Anda di halaman 1dari 5

SATU TAHUN PERAWATAN NEONATUS DARI IBU TERKONFIRMASI

COVID-19 DI RSUD ULIN BANJARMASIN


PERIODE APRIL 2020 – APRIL 2021

Nataniel Hadi Putra, Pricilia Gunawan Halim, Pudji Andayani, Ari Yunanto

Abstrak

Latar belakang : Covid-19 pada neonatus adalah infeksi dari virus SARS-CoV 2 pada
bayi baru lahir hingga usia 28 hari. Transmisi atau penularan SARS-CoV- terutama
melalui droplet, aerosol, serta transmisi vertikal melalui plasenta. Faktor risiko Covid-19
adalah kontak erat dengan pasien Covid-19, riwayat perjalanan ke area terjangkit, dan
usia. Angka kejadian Covid-19 lebih sedikit didapatkan pada anak, terutama neonatus, hal
ini dikaitkan dengan minimnya kontak, rendahnya jumlah surfaktan dan reseptor ACE-2
pada neonatus.
Tujuan : Mengetahui jumlah Covid-19 pada neonatus dari ibu terkonfirmasi Covid- 19 di
RSUD Ulin Banjarmasin Periode April 2020 – April 2021.
Metode. Penelitian deskriptif observasional dengan menggunakan data sekunder yang
tercatat di rekam medis neonatus dari ibu terkonfirmasi Covid-19 di RSUD Ulin
Banjarmasin Periode April 2020 – April 2021.
Hasil: Dari 379 ibu melahirkan dengan suspek Covid-19, didapatkan 95 kasus (25,06 %)
terkonfirmasi positif, 249 kasus (65,69 %) negatif, dan sisanya 35 kasus (9,23 %) tidak dilakukan
swab diagnostik. Selanjutnya, dilakukan pendataan terhadap neonatus dari 95 ibu terkonfirmasi
Covid-19, didapatkan hasil 11 neonatus (11,57 %) terkonfirmasi positif, 68 neonatus (71,58 %)
negatif, dan 16 neonatus (16,84 %) tidak dilakukan swab diagnostik. 9 neonatus (82 %)
dipulangkan dalam keadaan sehat, 2 kasus (18 %) meninggal dalam perawatan.
Kesimpulan: Kasus neonatus terkonfirmasi positif di RSUD Ulin masih cukup tinggi, dengan
prognosis cukup baik. Kematian terjadi karena adanya faktor penyebab yang lain. Perlu penelitian
lebih lanjut jalur penularan transplasental, dan jalur lainnya.

Kata kunci: neonatus, ibu melahirkan , terkonfirmasi Covid -19

Pendahuluan

Corona virus atau Covid -19 pertama kali muncul pada akhir Desember 2019 di
kota Wuhan, Cina. Pada 11 Maret 2020 WHO menetapkan Covid -19 sebagai public
health emergency of international concern (PHEIC) dan saat ini Covid -19 telah
dinyatakan sebagai kasus pandemik.1 Sampai tanggal 14 Juni 2021 terdapat 160,813,869
kasus Covid -19 dengan lebih dari 215 negara terjangkit Covid -19 . Kasus kematian
mencapai 3,339,002 kasus (2,09%). Hingga tanggal 11Juni 2021, telah tersebar
1,264,164,553 vaksin di seluruh penjuru dunia. 2

1
Di Indonesia, pandemi Covid -19 terdeteksi pada awal bulan Maret tepatnya tanggal
2 Maret 2020. Hingga tanggal 14 Juni 2021, jumlah penderita Covid -19 sebesar
1,734,285 kasus dengan 1,592,886 (91,85%) kasus sembuh dan 47,823 (8,15%) kasus
kematian.2 Jumlah kasus terkonfirmasi Covid -19 di Provinsi Kalimantan Selatan
sebanyak 33,868 kasus (1.9% dari data konfirmasi nasional), kasus pada usia 0-5 tahun di
Kalsel sebesar 2.7% dan 9.3% pada rentang usia 6-18 tahun. Untuk kasus meninggal di
Kalsel pada usia 0-5 tahun sebesar 0.7%, dan pada usia 6-17 tahun sebesar 0.1%.3
Covid-19 pada neonatus adalah infeksi dari virus SARS-CoV 2 pada bayi baru lahir
hingga usia 28 hari.4 Penyebab Covid -19 adalah virus yang tergolong dalam family
coronavirus, virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan tidak bersegmen. 5 Transmisi
SARS-CoV- 2 melalui droplet atau aerosol dalam ruang tertutup.6,7 Virus akan berikatan
dengan reseptor selular angiotensin converting enzyme 2 (ACE2). Selanjutnya SARS-
CoV-2 akan menginduksi interferon gen yang diekspresikan pada sel pneumosit tipe 2,
sel epitel usus, sel goblet nasal, dan epitel pernapasan hidung. Penelitian terbaru berhasil
membuktikan adanya transmisi vertikal melalui plasenta.8,9
Faktor risiko infeksi corona virus antara lain kontak erat dengan penderita Covid-
19, termasuk tinggal satu rumah dengan pasien Covid -19, riwayat perjalanan ke area
terjangkit, dan usia. Berada dalam satu lingkungan namun tidak kontak dekat (dalam
radius 2 meter) dianggap sebagai risiko rendah. Kondisi medis yang mendasari atau
penyakit komorbid dapat meningkatkan risiko terserang infeksi Covid -19. Penyakit
komorbid pada anak di antaranya adalah anak dengan imunokompromais berat (resipien
transplan sel hematopoetik dan organ padat, mendapat kemoterapi kanker,
imunodefisiensi primer, HIV), penyakit paru berat (fibrosis kistik, dysplasia
bronkopulmoner, penyakit paru interstisial atau difus, bronkiektasis, scoliosis, hernia
diafragmatika kongenital, hypoplasia paru), penyakit jantung penyerta berat
(kardiomiopati, gagal jantung, penyakit jantung kongenital).7,10
Berdasarkan data WHO tanggal 14 Juni 2021 terdapat 160,813,869 kasus
terkonfrimasi Covid -19 dengan lebih dari 215 negara terjangkit Covid -19. Kasus
kematian mencapai 3,339,002 kasus (2,09%). Kasus pediatrik pertama dilaporkan pada 20
Januari 2020, pada seorang anak lelaki berusia 10 tahun dari Shenzhen, Cina, yang
keluarganya mengunjungi Kota Wuhan. Masa inkubasi rata-rata untuk Covid-19pada
anak-anak adalah 6 hari, lebih lama dari masa inkubasi pada orang dewasa yakni 5 hari.
Pasien yang paling muda terkena adalah bayi baru lahir berusia 36 jam, yang ditetapkan
menjadi pasien terkonfirmasi Covid-19 termuda di seluruh dunia.4,11,12

Periode inkubasi Covid-19 adalah 1 hingga 14 hari, dengan gejala klinis pasien
terkonfirmasi memiliki spektrum yang luas, mulai dari tanpa gejala (asimtomatik), gejala
ringan, pneumonia, pneumonia berat, ARDS, sepsis, hingga syok sepsis. Gejala ringan
didefinisikan sebagai pasien dengan infeksi akut saluran napas atas tanpa komplikasi
yakni berupa obstruksi hidung, nasal discharge, dan sakit tenggorokan, bisa disertai
2
dengan demam, fatigue, batuk (dengan atau tanpa sputum), anoreksia, malaise, nyeri
tenggorokan, kongesti nasal, atau sakit kepala. Pada beberapa kasus pasien juga
mengeluhkan adanya gejala gastrointestinal seperti ketidaknyamanan perut, muntah, sakit
perut, dan diare.10,13-15 Di Kalimantan Selatan sendiri, gejala dari pasien terkonfrimasi
Covid-19 sangat bervariasi, mulai dari gejala saluran nafas seperti adanya batuk, pilek,
demam atau riwayat demam, nyeri tenggorok, seak nafas; gejala lain seperti badan lemas,
sakit kepala, keram otot, mual, nyeri perut serta diare. Manifestasi klinis pada neonatus
yang terinfeksi, terutama bayi prematur, mungkin tidak spesifik meliputi ARDS,
ketidakstabilan suhu, disfungsi gastrointestinal dan kardiovaskular.3

Metode

Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin pada


bulan Mei 2019. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional, data
diperoleh dari rekam medis pasien neonatus dari ibu terkonfirmasi Covid-19 di RSUD
Ulin Banjarmasin Periode April 2020 – April 2021. Tahap awal dilakukan pendataan
terhadap 379 ibu melahirkan dengan suspek Covid-19. Selanjutnya, dilakukan pendataan
terhadap neonatus dengan swab diagnostik positif dari ibu terkonfirmasi positif Covid-
19.

Hasil
Dari 379 ibu melahirkan dengan suspek Covid-19, didapatkan 95 kasus (25,06 %)
terkonfirmasi positif, 249 kasus (65,69 %) negatif, dan sisanya 35 kasus (9,23 %) tidak dilakukan
swab diagnostik. Selanjutnya, dilakukan pendataan terhadap neonatus dari 95 ibu terkonfirmasi
Covid-19 tersebut, didapatkan hasil 11 neonatus (11,57 %) terkonfirmasi positif, 68 neonatus
(71,58 %) negatif, dan 16 neonatus (16,84 %) tidak dilakukan swab diagnostik. Dari berat badan
lahir, 6 neonatus (54,55 %) berat lahir cukup/BBLC, 3 neonatus (27,28 %) berat lahir dibawah
2.500 gram/BBLR, dan masing-masing 1 neonatus (9,10 %) bayi berat lahir lebih/BBLL dan bayi
berat lahir sangat rendah/BBLSR. Dari spektrum klinis, paling banyak neonatus tersebut
mengalami sepsis klinis (33 %), asfksia (22 %), distress pernafasan (22 %), gangguan koagulasi
(15 %), dan didapatkan masing-masing 1 kasus (4 %) dengan sindrom Down dan penyakit
Hirschsprung. Dari 11 neonatus terkonfirmasi positif Covid-19 , 9 kasus (82 %) dipulangkan
dalam keadaan sehat, terdapat 2 kasus (18 %) kematian. Dari dua kasus tersebut, 1 kasus
meninggal (karena sepsis neonatal) dalam 1 minggu perawatan dan belum sempat dilakukan swab
konfirmasi. lahir dari ibu dengan sindrom HELLP yang meninggal dalam perawatan 1 hari pasca
melahirkan. Kasus neonatus kedua meninggal dalam 15 hari perawatan dengan sebab kematian
sepsis berat dan syok septik dengan faktor risiko BBLSR dan prematuritas.

Kesimpulan
Manifestasi klinis pada neonatus Covid-19 sering tidak menunjukkan gejala yang
khas. Meskipun termasuk dalam kelompok rentan, usía pediatri sering kali memiliki
3
gejala yang lebih ringan dibandingkan dengan usía dewasa. Hal ini terkait dengan
maturitas dan fungsi ACE-2 pada anak cenderung lebih rendah sehingga gejala yang
tampak hanya berupa demam, gangguan pernapasan, batuk, pilek, dan beberapa ada yang
memiliki gejala pada pencernaannya.
Kasus Covid-19 pada neonatus di RSUD Ulin sebagai rumah sakit rujukan di
Provinsi Kalimantan Selatan masih cukup tinggi. Penularan sangat mungkin terjadi
melalui jalur tranplasental, tetapi melalui jalur yang lain masih belum dapat disingkirkan
meskipun proses kelahiran maupun tatalaksana pasca dilahirkan telah memenuhi protokol
kesehatan yang ada. Adanya dua kasus kematian bayi dengan riwayat konfirmasi positf
pada awal kelahiran, sangat mungkin terjadi karena penyakit lain yang menyertai/ko-
morbid pada kedua bayi tersebut. Usaha untuk menmgurangi risiko terjadinya penularan
pada neonatus perlu terus ditingkatkan, serta perlunya dilakukan penelitian terhadap
kemungkinan infeksi transplasental. Kerjasama yang erat antara divisi-divisi pelaksana
langsung pelayanan perawatan pasien Covid-19, khsususnya neonatus terkonfirmasi
positif, perlu terus ditingkatkan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Dong Y, Mo X, Hu Y, Qi X, Jiang F, Jiang Z, Tong S. Epidemiology of Covid-


19 among children in China. Pediatrics. 2020 Jun 1;145. DOI:
https://doi.org/10.1542/peds.2020-0702
2. “Data Covid-19.” [Online]. [diakses pada 16 Mei 2021]. Tersedia di:
https://data.world/shad/Covid-analysis
3. Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. [diakses pada 16 Mei 2021]. Tersedia
di: https://Covid19.go.id/peta-sebaran .
4. World Health Organization. Coronavirus disease (Covid-19) Pandemic. 2020.
[diakses pada 15 Mei 2021]. Tersedia di: https://Covid19.who.int/.
5. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Coronavirus Disease (Covid-19) Revisi ke 5. Direktorat Jenderal Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit (P2P). Jakarta;2020.
6. Lu Q, Shi Y. Coronavirus disease (Covid-19) and neonate: what neonatologist need to
know. Journal of Medical Virology. 2020;92:564-7
7. Susilo A, Rumende CM, Pitoyo CW, Santoso WD, Yuliati M, Herikurniawan, et al.
Coronavirus disease 2019: Review of current literature. Jurnal Penyakit Dalam
Indonesia. 2020;7:45-67. 25.
8. Liu Y, Gayle AA, Wilder-Smith A, Rocklöv J. The reproductive number of COVID-
19 is higher compared to SARS coronavirus. J Travel Med. 2020;27.
9. Jiatong S, Lanqin L, Wenjun L. Covid-19 epidemic: Disease characteristics in
children. J Med Viral. 2020. DOI: 10.1002/jmv.25807
10. Ikatan Dokter Anak Idonesia. Panduan Klinis Tatalaksana Covid-19 pada Anak Edisi
2. Jakarta : Satuan Tugas Covid-19 Ikatan Dokter Anak Indonesia
4
11. Chen Z-M, Fu J-F, Shu Q, Chen Y- Hua C-Z, Li F-B, H, et al. 2020. Diagnosis and
treatment recommendations for pediatric respiratory infection caused by the 2019
novel coronavirus. World J Pediatr. 2020;16:240-6.
12. “Data Covid-19-19.” [Online]. Available at https://data.world/shad/Covid-analysis
13. Lu Q, Shi Y. Coronavirus disease (Covid-19) and neonate: what neonatologist need to
know. Journal of Medical Virology. 2020;92:564-7
14. Yu Y, Chen P. Coronavirus disease 2019 (Covid-19) in neonates and children from
China: a review. Frontiers in Pediatrics. 2020;8:1-12.
15. Saikia D, Mahanta B. Cardiovascular and respiratory physiology in children. Indian J
Anaesth. 2019;63: 690-7.

Anda mungkin juga menyukai