Anda di halaman 1dari 9

PATOLOGIS OLIGOHIDRAMNION DAN POLIHIDRAMNION

Diajukan untuk tugas Preklinik


Mata Kuliah:
Keperawatan Maternitas II

Dosen Pengampu:
Ns. Yulia Irvani Dewi, Mkep., Sp.Mat

Oleh:
Kinanti Resti Fany (1911112232)
A 2019 2

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU

2021

Asuhan keperawatan Oligohidramnion


1. Definisi Oligohidramnion
Jika air ketuban kurang dari 500 cc, disebut oligohidramnion. Oligohidramnion kurang
baik untuk pertumbuhan janin karena pertumbuhan dapat terganggu oleh perlekatan
antara kulit janin dan amnion atau karena janin mengalami tekanan dinding rahim
(Sulaiman, dkk, 2005).
2. Etiologi Oligohidramnion
Penyebab pasti terjadinya Oligohidromnion masih belum di ketahui. Namun,
Oligohidramnion bisa terjadi karena penigkatan absorpsi atau kehilangan cairan (ketuban
pecah dini) dan penurunan produksi dari cairan amnion (kelainan ginjal kongenital,
obstruksi uretra, insufiensi uteroplasentas, infeksi kongenital, NSAIDs) sejumlah faktor
predisposisi telah di kaitkan dengan berkurangnya cairan amnion. Penyebab yang terjadi
pada Oligohidramnion (Mochtar, 2010):
1. Pada janin : Kelainan kromosom, hambatan pertumbuhan, kematian, kehamilan
postterm
2. Pada plasenta : Insufisiensi plasenta
3. Pada ibu : Hipertensi, preeklamsi, diabetes dalam kehamilan
4. Pengaruh obat : NSAIDs (Non Steroidal Anti Inflammatory Drugs)
3. Patofisiologi Oligohidramnion
Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan Oligohidramnion adalah kelainan konginetal,
pertumbuhan janin terhambat, ketuban pecah dini, kehamilan postterm, insufisiensi
plasenta, dan obat-obatan (golongan antiprostaglandin). Kelainan konginetal yang paling
sering menimbulkan Oligohidramnion adalah kelainan sistem saluran kemih (kelainan
ginjal bilateral dan obstruksi uretra), dan kelainan kromosom (triploidi, trisomi 18 dan
13). Trisomi 21 jarang memberikan kelainan pada saluran kemih sehingga tidak
menimbulkan Oligohidramnion. Insufisensi plasenta oleh sebab apapun dapat
menyebabkan hipoksia janin. Hipoksia janin yang berlangsung kronis akan memicu
mekanisme retribusi darah. Salah satu dampaknya adalah terjadi penurunan aliran darah
ke ginjal. Produksi urine berkurang dan terjadi Oligohidramnion (Sarwono, 2009).

4. Manifestasi klinis Oligohidramnion


Pada ibu yang mengalami oligohidramnion biasanya uterusnya akan tampak lebih kecil
dari usia kehamilan, ibu merasa nyeri di perut pada setiap pergerakan anak, sering
berakhir dengan partus prematurus, bunyi jantung anak sudah terdengar mulai bulan
kelima dan terdengar lebih jelas, persalinan lebih lama biasanya, sewaktu ada his akan
sakit sekali, bila ketuban pecah air ketubannya sedikit sekali bahkan tidak ada yang keluar
dan dari hasil USG jumlah air ketuban kurang dari 500 ml (Rukiyah dan Yulianti, 2010).
5. Komplikasi Oligohidramnion
Oligohidramnion yang terjadi oleh sebab apapun akan berpengaruh buruk pada janin.
Komplikasi yang sering terjadi adalah: cacat bawaan, hipoplasia paru, kompresi tali pusat,
deformitas pada wajah dan skeletal, aspirasi mekonium pada intrapartum, amniotic band
syndrom, IUGR (Intra Uterine Grow Reterdation), volume darah janin berkurang
(Sarwono, 2009).
6. Penatalaksanaan Oligohidramnion
Penanganan oligohidramnion bergantung pada situasi klinik dan dilakukan pada fasilitas
kesehatan yang lebih lengkap mengingat prognosis janin yang tidak baik. Kompresi tali
pusat selama proses persalinan biasa terjadi pada oligohidramnion, oleh karena itu
persalinan dengan sectio caesarea merupakan pilihan terbaik pada kasus oligohidramnion
(Khumaira, 2012).
7. Asuhan keperawatan Oligohidramnion
1) Pengkajian
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam menentukan
status kesehatan dan pola pertahanan penderita, mengidentifikasikan, kekuatan
dan kebutuhan penderita yang dapat diperoleh melalui anamnesa pemeriksaan
fisik, pemerikasaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
2. Biodata
a. Identitas klien
b. Keluhan utama
Keluhan utama di kumpulkan untuk menetapkan prioritas intervensi
keperawatan dan mengambarkan kondisi kehamilan selama di rumah atau
sebelum di lakukan tindakan section caesarea, biasa pada klien
oligohidromnion di temukan adanya keluar lendir bercampur darah, keluarnya
cairan ketuban pervagina secara sepontan 27 kemudian tidak di ikuti tanda
tanda persalinan, sebelum melakukan operasi section caesarea.
c. Riwayat kesehatan sekarang
d. Riwayat kesehatan dahulu
Pada riwayat kesehatan dahulu apakah klien pernah menderita penyakit yang
sama pada kehamilan sebelumnya, apakah sebelumnya klien pernah
mengalami penyakit CPD (Chepalo Pelvik Disproportion), pre eklamsi berat,
ketuban pecah dini, riwayat Section Caesarea, bayi kembar, faktor hambatan
jalan lahir, dan letak sungsang. Faktor predisposisi, adanya riwayat penyakit
jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di
dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
e. Riwayat kesehatan keluarga
f. Riwayat ginekologi dan menstruasi: riwayat menstruasi, riwayat perkawinan,
riwayat keluarga berencana
g. Adaptasi psikososial: fase taking in, fase taking hold, fase letting go (Farerr,
2011).
h. Pola pola fungsi kesehatan: pola aktivitas, pola nutrisi dan metabolisme, pola
eliminasi, istirahat dan tidur, pola sensori dan kognitif, pola reproduksi
i. Pemeriksaan fisik: Kepala, mata, leher, telinga, hidung, dada, abdomen,
genitalia, ekstermitas, tanda-tanda vital
2) Diagnosa keperawatan
Daftar Prioritas Masalah Keperawatan (NANDA, 2015):
1. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ibu tentang
manfaat ASI
2. Nyeri akut berhubungan dengan Agen injuri fisik (insisi pembedahan)
3. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan proses pembedahan
4. Konstipasi berhubungan dengan anastesi
Asuhan keperawatan Polihidramnion

1. Definisi Polihidramnion
Polihidramnion (juga dikenal sebagai hidramnion) mengacu pada volume cairan ketuban
yang berlebihan. Ini telah dikaitkan dengan peningkatan risiko berbagai hasil kehamilan
yang merugikan, termasuk kelahiran prematur, solusio plasenta, dan anomali janin.
Polihidramnion harus dicurigai secara klinis ketika ukuran uterus besar untuk usia
kehamilan. Diagnosis dibuat sebelum lahir dengan pemeriksaan ultrasonografi
menggunakan pendekatan kualitatif atau kuantitatif noninvasif (Golan, Wolman, Sagi, et.
al., 1994).
2. Patofisiologi Polihidramnion
Volume cairan ketuban mencerminkan keseimbangan antara produksi cairan dan
pergerakan cairan keluar dari kantung ketuban; pengaturan proses ini tidak sepenuhnya
dipahami. Pada akhir kehamilan, sumber utama produksi cairan ketuban adalah urin janin
dan sekresi cairan paru-paru; sekret mulut dan hidung memberikan kontribusi minimal.
Rute utama pembuangan cairan ketuban adalah menelan dan penyerapan janin melalui
jalur intramembran. Bahkan peningkatan yang relatif kecil dalam produksi urin janin
harian atau penurunan menelan janin dapat mengakibatkan peningkatan volume cairan
ketuban (AFV) yang nyata (Pritchard, 1966).
3. Etiologi Polihidramnion
Penyebab paling umum dari polihidramnion berat adalah anomali janin (sering dikaitkan
dengan kelainan atau sindrom genetik yang mendasari), sedangkan diabetes ibu,
kehamilan ganda, dan faktor idiopatik lebih sering dikaitkan dengan kasus yang lebih
ringan. Dalam satu rangkaian dari 272 kehamilan tunggal dengan polihidramnion, sekitar
sepertiga dikaitkan dengan anomali kongenital dan seperempat dikaitkan dengan diabetes
ibu; 40 persen sisanya dianggap idiopatik (Abele H, Starz S, Hoopmann M, et al., 2012).
Setelah lahir, kelainan didiagnosis pada hingga 25 persen kasus yang dianggap idiopatik
sebelum lahir (Touboul C, Picone O, Levaillant JM, et al., 2009). Infeksi janin, sindrom
Bartter, anemia, dan gangguan neuromuskular merupakan penyebab beberapa kasus ini
dan harus dipertimbangkan dalam diagnosis banding jika kelainan struktural dan diabetes
ibu disingkirkan, meskipun sindrom Bartter dan penyakit neuromuskular cukup jarang
dan infeksi (TORCH, parvovirus) jarang dikaitkan dengan polihidramnion.
Polihidramnion telah dikaitkan dengan anomali janin di sebagian besar sistem organ.
Anomali struktural yang paling umum terkait dengan polihidramnion adalah yang
mengganggu menelan janin dan/atau penyerapan cairan (Ben-Chetrit A, Hochner-
Celnikier D, Ron M, Yagel S., 1990. Stoll CG, Alembik Y, Dott B., 1991). Penurunan
menelan mungkin karena obstruksi gastrointestinal primer (misalnya, duodenum,
esofagus, atau atresia usus), gangguan neuromuskular (misalnya, anensefali), atau
obstruksi sekunder dari saluran pencernaan (misalnya, ginjal displastik masif unilateral).
4. Manifestasi klinis Polihidramnion
Pada pemeriksaan fisik, polihidramnion harus dicurigai dengan ukuran uterus yang besar
untuk usia kehamilan. Ini juga dapat dideteksi sebagai temuan insidental pada
pemeriksaan ultrasonografi prenatal. Peningkatan volume cairan ketuban (AFV) biasanya
tanpa gejala; namun, gravida mungkin mengalami sesak napas yang terus-menerus,
iritabilitas dan kontraksi uterus, dan ketidaknyamanan perut saat distensi uterus parah.
5. Komplikasi Polihidramnion
Banyak kasus idiopatik sembuh secara spontan, terutama jika ringan. Namun,
polihidramnion telah dikaitkan dengan peningkatan risiko beberapa hasil yang merugikan
selain hasil yang buruk terkait dengan kelainan morfologi yang terkait (Ross MG, Brace
RA, 2001):
• Gangguan pernapasan ibu
• Persalinan prematur, ketuban pecah dini (KPD), persalinan prematur
• Malposisi janin
• Makrosomia (berpotensi menyebabkan distosia bahu)
• Prolaps tali pusat
• Solusio saat ketuban pecah
• Persalinan kala dua yang lebih lama
• Atonia uteri pascapersalinan
Komplikasi ini meningkatkan risiko pelahiran sesar dan perawatan intensif neonatus.
6. Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam menentukan
status kesehatan dan pola pertahanan penderita, mengidentifikasikan, kekuatan
dan kebutuhan penderita yang dapat diperoleh melalui anamnesa pemeriksaan
fisik, pemerikasaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
2. Biodata
a. Identitas klien
b. Keluhan utama
c. Riwayat kesehatan sekarang
d. Riwayat kesehatan dahulu
e. Riwayat kesehatan keluarga
f. Riwayat ginekologi dan menstruasi: riwayat menstruasi, riwayat perkawinan,
riwayat keluarga berencana
g. Pola pola fungsi kesehatan: pola aktivitas, pola nutrisi dan metabolisme, pola
eliminasi, istirahat dan tidur, pola sensori dan kognitif, pola reproduksi
h. Pemeriksaan fisik: Kepala, mata, leher, telinga, hidung, dada, abdomen,
genitalia, ekstermitas, tanda-tanda vital
2) Diagnosa keperawatan
Inilah masalah keperawatan menurut NANDA (2015):
a. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan tekanan pada diafragma, sekunder
akibat hidramnion
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan dispneu
c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal resiko individu pada
penatalaksanaan hidramnion
d. Resiko tinggi cedera terhadap janin berhubungan dengan hidramnion
DAFTAR PUSTAKA

Abele H, Starz S, Hoopmann M, et al. Idiopathic polyhydramnios and postnatal disorders.


Fetal Diagnosis Ada 2012; 32:251.
Ben-Chetrit A, Hochner-Celnikier D, Ron M, Yagel S. Hydramnios in the third trimester of
pregnancy: changes in the distribution of accompanying fetal anomalies as a result of
early prenatal ultrasound diagnosis. Am J Renal Obstet 1990; 162:1344.
Farrer, H. 2011. Perawatan Maternitas Edisi 2. Jakarta.: Balai Pustaka
Golan A, Wolman I, Sagi J, et al. Persistence of polyhydramnios during pregnancy--its
significance and correlation with maternal and fetal complications. Gynecol Obstet
Invest 1994; 37:18.
Khumaira, Marsha. 2012. Ilmu Kebidanan. Yogyakarta: Citra Pustaka.
Mochtar, Rustam. 2010. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC
Nanda. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10 editor T
Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC.
Pritchard JA. Fetal swallowing and amniotic fluid volume. Obstet Gynecol 1966; 28:606
Prof. Sulaiman Sastrawinata, dr, SPOG(K), Prof. Dr. Djamhoer Martaadisoebrata, dr.
MSPH, SPOG(K) Prof. Dr. Firman F. Wirakusumah, dr, SPOG(K). 2005. Ilmu
Kesehatan Reproduksi: Obstetri Patologi ed. 2. Jakarta: EGC.
Ross MG, Brace RA, National Institute of Child Health and Development Workshop
Participants. National Institute of Child Health and Development Conference
summary: amniotic fluid biology--basic and clinical aspects. J Matern Fetal Med
2001; 10:2.
Rukiyah, A.Y dan Lia Yulianti. 2010. Asuhan Patologi Kebidanan. Jakarta: Trans Info
Medika.
Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Edisi Keempat. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Stoll CG, Alembik Y, Dott B. Study of 156 cases of polyhydramnios and congenital
malformations in a series of 118,265 consecutive births. Am J Obstet Gynecol 1991;
165:586.
Touboul C, Picone O, Levaillant JM, et al. Clinical application of fetal urine production
rates in unexplained polyhydramnios. Gynecological Obstetrics Ultrasound 2009;
34:521.

Anda mungkin juga menyukai