Anda di halaman 1dari 19

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Mikroorganisme adalah makhluk mikroskopis yang biasanya bersifat uniseluler maupun
multiseluler dan tidak bisa dilihat oleh mata sehingga harus memakai alat khusus seperti
mikroskop. Beberapa mikroorganisme membentuk koloni yang artinya kumpulan-kumpulan
mikroorganisme disuatu media yang mempunyai bentuk bermacam-macam ada yang berbentuk
titik lingkaran, bersambung-sambung seperti akar, dan membentuk kumparan. Selain itu
permukaan koloni mikrooganisme ada yang berbentuk rata dan teratur, bergelombang, timbul
cembung, timbul cekung, dan lain-lain. ( Michelle, 2017).

Identifikasi mikroba adalah proses mencari dan menganalisis suatu mikroba untuk


mengetahui bentuk, sifat-sifat maupun morfologi dari suatu mikroba bisa itu organel sel nya dan
juga jenis-jenis mikroba apa yang ada disuatu media yang kita identifikasikan. Keberhasilan
identifikasi suatu mikroba bergantung pada penggunaan teknik yang aseptik, cara memperoleh
sampel yang benar, dan cara kita menangani sampel yang akan diidentifikasi.

Perumusan Masalah

1. Metode apa saja yang bisa kita lakukan untuk mengidentifikasi mikroba?
2. Apa saja kelebihan dan kekurangan di tiap metode identifikasi mikroba?

Tujuan

1. Mengetahui metode apa saja yang bisa kita lakukan untuk mengidentifikasi mikroba.
2. Mengetahui kelebihan dan kekurangan tiap-tiap metode untuk mengidentifikasikan
mikroba.
METODE INDENTIFIKASI BAKTERI

1. Identifikasi Mikroba dengan Mikroskop Pewarnaan Gram

Metode ini merupakan salah satu teknik pewarnaan yang paling sering digunakan dalam
mengidentifikasi bakteri. Pada metode ini, olesan bakteri yang telah difiksasi dikenai larutan-
larutan zat warna seperti kristal violet, larutan yodium, larutan akohol, dan zat pewarnaan
tandinganya berupa zat warna safranin atau air fucshin. Bakteri yang telah diwarnai dengan
metode ini  terbagi menjadi dua kelompok yaitu, bakteri gram positf dan bakteri gram negatif.
Pada bakteri garam positif, bakteri akan mempertahankan zat warna kristal violet karenanya akan
tampak berwarna ungu tua di bawah mikroskop. Sedangkan bakteri gram negatif akan
kehilangan zat warna kristal violet setelah dicuci dengan alkohol dan akan mengikat zat pewarna
tandingnya yaitu safranin dan akan tampak berwarna merah pada pengamatan dengan
mikroskop, dimana perbedaan pengikatan zat warna ini di sebabkan oleh perbedaan komponen
penyusun dinding selnya.  

Jenis-jenis Larutan dalam Pewarnaan Gram

1.        Kristal Violet

Pertama ada kristal violet yang berfungsi sebagai zat warna utama. Zat warna ini bekerja dengan
cara membentuk ikatan mg-Ribonucleid acid pada membran atau dinding sel bakteri sehingga
membentuk kompleks mg-Ribonucleid acid-crystal violet pada bakteri gram positif. Kompleks
mg-Ribonucleid acid-crystal violet merupakan senyawa yang tidak luntur meskipun telah dibilas
dengan alkohol, oleh karena itu zat warna ini dapat digunakan untuk membedakan bakteri gram
positif dan negatif.  

2.        Iodin
Sumber : http://www.sihatselalu.com.my
Pada pewarnaan gram iodin berfungsi sebagai penstabil (stabilizer) dan penguat ikatan zat
warna oleh bakteri. Iodin bekerja dengan cara memperkuat ikatan pada kompleks mg-
Ribonucleid acid sehingga zat warna utama dapat membentuk kristal violet yang besar dalam
lapisan peptidoglikan dinding bakteri. Dalam hal ini, apabila bakteri yang dicobakan merupakan
bakteri gram negatif yang memiliki lapisan peptidoglikan yang tipis, maka kristal violet tersebut
hanya akan menempel pada membran lipid. Sedangkan jika bakteri yang dicobakan merupakan
bakteri gram positif maka kristal violet akan tertanam lebih dalam karena peptidoglikannya yang
tebal. 
     3.        Alkohol

Sumber : Data Primer Mikrobiologi Umum


2017
Pada pewarnaan gram alkohol berfungsi untuk membilas atau melunturkan zat warna pada
bakteri. Alkohol bekerja dengan cara melarutkan lapisan lipid pada dinding sel bakteri sehingga
dapat melunturkan zat warna kristal violet dari dinding sel khususnya pada bakteri gram negatif.
Karena pemberian alkohol menyebabkan lunturnya warna ungu dari dinding sel bakteri gram
negatif maka bakteri menjadi tidak berwarna lagi. Sedangkan, pada bakteri gram positif
pemberian alkohol tidak berpengaruh banyak karena kristal violet telah tertanam pada lapisan
peptidoglikannya yang tebal sehingga tidak mudah luntur. 

      
4.        Safranin

Sumber : http://www.polysciences.com
Safranin merupakan zat warna tandingan atau pewarna skunder yang digunakan dalam
metode pewarnaan gram. Safranin bekerja dengan cara  mewarnai sel-sel bakteri yang telah
kehilangan warna utama setelah luruh nya kompleks mg-Ribonucleid acid-crystal violet dari
dinding sel bakteri gram negatif akibat penambahan alkohol, safranin dapat berikatan dengan
komponen dinding sel bakteri dalam waktu singkat mennyebabkan sel bakteri kembali berwarna
namun dengan warna yang berbeda yaitu merah. 
 
5.        Aquades

Sumber : https://www.sanismart.de
Aquades berfungsi untuk membilas sisa-sisa zat warna yang tidak diikat dinding sel
bakteri pada proses pewarnaan gram, sehingga tidak ada zat warna yang tersisa pada kaca
perparat selain yang terikat oleh dinding sel, sisa-sisa zat warna pada kaca preparat penting untuk
dibersihkan agar tidak mengganggu hasil identifikasi pada saat pengamatan di mikroskop.
Aquades bekerja dengan cara mengikat zat warna yang tersisa pada kaca preparat dan ikut
mengalirkan sisa zat tesebut bersama dengan aquades pada saat pembilasan.
Metode Pewarnaan Gram                 
  

Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah suatu metode empiris yang digunakan untuk
membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok yaitu Gram positif dan Gram. Prinsip
pewarnaan gram adalah kemampuan dinding sel untuk mengikat zat warna dasar setelah
pencucian dengan alkohol. atau dicuci dengan alkohol. Pewarnaan gram dilakukan dengan tujuan
membedakan bakteri gram positif dan bakteri gram negatif berdasarkan perbedaan warnanya
dimana apabila sel mikroba yang merupakan bakteri gram positif  akan berwarna ungu dan sel
bakteri gram negatif akan berwarna merah. Pewarnaan gram dilakukan dengan cara pemberian
pewarna primer yaitu kristal violet yang akan memberikan warna metil ungu pada mikroba,
setelah itu pemberian iodin yang berfungsi memperkuat pengikatan warna oleh sel mikroba,
selanjutnya proses dekolorisasi dengan alkohol, dan pemberian zat warna tandingan
menggunakan safranin.

3.    Prosedur Pewarnaan Gram


-       Kaca preparat disterilkan dengan alkohol 70% lalu difiksasi
-       Jarum ose dipijarkan kemudian ditunggu hingga dingin, lalu mikroba diambil dari media lalu
diratakkan di atas kaca preparat
-       Kaca preparat difiksasi
-       Diteteskan Larutan kristal violet sebanyak + 2-3 tetes dan didiamkan selama 1 menit
-       Kaca preparat dibilas dengan aquades dan difiksasi
-       Diteteskan larutan iodin dan dibiarkan selama + 30 detik
-       Kaca preparat dibilas dengan aquades dan difiksasi
-       Diberi alkohol, lalu dibilas dengan aquades mengalir dan difiksasi
-       Diberi Larutan safranin diberikan selama 20 detik
-       Dibilas dengan aquades dan difiksasi
-       Kaca preparat diamati menggunakan mikroskop
Hasil yang Didapat

Sumber : http://laboratoryinfo.com

Bakteri gram positif merupakan bakteri yang mempertahankan warna ungu  gelap setelah
dicuci dengan alkohol, sementara bakteri gram negatif tidak mempertahankan warna ungu dan
akan berwarna merah muda. Bakteri gram positif memiliki selapis dinding sel berupa
peptidoglikan yang tebal. Setelah pewarnaan dengan kristal violet, pori-pori dinding sel
menyempit akibat dekolorisasi oleh alkohol sehingga dinding sel tetap menahan warna biru.
Bakteri gram negatif memiliki 3 lapisan dinding sel. Lapisan terluar yaitu lipoposakarida(lipid)
kemungkinan tercuci oleh alkohol, sehingga pada saat diwarnai dengan safranin akan berwarna
merah. Hal ini sesuai dengan Suriawiria (1999) yang menyatakan bahwa Perbedaan warna antara
bakteri Gram Negatif dan bakteri Gram Positif disebabkan oleh adanya perbedaan struktur pada
dinding sel nya. Dinding Gram Positif mengandung banyak peptidoglikan,sedangkan dinding
bakteri Gram Negatif banyak mengandung lipopolisakarida.

Kelebihan dan Kekurangan Metode

Kelebihan Kekurangan
Bahan yang didapatkan untuk identifikasi Diperlukan jumlah mikroorganisme yang
metode ini reltif mudah didapatkan dan lumayan banyak yakni lebih dari 104 per ml.
murah. Harus diidentifikasi lebih lanjut jika ingin
Dapat mengetahui dengan jelas jenis bakteri mengetahui jenis bakteri yang lebih spesifik
gram positif atau negatif. karena metode ini hanya membedakan jenis
Metode ini mudah dan sederhana untuk bakteri berdasarkan gram postif atau negatifnya
dilakukan. saja.
2. Identifikasi Mikroba dengan Media Pertumbuhan

Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat
makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhan mikroba seperti
karbon, nitrogen, fosfor, belerang, dan lain-lain. Jenis – jenis media berdasarkan sifat fisik
yaitu media padat, media semi padat, dan semi cair. Media cair berdasarkan bahan
pembuatannya yaitu media alami, media sintetis , dan media semi sintesis. Media semi
sintetis adalah campuran dari media alami dan sintetis. Media non sintesis dibedakan lagi
yaitu media selektif atau penghambat , media diperkaya, dan media umum. Jenis – jenis
media yang sering digunakan antara lain sepeti Nutrient Agar , Nutrient Broth (NB) , PDA
(Potato Dextrose Agar), Salmonella Shigella (SS) Agar , Eosin Methylene Blue Agar
(EMBA).
Sifat – sifat media yang terdiri atas media umum, media diperkaya (enriched media),
media diferensial/pembeda, media penguji, media untuk penghitungan sel.
Jenis Media Berdasarkan Fungsinya :
1. Media Basal (media dasar) adalah media yang digunakan sebagai bahan dasar untuk
membuat media lain yang lebih kompleks. Media ini dapat mendukung pertumbuhan
hampir semua jenis mikrobia, contohnya adalah nutrient broth, kaldu pepton, dan
sebagainya.
Sumber : https://mydokterhewan.blogspot.com/2015/01/media-pertumbuhan-buatan-mikrobiologi.html

Pepton broth

2. Media diferensial adalah media yang bila ditumbuhi oleh mikroba yang berbeda, mikroba
tersebut akan tumbuh dengan ciri khusus sehingga dapat dibedakan. Contohnya: Media
Triple Sugar Iron Agar (TSIA), Media Sulfit Indol Motility (SIM), dsb. Dan media
differensial merupakan media yang ditambahkan bahan-bahan kimia atau reagensia
tertentu yang menyebabkan mikroba yang tumbuh memperlihatkan perubahan-perubahan
spesifik sehingga dapat dibedakan dengan jenis lainnya.

Sumber : https://mydokterhewan.blogspot.com/2015/01/media-pertumbuhan-buatan-mikrobiologi.html

KIA agar
Sumber : https://mydokterhewan.blogspot.com/2015/01/media-pertumbuhan-buatan-mikrobiologi.html

TSI Agar

3. Media selektif adalah media yang memungkinkan suatu jenis mikroba tumbuh dengan
pesat, sementara jenis mikroba yang lain terhambat. Contohnya: Media Salmonella
Shigella Agar (SSA), Thiosulphate Citrate Bile Salt (TCBS), dsb. Dan media selektif,
merupakan media yang ditambahkan bahan-bahan tertentu yang akan menghambat
pertumbuhan mikroba yang tidak diinginkan yang ada dalam suatu spesimen. Inhibitor
yang digunakan berupa antibiotik, garamk dan bahan-bahan kimia lainnya.

Sumber : https://mydokterhewan.blogspot.com/2015/01/media-pertumbuhan-buatan-mikrobiologi.html

TCBS agar
Sumber : https://mydokterhewan.blogspot.com/2015/01/media-pertumbuhan-buatan-mikrobiologi.html

SSA Agar

Sumber : https://mydokterhewan.blogspot.com/2015/01/media-pertumbuhan-buatan-mikrobiologi.html

CLED agar

4. Media diperkaya (enrichment) adalah media yang dirancang untuk mendukung


pertumbuhan mikroorganisme. Media tersebut memiliki konstituen nutrisi yang
mendorong pertumbuhan mikroba tertentu. Contohnya: kaldu selenit, atau kaldu
tetrationat untuk memisahkan bakteri Salmonella thyposa dari tinja. DanMedia diperkaya
(enrichment media), media yang ditambahkan bahan-bahan tertentu untuk menstimulasi
pertumbuhan mikroba yang diinginkan. Hal ini dilakukan untuk menstimulasi
pertumbuhan mikroba yang jumlahnya sedikit dalam suatu campuran berbagai mikroba
contoh Chocolate media dan Yeast-Extract-poptasium Nitrat Agar.
5. Media pengkayaan adalah media ini umumnya mengandung bahan-bahan tertentu yang di
satu pihak dapat menghambat pertumbuhan bakteri tertentu,tetapi di lain pihak
sebaliknya dapat menunjang pertumbuhan bakteri tertentu lainnya.misalnya media
muller-kauffman mengandung natrium tetrationat yang menunjang pertumbuhan
salmonella tetapi menghambat pertumbuhan Escherichia.

Sumber : https://mydokterhewan.blogspot.com/2015/01/media-pertumbuhan-buatan-mikrobiologi.html

NaCl Broth

Sumber : https://mydokterhewan.blogspot.com/2015/01/media-pertumbuhan-buatan-mikrobiologi.html

Selenite broth
Contoh Prosedur Pembuatan Media :

Nutrient Agar (NA)

1. Menyiapkan alat dan bahan.


2. Memotong kecil-kecil dan mencuci daging sapi dengan bersih.
3. Menimbang daging sapi sebanyak 100 gram, agar-agar 10 gram dan gula 10 gram.
4. Merebus daging dengan aquades sebanyak 500 ml hingga mendidih lalu Menyaring
dan mengambil ekstraknya.
5. Mencampur ekstrak daging dengan gula dan agar-agar sambil memanaskan kembali
agar zat tersebut larut sempurna dan campuran menjadi homogen.
6. Memasukkan ke dalam erlenmeyer dan menyumbat dengan kapas, menutup mulut
erlenmeyer dengan kertas aluminium foil dan plastik tahan panas.
7. Mensterilkan medium dalam autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit.
8. Mendinginkan medium dan menyimpan di dalam kulkas.

Sumber : https://mydokterhewan.blogspot.com/2015/01/media-pertumbuhan-buatan-mikrobiologi.html
Gambar media nutrient agar yang telah ditumbuhi mikroorganisme.

Kelebihan dan Kekurangan Metode

Kelebihan Kekurangan
Bahan yang didapatkan untuk identifikasi Diperlukan ketelitian yang lebih karena metode
metode ini relatif mudah didapatkan dan ini mudah terkontaminasi.
murah. Harus dilihat lagi dengan mikroskop untuk
Dapat mengetahi jenis mikrooganisme menentukan jenis mikroorganisme apa yang
secara lebih spesifik dengan menggunakan tumbuh pada suatu media.
media selektif. Proses metode ini lumayan lama karena harus
Dapat mengamati pertumbuhan menunggu mikroorganisme tumbuh terlebih
mikroorganisme besera koloni yang timbul. dahulu di suatu media.

3. Identifikasi Mikroba dengan Uji Biokimia


Uji biokimia bakteri  merupakan suatu cara atau perlakuan yang dilakukan untuk
mengidentifikasi suatu jenis bakteri hasil isolasi melalui sifat-sifat fisiologinya. Proses
biokimia erat kaitannya dengan metabolisme sel, yakni selama reaksi kimiawi yang
dilakukan oleh sel yang menghasilkan energi maupun yang menggunakanenergi untuk
sintesis komponen-komponen sel dan untuk kegiatan selular,seperti pergerakan. Suatu
bakteri tidak dapat dideterminasi hanya berdasarkan sifat-sifat morfologinya saja,
sehingga perlu diteliti sifat-sifat biokimia dan faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhannya. Ciri fisiologi ataupun biokimia merupakan kriteria yang amat penting
di dalam identifikasi spesimen bakteri yang tidak dikenal karena secara morfologis
biakan ataupun sel bakteri yang berbeda dapat tampak serupa, tanpa hasil pegamatan
fisiologis yang memadai mengenai kandungan organik yang diperiksa maka penentuan
spesiesnya tidak mungkin dilakukan. (Cowan, 2004).

Jenis Identifikasi Mikroba dengan Uji Biokimia

1. Fermentasi Karbohidrat
Fermentasi merupakan proses oksidasi biologi dalam keadaan anaerob dimana yang bertindak
sebagai substrat adalah karbohidrat. Dimana hasil dari fermentase ini berbeda-beda bergantung
pada jenis bakterinya misalnya saja asam laktat, asam cuka, CO2 dan asam tertentu lainnya.
Berikut ini beberapa jenis bakteri yang mampu melakukan fermentasi terhadap karbohidrat serta
hasil fermentasinya, adalah :

a. Fermentasi asam laktat : bakteri asam laktat (Streptococcus,Lactobacillus)

b. Fermentasi alkohol : Zygomonas, Saccharomycetes

c. Fermentasi asam propionate : bakteri asam propionate (Propionibacterium)

d. Fermentasi 2,3-butanadiol : Enterobacter ,Serralia,Bacillus

e. Fermentasi asam campuran : bakteri enterik (Escherichia,Enterobacter ,Salmonella,Proteus)

f. Fermentasi asam butirat : Clostridium


Sumber:http://buntutdangdeur.blogspot.com/2015/06/laporan-praktikum-mikrobiologi-umum_28.html
Gambar contoh uji fermentasi karbohidrat untuk identifikasi mikroba.

Pada gambar diatas, tabung durham yang memiliki gelembung udara menandakan bahwa adanya
aktivitas bakteri sehingga bakteri tersebut dikatakan mampu melakukan fermentasi karbohidrat.

2. Uji MR danVP

Uji Metyl Red (MR) adalah uji biokimia yang digunakan untuk mengetahui kemampuan mikroba
membentuk asam dari hidrolisis glukosa. Bakteri dapat dibedakan berdasarkan produk akhir
yang dihasilkan ketika bakteri tersebut memfermentasi glukosa dalam medium MR. Beberapa
genus seperti Escherichia, memfermentasi glukosa menjadi asam format, asam asetat, dan asam
suksinat. Akumulasi dari asam yang dihasilkan dapat menurunkan pH menjadi 5 atau lebih
rendah.

Medium yang digunakan adalah medium MR yang memiliki kandungan glukosa dan beberapa
buffer seperti pepton dan dipotasium fosfat. Reagen yang digunakan yaitu reagen methyl red.
Jika medium berwarna merah setelah diteteskan reagen, berarti mikroba yang diuji menghasilkan
senyawa campuran asam. Reagen methyl red akan berwarna merah jika pH turun menjadi 5 atau
kurang. Jika medium berwarna kuning setelah diteteskan reagen, berarti mikroba yang diuji tidak
menghasilkan senyawa campuran asam. Reagen methyl red akan berwarna kuning jika pH lebih
basa.

Uji VP
Uji ini digunakan untuk mengidentifikasi mikroorganisme yang melaksanakan fermentasi 2,3-
butanadiol. Bila bakteri memfermentasi karbohidrat menjadi 2,3-butanadiol sebagai produk
utama, akan terjadi penumpukan bahan tersebut dalam media pertumbuhan. Penambahan 40%
KOH dan 5% larutan alphanaphtol dalam ethanol dapat menentukan adanya asetoin
(asetilmetilkarbonil), suatu senyawa pemuka dalam sintesis 2,3-butanadiol. Pada penambahan
KOH, adanya asetoin ditunjukan adanya perubahan warna kaldu menjadi merah muda.
Perubahan warna ini diperjelas dengan penambahan larutan alpha-naphtol. Senyawa acetoin
lebih mudah dideteksi dengan reagen Barrit (larutan alpha-nafthol dan larutan KOH). Kehadiran
reagen dan acetoin akan membentuk warna merah pekat. Terbentuknya warna merah pekat
menunjukkan uji VP positif, sedangkan tidak terbentuknya warna merah pekat menunjukkan uji
VP negatif. Perubahan warna kaldu biakan lebih jelas pada bagian yang berhubungan dengan
udara, karena sebagian 2,3-butanadiol dioksidasikan kembali menjadi asetoin sehingga
memperjelas hasil reaksi.

Sumber : http://ripanimusyaffalab.blogspot.com/2018/12/uji-mr-dan-vp-perbenihan-bakteri.html

Gambar hasil uji biokimia pada pengujin MR dan VP.


3. Uji Katalase

Uji katalase ini dilakukan untuk mengidentifikasi kelompok bakteri bentuk kokkus, dalam
membedakan Staphylococcus dan Streptococcus. Dimana kelompok streptococcus bersifat
katalase negative dan Staphylococcus bersifat katalase positif.Penentuan adanya katalase ini
terlihat dari pembentukan gelembung udara di sekitar koloni setelah ditambahkan larutan H2O2
3%. Hidrogen peroksida terbentuk sewaktu metabolisme aerob, sehingga mikroorganisme yang
tumbuh dalam lingkungan aerob dapat menguarikan zat toksik tersebut.

Sumber : https://www.referensibiologi.com/2019/03/uji-biokimia-bakteri-uji-katalase.html

Gambar hasil uji katalase pada identifikasi mikroba metode biokimia.

4. Uji pereaksi indol


Mikroorganisme menggunakan asam amino sebagai pemuka protein, komponen sel dan
kadang kala sebagai sumber energi. Asam amino ini dimodifikasikan dengan berbagai cara
sewaktu metabolisme. Dalam percobaan diperlihatkan berbagai cara mikroorganisme
memodifikasikan asam amino. Dimana modifikasi asam amino dapat digunakan untuk
pengidentifikasian untuk suatu jenis bakteri. Asam amino triptofan merupakan komponen asam
amino yang lazim terdapat pada protein, sehingga asam amino ini dengan mudah dapat
digunakan oleh mikroorganisme.Dimana asam amino triptofan apabila dihidrolisis oleh enzim
triptofamase akan menghasilkan indol dan asam pemuat.

Sumber : http://buntutdangdeur.blogspot.com/2015/06/laporan-praktikum-mikrobiologi-umum_28.html
Gambar uji pereaksi indol untuk identifikasi mikroba
5. Uji oksidasi fermentasi
Fermentasi dan oksidasi adalah dua proses penting dalam metabolisme mikroorganisme. Dimana
tujuan akhirnya adalah akumulasi energi, baik untuk aktivitas mikroorganisme maupun untuk
proses-proses biologis lain. Oksidasi umumnya dilakukan pada respirasi aerobic menghasilkan
CO2 dan H2O, sedangkan fermentasi menghasilkan etanol dan gas.Adapun uji ini dilakukan
untuk mengetahu kemampuan mikroorganisme untuk menggunakan karbohidrat dengan cara
fermentasi atau oksidasi.

Sumber : https://blueskypharmacy.wordpress.com/2015/05/11/uji-abi-uji-
oksidasi-fermentasi/

Gambar hasil uji oksidasi fermentasi untuk


identifikasi mikroba.

6. Uji motality
Motilitas adalah salah satu dari ciri mahluk hidup, begitu pula dengan mikroorganisme, namun
alat geraknya masih sederhana berupa flagella atau cilia. Bakteri melakukan motilitas dengan
menggunakan energi yang diperoleh dari ATP yang diuraikan oleh koenzim ATP-ase
membentuk fosfo anorganik. Beberapa protein kaya akan asam amino yang mengandung gugus
sulfur seperti sistein. Jika protein ini dihidrolisis oleh bakteri, asam amino akan dilepaskan.

Sumber : https://microbenotes.com/motility-test-principle-procedure-and-results/
Gambar hasil uji motalitas untuk identifikasi bakteri.

Kelebihan dan Kekurangan Metode

Kelebihan Kekurangan
Bahan yang didapatkan untuk identifikasi Diperlukan ketelitian yang lebih karena metode
metode ini relatif mudah didapatkan dan ini mudah terkontaminasi.
murah. Harus dilihat lagi dengan mikroskop untuk
Dapat mengetahi jenis mikrooganisme melihat struktur organel apa yang ada pada
secara lebih spesifik dengan menggunakan sampel mikroba.
uji biokimia yang tersedia. Diperlukan kehati-hatian dalam melakukan uji
Dapat mengamati dengan jelas perbedaan ini karena beberapa pengujian memerlukan zat
hasil reaksi yang dihasilkan suatu mikroba kimia yang berbahaya jika terpapar langsung
sehingga kita bisa simpulkan dengan mudah oleh tubuh.
perbedaannya.

PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas, kita dapat mengidentifikasi jenis mikroba dengan metode-
metode yang tersedia. Metode tersebut pastilah ada kelebihan dan kekurangannya masing-
masing. Oleh karena itu, kita harus melakukan identifikasi mikroorganisme ini dengan bijak
supaya dapat bermanfaat bagi kita semua.

Daftar Pustaka/ Sumber Bacaan


Tyas, D. E., WIdyorini, N., & Solichin, A. (2018). PERBEDAAN JUMLAH BAKTERI
DALAM SEDIMEN PADA KAWASAN BERMANGROVE DAN TIDAK
BERMANGROVE DI PERAIRAN DESA BEDONO, DEMAK. Journal of Management of
Aquatic Resources, 7(2), 191.

http://mikrobiologilaporan.blogspot.com/2014/04/identifikasi-mikroba.html
http://foryourmicrobionotes.blogspot.com/2017/05/normal-0-false-false-false-in-x-none-
x.html#:~:text=Identifikasi%20mikroba%20adalah%20suatu%20proses,memperlihatkan
%20bagian%2Dbagian%20sel%20mikroba.&text=Metode%20pewarnaan%20gram
%20adalah%20suatu,luas%20digunakan%20untuk%20identifikasi%20bakteri.

http://buntutdangdeur.blogspot.com/2015/06/laporan-praktikum-mikrobiologi-
umum_28.html

https://www.pasundanekspres.co/opini/biokimia-bakteri/

http://ripanimusyaffalab.blogspot.com/2018/12/uji-mr-dan-vp-perbenihan-bakteri.html

Anda mungkin juga menyukai