Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
Oligohidroamnion
Oleh :
Fathul
Mahfudhah
Nikki
Yuliana
Pembimbing :
dr. H. Achmad Mansyur
1
BAB 1
PENDAHULUAN
2
1.2 Manfaat penulisan
1. Bagi dokter muda sebagai bahan pembelajaran kepaniteraan klinik mengenai
garis besar Oligohidroamnion.
2. Bagi masyarakat dapat memberikan sumber informasi mengenai
Oligohidroamnion.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Oligohidroamnion
2.1 Pengertian
Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari
normal, yaitu kurang dari 500 cc.
Definisi lainnya menyebutkan sebagai AFI yang kurang dari 5 cm. Karena
VAK tergantung pada usia kehamilan maka definisi yang lebih tepat adalah AFI
yang kurang dari presentil 5 ( lebih kurang AFI yang <6.8 cm saat hamil cukup
bulan) 13.
2.2 Epidemiologi
2.3 Etiologi
Penyebab oligohydramnion tidak dapat dipahami sepenuhnya. Mayoritas
wanita hamil yang mengalami tidak tau pasti apa penyebabnya. Penyebab
oligohydramnion yang telah terdeteksi adalah cacat bawaan janin dan bocornya
kantung/ membran cairan ketuban yang mengelilingi janin dalam rahim. Sekitar
7% bayi dari wanita yang mengalami oligohydramnion mengalami cacat bawaan,
seperti gangguan ginjal dan saluran kemih karena jumlah urin yang diproduksi
janin berkurang. Masalah kesehatan lain yang juga telah dihubungkan dengan
oligohidramnion adalah tekanan darah tinggi, diabetes, SLE, dan masalah pada
plasenta. Serangkaian pengobatan yang dilakukan untuk menangani tekanan darah
4
tinggi, yang dikenal dengan namaangiotensin-converting enxyme inhibitor (mis
captopril), dapat merusak ginjal janin dan menyebabkan oligohydramnion parah
dan kematian janin. Wanita yang memiliki penyakit tekanan darah tinggi yang
kronis seharusnya berkonsultasi terlebih dahulu dengan ahli kesehatan sebelum
merencanakan kehamilan untuk memastikan bahwa tekanan darah mereka tetap
terawasi baik dan pengobatan yang mereka lalui adalah aman selama kehamilan
mereka.
Fetal :
Kromosom
Kongenital
Hambatan pertumbuhan janin dalam rahim
Kehamilan postterm
Premature ROM (Rupture of amniotic membranes)
Maternal :
Dehidrasi
Insufisiensi uteroplasental
Preeklamsia
Diabetes
Hypoxia kronis
Induksi Obat :
Indomethacin and ACE inhibitors
Idiopatik2
2.4 Patofisiologi
Mekanisme atau patofisiologi terjadinya oligohidramnion dapat dikaitkan
dengan adanya sindroma potter dan fenotip pottern, dimana, Sindroma Potter dan
Fenotip Potter adalah suatu keadaan kompleks yang berhubungan dengan gagal
ginjal bawaan dan berhubungan dengan oligohidramnion (cairan ketuban yang
sedikit).
Fenotip Potter digambarkan sebagai suatu keadaan khas pada bayi baru
lahir, dimana cairan ketubannya sangat sedikit atau tidak ada. Oligohidramnion
menyebabkan bayi tidak memiliki bantalan terhadap dinding rahim. Tekanan dari
5
dinding rahim menyebabkan gambaran wajah yang khas (wajah Potter). Selain itu,
karena ruang di dalam rahim sempit, maka anggota gerak tubuh menjadi abnormal
atau mengalami kontraktur dan terpaku pada posisi abnormal.
Oligohidramnion juga menyebabkan terhentinya perkembangan paru-paru
(paru-paru hipoplastik), sehingga pada saat lahir, paru-paru tidak berfungsi
sebagaimana mestinya. Pada sindroma Potter, kelainan yang utama adalah gagal
ginjal bawaan, baik karena kegagalan pembentukan ginjal (agenesis ginjal bilateral)
maupun karena penyakit lain pada ginjal yang menyebabkan ginjal gagal berfungsi.
Dalam keadaan normal, ginjal membentuk cairan ketuban (sebagai air
kemih) dan tidak adanya cairan ketuban menyebabkan gambaran yang khas dari
sindroma Potter.
6
Ibu merasa nyeri di perut pada setiap pergerakan anak.
Sering berakhir dengan partus prematurus.
Bunyi jantung anak sudah terdengar mulai bulan kelima dan terdengar lebih
jelas.
Persalinan lebih lama dari biasanya.
Sewaktu his akan sakit sekali.
Bila ketuban pecah, air ketuban sedikit sekali bahkan tidak ada yang keluar16.
2.6 Diagnosa
Pemeriksaan dengan USG dapat mendiagnosa apakah cairan ketuban terlalu
sedikit atau terlalu banyak. Umumnya para doketer akan mengukur ketinggian
cairan dalam 4 kuadran di dalam rahim dan menjumlahkannya. Metode ini dikenal
dengan nama Amniotic Fluid Index (AFI). Jika ketinggian amniotic fluid (cairan
ketuban) yang di ukur kurang dari 5 cm, calon ibu tersebut didiagnosa mengalami
oligohydramnion. Jika jumlah cairan tersebut lebih dari 25 cm, ia di diagnosa
mengalami poluhydramnion17
2.7 Penatalaksanaan
Sebenarnya air ketuban tidak akan habis selama kehamilan masih normal
dan janin masih hidup. Bahkan air ketuban akan tetap diproduksi, meskipun sudah
pecah berhari-hari. Walau sebagian berasal dari kencing janin, air ketuban berbeda
dari air seni biasa, baunya sangat khas. Ini yang menjadi petunjuk bagi ibu hamil
untuk membedakan apakah yang keluar itu air ketuban atau air seni.
7
Studi baru-baru ini menyarankan bahwa para wanita dengan kehamilan
normal tetapi mengalami oligohydramnion dimasa-masa terakhir kehamilannya
kemungkinan tidak perlu menjalani treatment khusus, dan bayi mereka cenderung
lahir denga sehat. Akan tetapi wanita tersebut harus mengalami pemantauan terus-
menerus. Dokter mungkin akan merekomendasikan untuk menjalani pemeriksaan
USG setiap minggu bahkan lebih sering untuk mengamati apakah jumlah cairan
ketuban terus berkurang. Jika indikasi berkurangnya cairan ketuban tersebut terus
berlangsung, dokter mungkin akan merekomendasikan persalinan lebih awal
dengan bantuan induksi untuk mencegah komplikasi selama persalinan dan
kelahiran. Sekitar 40-50% kasus oligohydramnion berlangsung hingga persalinan
tanpa treatment sama sekali. Selain pemeriksaan USG, dokter mungkin akan
merekomendasikan tes terhadap kondisi janin, seperti tes rekam kontraksi untuk
mengganti kondisi stress tidaknya janin, dengan cara merekam denyut jantung
janin. Tes ini dapat memberi informasi penting untuk dokter jika janin dalam rahim
mengalami kesulitan. Dalam kasus demikian, dokter cenderung untuk
merekomendasikan persalinan lebih awal untuk mencegah timbulnya masalah lebih
serius. Janin yang tidak berkembang sempurna dalam rahim ibu yang mengalami
oligohydramnion beresiko tinggi untuk mengalami komplikasi selama persalinan,
seperti asphyxia (kekurangan oksigen), baik sebelum atau sesudah kelahiran. Ibu
dengan kondisi janin seperti ini akan dimonitor ketat bahkan kadang-kadang harus
tinggal di rumah sakit.
8
2.8 Prognosis
Semakin awal oligohidramnion terjadi pada kehamilan, semakin buruk
prognosisnya
Jika terjadi pada trimester II, 80-90% mortalitas3
2.9 Komplikasi
Kurangnya cairan ketuban tentu aja akan mengganggu kehidupan janin,
bahkan dapat mengakibatkan kondisi gawat janin. Seolah-olah janin tumbuh dalam
kamar sempit yang membuatnya tidak bisa bergerak bebas. Malah pada kasus
extrem dimana suah terbentuk amniotic band (benang atau serat amnion) bukan
tidak mustahil terjadi kecacatan karena anggota tubuh janin terjepit atau
terpotong oleh amniotic band tersebut.
Bahaya lainnya akan terjadi bila ketuban lalu sobek dan airnya merembes
sebelum tiba waktu bersalin. Kondisi ini amat beresiko menyebabkan terjadinya
infeksi oleh kuman yang berasal daribawah. Pada kehamilan lewat bulan,
kekurangan air ketuban juga sering terjadi karena ukuran tubuh janin semakin
besar.
9
kandungan. Jika ologohidramnion terjadi di masa kehamilan trimester terakhir, hal
ini mungkin berhubungan dengan pertumbuhan janin yang kurang baik. Disaat-saat
akhir kehamialn, oligohidramnion dapat meningkatkan resiko komplikasi
persalinan dan kelahiran, termasuk kerusakan pada ari-ari memutuskan saluran
oksigen kepada janin dan menyebabkan kematian janin. Wanita yang mengalami
oligohidramnion lebih cenderung harus mengalami operasi caesar disaat
persalinannya19.
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Anamnesa
a) Identitas Pasien
10
Nama : Ny.SKD
Usia : 26 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Loa Janan
Masuk Rumah Sakit pada tanggal 08 Mei 2017, pukul 22.50
b) Identitas Suami
Nama : Tn.A
Usia : 35 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Loa Janan
c) Keluhan Utama:
Nyeri perut sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit
d) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan nyeri pada perut saat bayi bergerak
sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga mengatakan perutnya
seperti mengecil beberapa minggu ini. Riwaya teluar air, darah maupun
lendir dari jalan lahir tidak ada. Mual tidak ada, muntah, tidak ada.
e) Riwayat Haid
Menarche pada usia 14 tahun, lama haid 6 hari, jumlah darah haid : ganti
pembalut 3 kali sehari.
Hari pertama haid terakhir : 16 - 07 - 2016
Taksiran waktu persalinan : 23 04 2017
f) Riwayat Obstetri
11
Keadaan
N Tahun Tempat Umur Jenis Penolong Jenis Kelamin
Anak
o Partus Partus kehamilan Persalinan Persalinan Anak/ BB
Sekarang
1 2010 RS Aterm Spontan Bidan L /3100 gr Sehat
2. 2011 RS 2 bulan kuret Dokter - Abortus
3. 2013 RS 6 bulan kuret Dokter - Abortus
4. 2014 RS 6 bulan kuret Dokter - Abortus
2017 Hamil ini
g) Riwayat Penyakit Dahulu
Hipertensi (-), Diabetes Mellitus (-)
h) Riwayat Penyakit Keluarga
Hipertensi (-), Diabetes Mellitus (-)
i) Riwayat Penggunaan Kontrasepsi
Pil KB selama 3 bulan
3.2 Pemeriksaan Fisik
a) Berat badan : 85 kg
b) Tinggi badan : 157 cm
c) Keadaan umum : Sedang
d) Kesadaran : compos mentis (E4V5M6)
e) Tanda vital
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Frekuensi nadi : 89 kali/menit
Frekuensi nafas : 22 kali/menit
Suhu : 36,80C
f) Status generalisata
Kepala / leher : mata cowong (-/-), konjunctiva anemis (-/-), sklera
ikterik (-/-)
Thorax
- Pulmo
Inspeksi : bentuk dan pergerakan simetris
Palpasi : fremitus raba dextra=sinistra
Perkusi : sonor di seluruh lapangan paru
Auskultasi : vesikuler, ronki (-/-), wheezing (-/-)
12
- Cor
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : batas kanan ICS 2 parasternal line dextra
batas kiri ICS V midclavicular line sinistra
Auskultasi : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Lihat status obstetri
Ekstremitas : edema -/-, akral hangat
g) Status obstetrik :
1) Inspeksi : cembung, linea nigra (+), striae (+)
2) Palpasi :
Tinggi Fundus Uteri : 32 cm
Leopold 1 : Bokong
Leopold II : Punggung kanan
Leopold III : Kepala
Leopold IV : Belum masuk pintu atas panggul
VT : tidak dilakukan
DJJ : 151x/menit
HIS :-
13
HbsAg : NR
112 : NR
Ur : 20.4
Cr : 0.5
Pemeriksaan USG (04-05-2017), dengan hasil :
Letak Kepala
Punggung : Kanan
Air ketuban sedikit
Bayi baik
3.5 Penatalaksanaan
Observasi KU, TTV, HIS,DJJ
Lapor dr.Sp.OG, Advice:
o R/ SC
o Puasakan pasien jam 02.00
o Lapor ulang jam 07.00
3.6 Follow Up
Rencana tindakan dan
Tanggal Follow up
Penatalaksanaan
08/05/2017 S :Pasien datang dengan keluhan nyeri pada Observasi KU, TTV,
12.45 perut saat bayi bergerak sejak 5 hari HIS,DJJ
sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga Lapor dr.Sp.OG, Advice:
mengatakan perutnya seperti mengecil o R/ SC
beberapa minggu ini. Riwaya teluar air, o Puasakan pasien jam 02.00
darah maupun lendir dari jalan lahir tidak o Lapor ulang jam 07.00
ada. Mual tidak ada, muntah, tidak ada.
O : CM, TD: 12/70mmHg, HR: 89x/mnt
RR:22x/mnt, Temp: 36,8C
14
A : G5P1A3 gravid 41-42 minggu + Janin
tunggal hidup intra uterin + belum inpartu +
Oligohidroamnion.
09/05/2017 S : Nyeri bekas operasi SC D5 : RL = 2:2
10.00 O : CM, TD: 120/80, HR : 74x/mnt RR
20x/mnt, Temp: 36,6C
A : Post SC hari I a/i Oligohidroamnion
Laporan Operasi
15
M. Rectus abdominis dibuka secara tumpul ke lateral hingga tampak
peritoneum
Peritoneum disayat keatas hingga tampak uterus
Dilakukan insisi pada segmen bawah uterus sampai subendometrium,
endometrium ditembus secara tumpul dengan jari.
Dengan meluksir kepala dilahirkan janin pada pukul 10.05 WITA jk: Laki-laki,
pb/bb: 50cm/3200gr, A/S: 8/9, kelainan (-)
Plasenta dan selaput ketuban dilahirkan secara manual
Eksplorasi pada kavum uteri dan ostium uteri internum
Uterus dijahit dengan vicryl 1-0 secara interrupted suture
Eksplorasi ulang, setelah diyakini tidak ada perdarahan, dinding perut dijahit
lapis demi lapis
16
BAB IV
PEMBAHASAN
Berikut adalah perbandingan antara teori dan fakta pada kasus ini. Perbandingan
dibuat dalam bentuk tabel agar lebh mudah dipahami.
Anamnesis
Teori Fakta
Pasien menderita mual dan muntah terus Pada pasien ini didapatkan mual dan
menerus, merasa lemah, nafsu makan muntah terus menerus saat makan dan
tidak ada, dan nyeri ulu hati mencium bau makanan, lemas, nafsu
makan menurun.
Gejala dan Tanda
Mual dan muntah terus menerus, semua Mual dan muntah terus menerus dan
yang dimakan maupun diminum merasa haus, mulut kering, lemas,
dimuntahkan, merasa haus yang hebat. namun pasien masih dalam keadaan
Apabila dalam keadaan berat, dapat
17
terjadi gangguan kesadaran, muntah komposmentis, mata cowong, nafsu
berkurang. makan menurun.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan yang harus dilakukan Pemeriksaan status generalisata dan
adalah status generalisata dan tanda tanda vital dilakukan dan didapatkan
vital. Pada pemeriksaan akan didapatkan keadaan pasien sedang, komposmentis,
keadaan pasien lemah, apatis sampai peningkatan frekuensi nadi, suhu
koma, peningkatan frekuensi nadi, suhu normal, tekanan darah sempat
meningkat, tekanan darah menurun, atau menurun, mata cekung.
ada tanda dehidrasi.
Pemeriksaan Laboratorium
Dapat ditemukan ketone pada urine dan Pada pasien ini ditemukan keton pada
kadar natrium dan klorida menurun. pemeriksaan urine (+3), natrium sedikit
menurun (131 mmol/L) dan Klorida
masih normal (103 mmol/L)
Penatalaksanaan
Diet tinggi karbohidrat dan rendah Pada pasien ini diberikan diet
lemak. Rehidrasi dan penggantian tinggi karbohidrat, tinggi protein,
mineral dan vitamin dengan kombinasi rendah lemak. Dilakukan rehidrasi
vitamin B6. dengan RL : D5 dengan
Pemberian metoclopramide perbandingan = 1 : 1 = 20 tpm
/ondansentron/promethazine apabila Injeksi metoklopramid 3x1 ampul
terdapat dehidrasi dan IV Ranitidin 2x50 mg iv
metoklopramide/trimethobenzamide/
ondansetron apabila tanpa dehidrasi.
18
DAFTAR PUSTAKA
19
6. WiknjoSastro (2005). Ilmu Kebidanan, Edisi ketiga, Cetakan Ketujuh.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo.
7. Wesson, N. (2002). Morning Sickness: Panduan Lengkap Memahami
Penyebab dan Perawatan Mual dan Muntah Ketika Hamil. Jakarta: Prestasi
Pustaka Publisher
8. Tiran, D. (2008). Mual dan Muntah dalam Kehamilan. Jakarta: EGC
9. Stoppard. ( 2007). Buku Pintar Kehamilan Minggu Perminggu. Jakarta: PT.
Mitra Media.
10. Ogunyemi, D.A. (2007). Hiperemesis Gravidarum.
http://www.emedicine.com /MED/topic1075.htm, diperoleh tanggal 21 Juli
2016.
11. Sheehan, P. (2007). Hiperemesis Gravidarum Assesment and Management.
Australian Family Physician, Vol 36 (699), 3
12. Mansjoer, A., Triyanti, K., Savitri, R., Wardhani, W.I, Setiowulan, W.
(2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.
13. Smith, et al.. (2006). Treatment Option for Nausea and Vomiting During
Pregnancy. Pharmacotherapy: 26(9) 1273-1287.
14. Mesics, S. (2008). Hiperemesis Gravidarum. http://www.guidelines.gov/
summary/summary.aspx?doc_id=10939, diperoleh tanggal 21 jui 2016
15. Koren G, Maltepe C. (2004). Pre-emptive therapy for severe nausea and
vomiting of pregnancy and hiperemesis gravidarum. J Obstet
Gynaeco;24:530-3
16. Magee LA, Mazzotta P, Koren G. (2002) Evidence-based view of safety and
effectiveness of pharmacologic therapy for nausea and vomiting of
pregnancy (NVP). Obstet Gynecol.;186:S256
17. Siddik D. Kelainan gastrointestinal. In: Saifuddin AB, Rachimhadhi T,
Wiknjosastro GH. (2008) editors. Ilmu kebidanan. 4th Ed. Jakarta: PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo..p.814-28.
18. Niebyl JR. (2010). Nausea and vomiting in pregnancy. N Engl J
Med;363:1544-50
19. Jueckstock JK, Kaestner R, Mylonas I. (2010). Managing hiperemesis
gravidarum: a multimodal challenge. BMC Medicine;8:46.
20
21