RENCANA PERAWATAN
PERSALINAN: KALA I – FASE
AKTIF
Bila kontraksi meningkat sampai intensitas
sedang dalam fase aktif, dan saat servix
dilatasi dari 4-8 cm, klien menjadi lebih terlibat
dan berfokus pada proses persalian. Fase aktif
berakhir kira-kira 1-2 jam pada multipara dan
3-4 jam pada primipara. Janin turun pada jalan
lahir pada kira-kira 2 cm/jam pada multipara
dan 1 cm/jam pada pimipara
3
PENGKAJIAN DASAR :
1. Biodata
PENGKAJIAN DASAR :
5. Nyeri/ketidak nyamanan: kontraksi sedang,
terjadi tiap 2,5-5 ‘ dan lamanya 30-45 dtk
PENGKAJIAN DASAR :
8. Perdarahan dalam jumlah sedang < 500 cc
DIAGNOSIS KEPERAWATAN:
1. Nyeri akut b/d dilatasi servix ditandai
pengungkapan rasa nyeri, perilaku distraksi
(gelisah), tegangan otot
2. Perubahan eleminasi uri b/d perubahan masukan,
perpindahan cairan, kompresi mekanik kandung
kemih ditandai dengan perubahan jumlah/frekuensi
berkemih, retensi urine, dorongan berkemih,
perlambatan kemajuan persalinan
3. Ansietas resiko tinggi terhadap krisis situasi,
kebutuhan tidak terpenuhi
7
DIAGNOSA PERAWATAN
4. Koping individu tidak efektif resiko terhadap krisis
situasi, ketidak adekuatan sistem pendukung
PRIORITAS PERAWATAN:
1. Meningkatkan dan memudahkan kemajuan normal
persalinan
RENCANA TINDAKAN 1 :
Diagnosa 1:
• Nyeri akut b/d dilatasi servix ditandai
pengungkapan rasa nyeri, perilaku distraksi
(gelisah), tegangan otot
• Tujuan : pasien dapat mengidentifikasi/
menggunakan teknik untuk mengontrol nyeri/
ketidak nyamanan
Intervensi mandiri
Intervensi Kolaborasi:
1. Barikan analgesik secara Iv/Im sesuai resep
R/ rute IV disukai karena menjamin
pemberian analgesik lebih cepat dan
absorpsinya seimbang
Intervensi Kolaborasi:
RENCANA TINDAKAN 2 :
• Diagnosa 2:
• Perubahan eleminasi uri b/d perubahan masukan,
perpindahan cairan, kompresi mekanik kandung kemih
ditandai dengan perubahan jumlah/frekuensi berkemih,
retensi urine, dorongan berkemih, perlambatan
kemajuan persalinan
• Tujuan: mengosongkan kandung kemih
• Kriteria :
- kandung kemih kosong tiap 2 jam
- bebas dari cidera kandung kemih
18
Intervensi mandiri:
1. Palpasi diatas simphysis pubis
• R/ deteksi adanya urine dalam kandung kemih
dan derajat kepenuhan
• Intervensi Kolaborasi:
• Diagnose 3
• Ansietas resiko tinggi terhadap krisis
situasi, kebutuhan tidak terpenuhi
• Tujuan : Ansietas berkurang/ dapat
diatasi
• Kriteria: setelah 1jam
• tampak rileks dan/atau terkontrol
• melakukan sendiri teknik pernafasan
• mengikuti instruksi perawat
22
Intervensi mandiri
1. Kaji tingkat ansietas melalui isyarat
vebal/nonverbal
• R/ mengidentifikasi tingkat intervensi yang perlu.
Ansietas berlebihan meningkatkan persepsi nyeri
dan padat mempunyai dampak negatif terhadap
hasil persalinan
2. Berikan dukungan profesional intrapartal
kontinu. Informasikan klien bahwa ia tidak akan
ditinggalkan sendirian
• R/ rasa takut terhadap penolakan dapat makin
berat sesuai kemajuan persalinan ansietas dapat
meningkat jika dibiarkan tanpa perhatian
23
interrvensi kolaborasi:
• pemberian obat kombinasi narkotik dan
tranquilizer
• R/ menurunkan ansietas, dan membantu
klien memfokuskan pada teknik
pernafasan/ relaksasi
25
Diagnose 4
• Koping individu tidak efektif resiko terhadap
krisis situasi, ketidak adekuatan sistem
pendukung
• Tujuan :
• Klien dapat mengidentifilasi perilaku koping,
setelah 2 jam dirawat
• Klien terlibat dalam aktivitas untuk
meningkatkan kontrol
26
intervensi mandiri
1. Bantu klien untuk dapat mengukapkan
perasaannya
• R/ membantu perawat meningkatkan kesadaran
terhadap kebutuhan individu, dan membantu klien untuk
menerima masalah
2. Berikan penguatan terhadap mekanisme koping
positif dan bantu relaksasi
• R/ membantu klien dalam mempertahankan atau
meningkatkan kontrol, meningkatkan perasaan
kompensasi, dan membantu mengembangkan harga
diri. Stresor yang menyertai persalinan dapat
mengancam harga diri wanita
27
- Diagnose 5
• Cedera resiko tinggi terhadap maternal ( efek
obat-obatan, pelambatan motilitas gastrik)
• Kriteria:
• pasien mengikuti pengarahan untuk melindungi
janin/ diri sendiri
• Bebas dari cidera/ komplikasi dapat dicegah
29
• Intervensi mandiri:
1. Pantau aktifitas uterus secara
manual/elektronik, catat frekuensi, durasi,
dan intensitas kontraksi
• R/ uterus rentan terhadap kemungkinan
ruptur bila pola his hipertonik terjadi
secara spontan atau pada respon
pemberian oksitosin. Pelepasan
placenta dan hemorragi dapat juga
terjadi bila kontraksi menetap
30
- Diagnose 6
• Pertukaran gas, resiko tinggi terhadap janin
(perubahan suplai oksigen)
• Tujuan :
• DJJ dan variabilitas dalam batas normal
(DBN) tiap 30 menit
• Bebas dari efek-efek merugikan dari
hipoksia selama persalianan
34
Intervensi mandiri
1. Kaji ada faktor-faktor maternal atau kondisi yang
menurunkan sirkulasi uterplasental
• R/ situasi risiko tinggi yang secara negatif
mempengaruhi sirkulasi kemungkinan
dimanifestasikan pada deselerasi akhir dan
hypoksia janin
2. Pantau DJJ tiap 15-30 menit bila DBN, pantau
secara eketronik bila <120 dpm/>160 dpm
• R/ takhikardia atau bradikardia janin adalah
indikasi dari kemungkinan penurunan, yang
mungkin memerluakn intervensi
35
intervensi kolaborasi
• bila terjadi deselarasi lambat :
1. pindahkan kelingkungan perawatan akut
• R/ mebutuhkan intervensi khusus
2. Hentikan oksitosin bila sedang diberikan
• R/ kontraksi kuat yang disebabkan oleh
oksitosin dapat menghambat atau menurunkan
relaksasi uterus dan menurukan kadar oksigen
janin
39
intervensi kolaborasi
• bila terjadi deselarasi lambat :
3. Tempatkan klien pada posisi lateral kiri
• R/ meningkatkan perfusi placenta, yang dapat
memperbaiki masalah karena ketidak cukupan
uteroplacenta
4. Berika oksigen, tingkatkan kecepatan infus IV
• R/ meningkatkan ketersediaan oksigen dan
meningkatkan volume cairan sirkulasi dan
perfusi placenta
40
IMPLEMENTASI
• Implementasi adalah insiatif dari rencana
tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik.
• Tujuan dari pelaksanan adalah untuk
membantu klien dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan, yang mencakup
peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, pemulihan kesehatan dan
memfasilitasi koping (Nursalam, 2001).
41
2. Tahap II Intervensi
•Fokus tahap pelaksanaan tindakan perawatan adalah
kegiatan pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk
memenuhi kebutuhan fisik dan emosional.
Evaluasi
• Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk
melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosa
keperawatan, karena rencana tindakan dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Melalui
evaluasi memungkinkan perawat untuk
memonitor kealpaan yang terjadi selama tahap
pengkajian, analis, perencanaan, dan
pelaksanaan tindakan (Nursalam, 2001).
45
Evaluasi
Adapun kriteria evaluasi ada 2 macam,
yaitu kriteria proses dan kriteria hasil.
Kriteria proses mengevaluasi jalannya
proses sesuai dengan situasi, kondisi
dan kebutuhan pasien.
• Sedangkan kriteria hasil mengevaluasi
hasil keperawatan yang berupa ”SOAP”.
46