Anda di halaman 1dari 23

Laboratorium Farmakologi Klinik Case Study Anti Depresan

Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman

P-Treatment
Obat Anti Depresan

Oleh

Danu Kusuma Wardani


Listyono Wahid Rhomadani
Muhammad Farlyzhar Yusuf

Pembimbing

dr. Ika Fikriah, M. Kes

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik


Laboratorium Farmakologi Klinik
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
2012
GANGGUAN DEPRESI
Definisi
Depresi adalah keadaan emosional yang ditandai kesedihan yang sangat, perasaan
bersalah dan tidak berharga, menarik diri dari orang lain, kehilangan minat untuk tidur,
seks, serta hal-hal menyenangkan lainnya.

Gambaran Umum
Gangguan depresi dalam beberapa literatur berada di bawah naungan gangguan
mood. Mood sendiri merupakan subjektivitas peresapan emosi yang dialami dan dapat
diutarakan oleh pasien dan terpantau oleh orang lain. Pasien dengan keadaan mood
terdepresi memperlihatkan kehilangan energy dan minat, merasa bersalah, sulit
konsentrasi, hilangnya nafsu makan, berfikir mati atau bunuh diri. Tanda dan gejala lain
termasuk perubahan dalam tingkat aktivitas, kemampuan kognitif, bicara dan fungsi
vegetative.
Berdasarkan PPDGJ III, episode depresi memiliki gejala utama yaitu afek depresi,
kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi dan menurunnya aktivitas. Dan
disertai gejala lainnya berupa: Menurunnya konsentrasi dan perhatian, berkurangnya rasa
percaya diri, adanya gagasan rasa bersalah, pesimistis, gagasan melukai diri atau bunuh
diri, gangguan tidur, nafsu makan berkurang. Untuk episode depresif diperlukan sekurang-
kurangnya 2 minggu untuk penegakan diagnosis.

Berdasarkan gejala dan ketentuan diatas, episode depresif pada PPDGJ III di bagi
menjadi Depresif ringan, sedang, berat, dan berat dengan gejala psikotik. Dikatakan
episode depresif ringan jika memenuhi minimal 2 dari 3 gejala utama, ditambah minimal 2
dari gejala lainnya, tidak boleh ada gejala berat dan memenuhi kriteria lainnya. Episode
depresif sedang harus memenuhi gejala utama minimal 2 dari 3, dan ditambah 3 dari gejala
lainnya, dan memenuhi kriteria lainnya. Episode depresif berat memenuhi ketentuan semua
gejala utama harus ada, ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya, pasien tidak
mampu meneruskan kegiatan social, dan memenuhi kriteria lainnya. Episode depresif berat
dengan gejala psikotik adalh memenuhi gejala depresi berat di tambah gejala psikotik
seperti halusinasi atau waham.

Epidemiologi
a) Jenis kelamin
Prevalensi gangguan depresif dua kali lebih besar pada wanita dibandingkan laki-laki.
b) Usia
Rata-rata usia onset untuk gangguan depresif adalah kira-kira 40 tahun, 50% dari
semua pasien mempunyai onset antara usia 20 dan 50 tahun. Beberapa data
epidemiologis baru-baru ini menyatakan bahwa insidensi gangguan depresif mungkin
meningkat pada orang-orang yang berusia kurang dari 20 tahun, hal tersebut karena
berhubungan dengan meningkatnya penggunaan alkohol dan zat lain.
c) Ras
d) Status perkawinan
Pada umumnya gangguan depresif terjadi paling sering pada orang yang memiliki
hubungan interpersonal yang erat atau yang bercerai atau berpisah.
e) Pertimbangan sosioekonomi dan cultural

Etiologi
Etiologi depresi terdiri dari :
a) Faktor genetic
Dari penelitian keluarga didapatkan gangguan depresi mayor dan gangguan
bipolar terkait erat dengan hubungan saudara; juga pada anak kembar, suatu bukti
adanya kerentanan biologik, pada genetik keluarga tersebut.
Data genetik dengan kuat menyatakan bahwa suatu faktor penting di dalam
perkembangan gangguan mood adalah genetika. Tetapi, pola penurunan genetika
adalah jelas melalui mekanisme yang kompleks. Bukan saja tidak mungkin untuk
menyingkirkan efek psikososial, tetapi faktor non genetik kemungkinan memainkan
peranan kausatif dalam perkembangan gangguan mood pada sekurangnya beberapa
orang. Penelitian keluarga menemukan bahwa sanak saudara derajat pertama dari
penderita gangguan depresif berat berkemungkinan 2 sampai 3 kali lebih besar
daripada sanak saudara derajat pertama.

b) Faktor Biokmia
Sejumlah besar penelitian telah melaporkan berbagai kelainan di dalam
metabolit amin biogenik yang mencakup neurotransmitter norepinefrin, serotonin dan
dopamine. Dalam penelitian lain juga disebutkan bahwa selain faktor neurotransmitter
yang telah disebutkan di atas, ada beberapa penyebab lain yang dapat mencetuskan
timbulnya depresi yaitu neurotransmitter asam amino khususnya GABA (Gamma-
Aminobutyric Acid) dan peptida neuroaktif, regulasi neurendokrin dan neuroanatomis.
Pada regulasi neuroendokrin, gangguan mood dapat disebabkan terutama oleh
adanya kelainan pada sumbu adrenal, tiroid dan hormon pertumbuhan. Selain itu
kelainan lain yang telah digambarkan pada pasien dengan gangguan mood adalah
penurunan sekresi nocturnal melantonin, penurunan pelepasan prolaktin terhadap
pemberian tryptophan, penurunan kadar dasar FSH (Follicle Stimullating Hormon)
dan LH (Luteinizing Hormon), dan penurunan kadar testosteron pada laki-laki.
Ada dua hipotesis terjadinya depresi secara biokimia, yaitu:
 Hipotesis Katekolamin
Beberapa penyakit depresi berhubungan dengan defisiensi katekolamin pada
reseptor otak. Reserpin yang menekan amina otak diketahui kadang-kadang
menimbulkan depresi lambat. Disamping itu, MHPG (Metabolit primer
noradrenalin otak) menurun dalam urin pasien depresi sewaktu mereka
mengalami episode depresi dan meningkat di saat mereka gembira.
 Hipotesis Indolamin
Hipotesis indolamin membuat pernyataan serupa untuk 5-hidroxitriptamin (5 HT).
metabolit utamanya asam 5-hidroksi indolasetat (5HIAA) menurun dalam LCS
pasien depresi, dan 5 HIAA rendah pada otak pasien yang bunuh diri. L-
Triptofan, yang mempunyai efek antidepresi meningkatkan 5HT otak.

c) Faktor Hormon
Kelainan depresi mayor dihubungkan dengan hipersekresi kortisol dan
kegagalan menekan sekresi kortisol sesudah pemberian dexametason. Pasien depresi
resisten terhadap penekanan dexametason dan hasil abnormal ini didapatkan pada
sekitar 50% pasien, terutama pada pasien dengan depresi bipolar, waham dan ada
riwayat penyakit ini dalam keluarga.
Wanita dua kali lebih sering dihubungkan dengan pruerperium atau menopause.
Bunuh diri dan saat masuk rumah sakit biasanya sebelum menstruasi. Selama penyakit
afektif berlangsung sering timbul amenore. Hal ini menggambarkan bahwa gangguan
endokrin mungkin merupakan faktor penting dalam menentukan etiologi.

d) Faktor Kepribadian Premorbid


Personalitas siklotimik menjadi sasaran gangguan afek ringan selama hidupnya,
keadaan ini tidak berhubungan dengan penyebab eksterna. Kepribadian depresi
ditunjukkan dengan perilaku murung, pesimis dan kurang bersemangat. Personalitas
hipomania berperilaku lebih riang, energetik dan lebih ramah dari rata-rata.
Mereka dengan rasa percaya diri rendah, senantiasa melihat dirinya dan dunia
luar dengan penilaian pesimistik. Jika mereka mengalami stres besar, mereka
cenderung akan mengalami depresi. Para psikolog menyatakan bahwa mereka yang
mengalami gangguan depresif mempunyai riwayat pembelajaran depresi dalam
pertumbuhan perkembangan dirinya. Mereka belajar seperti model yang mereka tiru
dalam keluarga, ketika menghadapi masalah psikologik maka respon mereka meniru
perasaan, pikiran dan perilaku gangguan depresif. Orang belajar dengan proses adaptif
dan maladaptif ketika menghadapi stres kehidupan dalam kehidupannya di keluarga,
sekolah, sosial dan lingkungan kerjanya. Faktor lingkungan mempengaruhi
perkembangan psikologik dan usaha seseorang mengatasi masalah. Faktor
pembelajaran sosial juga menerangkan kepada kita mengapa masalah psikologik
kejadiannya lebih sering muncul pada anggota keluarga dari generasi ke generasi. Jika
anak dibesarkan dalam suasana pesimistik, dimana dorongan untuk keberhasilan
jarang atau tidak biasa, maka anak itu akan tumbuh dan berkembang dengan
kerentanan tinggi terhadap gangguan depresif.

e) Faktor Lingkungan
Enam bulan sebelum depresi, pasien depresi mengalami lebih banyak peristiwa
dalam hidupnya. Mereka merasa kejadian ini tidak memuaskan dan mereka keluar dari
lingkungan social. 80% serangan pertama depresi didahului oleh stress, tetapi angka
ini akan jatuh menjadi hanya 50% pada serangan berikutnya. Pasien depresi diketahui
juga lebih sering pada anak yang kehilangan orang tua di masa kanak-kanak
dibandingkan dengan populasi lainnya.
Menurut Freud, kehilangan obyek cinta, seperti orang yang dicintai, pekerjaan
tempatnya berdedikasi, hubungan relasi, harta, sakit terminal, sakit kronis dan krisis
dalam keluarga merupakan pemicu episode gangguan depresif. Seringkali kombinasi
faktor biologik, psikologik dan lingkungan merupakan campuran yang membuat
gangguan depresif muncul.

Satu pengamatan klinis yang telah lama direplikasi adalah bahwa peristiwa
kehidupan yang menyebabkan stress lebih sering mendahului episode pertama gangguan
mood daripada episode selanjutnya. Satu teori yang diajukan untuk menjelaskan
pengamatan tersebut adalah bahwa stress yang menyertai episode pertama menyebabkan
perubahan biologi otak yang bertahan lama. Perubahan yang bertahan lama tersebut dapat
meyebabkan perubahan keadaan fungsional berbagai neurotransmitter dan sistem pemberi
sinyal intraneuronal. Hasil akhir dari perubahan tersebut akan menyebabkan seseorang
berada pada resiko yang lebih tinggi untuk menderita episode gangguan mood selanjutnya,
bahkan tanpa adanya stresor external.

Perjalanan Penyakit
Secara umum disimpulkan gangguan mood suatu gangguan yang berlangsung lama
dan cenderung kambuh. Gangguan ini dikatakan ringan dibandingkan dengan skizofrenia.
Hal lain dikemukakan lebih sering ditemukan adanya stressor kehidupan di episode awal
dibandingkan episode berikutnya. Kondisi ini menunjukkan bahwa stress psikososial
berperan sebagai penyebab awal gangguan mood. Meskipun episode awal dapat diatasi,
namun perubahan biologi yang menetap di otak menimbulkan risiko besar untuk timbul
episode berikutnya.

Tanda dan Gejala klinik


a) Tanda – Tanda
Tanda gangguan depresif yang melanda jutaan orang di Indonesia setiap tahun,
seringkali tidak dikenali. Beberapa orang merasakan perasaan sedih dan murung
dalam jangka waktu cukup lama dengan latar belakang yang berbeda-beda. Variasi
tanda sangat luas dari satu orang ke orang lain, dari satu waktu ke waktu pada diri
seseorang. Gejalanya sering tersamar dalam berbagai keluhan sehingga seringkali
tidak disadari juga oleh dokter.
Mood terdepresi, kehilangan minat dan berkurangnya energi adalah gejala utama
dari depresi. Pasien mungkin mengatakan perasaannya sedih, tidak mempunyai
harapan, dicampakkan, atau tidak berharga. Emosi pada mood depresi duka cita atau
kesedihan yang normal.
Pikiran untuk melakukan bunuh diri dapat timbul pada sekitar dua per tiga
pasien depresi, dan 10 – 15 persen diantaranya melakukan bunuh diri. Beberapa pasien
depresi terkadang tidak menyadari ia mengalami depresi dan tidak mengeluh tentang
gangguan mood meskipun mereka menarik diri dari keluarga, teman dan aktivitas
yang sebelumnya menarik baginya. Hampir semua pasien depresi mengeluhkan
penurunan energi dimana mereka kesulitan menyelesaikan tugas, dan menurunnya
motivasi. Sekitar 80% mengeluhkan maslah tidur, khususnya terjaga dini hari dan
sering terbangun di malam hari karena memikirkan masalah yang dihadapi.
Kebanyakan juga menunjukkan penningkatan atau penurunan nafsu makan begitu pula
dengan berat badan. Kecemasan adalah gejala tersering dari depresi dan menyerang
90% pasien depresi.
Tanda gangguan depresif itu adalah :
 Pola tidur yang abnormal atau sering terbangun termasuk diselingi
kegelisahan dan mimpi buruk
 Sulit konsentrasi pada setiap kegiatan sehari-hari
 Selalu kuatir, mudah tersinggung dan cemas
 Aktivitas yang tadinya disenangi menjadi makin lama makin dihentikan
 Bangun tidur pagi rasanya malas
Gangguan depresif membuat seluruh tubuh sakit, juga perasaan dan pikiran.
Gangguan depresif mempengaruhi nafsu makan dan pola tidur, cara seseorang merasakan
dirinya, berpikir tentang dirinya dan berpikir tentang dunia sekitarnya. Keadaan depresi
bukanlah suatu kesedihan yang dapat dengan mudah berakhir, bukan tanda kelemahan dan
ketidakberdayaan, bukan pula kemalasan. Mereka yang mengalami gangguan depresif
tidak akan tertolong hanya dengan membuat mereka bergembira dengan penghiburan.
Tanpa terapi tanda dan gejala tak akan membaik selama berminggu-minggu, berbulan-
bulan bahkan bertahun.

b) Gejala
Gejala gangguan depresif berbeda-beda dari satu orang ke orang lainnya,
dipengaruhi juga oleh beratnya gejala. Gangguan depresif mempengaruhi pola pikir,
perasaan dan perilaku seseorang serta kesehatan fisiknya. Gangguan depresif tidak
mempunyai simptom fisik yang sama dan pasti pada satu orang dan bervariasi dari
satu orang ke orang lain. Keluhan yang banyak ditampilkan adalah sakit, nyeri bagian
atau seluruh tubuh, keluhan pada sistem pencernaan. Kebanyakan gejala dikarenakan
mereka mengalami stres yang besar, kekuatiran dan kecemasan terkait dengan
gangguan depresifnya. Simptom dapat digolongkan dalam kelompok terkait perubahan
dalam cara pikir, perasaan dan perilaku.
i. Perubahan cara berpikir
Terganggunya konsentrasi dan pengambilan keputusan membuat seseorang sulit
mempertahankan memori jangka pendek, dan terkesan sebagai sering lupa. Pikiran
negatif sering menghinggapi pikiran mereka. Mereka menjadi pesimis, percaya diri
rendah, dihinggapi perasaan bersalah yang besar, dan mengkritik diri sendiri.
Beberapa orang merusak diri sendiri sampai melakukan tindakan bunuh diri atau
membunuh orang lain.
ii. Perubahan perasaan
Merasa sedih, murung, tanpa sebab jelas. Beberapa orang merasa tak lagi dapat
menikmati apa-apa yang dulu disenanginya, dan tak dapat merasakan kesenangan
apapun. Motivasi menurun dan menjadi tak peduli dengan apapun. Perasaan seperti
berada dibawah titik nadir, merasa lelah sepanjang waktu tanpa bekerja sekalipun.
Perasaan mudah tersinggung, mudah marah. Pada keadaan ekstrim khas dengan
perasaan tidak berdaya dan putus asa.
iii. Perubahan perilaku
Merupakan cerminan dari emosi negatif. Mereka menjadi apatis. Menjadi sulit
bergaul atau bertemu dengan orang, sehingga menarik diri dari pergaulan. Nafsu
makan berubah drastis, lebih banyak makan atau sulitmembangkitkan keinginan
untuk makan. Seringkali juga sering menangis berlebihan tanpa sebab jelas. Sering
mengeluh tentang semua hal, marah dan mengamuk. Minat seks sering menurun
sampai hilang, tak lagi mengurus diri, termasuk mengurus hal dasar seperti mandi,
meninggalkan tanggung jawab dan kewajiban baik pekerjaan maupun pribadi.
Beberapa orang tak dapat tidur,beberapa tidur terus.
iv. Perubahan Kesehatan Fisik
Dengan emosi negatif seseorang merasa dirinya tidak sehat fisik selama gangguan
depresif. Kelelahan kronis menyebabkan ia lebih senang berada di tempat tidur tak
melakukan apapun, mungkin tidur banyak atau tidak dapat tidur. Mereka terbaring
atau gelisah bangun ditengah malam dan menatap langit-langit. Keluhan sakit
dibanyak bagian tubuh merupakan tanda khas dari gangguan depresif. Gelisah dan
tak dapat diam, mondar-mandir sering menyertai. Gejala tersebut berjalan demikian
lama, mulai dari beberapa minggu sampai beberapa tahun, dimana perasaan, pikiran
dan perilaku berjalan demikian sepanjang waktu setiap hari. Jika gejala ini terasa,
terlihat dan teramati, maka sudah waktunya membawanya untuk berobat, sebab
gangguan depresif dapat diobati.

Diagnosis dan Klasifikasi Episode Depresif


Episode depresif diklasifikasikan menjadi 3, yaitu : episode depresif ringan,
episode depresif sedang, dan episode depresif berat. Ketiga episode depresif tersebut
memiliki gejala utama sebagai berikut.
a) afek depresif,
b) kehilangan minat dan kegembiraan,
c) dan berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah
yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan berkurangnya aktivitas.
Adapun gejala lazim lainnya yang dapat dijumpai pada episode depresif adalah
sebagai berikut.
a) Konsentrasi dan perhatian berkurang
b) Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
c) Gagasan tentang perasaan bersalah dan tidak berguna (bahkan pada episode tipe
ringan sekalipun)
d) Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
e) Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
f) Tidur terganggu
g) Nafsu makan berkurang

Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan (ringan, sedang, dan berat),
diperlukan masa sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakkan diagnosis, akan tetapi
periode lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung
cepat. Kategori diagnosis episode depresif ringan (F.32.0), sedang (F.32.1) dan berat
(F.32.2) hanya digunakan untuk episode depresi tunggal (yang pertama). Episode depresif
berikutnya harus diklasifikasikan dibawah salah satu gangguan depresif berulang (F.33.-).
F.32.0 Episode depresi ringan
a) Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama gangguan depresif seperti
tersebut di atas.
b) Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari 3 gejala lainnya (a) sampai (g)
c) Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya
d) Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu
e) Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang dilakukannya.
F.32.1 Episode depresi sedang
a) Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama gangguan depresif seperti
tersebut diatas
b) Ditambah sekurang-kurangnya 3 gejala lainnya (a) sampai (g)
c) Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya
d) Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu
e) Menghadapi kesulitan nyata dalam meneruskan kegiatan dan kegiatan sosial,
pekerjaan dan urusan rumah tangga.
F.32.2 Episode depresi berat tanpa gejala psikotik
a) Semua 3 gejala utama gangguan depresif harus ada
b) Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan beberapa diantaranya harus
berintensitas berat
c) Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikometer) yang mencolok,
maka penderita mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak
gejalanya secara rinci. Dalam hal demikian, penilaian secara menyeluruh terhadap
episode gangguan depresif berat masih dapat dibenarkan
d) Episode depresi biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu, akan
tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka masih dibenarkan untuk
menegakkan diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu
e) Sangat tidak mungkin penderita akan mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan
atau rumah tangga kecuali pada tarif yang sangat terbatas.
F32.3 Episode depresi berat dengan gejala psikotik
a) Episode depresi berat yang memenuhi kriteria menurut F32.2 tersebut diatas Disertai
waham, halusinasi atau stupor. Waham biasanya melibatkan ide tentang dosa,
kemiskinan atau malapetaka yang mengancam, dan penderita merasa bertanggung
jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau olfatorik biasanya berupa suara yang
menghina atau menuduh, atau bau kotoran atau daging membusuk. Retardasi
psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor
b) Jika diperlukan, waham atau halusisnasi dapat ditentukan sebagai serasi atau tidak
serasi dengan afek (mood congruent)
F 32.8 Episode Depresif Lainnya
F 32.9 Episode Depresif YTT
F 33.- Gangguan Depresif Berulang

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien gangguan mood harus diarahkan kepada beberapa tujuan.
Pertama, keselamatan pasien harus terjamin. Kedua, kelengkapan evaluasi diagnostic
pasien harus dilaksanakan. Ketiga, rencana terapi bukan hanya untuk gejala, tetapi
kesehatan jiwa pasien kedepan juga harus diperhatikan.
Terapi keluarga dapat membantu pasien dengan gangguan mood untuk mengurangi
dan menghadapi stress dan untuk mengurangi adanya kekambuhan. Terapi keluarga
menguji peran pasien pada seluruh keluarga, juga sebaliknya untuk menangani gejala
pasien.
Farmakoterapi yang dapat digunakan merupakan golongan trisiklik, heterosiklik,
SSRI, MAOI, dan Atypical. Penggunaan secara spesifik farmakoterapi diperkirakan
kemungkinan sembuh dua kali lipat dalam waktu satu bulan. Anti depresan membutuhkan
waktu 2 sampai 4 minggu untuk memberikan efek terapi yang signifikan, meskipun ada
yang menunjukkan efek terapi lebih awal, dan secara relative semua antidepresan menjadi
toksik pada dosis yang kelebihan dan menunjukkan efek samping.
Edukasi pasien yang adekuat tentang kegunaan antidepresan sebagi hal penting
untuk kesuksesan terapi termasuk pemilihan obat dan dosis yang paling sesuai. Perlu
ditekankan tidak akan menjadi ketergantungan dengan obat antidepresan, karena obat tidak
memberikan kepuasan segera dan dosis obat akan diturunkan secara perlahanlahan sesuai
dengan evaluasi dari gejala. Apabila pada minggu ke 2 atau ke3 setelah pemberian obat
antidepresan, pasien belum memperlihatkan perbaikan gejala atau perbaikan gejala kurang
dari 20% maka perlu mengganti antidepresan dengan golongan lain.

Gangguan Depresi Berat


Pengobatan yang efektif dan spesifik (sebagai contoh obat trisiklik) telah tersedia
untuk pengobatan gangguan depresif berat selama 40 tahun. Penggunaan farmakoterapi
spesifik kira-kira menggandakan kemungkinan bahwa seseorang yang terdepresi akan
pulih dalam satu bulan. Beberapa masalah ada didalam pengobatan gangguan depresif
berat, beberapa pasien tidak berespons terhadap pengobatan pertama, semua antidepresan
yang tersedia sekarang ini memerlukan waktu tiga sampai empat minggu untuk
menunjukkan efek terapeutik yang bermakna, walaupun mungkin dapat mulai
menunjukkan efeknya lebih awal, dan sampai belum lama ini, semua antidepresan yang
tersedia adalah toksik pada overdosis dan memiliki efek merugikan. Tetapi sekarang
diperkenalkannya bupropion (wellbutrin) dan serotonin spesific reuptake inhibitors
(SSRIs) sebagai contoh Fluoxetin, paroxetine (Paxil), dan setraline (Zoloft)-memberikan
klinisi obat yang jauh lebih aman dan jauh lebih baik ditoleransi daripada obat yang
sebelumnya tetapi sama efektifnya. Indikasi saat ini (sebagai contoh, gangguan makan dan
gangguan kecemasan) untuk medikasi antidepresan menyebabkan pengelompokan obat ini
di bahwa label tunggal anti depresan agak membingungkan.
Indikasi utama untuk antidepresan adalah episode depresif berat. Gejala pertama
yang membaik adalah pola tidur dan makan yang terganggu, walaupun hal tersebut
mungkin kurang benar jika SSRIs digunakan dibandingkan digunakan obat trisiklik.
Agitasi, kecemasan, episode depresif, dan keputusasaan adalah gejala selanjutnya yang
membaik. Gejala sasaran lainnya adalah energi yang rendah, konsentrasi yang buruk,
ketidakberdayaan, dan penurunan libido.
Obat Yang Tersedia
Obat trisiklik, obat tetrasiklik yang berhubungan erat, dan monamineoksidase
inhibitors (MAOIs) adalah obat antidpresan yang klasik. Walaupun obat-obat tersebut
digunakan kekuatan antidepresan telah sangat diperkuat oleh penambahan serotonin-
spesific reuptake inhibitors (SSRIs) dan bupropion. Baik SSRIs dan Bupropion biasanya
jauh lebih aman (Khususnya SSRIs) disbanding obat trisiklik maupun MAOIs, dan mereka
telah terbukti sama efektifnya didalam penelitian pasien terdepresi rawat jalan.
Antidepresan atipikal lainnya adalah trazodone (Desyrel) dan alprazolam (Xanax).
Simpatomimetik (sebagai contoh, amfetamin) juga diindikasi untuk pengobatan gangguan
depresif berat pada situasi terapeutik tertentu.

Prognosis
Kemungkinan prognosis baik: episode depresi ringan, tidak ada gejala psikotik,
singkatnya waktu rawat inap, indicator psikososial meliputi mempunyai akrab, fungsi
keluarga stabil, lima tahun sebelum sakit secara umum fungsi social baik.
Kemungkinan prognosis buruk: depresi berat bersamaan dengan distimik,
penyalahgunaan alcohol dan zat lain, ditemukan gejala gangguan cemas, ada riwayat lebih
dari sekali episode depresi sebelumnya.
KASUS
Nn.S Usia 22 tahun, datang dengan keluhan sulit tidur sejak 2 bulan yang lalu.
Selain itu, berdasarkan informasi yang diberikan oleh keluarganya, ia sering terlihat
murung, tidak bergairah, lesu serta tidak pernah bergaul dengan teman karibnya. Sudah 1
bulan ini ia tidak masuk kuliah. Ia juga mengalami penurunan nafsu makan sejak 3 minggu
yang lalu. Beberapa hari yang lalu ia pernah mencoba untuk bunuh diri. Selain itu ia tidak
pernah berbicara sendiri, tidak ada bicara melantur, halusinasi (-), ilusi (-). Hal ini terjadi
menurut keluarga muncul setelah putus dari pacarnya. Sebelum keadaan ini pasien orang
yang mudah bergaul, banyak teman, ramah, suka menolong dan termasuk mahsiswa yang
aktif di kampus.

P-Treatment
1. Penentuan Problem Pasien
 Masalah utama :
Gangguan tidur yang berasal dari masalah pasien  gangguan depresi berat
 Masalah tambahan : -

2. Rencana Tujuan Terapi


 Mengobati keluhan gangguan tidur dengan menangani depresi
 Mengobati gangguan depresi
 Mencegah kekambuhan

3. Pemilihan Terapi
 Advice:
 Menghindari pemicu stress
 Perlunya bantuan keluarga dalam membantu kesembuhan
 Terapi Non Farmakologis
 Terapi Keluarga dimana keluarga berperan dalam mengurangi dan menghadapi
stress, serta mencegah adanya kekambuhan.
 Terapi Spiritual agar pasien lebih tenang dalam menjalani hidup
 Menghindari diri dari faktor stressor
 Terapi Farmakologis
Diberikan obat golongan antidepressant
Golongan Efficacy safety Suitability Cost
Obat
Tri siklik +++ + + +
FD: Obat ini ES: KI: Penyakit Rp.260.546/500
bekerja dengan pengeluaran jantung tab
menghambat keringat koroner,
ambilan kembali berlebihan, Myocard
neurotransmitter Penglihatan infark,
noerepinefrin kabur, mulut Galukoma,
dan serotonin di kering, Retensi Urin,
otak. Digunakan obstipasi, Hipertrofi
untuk jangka retensi urin, prostat,
panjang karena hipotensi Gangguan
meningkatkan ortostatik, fungsi hati,
alam perasaan. Infark jantung, epilepsy,
Gejala depresi presipitasi pengguna
akan hilang gagal jantung, lithium,
sekitar 2-3 aritmia, kelainan
minggu. takikardi, jantung, ginjal
Mekanisme lemah dan dan thyroid,
tidak jelas tetapi lelah, Lanjut hamil dan
bersifat usia: pusing, laktasi.
stimulant. hipotensi
FK: A: di GIT postural,
D:Disidtribusi sembelit, sukar
luas dan berkemih,
berikatan dengan edema, tremor.
protein plasma Toksik:
M: oleh enzim hiperpireksia,
sitokrom P450 hipertensi,
di liver konvulsi,
E: melalui urin koma.
Keracunan:
gangguan
konduksi,
aritmia.
MAO ++ ++ +
Inhibitor FD: berfungsi ES: tremor, KI: Diberi
menghambat insomnia, bersama
dalam proses konvulsi, makanan
deaminasi merusak sel mengandung
oksidatif hati, toksik, tiramin,
katekolamin di mania, Penyakit
mitokondria, hipotensi dan jantung
dengan hipertensi koroner,
membentuk Myocard
kompeks MAO- infark,
MAOI, sehingga geriatric,
meningkatkan galukoma,
kadar epinefrin retensi urin,
norepinefrin, hipertrofi
dan 5HT dalam prostat,
otak. gangguan
FK: A: di Usus fungsi hati,
baik epilepsi
D:
M: mengganggu
metabolism obat
lain karena
menghambat
enzim di hati
terutama
sitokrom p450.
E:
SSRI +++ +++ ++ +++
FD: selektif ES: efek KI: Penyakit Rp. 22.000,-/30
menghambat samping jantung, kapl.
ambilan minimal, mual, myocard
serotonin, penurunan infark,
kurang libido, dan Gangguan
memperlihatkan gangguan fungsi hati
pengaruh seksual
terhadap system lainnya,
kolinergik, sindrom
adrnergik atau serotonin
histaminergik. (digabung
Inhibitor dengan
spesifik p450 MAOI),
isoenzim. hipotensi
FK: A: minimal
diabsorbsi di
usus dalam
jangka waktu
yang lama, D:
protein binding
95%, M: Di
metabolism di
hati menjadi
bentuk aktif, E:
via urine
Atipikal FD: ES: mulut KI: Penyakit
(lainnya) menghambat kering, mual, hati, penyakit
ambilan muntah, jantung,
serotonin di konstipasi, myocard
saraf, ambilan retensi urin, infark,
norepinefrin dan hipotensi epilepsy,
dopamine tidak ortostatik, gangguan
dipengaruhi. takikardi renal,
FK: A: di diskrasia,
absorpsi di GIT
dipengaruhi
makanan
D: plasma
konsentrasi
setelah 2 jam
M: Di
metabolisme
dihati dalam
bentuk aktif
E: di urine

Pada dasarnya semua obat anti depresi mempunyai efek primer (klinis/ efikasi)
yang sama pada dosis ekivalen, perbedaan terutama pada efek samping. Dipilih golongan
SSRI yang efek sampingnya sangat minimal, spectrum efek anti-depresi luas, gejala putus
obat sangat minimal,dan lethal dose tinggi sehingga relatif aman, serta cost effective.

Pilihan obat SSRI


Obat Eficacy Safety Suitability Cost
Sertraline +++ + ++ +
FD: bersifat ES: sindrom KI:Gangguan Rp.225.000 –
lebih selektif Ekstrapiramidal, hati, gangguan Rp.434.820
terhadap SERT mulut kering, ginjal, Laktasi,
(transporter mual, muntah, dan anak
serotonin) dan dyspepsia,
kurang selektif konstipasi, diare,
terhadap DAT anoreksia,
(transporter penurunan berat
dopamine), badan, ansietas,
FK: A: insomnia,
diabsorpsi halusinasi,
lambat di GIT, ortostatik
puncak kadar hipotensi, retensi
plasma 4,5 -8,4 urine, gangguan
jam. menstruasi dan
D: didistribusi jarang: eritema,
luas di tubuh, dan pancreatitis
iikatan
proteinnya 98%
M: di
metabolism di
hati, t ½ 26 jam
E: di urine dan
feses
Paroxetine +++ + ++
FK: A: cepat di ES: sindrom KI: Laktasi,
absorpsi di GIT Ekstrapiramidal, Anak,
D: ikatan mulut kering, kehamilan,
protein mual, muntah, gangguan hati,
plasmanya 95% dyspepsia, gangguan
M: di konstipasi, diare, ginjal
metabolism di anoreksia,
hati oleh penurunan berat
sitokrom p450 badan, ansietas,
E: t ½ 21 jam, insomnia,
via urine dan halusinasi,
feses ortostatik
FD: hipotensi, retensi
Menghambat urine
secara spesifik
menghambat
ambilan
serotonin.
Fluvoxamine +++ + + +
FK: A: ES: sindrom KI: pasien Rp. 300.000-
diabsorpsi cepat Ekstrapiramidal, dengan 600.000
di GIT, tidak mulut kering, peningkatan
dipengaruhi mual, muntah, enzim hati,
makanan, dyspepsia, Laktasi,
D: didistribusi konstipasi, diare, geriatric,
secara luas, anoreksia, gangguan hati
dengan ikatan penurunan berat dan ginjal
protein badan, ansietas,
plasmanya insomnia,
80%, halusinasi,
M: di ortostatik
metabolism di hipotensi, retensi
hati menjadi urine, bradikardi
metabolit
inaktif, E:
melalui urine ,
2% dalam
bentuk awal, t
½ 15 jam
FD:
Menghambat
secara selektif
ambilan
serotonin
Fluoxetin +++ ++ + ++
FK: A: cepat di ES: sindrom KI: kejang, Rp. 22.000-
absorbs di GIT Ekstrapiramidal, Penyakit Rp.330.000
D: Didistribusi mulut kering, jantung,
secara luas mual, muntah, gangguan hati
dengan protein dyspepsia, dan ginjal,
binding 95% konstipasi, diare, Hamil dan
M: di anoreksia, laktasi
metabolism di penurunan berat
hati dan badan, ansietas,
menghasilkan insomnia,
metabolit aktif halusinasi,
E: melalui ortostatik
urine, t ½ 1-3 hipotensi, retensi
hari setelah urine
pemberian
jangka pendek
dan 4-6 setelah
penggunaan
jangka panjang
FD:
menghambat
secara spesifik
ambilan
serotonin
Citalopram +++ + ++
FK: A: ES: sindrom KI: Laktasi,
diabsorpsi Ekstrapiramidal, anak,
secara cepat di mulut kering, gangguan hati,
GIT, mual, muntah, gangguan
D: distribusi ke dyspepsia, jantung
seluruh tubuh, konstipasi, diare,
protein plasma anoreksia,
< 80%, penurunan berat
M: di badan, ansietas,
metabolism di insomnia,
hati menjadi halusinasi,
bentuk ortostatik
metabolit aktif hipotensi, retensi
dan inaktif, urine,
E: eksresi peningkatan
terutama lewat selera makan,
hati dan dan penambahan
sisanya lewat berat badan,
urine, di eksresi cardiotoxic
dalam bentuk
tidak
terkonjugasi, t
½ 36 jam
FD: bekerja
dengan
menghambatan
secara spesifik
ambilan dari
serotonin
Dipilih fluoxetin karena efek samping obat hampir sama pada setiap golongan
SSRI tetapi fluoxetin lebih minimal dan costnya lebih murah daripada obat golongan SSRI
yang lain. Efikasi dan kontra indikasi dari semua obat golongan SSRI hampir sama.

4. Pemberian terapi
 Non farmakologis:
 Menjelaskan kepada keluarga pasien pentinganya dukungan dan bantuan dari
keluarga pasien
 Menjelaskan kepada pasien untuk menghindari faktor stressor
 Farmakologis
dr. Danahid azhar
Jl. Kedondong dalam V No.91
SIP : 202/x/20/SIP/2012

Samarinda, 07 Nopember 2012

R/ Courage 20 mg tabs No. X


S 2 dd capl I pagi dan malam
$

Pro : Nn. S
Usia : 22 tahun
Alamat : Jl. Kedondong dalam III

5. Komunikasi Terapi
 Informasi Penyakit
 Depresi merupakan suatu gangguan mood ditandai dengan gajala utama yaitu
afek depresif, kehilangan minat dan kegembiraan serta berkurangnya energi
dan gejala tambahan yaitu konsentrasi dan perhatian berkurang, harga diri ddan
kepercayaan berkurang, gangguan tidur, serta nafsu makan berkurang. Depresi
sendiri terbagi menjadi tiga derajat yaitu derajat riongan, sedang, dan berat.
Pada pasien ini terjadi depresi berat.
 Telah dikatakan gangguan depresi apabila terjadi selama 2 minggu atau lebih,
walau tidak selalu tetapi biasanya di cetuskan oleh suatu masalah. Dan dengan
adanya gangguan ini maka penderita tidak dapat beraktivitas seperti
sebelumnya.
 Informasi terapi
 Pasien dianjurkan untuk berusaha menghindari faktor stressor agar keadaan
depresi ini tidak berlanjut menjadi lebih parah, mungkin pasien bisa diajak
rekreasi untuk menghindari stressor.
 Menjelaskan pentingnya peran keluarga dalam pengobatan ini, untuk
mengingatkan pasien, mendekatkan diri pasien dengan keluarga, membuat
pasien lebih terbuka dan bisa beraktivitas bersama kembali
 Obat courage diberikan 2 kali sehari pada pagi dan malam hari baik dengan
atau tanpa makanan.
 Menjelaskan bahwa obat antidepresan, baru memberikan efek optimal setelah
penggunaan 2-4 minggu, dan kadang muncul bersama beberapa gejala efek
samping ( mulut kering, mual, muntah, dyspepsia, konstipasi, diare, anoreksia,
penurunan berat badan, ansietas, insomnia, halusinasi, ortostatik hipotensi,
retensi urine ), dan akan berkurang seiring berjalannya waktu.
 Sebelum obat habis segera kembali kedokter karena diusahakan tidak sampai
terjadi putus obat, dan penggunaan anti depresan butuh pemantauan baik untuk
memantau tercapai tidaknya efek optimal, ada tidaknya efek samping maupun
perlunya penurunan dosis perlahan dalam penggunaannya.

6. Monitoring dan evaluasi


 Pasien diminta kembali ke dokter sebelum obat habis, agar pengobatan tidak
sampai terputus.
 Bila timbul efek samping yang berat segera kembali ke dokter jangan
menghentikan obat sendiri karena penggunaan obat ini perlu penurunan secara
perlahan.
 Apabila gejala masih bertahan atau bertambah parah setelah pengobatan
selama 2 minggu konsultasikan kepada dokter untuk kemungkinan dirujuk
kepada dokter Spesialis Kesehatan Jiwa.
DAFTAR PUSTAKA

1. Gunawan S.G., Farmakologi dan Terapi Edisi VI. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
2007
2. Elvira S.D, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
2010
3. Ingram, I.M. Catatan Kuliah Psikiatri. ECG. Jakarta, 1995
4. Kaplan, Sadock, Grebb. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Prilaku Psikiatri
Klinis Jilid Satu. Jakarta: Binarupa Aksara, 1997.
5. Maramis, W.E, Ilmu Kedokteran Jiwa, Airlangga Press, Surabaya, 2009
6. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa. Jakarta: 2010
7. Evaria. MIMS Edisi Bahasa Indonesia 2010-2011. Jakarta: CMP Medica Asia Pte
Ltd. 2010.

Anda mungkin juga menyukai