Anda di halaman 1dari 8

Pengertian

Persalinan Kala I adalah: permulaan kontraksi persalinan sejati yang ditandai oleh
perubahan serviks yang progresif dan diakhiri dengan pembukaan lengkap (10 cm). Hal ini
dikenal sebagai tahap pembukaan serviks. Lamanya kala I memanjang primigravid berlangsung
12 jam sedangkan multigravida sekiitar 8 jam . berdasarkan kurve friedmen, diperhitungkan
pembukaan primigravida 1 cm/ jam dan pembukaan multigravida 2cm/jam.

(Buku Kedokteran, EGC Ajar Asuhan Kebidanan. Helen Varney, 672)


Persalinan dengan kala I lama adalah persalinan yang fase latennya berlangsung lebih dari 8 jam dan
pada fase aktif laju pembukaannya tidak adekuat atau bervariasi; kurang dari 1 cm setiap jam selama
sekurang-kurangnya 2 jam setelah kemajuan persalinan; kurang dari 1,2 cm per jam pada primigravida
dan kurang dari 1,5 per jam pada multipara; lebih dari 12 jam sejak pembukaan 4 sampai pembukaan
lengkap (rata-rata 0,5 cm per jam). Insiden ini terjadi pada 5 persen persalinan dan pada primigravida
insidensinya dua kali lebih besar daripada multigravida (Simkin, 2005; Saifuddin, 2009)

Etiologi

Menurut Mochtar (2011), sebab-sebab nya yaitu:

Kelainan letak janin


Kelainan-kelainan panggul
Kelainan his
Janin besar atau ada kelainan kongenital
Primitua
Ketuban pecah dini

Tanda dan gejala, klasifikasi

Menurut Mochtar (2011) tanda dan gejala klinis kala I lama terjadi pada ibu dan juga pada janin
meliputi:

Pada ibu

Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat, pernapasan cepat dan
meteorismus. Di daerah lokal sering dijumpai edema vulva, edema serviks, cairan ketuban yang
berbau, terdapat mekonium.

Pada janin
1. Denyut jantung janin cepat/hebat/tidak teratur bahkan negatif; air ketuban terdapat
mekonium, kental kehijau-hijauan, berbau.
2. Kaput suksedaneum yang besar.
3. Moulage kepala yang hebat.
4. Kematian janin dalam kandungan.
5. Kematian janin intra partal.

Klasifikasi

Kala I lama diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:

Fase Laten Memanjang (Prolonged latent phase)

Adalah fase pembukaan serviks yang tidak melewati 3 cm setelah 8 jam inpartu (Saifuddin,2009)

Fase aktif memanjang (Prolonged Active Phase)

Adalah fase yang lebih panjang dari 12 jam dengan pembukaan serviks kurang dari 1,2 cm per
jam pada primigravida dan 6 jam rata-rata 2,5 jam dengan laju dilatasi serviks kurang dari 1,5
cm per jam pada multigravida (Oxorn, 2010)

PATOFISIOLOGI

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kala I lama meliputi kelainan letak janin seperti letak
sungsang, letak lintang, presentasi muka, dahi dan puncak kepala, Kelainan panggul seperti pelvis terlalu
kecil dan CPD (cephalopelvic disproportion), kelainan his seperti inersia uteri, incoordinate uteri action.
Kelainan-kelainan tersebut dapat mengakibatkan pembukaan serviks berjalan sangat lambat, akibatnya
kala I menjadi lama (Saifuddin, 2009).

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Oxorn (2010) mengatakan untuk menegakkan diagnosis diperlukan beberapa pemeriksaan


penunjang antara lain :

Pemeriksaan USG untuk mengetahui letak janin.


Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kadar haemoglobin guna mengidentifikasi
apakah pasien menderita anemia atau tidak.
Pemeriksaan sinar rontgen dilakukan jika diagnosis sulit ditegakkan karena terjadi
moulage yang cukup banyak dan caput succedanum yang besar, pemeriksaan sinar
rontgen dapat membantu menentukan posisi janin disamping menentukan bentuk dan
ukuran panggul.

PENATALAKSAAN

Menurut Saifuddin (2009), Simkin (2005) dan Oxorn (2010), penanganan umum pada ibu
bersalin dengan kala I lama yaitu:
Nilai keadaan umum, tanda-tanda vital dan tingkat hidrasinya.
Tentukan keadaan janin:

1. Periksa DJJ selama atau segera sesudah his, hitung frekuensinya minimal sekali dalam 30
menit selama fase aktif.
2. Jika terdapat gawat janin lakukan sectio caesarea kecuali jika syarat dipenuhi
lakukan ekstraksi vacum atau forceps.
3. Jika ketuban sudah pecah, air ketuban kehijau-hijauan atau bercampur darah pikirkan
kemungkinan gawat janin.
4. Jika tidak ada air ketuban yang mengalir setelah selaput ketuban pecah, pertimbangkan
adanya indikasi penurunan jumlah air ketuban yang dapat menyebabkan gawat janin.

Perbaiki keadaan umum dengan:

1. Beri dukungan semangat kepada pasien selama persalinan.


2. Pemberian intake cairan sedikitnya 2500 ml per hari. Dehidrasi ditandai adanya aseton
dalam urine harus dicegah.
3. Pengosongan kandung kemih dan usus harus
4. Pemberian sedatif agar ibu dapat istirahat dan rasa nyerinya diredakan dengan pemberian
analgetik (tramadol atau pethidine 25 mg). Semua preparat ini harus digunakan dengan
dosis dan waktu tepat sebab dalam jumlah yang berlebihan dapat mengganggu kontraksi
dan membahayakan bayinya.
5. Pemeriksaan rectum atau vaginal harus dikerjakan dengan frekuensi sekecil mungkin.
Pemeriksaan ini menyakiti pasien dan meningkatkan resiko infeksi. Setiap pemeriksaan
harus dilakukan dengan maksud yang jelas.
6. Apabila kontraksi tidak adekuat

Menganjurkan untuk mobilisasi dengan berjalan dan mengubah posisi dalam persalinan.
Rehidrasi melalui infus atau minum.
Merangsang puting susu.
Acupressure.
Mandi selama persalinan fase aktif.
Lakukan penilaian frekuensi dan lamanya kontraksi berdasarkan partograf.

Evaluasi ulang dengan pemeriksaan vaginal tiap 4 jam.

1. Apabila garis tindakan dilewati (memotong) lakukan sectio secarea.


2. Apabila ada kemajuan evaluasi setiap 2 jam.

Apabila tidak didapatkan tanda adanya CPD (Cephalopelvic disproportion)


atau

1. Berikan penanganan umum yang kemungkinan akan memperbaiki kontraksi dan


mempercepat kemajuan persalinan.
2. Apabila ketuban utuh maka pecahkan ketuban.
3. Apabila kecepatan pembukaan serviks pada waktu fase aktif kurang dari 1 cm per jam
lakukan penilaian kontraksi uterus.

Lakukan induksi dengan oksitosin drip 5 unit dalam 500 cc dekstrosa atau NaCl.
Konsultasi dokter jika persalinan tidak ada kemajuan.

MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA PENDUKUNG

DIAGNOSA KEPERAWATAN

DIAGNOSA
1. Koping individu rendah berhubungan dengan minimnya pengalaman dan atau support system.
2. Nyeri berhubungan dengan adanya kontraksi.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar tentang kehamilan dan persalinan.
4. Resiko cedera janin berhubungan dengan hiperkapnea, hipoksia, dan/ peningkatan afterload.

INTERVENSI / RENCANA

NO Dx. TUJUAN INTERVENSI


KEPERAWATAN

1 Dx 1 Setelah dilakukan asuhan Berikan kesempatan pada ibu untuk


keperawatan koping menceritakan/mengungkapkan
Koping rendah individu dapat teratasi perasaan.
individu dengan criteria hasil : Catat perilaku menarik diri
berhubungan Beri dukungan positif pada ibu dan
dengan minimnya Ibu tampak siap dan tenang keluarga.
pengalaman dan/ Ibu mengatakan secara Memfasislitasi ibu untuk berdiskusi
support sistem verbal bahwa ia sudah siap bila ada hal yang dipandang perlu
dan memahami semua Untuk di diskusikan
Kolaborasi dengan keluarga (suami)
dalam perawatan
2 Dx 2 Setelah dilakukan askep Kaji ketidaknyamanan, perhatikan
3x24 jam nyeri klien pengaruh budaya dan respon
Nyeri berhubungan berkurang dengan criteria Bantu teknik relaksasi dan massase
dengan kontaraksi hasil: Hitung waktu, frekuensi kontraksi
fdalam 30 menit
Ibu dapat menggunakan Observasi TD dan nadi tiap 1-2jam
teknik dalam mengontrol
nyeri
Ibu tampak rileks diantara
kontraksi
Ibu terhindar dari
analgesik/ anastesia efek
3 Dx 3 Setelah dilakukan askep Beri dukungan professional infartu
1x24 jam pengetahuan continue sesuai dengan indikasi
Kurang klien bertambah dengan Berikan pendidikan kesehatan tentang
pengetahuan criteria hasil: prosedur proses persalinan
berhubungan Ciptakan lingkungan yang nyaman,
dengan kurang Ibu mampu menjelaskan tentukan waktu yang tepat sebelum
terpapar informasi apa yang dimaksud dengan memberikan penkes
kala 1 Kaji derajat/ tingkat pengetahuan ibu
Ibu mengatakan secara
verbal bila ia telah
mengerti tentang proses
persalinan

4 Dx 4 Setelah dilakukan askep 3x24 Lakukan maneuver Leopold, djj,
jam diharapkan resiko cedera posisikan
Resiko cedera janin janin dapat teratasi dengan Anjurkan ibu untuk miring ke kiri
berhubungan dengan criteria hasil: Kolaborasi pemberian anti
hiperkapnea, hipertensi
hipoksia, dan/ Djj normal, ttv normal
peningkatan Tidak ada perubahan periodic
afterload. yang tidak menyenang kan
dalam respon terhadap
kontraksi uterus

TAMBAHAN

ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH

1 DS: Koping individu


- Ibu mengatakan ini merupakan Lingkungan rendah
kehamilan yang pertama inadekuat,pengalaman
- G1 P0 A0 sebelumnya, dan support
system yang menurun
DO:
- Ibu tampak lebih banyak berdiam diri
- Ibu lebih sering menyendiri
- Tampak tidak ada pendampingan
Mengidentifikasi
masalah
Ibu lebih banyak
berdiam diri, menyendiri

Tidak ada penyelesaian

Koping individu
rendah

2 DS: Nyeri
- Ibu mengatakan nyeri sesekali skala 4 Kontraksi uterus
dari (0-10)
- Ibu mengatakan nyeri seperti mules
ingin BAB

DO: Saraf spinal T xi dan


- His tiap 30 menit dalam 10 menit, 2x10 T vii
menit selama 30 menit

Kontak serebri

Nyeri perut bagian


bawah, menyebar ke
punggung dan paha ibu

Nyeri

3 DS: Minimnya informasi Kurang pengetahuan


- Ibu mengatakan tidak pernah tentang kehamilan dan
mengikuti kelas ANC persalinan
- Ibu mengkhawatirkan kesehatan diri
dan janinnya

DO: Ibu menjadi khawatir


- Ibu tampak bingung pada kesehatan janin dan
Ibu tidak bias menjawab seputar dirinya
kehamilannya/ prosedur pemeriksaan
fisik

Ibu tampak bingung

Kurang pengetahuan

4 DS: Afterload meningkat Resiko cedera janin


-
DO:
- Ibu menderita hipertensi kehamilan
- Td : 140/100
O2 ke jaringan atau
plasenta menurun /
berkurang

Hiperventilasi

Resiko cedera janin

Manuaba. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan.
EGC. Jakarta. 1998

Universitas Padjadjaranm 1998. Obstetri Fisiologi Bandung.


Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kandungan Edisi Kedua. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Jakarta. 2002

Fitramaya, Perawatan Ibu Bersalin, Jakarta.

Helen Varney, Buku Kedokteran Ajar Asuhan Kebidanan, Jakarta, EGC

Anda mungkin juga menyukai