Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MATERNITAS
OLIGOHIDRAMNION

Dosen Pembimbing :
Ns. Andi Mayasari Usman, S.Kep.,M.Kep

Disusun Oleh:
Dian Angela Wermasubun
224291517046

UNIVERSITAS NASIONAL
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2023
LAPORAN PENDAHULUAN

OLIGOHIDRAMNION

A. Konsep Dasar
1. Defenisi Oligohidramnion
Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban
kurang dari normal, yaitu kurang dari 500 cc. Oligohidramnion adalah
kondisi dimana air ketuban terlalu sedikit, yang didefinisikan sebagai
indeks cairan amnion ( AFI ) di bawah persentil 5. Volume cairan
ketuban meningkat selama masa kehamilan, dengan volume sekitar 30
ml dan 10 minggu kehamilan dan puncaknya sekitar 1 L di 34-36
minggu kehamilan.
.
2. Etiologi Oligohidramnion
Penyebab oligohidramnion tidak dapat dipahami sepenuhnya.
Mayoritas wanita hamil yang mengalami tidak tau pasti apa penyebab
oligohidramnion yang telah terdeteksi adalah cacat bawaan janin dan
bocornya kantung/ membrane cairan ketuban yang mengelilingi jalan
dalam rahim. Sekitar 7% bayi dari wanita yang mengalami
oligohidramnion mengalami cacat bawaan, seperti gangguan ginjal
dan saluran kemih karena jumlah urine yang diproduksi janin
berkurang. Masalah kesehatan lain yang juga telah dihubungkan
dengan oligohidramnion adalah tekanan darah tinggi, diabetes, SLE
dan masalah pada plasenta. Serangkaian pengobatan yang dilakukan
untuk menangani tekanan darah tinggi, yang dikenal dengan nama
angiotensin- converting enxyme inhibitor ( mis captopril ), dapat
merusak ginjal janin dan menyebabkan oligohidramnion parah dan
kematian janin. Wanita yang memiliki penyakit tekanan darah tinggi
yang kronis seharusnya berkonsultasi terlebih dahulu dengan ahli
kesehatan sebelum merencanakan kehamilan untuk memastikan
bahwa tekanan darah mereka tetap terawasi baik dan pengobatan yang
mereka lalui adalah aman selama kehamilan mereka.
3. Patofisiologi oligohidramnion
Mekanisme atau patofisiologi terjadinya oligohidramnion dapat
dikaitkan dengan adanya sidroma potter dan fenotip pottern,
dimana sindroma potter dan fenotip pottern adalah suatu keadaan
kompleks yang berhubungan dengan gagal ginjal bawaan dan
berhubungan dengan oligohidramnion ( cairan ketuban yang
sedikit).
Fenotip pottern digambarkan sebagai suatu keadaan khas pada bayi
baru lahir, dimana cairan ketubannya sangat sedikit atau tidak ada.
Oligohidramnion menyebabkan bayi tidak memiliki bantalan
terhadap dinding rahim. Tekanan dari dinding rahim menyebabkan
gambaran wajah yang khas ( wajah potter ). Selain tu, karena ruang
di dalam rahim sempit, maka anggota gerak tubuh menjadi
abnormal atau mengalami kontraktur dan terpaku pada posisi
abnormal.
Oligohidramnion juga menyebabkan terhentinya perkembangan
paru-paru ( paru-paru hipoplastik ), sehingga pada saat lahir, paru-
paru tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Pada sindroma potter,
kelainan yang utama adalah gagal ginjal bawaan, baik karena
kegagalan pembentukan ginjal ( agenesis ginjal bilateral ) maupun
karena penyakit lain pada ginjal yang menyebabkan ginjal gagal
berfungsi.
Dalam keadaan normal, ginjal membentuk cairan ketuban ( sebagai
air kemih ) dan tidak adanya cairan ketuban menyebabkan
gambaran yang khas sindroma potter.
4. Manisfestasi klinis oligohidramnion
1) Uterus tampak lebih kecil dari usia kehamilan dan ballotemen.
2) Ibu merasa nyeri di perut pada setiap pergerakan anak.
3) Sering berakhir dengan partus prematurus
4) Bunyi jantung anak sudah terdengar mulai bulan kelima dan
terdengar lebih jelas
5) Persalinan lebih lama dari biasanya
6) Swaktu his akan sakit sekali
7) Bila ketuban pecah, air ketuban sedikit sekali bahkan tidak ada
yang keluar

5. Penatalaksanaan Oligohidramnion
Sebenarnya air ketuban tidak akan abis selama kehamilan masih
normal dan janin masih hidup. Bahkan air ketuban akan tetap
diproduksi, meskipun sudah pecah berhari-hari. Walaupun sebagian
berasal dari kecing janin, air ketuban berbeda ari air seni biasa, baunya
sangat khas. Ini yang menjadi petunjuk bagi ibu hamil untuk
membedakan apakah yang keluar itu air ketuban atau air seni.
Supaya volume cairan ketuban kembali normal, dokter umumnya
menganjurkan ibu hamil untuk menjalani pola hidup sehat, terutama
makan dengan asupan gizi berimbang. Pendapat bahwa satu-satunya
cara untuk memperbanyak cairan ketuban adalah dengan
memperbanyak porsi dan frekuensi minum adalah salah kaprah tidak
benar bahwa kurangnya air ketuban membuat janin tidak bisa lahir
normal sehingga mesti operasi sesar. Bagaimanapun, melahirkan
dengan cara operasi sesar merupakan pilhan terakhir pada kasus
kekurangan air ketuban. Maeskipun ketuban pecah sebelum waktunya,
tetap harus diusahakan persalinan pervaginam dengan cara induksi
yang baik dan benar. Studi baru-baru ini menyarankan bahwa para
wanita dengan kehamilan normal tetapi mengalami oligohidramnion
dimasa-masa terkhir kehamilannya kemungkinan tidak perlu
menjalani treatment khusus, dan bayi mereka cenderung lahir dengan
sehat. Akan tetapi wanita tersebut terus mengalami pemantauan terus-
menerus. Dokter mungkin akan merekomendasikan untuk menjalani
pemeriksaan USG setiap minggu bahkan lebih sering untuk
mengamati apakah jumlah cairan ketuban terus berkurang, jika
indikasi berkurangnya cairan ketuban tersebut terus berlangsung,
dokter mungkin akan merekomendasikan persalinan awal dengan
bantuan induksi untuk mencegah komplikasi selama persalinan dan
kelahiran. Sekitar 40-50% kasus oligohidramnion berlangsung
sehingga persalinan tanpa treatment sama sekali. Selain pemeriksaan
USG, doker mungkin akan merekomendasikan tes terhadap kondisi
janin, seperti tes rekam kontraksi untuk menganti kondisi stress
tidaknya janin, dengan cara merekam denyut jantung janin . Tes ini
dapat memberikan informasi penting untuk dokter jika janin dalam
rahim mengalami kesulitan. Dalam kasus demikian, dokter cenderung
untuk merekomendasikan persalinan lebih awal untuk mencegah
timbulnya masalah lebih serius. Janin yang tidak berkembang
sempurna dalam rahim ibu yang mengalami oligohidramnion beresiko
tinggi untuk mengalami komplikasi selama persalinan, ibu dengan
kondisi janin seperti ini akan dimonitor ketat bahkan kadang-kadang
harus tinggal di rumah sakit. Jika wanita mengalami oligohidramnion
di saat-saat hampir bersalin, dokter mungkin akan melakukan tindkan
untuk memasukan larutan salin melalui leher rahim kedalam rahim.
Cara ini mungkin mengurangi komplikasi selama persalinan dan
kelahiran juga menghindari persalinan lewat operasi sesar
6. Komplikasi Oligohidramnion
Kurangnya cairan ketuban tentu saja akan menganggu kehidupan
janin, bahkan dapat mengakibatkan kondisi gawat janin. Seolah-
olah janin tumbuh dalam kamar sempit yang membuatnya tidak
bisa bergerak bebas. Malah pada kasus exterm dimaana suah
terbentuk amniotic band bukan tidak mustahil terjadi kecacatan
karena angota tubuh janin terjepit atau terpotong oleh amniotic
band tersebut.
Efek janin berkemungkinan memiliki cacat bawaan pada salurn
kemih, pertumbuhannya terhambat, bahkan meninggal sebelum
dilahirkan sesaat setelah melahirkan pun sanat mungkin bayi
beresiko tak segera bernapas secara spontan dan teratur.
Bahaya lainnya akan terjadi bila ketuban lalu sobek dan airnya
merembes sebelum tiba waktu bersalin. Kondisi ini amat beresiko
menyebabkan terjadinya infeksi oleh kuman yang berawal dari
bawah. Pada kehamilan lewat bulan, kekurangan air ketuban juga
sering terjadi karena ukuran tubuh janin semakin besar.
Masalah-masalah yang dihubungkan dengan terlalu sedkitnya
cairan ketuban berbeda-beda tergantung dari usia kehamilan .
Oligohidramnion dapat terjadi di masa kehamilan trimester pertma
atau pertengahan usia kehamilan cenderung berakibat serius
dibandingkan jika terjadi di masa kehamilan trimester terakhir.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Biodata
1) Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa,
nama penanggung jawab, hubungan dengan klien,
pekerjaan penangung jawab, nomor register, tanggal
masuk rumah sakit dan diagnose medis
b. Keluhan utama
Keluhan utama di kumpulkan untuk menetapkan prioritas
intervensi keperawatan dan mengambarkan kondisi kehamilan
selama di rumah atau sebelum di lakukan tindakan section
caeserea, biasa pada klien oligohidromnion di temukan adanya
keluar lender bercampur darah, keluarnya cairan ketuban
pervagina secara sepontan kemudian tidak di ikuti tanda- tanda
persalinan, sebelum melakukan operasi section caesarea.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan klen saat di lakukan pengkajian pada klien post
operation section caeserea temukan adanya rasa nyerii pada
luka operasi, pusing, mual dan muntah setelah operasi.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Pada riwayat kesehatan dahulu apakah klien pernah menderita
penyakit ini yang sama pada kehamilan sebemunya, apakah
sebelmnyaklien pernah mengalami penyakit CPD. Pre eklamsi
berat, ketban pecah dini.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasana tidak terdapat angka keluarga
menderita penyakit ini yang berkaitan dnegan oligohidromnion,
tetapi terdapat salah satu anggota keluarga yang jga menderita
penyakit keturunan seperti hipertensi, diabetes mellitus, jantung
dan penyakit menular seperti TBC.
f. Riwayat keluarga berencana jenis konstrasepsi yang di gnakan
sebelum hamil, waktu dan lamanya, rencana kontrasepsi yang
akan di gunakan.
g. Pola fungsi kesehatan
 Pola aktiftas
Pada pasien dapat melakukan aktifitas seperti biasanya,
tidak membutuhkan tenaga banyak, klen cepat lelah,
pada klien dapat keterbatasan aktifitas karena
mengalami kelemahandan nyeri
 Pola nutrisi dan metabolism
Pada klien terjadi peningkatan nafsu makan karena
keinginan dari menyusui bayinya
 Pola eliminasi
Pada klien pertama klien terpasang kateter, dari hari
kedua biasanya klien sudah mobilisasi klien dapat
sering terjadi konstapasi karena peristik usus belum
bekerja secara optimal.
h. Pemeriksaan fisik
 Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-
kadang terdapat adanya cloasma gravidarum, dan
apakah ada benjolan.
 Mata
Pada pasien post operasi ditemukan pada pemeriksaan
mata, konjuctiva anemis, karena proses persalinan yang
mengalami perdarahan
 Leher
Pada pasien post operasi ditemukan adanya pembesaran
kelenjar tiroid, pembesaran kelenjar limfe, dan
pembseran vema jgularis.
1. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko cidera janin
b. Ansietas
c. Nyeri akut

2. Perencanaan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawata (SLKI) (SIKI)
n
(SDKI)
1. Resiko cedera Setelah dilakukan tindakan Perawatan persalinan
janin keperawatan selama 3x 8 jam maka resiko
resiko cidera janin membaik Observasi:
dengan kriteria hasil: 1.Periksa tanda dan gejala
1. Kejadian cidera dari skala cukup vital
meningkat 2. Identifikasi posisi janin
2. Luka/ lecet dari skala cukup dengan USG
meningkat 3. Identifikasi perdaahan
3. Ketegangan otot dari skala pasca persalinan
sedang menjadi menurun Terapeutik
4. Tekanan darah dari skala cukup 4.Siapkan peralatan yang
membaik sesuai, termasuk monitor
5. Frekuensi nadi dari skala cukup janin
membaik 5. Lakukan perineal scrub
Edukasi
6.Jelaskan karakteristik
bayi baru lahir yang terkait
dengan kelahiran beresiko
tinggi
Kolaborasi
7.Koloborasi dengan tim

2. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri


perawatan selama 3x8 jam maka Observasi
tigkat nyeri menurun dengan 1.Identifikasi
kriteria hasil: lokasi,karakterisik,durasi,
1.Keluhan nyeri menurun frekuensi, kualitas,
2. Meringis menurun intesitas nyeri
3. Sikap protektif menurun 2. Identifikasi skala nyeri
4. Kesulitan tidur menurun 3. Identifikasi respon nyeri
5. Muntah menurun Terapeutik
5.Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
6.Fasilitas istirahat dan
tidur

Edukasi
9.Anjurkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

3. Ansietas Setelah dilakukan tindakan Reduksi ansietas


keperawatan selama 3x8 jam Observasi
tingkat ansietas menurun dengan 1.Identifikasi saat tinglkat
kriteria hasil: ansietas berubah
1.Verbalisasi kebingungan 2.Identifikasi kemampuan
menurun mengambil keputusan
2. Verbalisasi kwatir akibat kondisi Terapeutik
yang dihadapi menurun 3.Ciptakan suasana
terapeutik untuk
menumbuhkan
kepercayaan
Edukasi
5. Jelaskan prosedur
termasuk sensasi yang
mungkin dialami
6. Informasikan secara
factual mengenai diagnosis
pengobatan dan prognosis
Kolaborasi
7.Kolaborasi pemberian
antiansietas, jika perlu
3. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tahap setelah perawat menentukan
intervensi atau rencana tindakan yang tepat pada pasien. Implementasi
merupakan pelaksanaan dari rencana keperawatan untuk mencapai tujuan
yang diinginkan. Tahapimplementasi dimulai setelah rencana intervensi
disusun dan ditujukan pada kemamuan perawat untuk membatu klien
mencapai tujuan yang di harapkan. Oleh karena itu rencana intervensi yang
detail dilaksanakan utnuk mengubah factor-faktor yang mempengaruhi
masalah kesehatan klien (Nursalam,2014).

4. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap terakhir didasarkan pada tujuan keperawatan
yang di tetapkan. Penetapan keberhasilan dari suatu asuhan keperawatan
didasarkan pada kriteria hasil yang sudah di tetapkan, yaitu terjadinya
adaptasi atau perubahan-perubahan pada setiap individu (Nursalam,2014).
DAFTAR PUSTAKA

Andra, S.W., & Yessie, M.P. (2013). KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah

Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika

Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.

Suharyanto dan Abdul, Madjid. 2013. Asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan sistem perkemihan. Trans Info Media: Jakarta.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standart Diagnosis Keperawatan Indonsia.

Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2017). Standart Intervensi Keperawatan Indonesia.

Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2017). Standart Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta:

Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Anda mungkin juga menyukai