Persalinan Kala I adalah: permulaan kontraksi persalinan sejati yang ditandai oleh
perubahan serviks yang progresif dan diakhiri dengan pembukaan lengkap (10 cm). Hal ini
dikenal sebagai tahap pembukaan serviks. Lamanya kala I memanjang primigravid berlangsung
12 jam sedangkan multigravida sekiitar 8 jam . berdasarkan kurve friedmen, diperhitungkan
pembukaan primigravida 1 cm/ jam dan pembukaan multigravida 2cm/jam.
Etiologi
Menurut Mochtar (2011) tanda dan gejala klinis kala I lama terjadi pada ibu dan juga pada janin
meliputi:
Pada ibu
Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat, pernapasan cepat dan
meteorismus. Di daerah lokal sering dijumpai edema vulva, edema serviks, cairan ketuban yang
berbau, terdapat mekonium.
Pada janin
1. Denyut jantung janin cepat/hebat/tidak teratur bahkan negatif; air ketuban terdapat
mekonium, kental kehijau-hijauan, berbau.
2. Kaput suksedaneum yang besar.
3. Moulage kepala yang hebat.
4. Kematian janin dalam kandungan.
5. Kematian janin intra partal.
Klasifikasi
Adalah fase pembukaan serviks yang tidak melewati 3 cm setelah 8 jam inpartu (Saifuddin,2009)
Adalah fase yang lebih panjang dari 12 jam dengan pembukaan serviks kurang dari 1,2 cm per
jam pada primigravida dan 6 jam rata-rata 2,5 jam dengan laju dilatasi serviks kurang dari 1,5
cm per jam pada multigravida (Oxorn, 2010)
PATOFISIOLOGI
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kala I lama meliputi kelainan letak janin seperti letak
sungsang, letak lintang, presentasi muka, dahi dan puncak kepala, Kelainan panggul seperti pelvis terlalu
kecil dan CPD (cephalopelvic disproportion), kelainan his seperti inersia uteri, incoordinate uteri action.
Kelainan-kelainan tersebut dapat mengakibatkan pembukaan serviks berjalan sangat lambat, akibatnya
kala I menjadi lama (Saifuddin, 2009).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PENATALAKSAAN
Menurut Saifuddin (2009), Simkin (2005) dan Oxorn (2010), penanganan umum pada ibu
bersalin dengan kala I lama yaitu:
Nilai keadaan umum, tanda-tanda vital dan tingkat hidrasinya.
Tentukan keadaan janin:
1. Periksa DJJ selama atau segera sesudah his, hitung frekuensinya minimal sekali dalam 30
menit selama fase aktif.
2. Jika terdapat gawat janin lakukan sectio caesarea kecuali jika syarat dipenuhi
lakukan ekstraksi vacum atau forceps.
3. Jika ketuban sudah pecah, air ketuban kehijau-hijauan atau bercampur darah pikirkan
kemungkinan gawat janin.
4. Jika tidak ada air ketuban yang mengalir setelah selaput ketuban pecah, pertimbangkan
adanya indikasi penurunan jumlah air ketuban yang dapat menyebabkan gawat janin.
Menganjurkan untuk mobilisasi dengan berjalan dan mengubah posisi dalam persalinan.
Rehidrasi melalui infus atau minum.
Merangsang puting susu.
Acupressure.
Mandi selama persalinan fase aktif.
Lakukan penilaian frekuensi dan lamanya kontraksi berdasarkan partograf.
Lakukan induksi dengan oksitosin drip 5 unit dalam 500 cc dekstrosa atau NaCl.
Konsultasi dokter jika persalinan tidak ada kemajuan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
DIAGNOSA
1. Koping individu rendah berhubungan dengan minimnya pengalaman dan atau support system.
2. Nyeri berhubungan dengan adanya kontraksi.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar tentang kehamilan dan persalinan.
4. Resiko cedera janin berhubungan dengan hiperkapnea, hipoksia, dan/ peningkatan afterload.
INTERVENSI / RENCANA
TAMBAHAN
ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
Koping individu
rendah
2 DS: Nyeri
- Ibu mengatakan nyeri sesekali skala 4 Kontraksi uterus
dari (0-10)
- Ibu mengatakan nyeri seperti mules
ingin BAB
Kontak serebri
Nyeri
Kurang pengetahuan
Hiperventilasi
Manuaba. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan.
EGC. Jakarta. 1998