Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Absorpsi atau penyerapan zat aktif adalah masuknya molekul-molekul obat
kedalam tubuh atau menuju ke peredaran darah tubuh setelah melewati sawar biologik
(Aiache, et al., 1993). Absorpsi obat adalah peran yang terpenting untuk akhirnya
menentukan efektivitas obat (Joenoes, 2002). Agar suatu obat dapat mencapai tempat
kerja di jaringan atau organ, obat tersebut harus melewati berbagai membran sel.
Membran sel mempunyai pori yang bergaris tengah antara 3,5-4,2 Ǻ, merupakan saluran
berisi air dan dikelilingi oleh rantai samping molekul protein yang bersifat polar. Zat
terlarut dapat melewati pori ini secara difusi karena kekuatan tekanan darah (Siswandono
dan Soekardjo, 2000). Sebelum obat diabsorpsi, terlebih dahulu obat itu larut dalam
cairan biologis. Kelarutan serta cepat-lambatnya melarut menentukan banyaknya obat
terabsorpsi. Dalam hal pemberian obat per oral, cairan biologis utama adalah cairan
gastrointestinal, dari sini melalui membran biologis obat masuk ke peredaran sistemik.
Umumnya absorpsi obat pada saluran cerna terjadi secara difusi pasif sehingga
untuk dapat diabsorpsi, obat harus larut dalam cairan gastrointestinal. Absorpsi sistemik
suatu obat dari tempat ekstravaskular dipengaruhi oleh sifat-sifat anatomik dan fisiologik
tempat absorpsi, serta sifat-sifat fisikokimia obat tersebut. Obat-obat yang diabsorpsi oleh
difusi pasif, yang menunjukkan kelarutan dalam air rendah, cenderung memiliki laju
absorpsi oral lebih lambat daripada yang menunjukkan kelarutan dalam air yang tinggi.
Berdasarkan hal-hal tersebut, penulis tertarik membahas lebih lanjut mengenai
mekanisme absorpsi obat pada tubuh manusia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian absorbsi obat?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi absorpsi obat?
3. Apa saja faktor fisiologi biologi yang berpengaruh pada absorpsi gastrointestinal?
4. Bagaimana pengaruh faktor-faktor fisika kimia atas absorpsi GI?
5. Bagaimana proses terjadinya absorbsi obat?
6. Bagaimana mekanisme absorbsi obat?
7. Bagaimana efek- efek makanan atas absorpsi?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian absorbsi obat
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi absorpsi obat
3. Mengetahui faktor fisiologi biologi yang berpengaruh pada absorpsi gastrointestinal
4. Mengetahui pengaruh faktor-faktor fisika kimia atas absorpsi GI
5. Mengetahui proses terjadinya absorbsi obat
6. Mengetahui mekanisme absorbsi obat
7. Mengetahui efek- efek makanan atas absorpsi

1.4 Manfaat
Bagi mahasiswa
1. Dapat menambah wawasan mahasiswa tentang tata Mekanisme Absorbsi
2. Dapat menambah pengetahuan mahasiswa akan hal baru yang belum pernah diketahui
sebelumnya

Bagi pembaca
1. Dapat mengetahui pengertian absorbsi obat
2. Dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi absorpsi obat
3. Dapat mengetahui faktor fisiologi biologi yang berpengaruh pada absorpsi
gastrointestinal
4. Dapat mengetahui pengaruh faktor-faktor fisika kimia atas absorpsi gi
5. Dapat mengetahui proses terjadinya absorbsi obat
6. Dapat mengetahui mekanisme absorbsi obat
7. Dapat mengetahui efek- efek makanan atas absorpsi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Absorbsi Obat


Secara umum, absorpsi adalah proses penyerapan ke dalam organ tertentu.
secara khusus absorpsi adalah penyerapan zat yang memasuki tubuh melalui mata,
kulit, perut, usus, atau paru-paru. Absorbsi obat adalah pengambilan obat dari tempat
aplikasinya ke sirkulasi sitemik . Pengambilan obat dari permukaan tubuh (termasuk
juga mukosa saluran cerna) atau dari tempat-tempat tertentu dalam organ dalaman ke
sistem saluran cairan tubuh (pembuluh darah atau pembuluh limfe) untuk kemudian
didistribusikan ke seluruh bagian tubuh.

2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Absorpsi Obat


A. Biologis/ Hayati
1. Kecepatan pengosongan lambung
Obat yang diabsorpsi di usus akan meningkat proses absorpsinya jika
kecepatan pengosongan lambung besar dan sebaliknya.
Kecepatan pengosongan lambung besar → penurunan proses absorpsi obat-
obat yang bersifat asam.
Kecepatan pengosongan lambung kecil → peningkatan proses absorpsi obat-
obat yang bersifat basa.
2. Motilitas usus
Motilitas dapat diartikan pergerakan, dalam hal ini merupakan
pergerakan usus. Jika kecepatan motilitas usus ini besar maka akan
mengurangi absorpsi obat karena kontak antara obat dengan absorpsinya
adalah pendek. Motilitas usus ini besar contohnya adalah pada saat diare. Jika
terjadi motilitas usus yang besar (ex : diare), obat sulit diabsorpsi.
3. pH medium
Lambung : asam → untuk obat-obat yang bersifat asam
Usus : basa → untuk obat-obat yang bersifat basa.
4. Jumlah pembuluh darah setempat
Intra muskular dengan sub kutan. Intra muscular absorpsinya lebih cepat,
karena jumlah pembuluh darah di otot lebih banyak dari pada di kulit.
B. Hakiki/ Obat
Polaritas → koefisien partisi
Semakin non polar semakin mudah diabsorpsi
C. Makanan
Paracetamol terganggu absorpsinya dengan adanya makanan dalam lambung,
maka dapat diberikan 1 jam setelah makan.
D. Obat lain
Karbon aktif dapat menyerap obat lain.
E. Cara pemberian
Pada cara pemberian ini dibedakan menjadi dua, yaitu obat yang diberikan
secara enteral dan secara parental. Pada pemberian enteral ini contohnya seperti
pemberian secara oral, sublingual, dan secara perrektal. Sedangkan pada
pemberian parental contohnya seperti injeksi dan inhalasi. Pada pemberian secara
parental pastinya memberikan efek lebih cepat daripada pemberian secara enteral

2.3 Faktor Fisiologi Biologi Yang Berpengaruh Pada absorpsi Gastro Intestinal
A. PH di lumen gastro intestinal
Keasaman cairan gastro intestinal yang berbea-beda di lambung (pH 1-2)
duodenum (pH 4-6)→ sifat-sifat dan kecepatan berbeda dalam absorpsi suatu
obat.
Menurut teori umum absorpsi : obat-obat golongan asam lemah organic lebih
baik di absorpsi di dalam lambung dari pada di intestinum karena fraksi non ionic
dari zatnya yang larut dalam lipid lebih besar dari pada kalau berada di dalam
usus yang pHnya lebih tinggi.
- Absorpsi basa-basa lemah seperti antihistamin dan anti depressant lebih
berarti atau mudah di dalam usus halus karena lebih berada dalam bentuk
non ionic daripada bentuk ionik. Sebaliknya sifat asam cairan lambung
bertendensi melambatkan atau mencegah absorpsi obat bersifat basa
lemah.
- Penyakit dapat mempengaruhi pH cairan lambung.
- Lemak-lemak dan asam-asam lemak telah diketahui menghambat sekresi
Lambung
- Obat-obat anti spasmodic seperti atropine, dan anti histamine H2 bloker
seperti cimetidin dan ranitidin→ pengurangan sekresi asam lambung
B. Motilitas gastro intestinal dan waktu pengosongan lambung
Lama kediaman (residence time) obat di dalam lambung juga menentukan
absorpsi obat dari lambung masuk ke dalam darah. Faktor-faktor tertentu dapat
mempengaruhi pengosongan lambung akan dapat berpengaruh terhadap lama
kediaman obat di suatu segmen absorpsi. Pengosongan lambung diperlama oleh
lemak dan asam-asam lemak dan makanan,depresi mental, penyakit-penyakit
seperti gastro enteritis, tukak lambung (gastric ulcer) dll.
Pemakaian obat-obat juga dapat mempengaruhi absorpsi obat lainnya, baik
dengan cara mengurangi motilitas (misal obat-obat yang memblokir reseptor-
reeptor muskarinik) atau dengan cara meningkatkan motilitas (misalnya
metoklopropamid, suatu obat yang mempercepat pengosongan lambung).
C. Aliran darah (blood flow) dalam intestinal
Debit darah yang masuk ke dalam jaringan usus dapat berperan sebagai
kecepatan pembatas (rate limited) dalam absorpsi obat. Dalam absorpsi gastro
intestinal atau in vivo sebagai proses yang nyata untuk proses penetrasi zat
terlarut lewat barrier itu sendiri. Maka ditentukan oleh 2 langkah utama, Yaitu :
- Permeabilitas membrane GI terhadap obat, dan
- Perfusi atau kecepatan aliran darah didalam barrier GI membawa zat terdifus
ke hati.
Aliran darah normal disini ± 900ml/menit

2.4 Pengaruh Faktor-Faktor Fisika Kimia Atas Absorpsi GI


A. Antibiotik Penisilin
Penisilin oral bisa diformulasikan sebagai asam bebas yang bersifat sukar
larut, atau dalam bentuk garam yang mudah larut. Jika penisilin dalam bentuk
garam kalium diberikan, maka obat tersebut akan mengendap sbg asam bebas
setelah mencapai lambung, dimana pH nya rendah, membentuk suatu suspensi
dengan partikel-partikel halus dan diabsorpsi dengan cepat. Tetapi bila diberikan
dalam bentuk asam, maka penisilin bentuk asam ini sukar larut dalam lambung
dan absorpsinya jauh lebih lambat, sebab partikel-partikel yng terbentuk adalah
besar.
B. Antibiotik Tetrasiklin
Tetrasiklin mengikat ion-ion Ca dengan kuat, dan makanan yang kaya kalsium
(terutama susu) dapat mencegah absorpsi tetrasiklin
C. Pemberian Paraffin Cair
Sebagai pencahar akan menghambat absorpsi obat-obat yang bersifat lipofilik
seperti vitamin K.

2.5 Terjadinya Absorbsi Obat


a. Absorpsi obat melalui saluran cerna
Absorpsi obat melalui saluran cerna terutama tergantung pada :
• Ukuran partikel mol obat
• Kelarutan obat dlm lemak/air
• Derajat ionisasi
b. Absorpsi obat melalui mata
Obat diberi secara lokal ke mata. Sebagian diserap melalui membran
konjungtiva dan sebagian lagi melalui kornea. Kecep penetrasi tergantung pada
derajat ionisasi dan koefisien partisi obat. Bentuk tidak terionisasi dan mudah larut
dalam lemak cepat diserap oleh membran mata. Penetrasi obat bersifat asam lemah
lebih cepat dalam suasana asam. Penetrasi obat bersifat basa lebih cepat dalam
suasana basa.
c. Absorpsi obat melalui paru
Obat anestesi sistemik secara inhalasi. Diserap melalui epitel paru dan
membran mukosa saluran napas. Karena mempunyai luas permukaan besar, maka
absorpsi melalui buluh darah paru berjalan dengan cepat.
d. Absorpsi obat melalui kulit
Untuk memperoleh efek setempat (lokal). Sangat tergantung pada kelarutan
obat dalam lemak, karena epidermis kulit juga berfungsi sebagai membrane lemak
biologis. Dewasa ini sedang dikembangkan bentuk sediaan obat yang digunakan
melalui kulit dengan tujuan mendapatkan efek sistemik.
e. Media Pembawa Transport
Secara teoritis, obat-obat lipofilik dapat menembus sel atau melaluinya. Jika
suatu obat memiliki Bobot Molekul rendah dan lipofilik, membran lemak tidak dapat
menjadi sarana untuk proses difusi obat dan absorpsi. Di dalam usus, molekul yang
lebih kecil dari 500 MW dapat diabsorpsi oleh sistem absorpsi paraselular. Sejumlah
media pembawa spesifik sistem transport berada di dalam tubuh, terutama di dalam
usus untuk absorbsi ion dan pengambilan nutrisi oleh tubuh.

2.6 Mekanisme Absorbsi obat


A. Difusi Pasif
Merupakan proses dimana difusi molekul secara spontan dari daerah yang
berkonsentrasi tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kecepatan difusi dari suatu obat meliputi derajat kelarutan, koefisien
partisi (k), daerah permukaan dan ketebalan suatu membrane hipotetical (h).
Untuk obat-obat yang dapat menyebar seperti obat non elektrolit atau obat-
obat yang mengalami ionisasi, konsentrasi obat pada salah satu sisi membrane adalah
sama seimbang. Untuk obat-obatan elektrolit, konsentrasi total obat pada kedua sisi
membrane tidak sama seimbang, jika pH dari media tersebut berbeda-beda.
B. Transfer konvectif
Transpor konvektif sering disebut juga sebagai filtrasi, transport paraseluler,
atau transport pori. Transpor konvektif adalah mekanisme absorpsi lintas membrane
melalui pori-pori di sekitar membrane secara pasif. Dikatakan secara pasif
dikarenakan obat terbawa oleh cairan yang disebabkan karena tekanan hidrostatik
atau perubahan osmosis. Cairan yang menyebabkan gaya alir terjadinya transport
konvektif disebut pelarut obat.
Sebagian besar membrane (membrane seluler epitel usus halus dan lain-lain)
memiliki ukuran pori-pori yang kecil (4-7 nanometer). Mekanisme absorpsi secara
transport konvektif penting untuk absorpsi obat yang berat molekulnya rendah dan
ukuran molekulnya kecil (lebih kecil dari diameter pori).
Rute absorpsi transport konvektif penting untuk transpor ion seperti kalsium
dan untuk transport gula, asam amino dan peptide pada konsentrasi di atas kapasitas
pembawanya. Obat kecil yang bermuatan hidrofilik yang tidak didistribusi ke
dalam membrane sel menembus epitelium gastrointestinal melalui jalur ini. Berat
molekul untuk dapat melalui rute ini yaitu lebih kecil dari 150 Dalton untuk
senyawa yang bulat atau lebih kecil dari 400 Dalton jika molekulnya terdiri atas
rantai panjang.
C. Transpor aktif
Transpor aktif adalah proses transportasi obat dengan bantuan pembawa,
dimana proses ini sangat penting pada proses absorpsi di gastrointestinal dan sekresi
ginjal dari beberapa obat dan metabolisme. Beberapa obat yang tidak larut dalam
lemak yang menyerupai metabolit fisiologis alami (seperti 5-fluorourasil) dapat
diabsorpsi dari saluran pencernaan melalui proses ini.
Karakteristik transport aktif adalah transportasi obat yang melawan suatu
gradien konsentrasi, dari konsentrasi obat yang rendah menuju konsentrasi yang
tinggi. Oleh karena itu, sistem ini memerlukan suatu asupan energi. Selanjutnya
transport aktif ini merupakan proses yang spesifik untuk menghasilkan suatu
pembawa yang berikatan dengan obat untuk membentuk kompleks obat – pembawa
yang membawa obat dari satu sisi membran menembus sisi lainnya, untuk
kemudian terdisosiasi.
Molekul pembawa memiliki selektifitas yang tinggi terhadap molekul obat.
Jika struktur obat menyerupai substrat alami yang ditransportasi secara aktif, maka
akan mengalami transportasi dengan mekanisme pembawa yang sama. Obat-obat
dengan struktur yang sama, dapat berkompetisi pada sisi adsorpsi pada pembawa.
Obat-obat dengan struktur yang sama, dapat berkompetisi pada sisi adsorpsi
suatu pembawa. Karena hanya satu bagian dari pembawa yang tersedia, seluruh sisi
ikatan pada pembawa dapat menjadi jenuh jika konsentrasi obat sangat tinggi.
Contoh transpor aktif :
1. Sekresi H+ dari lambung.
2. Pelepasan Na+ dr sel saraf & otot.
3. Penyerapan kembali glukosa dlm tubulus renalis.
4. Transpor aktif K+ & Na+ dari sel darah merah.
5. Transpor aktif obat : penisilin ke tubulus renalis.
D. Transport Fasilitatif
Transport fasilitatif disebut juga difusi dipermudah. Pada dasarnya sama
dengan transport aktif, perbedaannya tidak melawan gradient konsentrasi. Difusi
dengan pertolongan carrier akan tetapi tidak membutuhkan energi luar dan berjalan
sesuai engan gradient konsentrasi. Contoh klasik vitamin B12, dimana vitamin B12
membentuk kompleks dengan factor intrinsik yang di produksi lambung, kemudian
bergabung dengan carrier membran. Perpindahan obat berhubungan dengan suatu
gradien konsentrasi (dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah). Oleh karena
itu, sistem ini tidak memerlukan energi. Akan tetapi sistem dapat menjadi jenuh
dan selektif terhadap struktur obat serta menunjukkan kompetisi kinetik untuk obat
– obat dengan struktur yang sama. Dalam penyerapan obat, difusi terfasilitasi
memegang peranan yang sangat kecil.
E. Ion-Pair ( Tranfer Pasangan Ion)
Obat-obat yang bersifat elektrolit kuat, dapat terionisasi dengan cepat.
Contoh : Senyawa Nitrogen Kuartener (dengan rentang pKa tinggi dan kecilnya
penyerapan membran). Ketika obat yang telah mengalami ionisasi lalu
berhubungan dengan muatan ion yang berlawanan,maka sepasang ion akan
terbentuk (bermuatan netral). Kompleks ini lebih cepat berdifusi melewati
membran.
Contoh : Propanolol – Asam Oleat
Kinin – Heksilsalisilat
F. Pinositosis
Suatu proses yang memungkinkan pelaluan molekul-molekul besar melewati
membrane, dikarenakan kemampuan membrane membalut mereka dengan
membentuk sejenis vesicula (badan dibalut) yang menembus membran.
Suatu obat mungkin di absorpsi lebih dari satu mekanisme, seperti :
 Vitamin B12 : transport fasilitatif + difusi pasif
 Glikosida Jantung : transport aktif dan sebagian difusi pasif
 Molekul kecil : difusi pasif dan transport konvektif.

Absorpsi tergantung juga pada tersedianya mekanisme transport di tempat kontak


obat. Bermacam-macam mekanisme transport tersedia di organ-organ dan
jaringan-jaringan:
a) Dalam rongga mulut : difusi pasif + transport konvektif.
b) Dalam lambung : difusi pasif + transport konvektif dan mungkin transport
aktif
c) Dalam usus kecil : Difusi pasif + transport konvektif + transport aktif +
transport fasilitatif + ion pair + pinositosis.
d) Dalam usus besar dan rectum : difusi pasif + transport konvectif + pinositosis
e) Pada kulit : difusi pasif + transport konvektif.

2.7 Efek- Efek Makanan Atas Absorpsi


Secara umum absorpsi obat berhasil dalam kondisi lambung kosong.
 Kadang-kadang tak bisa diberikan dalam kondisi demikian karena obat dapat
mengiritasi lambung. contoh : Asetosal ( dapat menyebabkan iritasi karena bersifat
asam).
 Kecepatan absorpsi kebanyakan obat akan berkurang bila diberikan bersama
makanan. Contoh : Digoksin, Paracetamol, Phenobarbital (obat sukar larut).
 Pemakaian antibiotika setelah makan seringkali → penurunan bioavailabilitasnya
maka harus diberikan sebelum makan. Contoh : Tetraciklin, Penisilin, Rifampisin,
Erytromycin strearat
 Absorpsi griseofulvin meningkat bila makanan mengandung lemak
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mekanisme kerja obat setelah melalui proses absorpsi, distribusi, dan metabolism
obat akan dikeluarkan dari tubuh. Fase ini dinamakan fase ekskresi, ekskresi dapat
melalui ginjal, urin, feses, keringat, dan lain-lain. Ginjal adalah ekskresi paling serinng
terjadi.
Dalam memberikan dosis obat harus sesuai dengan kondisi dan usia pasien. Dengan
menggunakan rumus yang telah ditetapkan untuk menentukan dosis yang tepat agar
pasien merasa puas atas tindakan keperawatan yang diberikan.
3.2 Saran
Dalam proses ekskresi juga dibutuhkan organ yang sehat agar semua berjalan
dengan lancar, dan menjaga kesehatan adalah hal yang utama. Dalam memberikan dosis
obat yang tepat dan juga akurat. Dibutuhkan kemampuan untuk mengetahui dan
menerapkan rumus perhitungan dosis.
DAFTAR PUSTAKA

Aslam, Mohamed. dkk. 2003. FARMASI KLINIS (CLINICAL PHARMACY) Menuju


Pengobatan Rasional dan Penghargaan Pilihan Pasien. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Kelompok Gramedia

Krismanita, Natasya. Mekanisme Absorbsi.


https://www.academia.edu/9189133/Mekanisme_Absorpsi (diakses tanggal 28 Agustus 2020)

Anang. 2018. Makalah Absorbsi Obat. http://annangdsz.blogspot.com/2018/04/makalah-


absorbsi-obat.html?m=1 (diakses tanggal 28 Agustus 2020)

Anda mungkin juga menyukai