Anda di halaman 1dari 103

TATALAKSANA KEGAWAT

DARURATAN PADA
KEHAMILAN,
PERSALINAN, DAN NIFAS

dr. Oktrivianus Sanjaya, Sp.OG


*Fasilitator Percepatan Penurunan AKI & AKB
*OJT Dokter, Bidan, Perawat FKTP
*3-5 Juli 2023

RSUD Kepahiang
Tujuan Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan tatalaksana
kehamilan, persalinan, dan nifas

Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti pelatihan ini peserta mampu:
1) Melakukan tata laksana kegawatdaruratan dasar pada kehamilan,
persalinan dan nifas
2) Menjelaskan tata laksana pada kehamilan, persalinan, dan nifas
dengan penyulit obstetri
3) Melakukan tata laksana kasus kegawatdaruratan tersering pada
kehamilan, persalinan, dan nifas
4) Rujukan kasus kegawatdaruratan kehamilan, persalinan, dan nifas
URAIAN MATERI

1. TATA LAKSANA
KEGAWATDARURATAN DASAR
PADA KEHAMILAN, PERSALINAN,
DAN NIFAS
A. Henti Nafas dan Jantung
Tatalaksana umum
1. Panggil bantuan tim respon awal emergensi
2. Lakukan penilaian awal cepat kondisi keadaan umum,
hemodinamik dan keadaan yang mendukung kepada
penegakan diagnosis
3. Lakukan langkah-langkah penatalaksanaan sesuai
dengan algoritme
4. Berikan informasi yang jelas kepada keluarga situasi
yang sedang terjadi serta upaya yang sedang dilakukan
oleh tim
Tatalaksana khusus
Resusitasi Jantung Paru
(RJP) :
30x kompresi
2x bantuan nafas

Menilai pernapasan Chest trust


Metode RJP pada ibu hamil :

1. Cek kesadaran ibu


2. Panggil bantuan
3. Bebaskan jalan napas
(head tilt – chin lift)
Menilai nadi

Memberi bantuan napas


Menilai pernapasan

Chest trust
4. Cek nadi  Ada/Tidak

5. Bila nadi tidak teraba  RJP

6. Tekan/kompresi dada di pertengahan

sternum. Kompresi dada 30 x, kecepatan


100-120 x/menit (cepat & mantap,
kedalaman 5 cm)
7. Kompresi sebanyak 30 : 2

8. Ventilasi 2x → Gunakan

Balon-Sungkup/mulut ke mulut dengan


alas (Tiap ventilasi diberikan dlm waktu 1
detik – Harus terlihat pengembangan dada)
9. Pasang kanul IV No. 16 atau 18

→ cairan sesuai kondisi ibu


10. Pada Ibu usia kehamilan >20 minggu :

Miringkan ibu ke sisi kiri 15-30O, bila tidak


mungkin dorong uterus ke sisi kiri
(Cardiff Wedge)
ALOGARITMA RESUSITASI JANTUNG PARU PADA IBU HAMIL, BERSALIN DAN NIFAS
B. Syok
Curigai atau antisipasi kejadian syok jika terdapat kondisi
berikut ini:
1. Perdarahan pada kehamilan muda
2. Perdarahan pada kehamilan lanjut atau pada saat
persalinan
3. Perdarahan pascasalin
4. Infeksi berat (seperti pada abortus septik, korioamnionitis,
metritis)
5. Kejadian trauma
6. Gagal jantung
Tatalaksana Syok
Umum :
1. Carilah bantuan tenaga kesehatan lain.
2. Pastikan jalan napas bebas dan berikan oksigen.
3. Miringkan ibu ke kiri.
4. Hangatkan ibu.
5. Pasang infus intravena (2 jalur bila mungkin) dengan
menggunakan jarum terbesar (no. 16 atau 18 atau ukuran
terbesar yang tersedia).
6. Berikan cairan kristaloid (NaCl 0,9% atau Ringer Laktat)
sebanyak 1 liter dengan cepat (15-20 menit).
7. Pasang kateter urin (kateter Folley) untuk memantau jumlah
urin yang keluar.
8. Lanjutkan pemberian cairan sampai 2 liter dalam 1 jam
pertama, atau hingga 3 liter dalam 2-3 jam (pantau
kondisi ibu dan tanda vital).
9. Cari penyebab syok dengan anamnesis dan
pemeriksaan fisik yang lebih lengkap secara simultan,
kemudian beri tatalaksana yang tepat sesuai penyebab.
10. Pantau tanda vital dan kondisi ibu setiap 15 menit.

11. Bila ibu sesak dan pipi membengkak, turunkan


kecepatan infus menjadi 0,5 ml/menit (8-10 tetes/menit),
pantau keseimbangan cairan
Khusus (berdasarkan penyebab syok)
1. Hemoragik :
• Atasi sumber perdarahan
• Transfusi bila Hb < 7g/dl atau bila klinis menunjukkan
anemia berat atau gangguan hemodinamik.
2. Septik :
• Ambil sampel darah, urin, dan pus/nanah untuk kultur
mikroba
• Berikan kombinasi antibiotika kepada ibu dan
lanjutkan sampai ibu tidak demam selama 48 jam:
 Ampisilin 2 g IV setiap 6 jam, DITAMBAH
 Gentamisin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam,
DITAMBAH
 Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam
3. Anafilaktik :
• Hentikan kontak dengan alergen yang dicurigai.
• Resusitasi cairan yang agresif
• Epinefrin/adrenalin 1:1000 (1 mg/ml) 0,2-0,5 ml IM
atau subkutan.
• Antihistamin (difenhidramin 25-50 mg IM atau IV),
penghambat reseptor H2 (ranitidin 1 mg/kgBB IV) dan
kortikosteroid (metilprednisolon 1-2 mg/kgBB/hari,
diberikan tiap 6 jam
C. KEJANG
C1. Eklampsia – dibahas pada bab berikutnya
C2. Epilepsi

• Gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya gejala-gejala yang datang dalam

serangan-serangan, berulang.
• Kejang muncul tidak dipengaruhi kehamilan.

Tatalaksana :

1. Panggil bantuan tim respon awal


4. Jika ibu kejang,  10 mg
emergensi
diazepam IV pelan selama
2. Nilai KU, hemodinamik, dan
2 menit, bisa diulang
penegakan diagnosis
sesudah 10 menit
3. Obat dosis terendah dan HINDARI
5. Segera rujuk ibu ke rumah
penggunaan obat pada
sakit
kehamilan muda  kelainan
bawaan (asam valproat).
D. Sesak Napas
D1. Asma Akut

Penyakit sistem respirasi yang ditandai dengan episode sesak dan mengi
berulang

Diagnosis:
 Sesak/sulit bernapas
 Mengi (wheezing)
 Batuk berdahak
 Ronkhi
Pada persalinan
Asma dapat memburuk selama persalinan sehingga persalinan harus dilakukan di rumah
sakit.
Penanganan asma akut saat persalinan sama dengan saat kehamilan.
Persalinan per vaginam disarankan kecuali jika terdapat indikasi obstetri untuk seksio
sesarea.
JANGAN beri prostaglandin, untuk mencegah perdarahan pasca salin manajemen aktif kala
3 dan ergometrin 0,2 mg IM jika dianggap perlu
D2. Edema Paru Akut
Terkumpulnya cairan di ruang interstisial paru dan alveoli, yang
mencegah terjadinya difusi baik oksigen maupun karbondioksida

Tatalaksana
• Posisikan ibu dalam posisi tegak

• Berikan oksigen dengan sungkup 8 – 10 L/menit

• Berikan furosemide 40 mg IV.

• Bila produksi urin masih rendah (<30 ml/jam dalam 4 jam), pemberian

• Furosemid dapat diulang.

• Ukur keseimbangan cairan. Batasi cairan yang masuk.


E. Pingsan
Adalah suatu keadaan dimana seorang mengalami rasa “pusing”
(dizzy) hingga kemudian kehilangan kesadaran sejenak atau
pingsan (faint). Hal ini terjadi akibat fluktuasi tekanan darah yang
terjadi sejenak dan cepat.

Penyebab pingsan dapat beragam, mulai dari sebuah efek


perubahan fisiologis dari hemodinamik ibu hamil hingga sebuah
kondisi patologis. Beberapa penyebab tersebut adalah:
• Penurunan tekanan darah sebagai kondisi fisiologis akibat
kehamilan pada trimester awal
• Mual, muntah yang berlebihan
Penyebab Pingsan (Lanjutan)
• Tekanan oleh uterus dan janin yang ada di dalamnya
pada pembuluh darah besar aorta, terutama saat
berbaring terlentang, pada kehamilan yang lebih lanjut.
• Cuaca yang sangat panas
• Anemia
• Dehidrasi
• Pingsan dapat pula terjadi akibat gangguan pada jantung
yang jika tidak diatasi dengan baik dapat menimbulkan
gagal jantung di kemudian hari (lihat penatalaksanaan
gangguan jantung)
Gagal Jantung
E1. Gangguan Jantung (Gagal Jantung)
2. TATA LAKSANA KASUS KEHAMILAN
DAN PERSALINAN DENGAN
PENYULIT OBSTETRI
A. Hiperemesis Gravidarum
• Mual dan muntah yang berat selama
kehamilan sehingga menyebabkan
BB menurun dengan atau tanpa
dehidrasi dan atau imbalans
elektrolit.
• Mual dan muntah yang terjadi pada
kehamilan hingga usia 16 minggu
• Klasifikasi derajat HEG:
• Tanpa dehidrasi
• Dengan dehidrasi dan gangguan
keseimbangan elektrolit
• Dengan muntah yang persisten,
dehidrasi, gangguan
keseimbangan elektrolit, ketosis
dan penurunan berat badan >
5% Penyebab terjadinya Hiperemesis
Gravidarum
Diagnosis
Hipermesis Gravidarum :

 Mual dan muntah hebat,

 Berat Badan turun > 5%

dari BB sebelum hamil,


 Ketonuria,

 Dehidrasi,

 Ketidakseimbangan

elektrolit

Durasi hiperemesis gravidarum


selama kehamilan
Tatalaksana
1. Umum : Periksa kondisi umum, hemodinamik,
pertahankan kecukupan nutrisi (vitamin dan asam
folat) di awal kehamilan
2. Khusus :
 Doksilamin 10 mg dan Vitamin B6 10 mg hingga 4 tablet/hari
 Dimenhidrinat (50-100 mg peroral atau supositoria, 4-6 kali
sehari (maksimal 200 mg/hari bila meminum 4 tablet
doksilamin/piridoksin)) atau prometazine (5-10 mg 3-4 kali sehari
per oral atau supositoria)
Tatalaksana
 Chlorpromazine, Proklorperazine, Prometazine, Metoklopramide,

Ondansetron
 Jika dehidrasi, pasang kanula intravena dan berikan cairan, serta:

suplemen multivitamin IV, dimenhidrinat, Klorpromazin /


Proklorperazin / Prometazin / Metoklopramid, dan bila perlu,
tambahkan metylprednisolon ATAU Ondansetron
Mola Hidatidosa
Penyakit trofoblastik gestasional, yang disebabkan oleh kelainan pada
villi khorionik yang disebabkan oleh proliferasi trofoblastik dan edema.
Diagnosis :

 Perdarahan pervaginam berupa  Nyeri perut


bercak hingga berjumlah banyak  Serviks terbuka
 Mual dan muntah hebat  Keluar jaringan seperti anggur, tidak
 Ukuran uterus lebih besar dari ada janin
usia kehamilan  Takikardi, berdebar-debar (tanda-
 Tidak ditemukan janin intrauteri tanda tirotoksikosis)
 Jika tersedia, USG dapat membantu
menegakkan diagnosis mola
hidatidosa
Prinsip Tatalaksana

1. Perhatian! Kasus ini tidak boleh ditatalaksana pada fasilitas kesehatan


dasar, ibu harus dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap.
2. Lakukan penilaian awal cepat kondisi keadaan umum, hemodinamik
dan keadaan yang mendukung kepada penegakan diagnosis
3. Periksa tanda-tanda syok (akral dingin, pucat, takikardi, tekanan sistolik
<90 mmHg). Jika terdapat syok, lakukan tatalaksana awal syok. Jika
tidak terlihat tanda-tanda syok, tetap pikirkan kemungkinan tersebut
saat penolong melakukan evaluasi mengenai kondisi ibu karena
kondisinya dapat memburuk dengan cepat.
4. Siapkan darah/donor keluarga untuk transfusi, terutama pada mola
berukuran besar.
Tata laksana Khusus (dilakukan di FKTRL
(Sekunder))
1. Evakuasi mola

2. Pemberian uterotonika

3. Pemeriksaan kadar HCG serum tiap 2 minggu

4. Bila hasil HCG serum terus menetap atau naik dalam 2


kali pemeriksaan berturut-turut, ibu dirujuk ke rumah sakit
rujukan tersier yang mempunyai fasilitas kemoterapi.
5. HCG urin yang belum memberi hasil negatif setelah 8
minggu juga mengindikasikan ibu perlu dirujuk ke rumah
sakit rujukan tersier
B. Kehamilan Ektopik Terganggu
Diagnosis :
 Trias klasik (nyeri perut

mendadak, riwayat
amenorea, perdarahan
pervaginam)
 Keadaan klinis pasien tidak

sesuai dengan jumlah


perdarahan.
 Nyeri abdomen dan pelvis

 Nyeri goyang portio (+)

Lokasi fetus pada kehamilan ektopik


Tatalaksana

1. Periksa kondisi umum dan hemodinamik

2. Cairan kristaloid (NaCl 0,9% atau RL) IV 500 cc


dalam 15 menit pertama, atau 2 L dalam 2 jam
pertama, dan dilanjutkan selama merujuk
3. Pasang 2 jalur IV

4. Segera lakukan rujukan !!


5. Siapkan donor keluarga
C. Perdarahan Antepartum

1. Kriteria diagnosis: 6. Perdarahan Pasca Salin


 Perdarahan berulang selama  Atonia Uteri
kehamilan  Robekan Jalan Lahir: perineum,
 Perdarahan tanpa nyeri, pada dinding vagina, serviks
usia >28 minggu  Retensio plasenta
2. Abortus  Sisa plasenta

3. Mola Hidatidosa  Inversio uteri

4. Plasenta Previa  Gangguan pembekuan darah

5. Solusio Plasenta 7. Tatalaksana sesuai penyebab


6. Ruptur Uteri
C1. Abortus
• Ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum
janin dapat hidup di luar kandungan
• Kriteria :
1. Usia kehamilan < 22 minggu (WHO – IMPAC), atau
2. Usia kehamilan < 20 minggu atau berat janin < 500 gram.
Faktor Predisposisi

1. Faktor dari janin (fetal) : kelainan genetik (kromosom)

2. Faktor dari ibu (maternal) : infeksi, kelainan hormonal

 hipotiroidisme, diabetes, malnutrisi, penggunaan


obat-obatan, merokok, konsumsi alkohol, faktor
immunologis dan defek anatomis seperti uterus didelfis,
inkompetensia serviks dan sinekhiae uteri karena
sindrom Asherman.
3. Faktor dari ayah (paternal) : kelainan sperma
Jenis abortus dan gejala khas
Diagnosis
1. Perdarahan pervaginam dari bercak hingga berjumlah banyak
2. Perut nyeri dan kaku
3. Pengeluaran sebagian produk konsepsi
4. Serviks dapat tertutup maupun terbuka
5. Ukuran uterus lebih kecil dari yang seharusnya
6. Apabila tersedia Ultrasonografi – sangat membantu
menegakkan diagnosis
Tatalaksana Umum
1. Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan
umum ibu, hemodinamik dan keadaan yang mendukung
kepada penegakan diagnosis.
2. Periksa tanda-tanda syok (akral dingin, pucat, takikardi,
tekanan sistolik <90 mmHg).
3. Bila syok  lakukan tatalaksana awal syok.

4. Jika tidak terlihat tanda-tanda syok  tetap pikirkan


kemungkinan tersebut saat penolong melakukan
evaluasi mengenai kondisi ibu karena kondisinya dapat
memburuk dengan cepat.
5. Bila ada tanda-tanda sepsis atau dugaan abortus
dengan komplikasi, berikan kombinasi antibiotika
sampai ibu bebas demam untuk 48 jam:
• Ampicillin 2 g IV/IM kemudian 1 g diberikan setiap 6 jam

• Gentamicin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam

• Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam

6. Segera RUJUK ibu ke rumah sakit


7. Semua ibu yang mengalami abortus perlu mendapat
dukungan emosional + konseling kontrasepsi pasca
keguguran.
8. Lakukan tatalaksana selanjutnya di Puskesmas untuk
abortus inkomplitus dan abortus kompletus.
9. Bila tegak diagnosis abortus imminens, abortus
insipiens, missed abortion dan gejala sepsis,
segera RUJUK pasien ke RS.
C2. Plasenta Previa

Plasenta yang berimplantasi di atas atau mendekati ostium serviks


interna.
Diagnosis

1. Perdarahan tanpa nyeri, usia kehamilan >22 minggu

2. Darah segar yang keluar sesuai dengan beratnya anemia

3. Syok

4. Tidak ada kontraksi uterus

5. Bagian terendah janin tidak masuk pintu atas panggul

6. Kondisi janin normal atau terjadi gawat janin

7. Penegakkan diagnosis dibantu dengan pemeriksaan


USG.
Tatalaksana
1. PERHATIAN! Tidak dianjurkan melakukan pemeriksaan dalam
sebelum tersedia kesiapan untuk seksio sesarea. Pemeriksaan
inspekulo dilakukan secara hati-hati, untuk menentukan sumber
perdarahan.
2. Lakukan penilaian awal cepat kondisi keadaan umum,
hemodinamik dan keadaan yang mendukung kepada penegakan
diagnosis
3. Perbaiki kekurangan cairan/darah dengan infus cairan intravena
(NaCl 0,9% atau Ringer Laktat).
4. Lakukan penilaian jumlah perdarahan untuk memperhitungkan
kebutuhan cairan
5. Berikan tokolitik bila ada kontraksi:
 Nifedipin 3 x 20 mg/hari, atau
 MgSO4 4 g IV dosis awal dilanjutkan 4 g setiap 6 jam

6. Pematangan paru : pada kehamilan 24 – 34 minggu berikan dosis


pertama injeksi deksametason 6 mg IM
7. Rujuk ke Rumah Sakit dengan fasilitas lengkap
C3. Solusio Plasenta

Terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya sebelum kelahiran bayi

Diagnosis
• Perdarahan dengan nyeri intermiten atau menetap

• Warna darah kehitaman dan cair, tetapi mungkin ada bekuan jika solusio

relatif baru
• Syok tidak sesuai dengan jumlah darah keluar (tersembunyi)

• Anemia berat

• Gawat janin atau hilangnya denyut jantung janin

• Uterus tegang terus menerus dan nyeri


Tatalaksana
• Perhatian! Kasus ini tidak boleh ditatalaksana pada fasilitas

kesehatan dasar, harus dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih


lengkap.
• Lakukan penilaian awal cepat kondisi keadaan umum, hemodinamik

dan keadaan yang mendukung kepada penegakan diagnosis


• Jika keadaan umum tampak ringan atau sedang dan belum terdapat

tanda-tanda syok, segera persiapkan rujukan


• Jika keadaan umum tampak sedang atau berat disertai tanda-tandaa

syok, terjadi perdarahan hebat (nyata atau tersembunyi, lakukan


penanganan syok (lihat pokok bahasan penanganan syok) dan segera
lakukan rujukan
C4. Ruptur Uteri

Ruptur uteri atau robeknya dinding rahim terjadi akibat


terlampauinya daya regang miometrium
Diagnosis :
1. Syok : takikardia dan hipotensi 6. Hilangnya gerak dan denyut jantung
2. Pasien tampak pucat tanpa disertai janin
perdarahan yang nyata terlihat 7. Bagian-bagian janin mudah dipalpasi
3. Dapat didahului oleh lingkaran 8. Bentuk uterus abnormal atau
konstriksi (Bundlle’s ring) konturnya tidak jelas
4. Nyeri perut hebat (dapat berkurang 9. Dapat ditemukan tanda akut abdomen
setelah ruptur terjadi) akibat dari adanya cairan bebas intra
5. Nyeri raba/tekan/lepas dinding perut abdominal
Tatalaksana
Tata laksana umum
• Lakukan penilaian awal cepat kondisi keadaan umum,
hemodinamik dan keadaan yang mendukung kepada penegakan
diagnosis (termasuk analisis partograf)
• Berikan oksigen menggunakan sungkup 8-10 L/menit

• Lakukan resusitasi cairan sesuai dengan kondisi ibu (lihat tata


laksana syok)
• Lakukan rujukan dengan terus melakukan resusitasi cairan dalam
perjalanan rujukan
Ringkasan Diagnosis Perdarahan Antepartum

Gejala dan tanda yang Gejala dan tanda yang Kemungkinan


sering muncul kadang-kadang muncul diagnosis
A. Perdarahan setelah C. Syok Solusio plasenta
usia kehamilan 22 mggu D. Nyeri tekan uterus
B. Nyeri perut yang E. Gerakan janin
intermiten atau terus berkurang/hilang
menerus F. Gawat janin/DJJ Fetus
hilang
1) Perdarahan (intra 3) Syok Ruptur uteri
abdomen dan/atau per 4) Distensi abdomen/cairan
vaginam bebas
2) Nyeri perut hebat (nyeri 5) Perut tegang
dapat berkuran/hilang 6) Bagian-bagian janin
setelah ruptur) teraba dengan jelas
7) Gerakan janin dan bunyi
jantung janin menghilang
8) Peningkatan nadi ibu

1. Perdarahan setelah usia 2. Syok Plasenta previa


kehamilan 22 mggu 3. Perdarahan setelah coitus
4. Uterus relaksasi
5. Bagian terbawah janin di
atas pintu atas panggul
6. Kondisi janin normal
D. Persalinan Preterm

Diagnosis
1. Persalinan yang terjadi >
20 minggu dan usia
kehamilan < 37 minggu
2. Kontraksi 4 kali dalam 20
menit atau 8 kali dalam
60 menit
3. Pembukaan serviks ≥ 2
cm
Persalinan Preterm

Tatalaksana :
1. Umum : RUJUK !!
2. Khusus : Tokolitik, kortikosteroid,
dan antibiotik profilaksis
3. Bila lahir di klinik/puskesmas :
 Cegah hipotermia !!

Metode Kangguru oleh Ayah


E. Ketuban Pecah Dini
Pecahnya selaput ketuban
sebelum persalinan atau
dimulainya tanda inpartu
Tatalaksana Umum
• Berikan antibiotik Eritromisin
4x250 mg kemudian lakukan
rujukan ke fasilitas yang
memadai.

Ilustrasi Ketuban Pecah Dini


Tatalaksana Khusus :
• Jika ketuban pecah terjadi pada kehamilan 24 – 34 minggu berikan
pematangan paru dosis pertama injeksi deksametason 6 mg IM
• Jika ketuban pecah terjadi pada kehamilan 24 – 34 minggu disertai
dengan kontraksi berikan tokolitik :
Nifedipin 3 x 20 mg/hari, atau
MgSO4 4 g IV dosis awal dilanjutkan 4 gr / 6 jam
• Lakukan konseling pada pasien dan keluarga mengapa diperlukan
rujukan ke rumah sakit dengan fasilitas yang memadai, terutama jika
kehamilan masih < 37 minggu
F. Persalinan Lama (Kelainan His, CPD,
Makrosomia)

 Waktu persalinan yang Kurva Friedman pada kelahiran normal


memanjang karena kemajuan
persalinan yang terhambat
 Tatalaksana :

 RUJUK !!!
 Pada kondisi dimana terjadi
distosia pada PK1 (Perawat
Klinis 1) aktif dengan his yang
kuat maka berikan tokolitik
untuk mencegah ruptur uteri
dengan cara sebagai berikut :
 Nifedipin 3x20 mg/hari atau
 MgSO4 4 gram IV dosis
awal dilanjutkan 4 gram/ 6
jam
G. Kelainan Letak dan Malpresentasi dalam
Persalinan
MALPOSISI

Posisi abnormal verteks


kepala janin (dengan
ubun-ubun kecil sebagai
penanda) terhadap
panggul ibu. Jenis jenis
malposisi yaitu posisi
oksiput posterior dan
posisi oksiput lintang

Tata Laksana :
Jika terdapat tanda
persalinan macet,
segera lakukan rujukan
Malpresentasi
1. Presentasi Dahi
2. Presentasi Muka
3. Presentasi Majemuk
4. Presentasi Bokong (sungsang)
5. Letak Lintang

Tata Laksana :
Segera Lakukan Rujukan
H. Distosia Bahu
Kepala dilahirkan, bahu
anterior tidak dapat lewat
di bawah simfisis pubis.
• Tanda distosia bahu yang
harus diamati penolong
persalinan adalah:
• Kesulitan melahirkan wajah STRETCHING

dan dagu
• Kepala bayi tetap melekat
erat di vulva atau bahkan
tertarik kembali (turtle sign)
• Kegagalan paksi luar kepala
bayi
• Kegagalan turunnya bahu
Penting
dipahami
I. Infeksi Nifas
Penyebab (terbanyak)
• Metritis : Infeksi pada uterus pasca salin

• Abses Pelvis : Abses pada regio pelvis

• Mastitis : Infeksi pada mammae (payudara)


Tatalaksana :
• Metritis : Oksigen, Hidrasi, Antibiotik, pantau tanda vital, nyeri perut,

dan cairan pervaginam. Lakukan tindakan bila diperlukan.


• Abses pelvis : Oksigen, Hidrasi, Antibiotik, dan pungsi kavum douglas

• Mastitis : Hidrasi dan antibiotik

Gambaran radiologi (transvaginal) pada


abses pelvis
J. Prolaps Tali Pusat

• Tali pusat keluar dari uterus


sebelum janin
• Tatalaksana : RUJUK !! Dan
posisikan ibu miring ke kiri
3. TATA LAKSANA KASUS
KEGAWATDARURATAN TERSERING
PADA KEHAMILAN, PERSALINAN,
DAN NIFAS
A. Hipertensi Dalam Kehamilan, Preeklampsia,
dan Eklampsia

 Adalah tekanan darah sekurang-  Hipertensi kronik


kurangnya 140 mmHg sistolik  Hipertensi gestasional
atau 90 mmHg diastolik pada  Preeklampsia Berat
dua kali pemeriksaan berjarak 4-  Superimposed Preeklampsia
6 jam pada wanita yang
 Eklampsia
sebelumnya normotensi.
 Periksa kadar urin dengan tes
celup urin atau protein urin 24
jam
Kelahiran
Pre -eklampsia Timbul gejala preterm
mulai Pre - karena pre-
berkembang eklampsia eklampsia

Skrining
preeklampsia
Tidak ada atau
tunda onset
preeklampsia

Perkembangan Preeklampsia selama kehamilan


Preeklampsia dan Eklampsia

• Tekanan darah ≥140/90


mmHg, usia kehamilan > 20
minggu, tes celup urin 
proteinuria 1+ atau protein
kuantitatif menunjukkan
hasil >300 mg/24 jam

• Tekanan darah >160/110


mmHg pada usia kehamilan
>20 minggu tanpa melihat
proteinuria

KEJANG = EKLAMPSIA
(Pastikan tidak ada riwayat
epilepsi atau perdarahan
intrakranial)
Tatalaksana Preeklampsia dan Eklampsia
1. Umum : Pantau tekanan darah, proteinuria, dan perkembangan janin 
RUJUK !!
2. Khusus (bila kejang muncul) :
• Perhatikan A = Airway B = Breathing C = Circulation

• Berikan MgSO4 dosis awal  segera RUJUK !!

• Bila kejang berulang  MgSO4 2 gr (15-120 menit)

• Bila kejang berulang  pertimbangkan diazepam 10 mg IV


Pencegahan Kejang

Magee LA, Pels A, Helewa M, Rey E, von Dadelszen P, Magee LA, et al. Diagnosis, Evaluation, and Management of the Hypertensive
Disorders of Pregnancy: Executive Summary. Journal of Obstetrics and Gynaecology Canada. 2014 May;36(5):416–38.
Rekomendasi Tatalaksana PNPK POGI 2016
Chronic Hypertension in Pregnancy: ACOG Practice Bulletin, Number 203. Obstetrics & Gynecology. 2019 Jan;133(1):e28
Rekomendasi Tatalaksana PNPK POGI 2016
B. Perdarahan Pasca Salin (HPP/Hemorhagia Postpartum)

Perdarahan pascasalin primer terjadi dalam 24 jam pertama setelah


persalinan, sementara perdarahan pascasalin sekunder adalah
perdarahan pervaginam yang lebih banyak dari normal antara 24 jam
hingga 12 minggu setelah persalinan.

Diagnosis
• Perdarahan pascasalin adalah perdarahan ≥ 500 ml setelah bayi lahir
atau yang berpotensi mempengaruhi hemodinamik ibu
Penyebab yang
Gejala dan tanda
harus dipikirkan
Penyebab Atonia uteri A. Perdarahan segera setelah anak lahir
B. Uterus tidak berkontraksi atau lembek
Perdarahan
Retensio plasenta C. Plasenta belum dilahirkan dalam 30 menit setelah
Pasca Salin kelahiran bayi
Sisa plasenta D. Plasenta atau sebagian selaput (mengandung
pembuluh darah) tidak lengkap
E. Perdarahan dapat muncul 6-10 hari pascasalin disertai
subinvolusi uterus
Robekan Jalan F. Perdarahan segera
lahir G. Darah segar yang mengalir segera setelah bayi lahir
Ruptura Uteri H. Perdarahan segeraa (perdarahan intraabdominal
dan/atau pervaginam)
I. Nyeri perut yang hebat
J. Kontraksi yang hilang
Inversio Uteri K. Fundus uteri tidak teraba pada palpasi abdomen
L. Lumen vagina terisi massa
M. Nyeri ringan atau berat
Gangguan N. Perdarahan tidak berhenti, encer, tidak terlihat
Pembekuan Darah gumpalan darah
O. Kegagalan terbentuknya gumpalan pada uji pembekuan
darah sederhana
P. Terdapat faktor predisposisi: Solusio plasenta,
kematian janin dalam uterus, eklampsia, emboli air
ketuban
Penanganan
Perdarahan
Pasca Salin
• Lakukan rujukan!!! bila perdarahan tidak berhenti.

• Jika perdarahan berhenti dan kontraksi uterus membaik,

pertahankan pemberian uterotonika Oksitosin 10 – 20 mU


dalam 500 ml larutan kristaloid 28 tts/menit hingga 12 jam
pasca persalinan.
4. RUJUKAN KASUS
KEGAWATDARURATAN PADA
KEHAMILAN, PERSALINAN, DAN
NIFAS
Persiapan Rujukan
1. Stabilisasi pasien

2. Persiapan sarana merujuk, termasuk sistem dan cara


rujukan
3. Perencanaan rujukan termasuk :
• Informasi kepada keluarga alasan merujuk pasien dan resikonya bila
tidak dirujuk
• Penyiapan peralatan untuk mempertahankan stabilisasi pasien
• Memastikan kesiapan faskes yang dirujuk
• Menyiapkan keterangan obat dan tindakan yang telah dilakukan pada
faskes pertama

4. Rujukan Balik
Referensi
• JNPK-KR, 2007, Pedoman Pelatihan PONED
• WHO-Kemenkes 2013, Buku Saku Pelayanan Kesehatan
Ibu
• ACOG. Hemorrhagic syok. Educational Bulletin #235,
1997.
• Choi PT-L et al. Crystalloid vs. colloids in fluid
resuscitation: A systematic review. Critical Care Medicine.
1999;27:200-10.
• Scheirhout and Roberts.Fluid resuscitation with colloid or
crystalloid in critically ill patients: A systematic review of
randomized trials. BMJ. 1998;316:961-4.
• BPJS untuk sistem rujukan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai