih banyak menderita hipertensi dibanding perempuan. Dari umur 55 s/d 74
tahun, sedikit lebih banyak perempuan dibanding laki-laki yang menderita hipertensi.
Pada populasi lansia (umur ≥ 60 tahun), prevalensi untuk hipertensi sebesar 65.4 %.3
(Panjaitan, 2008).
Dengan dasar fakta tersebut maka makalah ini dilakukan untuk mengetahui
pola penggunaan anti hipertensi golongan Diuretik khususnya Diuretik Hemat kalium,
seperti amilorid, spironolactone, dan eplerenone pada pasien gagal jantung, sehingga
diharapkan menurunkan angka kematian pada pasien.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui tentang Obat Golongan Diuretik khususnya
Diuretik Hemat Kalium.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu mengetahui tentang :
a. Obat Golongan Diuretik
1) Jenis-jenis obat diuretik
2) Manfaat obat diuretik
3) Efek samping diuretik
b. Diuretik Hemat Kalium
1) Cara kerja diuretik hemat kalium
2) Kegunaan diuretik hemat kalium
3) Klasifikasi obat
a) Amiloride
b) Spironolactone
c) Eplerenone
c. Aplikasi Keperawatan
1) Pengkajian obat amiloride, spironolactone, dan eplerenone.
2) Masalah keperawatan obat amiloride, spironolactone, dan eplerenone.
3) Proses pemberian obat amiloride, spironolactone, dan eplerenone.
4) Observasi obat amiloride, spironolactone, dan eplerenone.
3

C. Metode Penulisan

Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan metode penjabaran materi,


adapun teknik yang digunakan yaitu studi pustaka dengan mempelajari buku-buku,
e-book, jurnal dan sumber lain untuk mendapatkan data untuk pembuatan makalah ini.

D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah dengan judul Obat Golongan Diuretik ini
menggunakan sistematika sebagai berikut: Bab I Pendahuluan yang berisi tentang latar
belakang, tujuan penulisan secara umum dan khusus, metode penulisan, dan
sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka membahas tentang Obat Golongan
Diuretik. Bab III Pembahasan membahas tentang aplikasi proses keperawatan dalam
pemberian obat Amilorid, Sprinolactone, dan Eplerenone. BAB IV Penutup berisi
kesimpulan dan saran.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Golongan Obat Diuretik

Menurut Jitowiyono (2015) dalam buku Farmakologi Pendekatan Perawatan,


diuretik telah tersedia selama lebih dari setengah abad dan telah menjadi terapi
andalan untuk keadaan edematosa dan hipertensi. Heterogenitas farmakologis yang
cukup besar hadir di antara anggota berbagai kelas diuretik. Diuretik memiliki peran
penting dalam manajemen hipertensi baik sebagai terapi tunggal atau sebagai
tambahan untuk kelas mediasi antihipertensi lainnya.

Diuretik merupakan obat dengan aktivitas meningkatkan ekskresi air, natrium,


dan elektrolit secara renal. Dengan demikian, peningkatan pembentukan dan
pengeluaran urine. Diuretik biasa digunakan dalam pengobatan gagal jantung,
penyakit renal dan hati, hipertensi, dan mencegah gagal renal dengan kemampuannya
untuk mempertahankan aliran urine.

Diuretik merupakan obat yang berfungsi meningkatkan ekskresi air dan


natrium pada ginjal. Hormon antidiuretik, yaitu aldosteron dan vasopresin berfungsi
mengendalikan reabsorpsi air dan garam. Obat diuretik umumya bekerja dengan
menurunkan reabsorpsi elektrolit olch tubulus atas. Peningkatan ekskresi elektrolit
mengakibatkan peningkatan ekskresi air. Dengan demikian, keseimbangan osmotik
dapat tercapai.

1. Jenis-Jenis Diuretik

Menurut Jitowiyono (2015) diuretik mempunyai berbagai jenis golongan,


setiap kelas diuretik bekerja dengan cara yang berbeda untuk menghilangkan
garam dan air dari ginjal, yang berarti mereka memiliki potensi dan efek samping
yang berbeda.

4
a. Tiazid dan Obat yang Berkaitan
Diuretik tiazin merupakan obat sintetis yang berkaitan dengan
sulfonamida. Salah satu contoh diuretik adalah hidroklorotiazid. Tiazin dan
obat yang berkaitan digunakan dalam pengelolaan gagal jantung dan
hipertensi jangka panjang. Obat ini bekerja dengan menurunkan reabsorpsi

5
natrium, air, klorida, dan bikarbonal dalam tubulus kontortus distal. Natrium
direabsorpsi sebelum ia mencapai tubulus kontortus distal dan hanya sejumlah
kecil yang direabsorpsi dalam tubulus kontortus distal. Dengan demikian, obat
ini bukan merupakan diuretik yang kuat karena serangan aksinya lambat dan
relatif tidak efektif berada untuk pada penurunan fungsi renal.
Diuretik tiazid harus diberikan pada dosis yang mendekati maksimal
atau juga disebut batas atas. Dosis ini menunjukkan aksi terapeutik yang
paling efektif. Apabila obat diberikan di bawah dosis tersebut, retensi cairan
pasca diuresis dapat terjadi. Sebaliknya, jika obat ini diberikan lebih dari batas
atasnya.
Obat ini diabsorpsi dengan baik, didistribusikan dalam cairan tubuh,
dan terikat kuat pada plasma protein. Tiazid hanya terakumulasi di ginjal.
Sehingga, akan dikeluarkan melalui urine.
Diuretik menurunkan tekanan darah dengan menyebabkan diuresis
yang mengakibatkan turunya volume plasma turunnya cardiak output. Diuretik
thiazide adalah diuretik yang sering digunakan untuk sebagian besar pasien
hipertensi (Wells, 2015 dalam Noviana 2016).

b. Diuretik Loop

Diuretik loop biasnaya diberikan secara oral. Obat ini bekerja untuk
mengurangi edema perifer dan edema paru pada gagal jantung sedang hingga
berat. Pemberiannya dilakukan melalui intravena. Diuretik loop efektif pada
pasien dengan penurunan fungsi ginjal.

Diuretik loop bekerja pada lengkung nefron dengan menghambat


reabsorpsi natrium dalam lengkung Henle asendens. Pada lokasi ini, kapasitas
absorpsi natrium sehingga obat yang bekerja pada situs ini mengakibatkan
diuresis yang lebih tinggi dibandingkan diuretik lainnya.
Contoh obat diuretik loop adalah furosemida dan bumeranida.
Bumetanida dapat memberikan efek diuresis pada pasien dengan alergi
terhadap furosemida.
7

c. Diuretik Hemat Kalium

Natrium secara normal direabsorpsi dalam tubulus distal melalui


pertukaran ion kalium dan hidrogen. Diuretik hemat kalium digunakan pada
tubulus distal untuk menurunkan reabsorpsi natrium dan ekskresi kalium.
Salah satu obat hemat kalium adalah spinolakton, yaitu antagonis aldosteron.
Aldosteron merupakan hormon yang disekresikan oleh korteks adrenal.
Aldosteron mendorong retensi natrium dan air serta mengekskresikan kalium
dengan menstimulasi mekanisme pertukaran natrium-kalium dalam tubulus
distal.

Contoh lain diuretik hemat kalium adalah amilorida dan triateren.


Keduanya bekerja secara langsung pada tubulus distal untuk menurunkan
pertukaran natrium-kalium. Obat ini bekerja dengan mengisi saluran ion
natrium dan menghambatnya Ipolicem dengan perbandingan 1:1, Dengan
demikian, ekskresi ion natrium meningkat dan ekskresi kalium menurun.

Diuretik hemat kalium merupakan diuretik yang penggunaannya sering


dikombinasikan dengan diuretik lainnya yang akan membuang kalium (Wells,
2015 dalam Noviana 2016). Diuretik hemat kalium bekerja dengan

menurunkan reabsorbsi Na+ dengan memblok kanal Na+ sehingga potensial

listrk epitel tubulus menurun akibatnya sekresi K+ terhambat (Suparsari, 2006


dalam Noviana 2016).

2. Manfaat Obat Diuretik


Diuretik merupakan obat yang berfungsi meningkatkan ekskresi air dan
natrium pada ginjal. Hormon antidiuretik, yaitu aldosteron dan vasopresin
berfungsi mengendalikan reabsorpsi air dan garam. Obat diuretik umumya bekerja
dengan menurunkan reabsorpsi elektrolit oleh tubulus atas. Peningkatan ekskresi
elektrolit mengakibatkan peningkatan ekskresi air. Dengan demikian,
keseimbangan osmotik dapat tercapai.
Pemberian diuretik bertujuan untuk mengurangi edema pada gagal jantung
kongestif, beberapa penyakit ginjal, dan sirosis hepatis. Obat diuretik juga efektif
8

mengurangi tekanan darah. dan beberapa golongan diuretik seperti tiazid dan loop
diuretik digunakan dalam pengobatan tekanan darah tinggi (hipertensi).

3. Efek Samping Diuretik


Efek samping bervariasi tergantung pada jenis diuretik yang diambil.
Namun, efek samping yang lebih umum dari diuretik meliputi perubahan kadar
elektrolit seperti kalium, natrium, kalsium atau kadar magnesium (tergantung pada
jenis diuretik), sembelit, pusing, mulut kering, encok, sakit kepala, peningkatan
kadar gula darah, kram otot, perut kesal, kelelahan.

B. Diuretik Hemat Kalium

Amiloride, Spironolactone, Eplerenone merupakan obat diuretik golongan


Hemat Kalium. Diuretik hemat kalium adalah salah satu jenis diuretik lemah yang
biasanya diresepkan dalam kombinasi dengan jenis diuretik lainnya. Mereka
digunakan untuk meningkatkan jumlah cairan yang dikeluarkan dari tubuh dalam
urin, juga mencegah terlalu banyak kalium yang hilang. Efek samping jarang terjadi
ketika dosis rendah, rutin digunakan. Kebanyakan orang dapat minum obat-obatan ini.

Kalium (simbol kimia K) adalah elemen logam yang sangat penting bagi
tubuh kita untuk berfungsi. Ini adalah salah satu dari sekelompok zat yang disebut
'elektrolit' yang membawa muatan listrik kecil. Ini penting dalam mentransmisikan
impuls saraf dan membuat otot berkontraksi. Potasium diperlukan untuk semua jenis
fungsi, termasuk menjaga detak jantung dan otot. Kita mendapatkan kalium dalam
makanan yang kita makan, seperti pisang yang mengandung kalium tinggi.

Diuretik hemat kalium mengganggu pertukaran natrium-kalium dalam tubulus


sel ginjal yang berbelit-belit. Beberapa memblokir reseptor aldosteron. Aldosteron
adalah hormon yang meningkatkan retensi natrium dan air. Mereka adalah diuretik
yang relatif lemah. Namun, mereka tidak menyebabkan hipokalemia (kadar kalium
rendah) tetapi dapat menyebabkan hiperkalemia (kadar kalium tinggi), terutama jika
mereka digunakan dengan agen lain yang juga mempertahankan kalium, seperti
inhibitor ACE.
9

Adanya diuretik hemat kalium karena saat mengosumsi diuretik, kalium akan
hilang dari tubuh bersama dengan air. Ini bisa membuat kadar potasium rendah, yang
bisa sangat berbahaya. Diuretik hemat kalium membantu menghentikan hal ini.
Diuretik hemat kalium dapat digunakan sendiri tetapi paling umum digunakan dalam
kombinasi dengan jenis diuretik lainnya. Ini karena diuretik hemat kalium tidak
sekuat loop diuretik dan diuretik thiazide.
1. Cara Kerja Diuretik Hemat Kalium

Amiloride bekerja dengan membuat ginjal mengeluarkan lebih banyak


cairan. Dilakukan dengan mengganggu transportasi garam dan air melintasi sel-
sel tertentu di ginjal. Karena lebih banyak cairan yang dikeluarkan oleh ginjal,
lebih sedikit cairan yang tersisa dalam aliran darah. Jadi cairan apa pun yang
terkumpul di jaringan paru-paru atau tubuh ditarik kembali ke aliran darah untuk
menggantikan cairan yang dikeluarkan oleh ginjal. Ini memudahkan gejala seperti
retensi cairan di kaki (edema) dan sesak napas yang disebabkan oleh kelebihan
cairan di paru-paru. Selain meningkatkan jumlah air yang dibagikan dari ginjal,
diuretik hemat kalium juga membantu ginjal menjaga (mempertahankan) kalium
dalam tubuh. Mereka melakukan ini dengan memblokir saluran yang akan
dilewati kalium.

Eplerenone dan spironolactone bekerja dengan cara yang sedikit berbeda


dengan amiloride. Obat-obatan ini menghambat kerja hormon yang disebut
aldosteron dan ini menyebabkan ginjal mengeluarkan lebih banyak cairan dan
menjaga kalium. Inilah sebabnya mengapa mereka kadang-kadang disebut
sebagai antagonis aldosteron.

Diuretik hemat kalium sering dikombinasikan dengan loop diuretik atau


diuretik thiazide. Ini karena diuretik hemat kalium membantu menjaga jumlah
kalium yang tepat dalam darah dan membantu diuretik lain untuk mengeluarkan
cairan dari tubuh.
10

2. Kegunaan Diuretik Hemat kalium

Untuk mencegah kadar kalium (hipokalaemia) yang rendah terjadi ketika


diuretik lain digunakan (diresepkan dalam kombinasi dengan diuretik lainnya).

Dalam pengobatan gagal jantung, cairan menumpuk di tubuh, karena


jantung tidak memompa darah ke seluruh tubuh seperti biasanya. Jadi, mungkin
menjadi terengah-engah (karena cairan menumpuk di paru-paru). pergelangan
kaki dan kaki dan membengkak dengan cairan ekstra di jaringan (edema).
Penyebab lain edema juga bisa ditolong oleh diuretik.

Dalam membantu mengurangi suatu kondisi yang disebut asites di mana


cairan menumpuk di dalam rongga perut. Ini dapat terjadi karena berbagai
kondisi seperti sirosis hati dan jenis kanker tertentu. Dalam mengobati tekanan
darah tinggi (hipertensi), biasanya dikombinasikan dengan obat lain.

3. Klasifikasi Obat
1) Amiloride
Amiloride adalah diuretik hemat kalium (pil air) yang mencegah tubuh
menyerap terlalu banyak garam dan menjaga kadar kalium pada tubuh.
a. Komposisi
Amiloride HCL 5mg.
b. Indikasi
Hipertensi, edema pada payah jantung, sirosis hati dengan asites.
c. Kontraindikasi
Gangguan ginjal, kadar kalium yang tinggi dalam darah.
d. Efek Samping
Mengantuk, ketidak seimbangan elektrolit, hiperuricemia, nafsu makan
menurun, haus, pusing, hipotensi postural, ruam kulit, gatal-gatal, kejang
otot, lelah, mengantuk, sakit perut, halusinasi, gangguan pernapasan.
e. Mekanisme Kerja
Memblokade kanal natrium pada tubulus kontortus distal dan duktus
kolektifus, sehingga terjadi hambatan reabsorbsi natrium dan lumen, yang
11

akan mengakibatkan eksresi natrium dan cairan tubuh, sehingga terjadi


penurunan tekanan darah dan pengurangan edema.
f. Waktu Paruh
Bekerja 24 Jam.
g. Interaksi Obat
Obat-obat antihipertensi, obat-obat anti inflamasi non steroid.

2) Spironolactone
a. Komposisi
Spironolactone.
b. Indikasi
Hipertensi essensial, edema akibat payah jantung kongestif, sirosis hati,
edema idiopatika, asites malignan, sindroma nefrotik, gagal jantung
kongestif, hiperaldosteronism primer.
c. Kontraindikasi
Insufisiensi ginjal akut, anuria, hiperkalemia, kehamilan.
d. Efek Samping
Gangguan saluran cerna, impotensi, ginekomastia, menstruasi tidak
teratur, letargi, sakit kepala, bingung, ruam kulit, hiperkalemia,
hiponatremia, hepatotoksisitas, osteomalasia, dan gangguan darah
dilaporkan.
e. Mekanisme Kerja
Spironolakton secara kompetitif menghambat saluran pertukaran natrium
kalium yang bergantung pada aldosteron dalam tubulus berbelit-belit
distal. Ini menyebabkan peningkatan ekskresi natrium dan air, tetapi
retensi kalium yang lebih banyak juga menyebabkan efek diuretik dan
juga antihipertensi.
f. Waktu Paruh
Memiliki waktu paruh 20 jam dan dapat memakan waktu 24 - 48 jam
untuk mencapai efektivitas maksimal.
g. Interaksi Obat
Suplemen kalium, obat-obat hemat kalium lainnya yang mengurangi
respons vaskuler noadrenalin.

3) Eplerenone
12

a. Komposisi
Eplerenone
b. Indikasi
Tambahan terapi standar termasuk beta bloker untuk mengurangi risiko
mortalitas dan morbiditas kardiovaskuler pada pasien disfungsi ventrikel
kiri yang stabil, dengan bukti klinis gagal jantung setelah infark miokard.
c. Kontraindikasi
Hiperkalemia, penggunaan bersamaan dengan diuretika hemat kalium,
atau suplemen kalium, hipersensitif terhadap komponen obat, gangguan
fungsi ginjal, gangguan fungsi hati, pasien dengan kadar kalium serum
awal di atas di atas 5,0 mmol/l.
d. Efek Samping
Diare, mual, hipotensi, pusing, hiperkalemia, perut kembung, muntah,
atrial fibrillation, hipotensi postural, arterial thrombosis, dislipidemia,
faringitis, sakit kepala, insomnia, pyelonefritis, hiponatremia, dehidrasi,
eosinofilia, asthenia, malaise, sakit punggung, kram kaki, gangguan fungsi
ginjal, azotemia, berkeringat, gatal.
e. Mekanisme Kerja
Eplerenone berikatan dengan reseptor mineralokortikoid dan dengan
demikian menghambat pengikatan aldosteron (komponen sistem renin-
angiotensin-aldosteron, atau RAAS). Sintesis aldosteron, yang terjadi
terutama di kelenjar adrenal, dimodulasi oleh beberapa faktor, termasuk
mediator angiotensin II dan non-RAAS seperti hormon
adrenokortikotropik (ACTH) dan kalium. Aldosteron berikatan dengan
reseptor mineralokortikoid baik di jaringan epitel (mis., Ginjal) dan
nonepitel (mis. Jantung, pembuluh darah, dan otak) dan meningkatkan
tekanan darah melalui induksi reabsorpsi natrium dan kemungkinan
mekanisme lainnya. Menghambat kerja hormon yang disebut aldosteron
dan menyebabkan ginjal mengeluarkan lebih banyak cairan dan menjaga
kalium
f. Waktu Paruh
4-6 Jam.
g. Interaksi Obat
13

Eplerenone dapat berinteraksi dengan obat dan produk berikut ini: aspirin,
diazoxide, enalapril, erythromycin, ketoconazole, lithium.
BAB III

PEMBAHASAN

A. Pembahasan

Menurut Battegay (2005) dalam buku Hypertension Principles and Practice,


diuretik adalah alat terapi yang penting karena mereka secara efektif mengurangi
tekanan darah dan pada saat yang sama menurunkan morbiditas dan mortalitas akibat
hipertensi. Diuretik saat ini direkomendasikan oleh Komite Nasional Deteksi,
Evaluasi, dan Pengobatan Hipertensi dalam laporan ketujuh (JNC7) sebagai terapi lini
pertama untuk pengobatan hipertensi. Selain itu, diuretik tetap merupakan aspek
penting dari pengobatan gagal jantung kongestif karena mereka meningkatkan
simptomatologi kongestif yang melambangkan stadium lanjut dari gagal jantung
kongestif.

Diuretik hemat kalium dapat menimbulkan hiperkalemia, bila diberikan pada


pasien dengan gagal ginjal atau bila dikombinasi dengan penghambat ACE, ARB,
Beta-bloker, AINS dengan atau suplemen kalium. Diuretik hemat kalium dihindari
bila pasien dengan kreatinin serum lebih dari 2,5 mg/dl (Gunawan et al, 2007 dalam
Battegay, 2005).

1. Amiloride

Amiloride adalah diuretik hemat kalium, yang secara aktif dikeluarkan


oleh transporter kationik tubulus proksimal. Amilorida memblok saluran natrium
epitel di membran luminal dari saluran pengumpul, sehingga respons natriuretik
sederhana dapat diantisipasi dengan penggunaannya. Amiloride mengalami
pembersihan ginjal yang luas dan menumpuk (dengan dosis berulang) dalam
kasus penyakit ginjal kronis atau penurunan fungsi ginjal yang berhubungan
dengan penuaan.

14
Dianjurkan untuk mengurangi dosis amiloride atau mengurangi frekuensi
pemberian pada penyakit ginjal kronis (laju filtrasi glomerulus, 50 cc / mnt) untuk
meminimalkan risiko hiperkalemia (Battegay, 2005).

15
16

2. Spironolakton

Spironolakton adalah diuretik hemat kalium yang larut dalam lipid yang
diserap dengan baik dan sangat berikatan dengan protein. Ini memiliki waktu
paruh 20 jam dan dapat memakan waktu 24 - 48 jam untuk mencapai efektivitas
maksimal. Spironolactone juga digunakan untuk mengobati kadar kalium rendah
dan kondisi di mana tubuh membuat terlalu banyak bahan kimia alami
(aldosteron). Aldosteron adalah hormon yang diproduksi oleh kelenjar adrenalin
untuk membantu mengatur keseimbangan garam dan air dalam tubuh.
Spironolakton dapat bermanfaat khususnya dalam keadaan fungsi ginjal yang
berkurang karena dapat memperoleh akses ke tempat kerjanya tanpa penyaringan.
Namun, kecenderungannya untuk menyebabkan hiperkalemia membatasi
penggunaannya pada pasien penyakit ginjal kronis (Battegay, 2005).

3. Eplerenone

Eplerenone adalah antagonis reseptor aldosteron yang struktur molekulnya


memberikan selektivitas untuk reseptor aldosteron. Dengan demikian, afinitasnya
yang lebih rendah untuk reseptor astrogen dan progesteron menyebabkan
ginekomastia yang menyebabkannya lebih jarang dari pada pada kasus
spironolactone. Dalam sebagian besar keadaan, eplerenone adalah diuretik yang
sangat ringan. Dengan demikian, efek antihipertensi berasal dari aspek
nondiuretik dari aksinya. Tindakan ini menghasilkan tingkat penurunan tekanan
darah yang sebanding dengan pengurangan yang terlihat pada golongan obat lain
seperti inhibitor enzim pengonversi angiotensin (ACE) dan penghambat saluran
kalsium. Eplerenone juga efektif mengurangi hipertrofi ventrikel kiri, baik
dengan sendirinya atau ketika dikombinasikan dengan inhibitor ACE, dan obat
tersebut memiliki efek anti-proteinurik yang menonjol. Eplerenone dalam
kombinasi dengan terapi medis yang optimal mengurangi morbiditas dan
mortalitas di antara pasien dengan infark miokard akut yang diperparah oleh
disfungsi ventrikel kiri dan gagal jantung (Battegay, 2005).

B. Aplikasi Keperawatan
Perawat memberikan obat pada pasien setiap pagi dalam beberapa hari yang
ditentukan. Pasien perlu diberikan amiloride setelah makan. Perawat perlu mengamati
17

efek terapeutik seperti penurunan edema, peningkatan urine, dan penurunan tekanan
darah. Efek samping yang perlu diamati antara lain hipokalemia, hiponatremia,
dehidrasi, hipoglikemia, dan hiperurisemia. Obat yang dapat meningkatkan efek
diuretik antara lain antibiotik aminoglikosida dan antihipertensif. Obat yang dapat
menurunkan efek diuretik, antara lain obat anti-inflamasi nonsteroid dan kontrasepsi
oral.

1. Amiloride

1) Pengkajian
a) Informasi Umum: Kaji status cairan selama terapi. Pantau berat badan
harian, perbandingan asupan dan haluaran, jumlah dan lokasi edema, bunyi
paru, turgor kulit, dan membran mukosa.
b) Kaji pasien untuk adanya anoreksia, kelemahan otot, kebas, kesemutan,
parestesia, konfusi, dan rasa haus yang berlebihan. Segera beritahu dokter
bila terjadi tanda-tanda ketidakseimbangan elektrolit.
c) Untuk pasien dengan gangguan fungsi ginjal dihindari untuk mengonsumsi
obat Amiloride karena waktu kerja yang dibutuhkan oleh obat lama.
d) Amiloride tidak bisa dikonsumsi oleh pasien yang sudah mendapatkan
terapi pengobatan kalium yang lainnya, seperti spironolactone, eplerenone
atau yang mengandung kalium lainnya.
e) Peringatan pada pasien yang memiliki risiko meningkat dalam
mengembangkan hiperkalemia (misalnya, diabetes mellitus pada orang
yang lebih tua, pada pasien dengan kerusakan hati atau ginjal).
f) Pasien tidak makan makanan yang kaya kalium seperti pisang, plum dan
kismis saat Amilorida.
g) Mengkaji interaksi obat, karena interaksi obat dapat mengubah kerja obat
atau meningkatkan risiko efek samping yang serius.
2) Intervensi Keperawatan
a) Pantau tanda-tanda vital, terutama tekanan darah dan denyut jantung.
Diuretik dapat menyebabkan penurunan tekanan darah jika volume cairan
menurun banyak, denyut jantung akan meningkat untuk mengkompensasi
kehilangan cairan. Laporkan adanya peningkatan denyut jantung dan
periksa adanya tanda-tanda dan gejala-gejala terjadinya renjatan.
18

b) Pantau berat klien. Dengan pengeluaran cairan dan pengurangan edema


perifer karena diuresis, diharapkan terjadi penurunan berat badan.
c) Pantau haluaran urin. Diuretik meningkatkan haluaran urin. Penurunan
jumlah urin sewaktu klien sedang memakai diuretik mungkin disebabkan
oleh kurang minum atau adanya insufisiensi ginjal, Asupan cairan harus
diperhatikan. Laporkan bila ada pengurangan jumlah urin.
d) Pantau hasil hasil pemeriksaan laboratorium, terutama elektrolit serum,
gula, asam urat, dan BUN (blood urea nitrogen).
e) Periksa adanya tanda-tanda dan gejala-gejala hipokalemia (kelemahan
otot, denyut yang tidak teratur, bingung, dan kadar kalium serum kurang
dari 3,5 mEq/L). Kelainan elektro kardiografi terjadi baik pada hipokalemi
juga pada hiperkalemia.
3) Masalah keperawatan
a) Kurang pengetahuan sehubungan dengan program pengobatan
(penyuluhan pasien/keluarga)
b) Ketidakpatuhan dalam konsumsi obat (penyuluhan pasien/keluarga)
c) Amiloride adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan
urine, jadi pemberian obat sebaiknya tidak pada malam hari, karena akan
mengganggu tidur pasien tersebut.
4) Proses Pemberian
a) Obat diberikan setelah makan.
b) Pemberian obat sebaiknya tidak pada malam hari, karena obat ini akan
menambah kecepatan pembentukan urine yang berakibat sering buang air
kecil, jadi ini akan mengganggu tidur pasien tersebut.
c) Pasien yang mengonsumsi obat ini harus berhati-hati untuk tidak
mengemudi atau mengoperasikan mesin berat, karena efek umum obat ini
adalah rasa kantuk.
5) Observasi
a) Monitor secara rutin kondisi kesehatan pasien guna melihat efek dari obat
yang dikonsumsi.
b) Karena tujuan dari Amilorida adalah untuk mengatur kadar sodium, pasien
dianjurkan untuk mengikuti diet rendah sodium dan berolahraga secara
teratur.
19

2. Spironolactone

1) Pengkajian
a) Informasi Umum: Kaji status cairan selama terapi. Pantau berat badan
harian, perbandingan asupan dan haluaran, jumlah dan lokasi edema, bunyi
paru, turgor kulit, dan membran mukosa.
b) Kaji pasien untuk adanya anoreksia, kelemahan otot, kebas, kesemutan,
parestesia, konfusi, dan rasa haus yang berlebihan. Segera beritahu dokter
bila terjadi tanda-tanda ketidakseimbangan elektrolit.
c) Peningkatan Tekanan Intrakranial: Pantau status neurologik dan tekanan
intrakranial pada pasien-pasien yang menerima diuretik osmotik untuk
menurunkan edema serebri.
d) Tidak bisa digunakan berbarengan dengan obat eplerenone
e) Mengkaji interaksi obat, karena interaksi obat dapat mengubah kerja obat
atau meningkatkan risiko efek samping yang serius.
f) Peringatan pada wanita hamil, karena berkemungkinan menyebabkan
resiko.
2) Intervensi Keperawatan
a) Pantau tanda-tanda vital, terutama tekanan darah dan denyut jantung.
Diuretik dapat menyebabkan penurunan tekanan darah; jika volume cairan
menurun banyak, denyut jantung akan meningkat untuk mengkompensasi
kehilangan cairan. Laporkan adanya peningkatan denyut jantung dan
periksa adanya tanda-tanda dan gejala-gejala terjadinya renjatan.
b) Pantau berat klien. Dengan pengeluaran cairan dan pengurangan edema
perifer karena diuresis, diharapkan terjadi penurunan berat badan.
c) Pantau haluaran urin. Diuretik meningkatkan haluaran urin. Penurunan
jumlah urin sewaktu klien sedang memakai diuretik mungkin disebabkan
oleh kurang minum atau adanya insufisiensi ginjal, Asupan cairan harus
diperhatikan. Laporkan bila ada pengurangan jumlah urin.
d) Pantau hasil hasil pemeriksaan laboratorium, terutama elektrolit serum,
gula, asam urat, dan BUN (blood urea nitrogen).
e) Periksa adanya tanda-tanda dan gejala-gejala hipokalemia (kelemahan
otot, denyut yang tidak teratur, bingung, dan kadar kalium serum kurang
20

dari 3,5 mEq/L). Kelainan elektro kardiografi terjadi baik pada hipokalemi
juga pada hiperkalemia.
3) Masalah Keperawatan
a) Kurang pengetahuan sehubungan dengan program pengobatan
(penyuluhan pasien/keluarga).
b) Ketidakpatuhan dalam konsumsi obat (penyuluhan pasien/keluarga).
4) Proses Pemberian
Pemberian obat dianjurkan pada pagi hari (sebelum pukul 6 sore) agar
menghindari terbangun pada malam hari untuk buang air kecil
5) Observasi

Monitor secara rutin kondisi kesehatan pasien guna melihat efek dari obat
yang dikonsumsi.
3. Eplerenone

1) Pengkajian
a) Informasi Umum: Kaji status cairan selama terapi. Pantau berat badan
harian, perbandingan asupan dan haluaran, jumlah dan lokasi edema, bunyi
paru, turgor kulit, dan membran mukosa.
b) Kaji pasien untuk adanya anoreksia, kelemahan otot, kebas, kesemutan,
parestesia, konfusi, dan rasa haus yang berlebihan. Segera beritahu dokter
bila terjadi tanda-tanda ketidakseimbangan elektrolit.
c) Peningkatan Tekanan Intrakranial: Pantau status neurologik dan tekanan
intrakranial pada pasien-pasien yang menerima diuretik osmotik untuk
menurunkan edema serebri.
d) Periksa tanda-tanda vital dasar untuk menemukan hasil abnormal dan
bandingkan dengan hasil pemeriksaan berikutnya.
e) Periksa elektrolit serum Laporkan nilai abnormal seperti penurunan kadar
kalium.
f) Periksa anggota gerak untuk menemukan "edema pitting" Laporkan
hasilnya. Diuretik akan diberikan untuk mengganti cairan ditungkai.
g) Periksa bunyi pernafasan untuk menemukan kelainan suara yang
disebabkan oleh pengumpulan cairan di paru-paru. Laporkan hasilnya. Bila
positif bisa menunjukkan adanya gagal jantung kongestif.
h) Hindari pada pasien dengan hiperkalemia atau kerusakan ginjal akut.
21

i) Gunakan dengan hati-hati pada pasien yang berisiko meningkatkan


kemungkinan hiperkalemia (misalnya diabetes mellitus, pada orang yang
lebih tua, pasien dengan kerusakan hati atau ginjal)
2) Intervensi Keperawatan
a) Pantau tanda-tanda vital, terutama tekanan darah dan denyut jantung.
Diuretik dapat menyebabkan penurunan tekanan darah; jika volume cairan
menurun banyak, denyut jantung akan meningkat untuk mengkompensasi
kehilangan cairan. Laporkan adanya peningkatan denyut jantung dan
periksa adanya tanda-tanda dan gejala-gejala terjadinya renjatan.
b) Pantau berat klien. Dengan pengeluaran cairan dan pengurangan edema
perifer karena diuresis, diharapkan terjadi penurunan berat badan.
c) Pantau haluaran urin. Diuretik meningkatkan haluaran urin. Penurunan
jumlah urin sewaktu klien sedang memakai diuretik mungkin disebabkan
oleh kurang minum atau adanya insufisiensi ginjal, Asupan cairan harus
diperhatikan. Laporkan bila ada pengurangan jumlah urin.
d) Pantau hasil hasil pemeriksaan laboratorium, terutama elektrolit serum,
gula, asam urat, dan BUN (blood urea nitrogen).
e) Periksa adanya tanda-tanda dan gejala-gejala hipokalemia (kelemahan
otot, denyut yang tidak teratur, bingung, dan kadar kalium serum kurang
dari 3,5 mEq/L). Kelainan elektro kardiografi terjadi baik pada hipokalemi
juga pada hiperkalemia.
3) Masalah Keperawatan
a) Kurang pengetahuan sehubungan dengan program pengobatan
(penyuluhan pasien/keluarga).
b) Ketidakpatuhan dalam konsumsi obat (penyuluhan pasien/keluarga).
4) Proses Pemberian
Pemberian obat dianjurkan pada pagi hari (sebelum pukul 6 sore) agar
menghindari terbangun pada malam hari untuk buang air kecil
5) Observasi
Monitor secara rutin kondisi kesehatan pasien guna melihat efek dari obat
yang dikonsumsi.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urine.


Istilah diuresis mempunyai dua pengertian, pertama menunjukan adanya penambahan
urine yang diproduksi dan yang kedua menunjukkan jumlah pengeluaran (kehilangan)
zat-zat terlarut dan air. Fungsi utama diuretik ialah untuk memobilisasi cairan, yang
berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian sehingga volume cairan ekstrasel
kembali menjadi normal.

Diuretik hemat kalium adalah salah satu jenis diuretik lemah yang biasanya
diresepkan dalam kombinasi dengan jenis diuretik lainnya. Mereka digunakan untuk
meningkatkan jumlah cairan yang dikeluarkan dari tubuh dalam urin, juga mencegah
terlalu banyak kalium yang hilang.
Setiap obat diuretik hemat kalium mempunyai efek samping, kontraindikasi,
indikasi, interaksi obat, waktu kerja, dan mekanisme kerja yang hamper berbeda.
Tetapi mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk mencegah kehilangan kelium pada
saat pengeluaran cairan oleh tubuh.

B. Saran
Mahasiswa keperawatan sebaiknya mengetahui tentang Obat Golongan Diuretik
khususnya pada diuretik hemat kalium. Agar Mahasiswa keperawatan yang nantinya
akan menjadi seorang perawat dapat mencegah insiden dari kesalahan pemberian obat
saat melakukan tindakan.

22
DAFTAR PUSTAKA

Fitrianto. (2014). Penggunaan Obat Antihipertensi pada Pasien Hipertensi Esensial di


Poliklinik Ginjal Hipertensi RSUP DR. M. Djamil. Dalam Jurnal Kesehatan Andalas.

Jitowiyono. (2015). Farmakologi Pendekatan Perawatan. Yogyakarta: Pustaka Baru

Prasetyaningrum. (2017). Evaluasi Kesesuaian Penggunaan Kombinasi Antihipertensi Di


Rumah Sakit “X” Di Kota Semarang. Dalam urnal Ilmiah Cendekia Eksakta

Haryanto. Farmakologi Kardiovaskuler Mekanisme Dan Aplikasi Klinis. Ebook : PT.


Sofmedia

Noviana. (2015). Evaluasi Interaksi Penggunaan Obat Antihipertensi Pada Pasien Rawat Inap
Di Bangsal Cempaka RSUD Panembahan Senopati Bantul. Dalam jurnal farmasi

Panjaitan. (2008). Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hipertensi.E-Book : Direktorat Bina


Farmasi Komunitas Dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Departemen
Kesehatan.

JNC 7 Express. Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure:
The Seventh Report Of The Joint National Committee On. E-Book : U.S. Department Of
Health And Human Services

Battegay. (2005). Hypertension Principles And Practice. E-Book : Taylor & Francis Group

Badan POM RI. (2015). Eplerenon. Diakses pada 19 maret 2020, dari
http://pionas.pom.go.id/monografi/eplerenon.

Badan POM RI. (2015). Spironolakton. Diakses pada 19 maret 2020, dari
http://pionas.pom.go.id/monografi/spironolakton.

Drugs.com. (2018). Diuretic. Diakses pada 19 maret 2020, dari https://www.drugs.com/drug-


class/diuretics.html.

Patient Info. (2018). Potassium-sparing Diuretics. Diakses pada 22 maret 2020, dari
https://patient.info/digestive-health/dietary-potassium/potassium-sparing-diuretics.

23

Anda mungkin juga menyukai