Anda di halaman 1dari 18

PNEUMONIA

A. Definisi

Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus
terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan
konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.

Istilah pneumonia lazim dipakai bila peradangan terjadi oleh proses infeksi akut yang
merupakan penyebabnya yang tersering, sedangkan istilah pneumonitis sering dipakai untuk
proses non infeksi. Bila proses infeksi teratasi, terjadi resolusi dan biasanya struktur paru
normal kembali. Namun pada pneumonia nekrotikans yang disebabkan antara lain oleh
staphylococcus atau kuman gram negative terbentuk jaringan parut atau fibrosis.
Diagnosis pneumonia harus didasarkan kepada pengertian patogenesis penyakit
hingga diagnosis yang dibuat mencakup bentuk manifestasi, beratnya proses penyakit dan
etiologi pneumonia. Cara ini akan mengarahkan dengan baik kepada terapi empiris dan
pemilihan antibiotic yang paling sesuai terhadap mikroorganisme penyebabnya.
Pneumonia Komuniti (PK) adalah pneumonia yang terjadi akibat infeksi di luar RS,
sedangkan Pneumonia Nosokomial adalah Pneumonia yang terjadi > 48 jam atau lebih
setelah dirawat di RS, baik di ruang rawat umum ataupun ICU tetapi tidak sedang memakai
ventilator. Pneumonia yang berhubungan dengan pemakaian ventilator (PBV) adalah
Pneumonia yang terjadi setelah 48-72 jam atau lebih setelah intubasi tracheal. Pada
Pneumonia yang di dapat di Pusat Perawatan Kesehatan (PPK) termasuk pasien yang
dirawat oleh perawatan akut di RS selama 2 hari atau lebih dalam waktu 90 hari dari proses
infeksi, tinggal di rumah perawatan, mendapat AB intravena, kemoterapi, atau perawatan
luka dalam waktu 30 hari proses infeksi ataupun dating ke klinik RS atau klinik
Hemodialisa.

B. Klasifikasi

Klasifikasi pneumonia yang lazim dipakai adalah didasarkan pada faktor inang dan
lingkungannya. Klasifikasi ini membantu pelaksanaan terapi pneumonia secara empirik.
1. Pneumonia komunitas ( sporadis, endemik; muda atau orang tua)
2. Pneumonia nosokomial (didahului perawatan di RS)
3. Pneumonia rekurens (terjadi berulang kali, berdasarkan penyakit paru kronik)
4. Pneumonia aspirasi ( alkhoholik, usia tua)
5. Pneumonia pada gangguan imun (pada pasien transplantasi,onkologi,AIDS)

C. Etiologi

Etiologi pneumonia berbeda-beda pada berbagai tipe pneumonia.

1. Etiologi pneumonia komunitas :


- H. influenza (pada pasien perokok, patogen atipikal pada lansia, gram negatif
pada pasien rumah jompo, dengan adanya PPOK, penyakit penyerta
kardiopulmonal/jamak, atau pasca terapi antibiotika sepktrum luas)
- Ps.aeruginosa (pada pasien bronkiektasis, terapi steroid > 10 mg/hari, malnutrisi,
dan imunosupresi dengan disertai lekopeni)
- Str. pneumoniae
- S. aureus
- Legionella pneumophila
- Enterobacteriaceae
2. Etiologi Pneumonia nosokomial :
- Staphylococcus aureus ( koma, cedera kepala, influenza, pemakaian obat IV,DM,
gagal ginjal)
- Pseudomonas aeruginosa (pada pasien bronkiektasis, terapi steroid > 10 mg/hari,
malnutrisi, dan imunosupresi dengan disertai lekopeni, terapi antibiotik)
- Anaerob (aspirasi, selesai operasi abdomen)
- Acinobachter spp. (antibiotik sebelum onset pneumonia dan ventilasi mekanik)
3. Etiologi pneumonia aspirasi :
- PAK : berupa kuman anaerob peptococcus, Kleibsiella pneumoniae, dan
Stafilokokus, atau Fusobacterium nucleatum, Bacteriodes melanogenicus, dan
Peptostreptococcus.
- PAN : kuman anaerob fakultatif, batang gram negatif, pseudomonas, proteus,
serriata, dan S. aureus dan kuman anaerob obligat diatas.
4. Etiologi pneumonia pada gangguan imun :

Dapat berupa kuman patogen atau mikroorganisme yang biasanya nonvirulen, berupa
bakteri, protozoa, parasit, virus, jamur, cacing.
D. Patogenesis

Proses patogenesis pneumoni terkait dengan 3 faktor yaitu keadaan imunitas


seseorang, mikroorganisme yang menyerang, pasien dan lingkungan yang berinteraksi satu
sama lain. Cara terjadinya penularan berkaitan dengan jenis kuman, misalnya infeksi melalui
droplet sering disebabkan Streptococcus pneumoniae, melalui selang infuse oleh
Staphylococcus aureus, sedangkan infeksi pada pemakaian ventilator oleh P. aeruginosa dan
Enterobacter. Dijumpai peningkatan patogenitas/jenis kuman akibat adanya berbagai
mekanisme, terutama oleh S. Aureus, B. Catarrhalis, H. influenza, dan Enterobacteriacae.
Juga oleh berbagai bakteri enteric gram negative.
Pada masa praanitbiotik,pneumonia pneumokokkus mengenai seluruh atau hampir
seluruh lobus dan berkembang melalui 4 stadium :

1. Kongesti : lobus-lobus yang terkena menjadi berat, merah, dan sembab; secara histoogis,
dapat terlihat kongesti vaskuler, dengan cairan berprotein, beberapa neutrofil, dan
banyak bakteri di alveolus.
2. Hepatisasi merah : pada stadium tersebut lobus paru memperlihatkan konsistensi seperti
ati, rongga alveolus dipenuhi oleh neutrofil, sel darah merah, dan fibrin, dan pleura
biasanya memperlihatkan eksudat fibrinosa atau fibrinopurulen.
3. Hepatisasi abu-abu : paru menjadi kering, abu-abu dan padat, karena sel darah merah
mengalami lisis sementara eksudat fibrinosa menetap dalam alveolus.

4. Resolusi : berlangsung pada kasus nonkomplikata, yang eksudatnya di dalam alveolus


dicerna secara enzimatis dan diserap atau dibatukkan sehingga arsitektur paru tetap utuh.
Reaksi pleura mungkin mereda dengan cara serupa atau mengalami organisasi,
meninggalkan penebalan fibrosa atau perlekatan permanen.

E. Manifestasi Klinis

Gejala pneumonia bisa lokal dengan batuk produktif, sesak nafas, nyeri pleuritik.
Batuk produktif menghasilkan sputum (seringkali berwarna hijau) atau mengandung darah
(klasik sputum berwarna karat pada pneumonia pneumokokal). Dan disertai gejala sistemik
berupa demam, diikuti kelelahan, anoreksia, mialgia, menggigil. Jika berat pneumonia bisa
menimbulkan sesak nafas, syok, atau bingung.

F. Diagnosis
1. Anamnesis
Gambaran klinik biasanya ditandai dengan demam, menggigil, suhu tubuh
meningkat dapat melebihi 40oC, batuk dengan dahak mukoid atau purulen kadang-
kadang disertai darah, sesak napas dan nyeri dada.

2. Pemeriksaan Fisik
Temuan pemeriksaan fisis dada tergantung dari luas lesi di paru. Pada inspeksi
dapat terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas, pasa palpasi fremitus dapat
mengeras, pada perkusi redup, pada auskultasi terdengar suara napas bronkovesikuler
sampai bronkial yang mungkin disertai ronki basah halus, yang kemudian menjadi ronki
basah kasar pada stadium resolusi.
3. Pemeriksaan Penunjang
a) Gambaran Radiologis
Foto toraks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk
menegakkan diagnosis. Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi
dengan "air broncogram", penyebab bronkogenik dan interstisial serta gambaran kaviti.
Foto toraks saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia, hanya
merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi, misalnya gambaran pneumonia lobaris
tersering disebabkan oleh Steptococcus pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa sering
memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran bronkopneumonia sedangkan Klebsiela
pneumonia sering menunjukkan konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan
meskipun dapat mengenai beberapa lobus.
b) Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan labolatorium terdapat peningkatan jumlah leukosit, biasanya
lebih dari 10.000/ul kadang-kadang mencapai 30.000/ul, dan pada hitungan jenis leukosit
terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED. Untuk menentukan diagnosis
etiologi diperlukan pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi. Kultur darah dapat
positif pada 20-25% penderita yang tidak diobati. Analisis gas darah menunjukkan
hipoksemia dan hikarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik.

G. Penatalaksanaan

Dalam hal mengobati penderita pneumonia perlu diperhatikan keadaan klinisnya.


Bila keadaan klinis baik dan tidak ada indikasi rawat dapat diobati di rumah. Juga
diperhatikan ada tidaknya faktor modifikasi yaitu keadaan yang dapat meningkatkan risiko
infeksi dengan mikroorganisme patogen yang spesifik misalnya S. pneumoniae . yang
resisten penisilin. Yang termasuk dalam faktor modifikasi adalah:
1. Pneumokokus resisten terhadap penisilin
Umur lebih dari 65 tahun
Memakai obat-obat golongan beta laktam selama tiga bulan terakhir
Pecandu alkohol
Penyakit gangguan kekebalan
Penyakit penyerta yang multipel
2. Bakteri enterik Gram negatif
Penghuni rumah jompo
Mempunyai penyakit dasar kelainan jantung paru
Mempunyai kelainan penyakit yang multipel
Riwayat pengobatan antibiotik
3. Pseudomonas aeruginosa
Bronkiektasis
Pengobatan kortikosteroid > 10 mg/hari
Pengobatan antibiotik spektrum luas > 7 hari pada bulan terakhir
Gizi kurang

Penatalaksanaan pneumionia komuniti dibagi menjadi:


1. Penderita rawat jalan
Pengobatan suportif / simptomatik
Istirahat di tempat tidur
Minum secukupnya untuk mengatasi dehidrasi
Bila panas tinggi perlu dikompres atau minum obat penurun panas
Bila perlu dapat diberikan mukolitik dan ekspektoran
Pemberian antibiotik harus diberikan (sesuai bagan) kurang dari 8 jam

2. Penderita rawat inap di ruang rawat biasa


Pengobatan suportif / simptomatik
Pemberian terapi oksigen
Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi kalori dan elektrolit
Pemberian obat simptomatik antara lain antipiretik, mukolitik
Pengobatan antibiotik harus diberikan (sesuai bagan) kurang dari 8 jam
3. Penderita rawat inap di Ruang Rawat Intensif
Pengobatan suportif / simptomatik
Pemberian terapi oksigen
Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi kalori dan elektrolit Pemberian
obat simptomatik antara lain antipiretik, mukolitik
Pengobatan antibiotik (sesuai bagan.) kurang dari 8 jam
Bila ada indikasi penderita dipasang ventilator mekanik

Penderita pneumonia berat yang datang ke UGD diobservasi tingkat kegawatannya, bila
dapat distabilkan maka penderita dirawat map di ruang rawat biasa; bila terjadi respiratory
distress maka penderita dirawat di Ruang Rawat Intensif.
Gambar 2.1 Klasifikasi penatalaksanaan pneumonia

Bila dengan pengobatan secara empiris tidak ada perbaikan / memburuk maka
pengobatan disesuaikan dengan bakteri penyebab dan uji sensitivitas.
Penatalaksanaan Standar Pada Pneumoni Untuk Anak

Anak yang menderita batuk dan atau kesukaran bernapas mungkin menderita pneumonia,
suatu penyakit yang parah dan bisa mengakibatkan kematian. Tetapi batuk atau kesukaran
bernapas juga bisa disebabkan oleh batuk-pilek biasa, hidung tersumbat, lingkungan berdebu,
pertusis, tuberkulosis, campak, croup/stridor atau wheezing. Pemeriksaan yang teliti dapat
mencegah kematian anak dari pneumonia atau penyakit berat yang lain.

Di bawah ini adalah bagian bagan yang harus diikuti:

TANYAKAN

1. Berapa umur anak? 2. Apakah anak menderita batuk dan atau sukar bernapas? Berapa
Lama? 3. Apakah anak 2 bulan - < 2 bulan kurang bisa minum atau menetek? 4. Apakah anak
demam? Berapa lama? 5. Apakah anak kejang?

LIHAT dan DENGARKAN

Anak harus dalam kondisi tenang 1. Adakah napas cepat? 2. Apakah terlihat tarikan
dinding dada bagian bawah ke dalam (TDDK)? 3. Apakah terdengar stridor? 4. Apakah terdengar
wheezing? Apakah berulang? 5. Apakah terlihat kesadarannya menurun? 6. Apakah teraba
demam/terlalu dingin? 7. Adakah tanda gizi buruk?

MENANYAKAN KEPADA IBU TENTANG KELUHAN UTAMA BATUK DAN ATAU


KESUKARAN BERNAPAS

Apabila Saudara bertemu dengan ibu dan anaknya, maka: Sambutlah ibu dengan baik
dan persilakan duduk bersama anaknya. Tanyakan kepada ibu mengenai masalah anaknya Catat
apa yang dikatakan ibu mengenai masalah anaknya. Hal ini penting untuk membina komunikasi
yang baik dengan ibu. Komunikasi yang baik akan meyakinkan ibu bahwa anaknya akan
ditangani dengan baik.
MENILAI ANAK BATUK DAN ATAU KESUKARAN BERNAFAS MODUL
TATALAKSANA STANDAR PNEUMONIA

10 Langkah-langkah menjalin hubungan yang komunikatif: - Dengarkan dengan seksama


apa yang disampaikan ibu. Ini akan menyakinkan ibu bahwa saudara sungguh-sungguh
menanggapi permasalahannya. - Gunakan kata-kata yang dimengerti ibu. Jika ibu tidak mengerti
pertanyaan yang diajukan, Saudara tidak akan mendapatkan jawaban yang dibutuhkan untuk
menilai dan mengklasifikasikan anak itu dengan tepat. - Beri ibu waktu yang cukup untuk
menjawab pertanyaan - Ajukan pertanyaan tambahan apabila ibu tidak pasti akan jawabannya
Tentukan apakah ini merupakan kunjungan pertama atau kunjungan ulang - Jika anak datang
untuk pertama kali karena penyakit ISPA saat ini maka disebut kunjungan pertama. - Jika anak
sudah diperiksa beberapa hari yang lalu untuk penyakit yang sama maka disebut kunjungan
ulang.

MENILAI ANAK BATUK DAN ATAU KESUKARAN BERNAPAS

Penting sekali menjaga ketenangan anak selama pemeriksaan, sebab anak yang menangis
atau gelisah bisa mengaburkan tanda-tanda penyakitnya. Sebelum memeriksa mintalah kepada
ibu agar: - Tidak perlu membangunkan anak bila sedang tidur - Tidak perlu membuka pakaian
atau mengganggu anak

BAGAN TATALAKSANA PENDERITA BATUK DAN ATAU KESUKARAN BERNAPAS


PADA BALITA.

Kemudian mulailah pemeriksaan sesuai dengan kotak PENILAIAN yang terdiri dari: -
TANYAKAN (5 langkah) serta - LIHAT dan DENGARKAN (7 langkah) Satu demi satu tulislah
hasil pemeriksaan yang diperoleh dari langkah-langkah berikut ini.

TANYAKAN PERTANYAAN DI BAWAH INI KEPADA IBU

TANYA: Berapa umur anak? Umur anak menentukan pilihan bagan yang akan digunakan
sesuai dengan dua kelompoK umur Balita. Tanyakan umur anaknya, jika: - Umur anak 2 bulan -
< 5 tahun) Anak menunjukkan tanda tidak bisa minum atau menetek jika anak terlalu lemah
untuk minum atau tidak bisa mengisap atau menelan apabila diberi minum atau diteteki. Jika
Saudara bertanya kepada ibu, apakah anaknya bisa minum, pastikan bahwa ibu mengerti
pertanyaan itu. Apakah anak dapat menerima cairan dalam mulutnya dan menelannya. Jika
Saudara ragu akan jawaban ibu, mintalah agar ibu memberi anak tersebut minum air matang atau
menetekinya. Perhatikan apakah anak bisa menelan atau menetek. Anak yang menetek, sulit
mengisap jika hidungnya tersumbat. Apabila anak dapat menetek setelah hidungnya dibersihkan,
berarti anak tidak mempunyai tanda tidak bisa minum atau menetek TANYA: Apakah anak
KURANG BISA minum atau menetek? (jika anak berusia < 2 bulan Frekuensi napas: 60 kali per
menit atau lebih 2 sampai < 60 kali per menit, berarti tidak ada napas cepat. Sebelum mencari
tanda selanjutnya: tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam, stridor dan wheezing, perhatikan
anak itu untuk menentukan saat menarik dan mengeluarkan napas.

LIHAT : Apakah terlihat tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (TDDK)? Jika
Saudara tidak membuka baju anak pada saat Saudara menghitung napas, mintalah ibu untuk
membukanya sekarang. Lihatlah apakah dinding dada tertarik ke dalam pada saat anak itu
menarik napas. Perhatikan dada bagian bawah (tulang rusuk terbawah). Pada pernapasan normal,
seluruh dinding dada (atas dan bawah) dan perut bergerak keluar ketika anak menarik napas.
Anak dikatakan mempunyai TDDK jika dinding dada bagian bawah MASUK ke dalam ketika
anak MENARIK napas. Anak MENGELUARKAN napas Anak MENARIK napas dan Tampak
TDDK Gambar 2.1. Tarikan Dinding Dada Bagian Bawah Ke Dalam Perhatikan! Jika Saudara
melihat dada anak itu tertarik ke dalam hanya pada saat anak menangis atau diberi makan, berarti
tidak terdapat TDDK. Jika yang tertarik ke dalam itu hanya jaringan lunak di antara rusuk saat
anak menarik napas (yang juga disebut tarikan/retraksi interkostal), berarti tidak terdapat TDDK.
Jika Saudara tidak yakin ada TDDK, periksalah lagi dengan meminta ibu mengganti posisi
anaknya sehingga posisi anak tidak tertekuk di pinggangnya. Sebaiknya anak dibaringkan di atas
pangkuan ibunya. Bila tak tampak pada posisi itu berarti tidak ada TDDK. Berhati-hatilah
melihat TDDK pada bayi umur kurang dari 2 bulan, tarikan dinding dada yang ringan biasa
terjadi karena tulang rusuknya relatif masih lunak. Tetapi jika tarikan dinding dada tersebut kuat
(sangat dalam dan mudah terlihat), hal ini merupakan tanda adanya pneumonia. Anak dengan
TDDK umumnya menderita pneumonia berat. TDDK terjadi bila kemampuan paru-paru
mengembang berkurang dan mengakibatkan perlunya tenaga untuk menarik napas. Anak dengan
TDDK tidak selalu disertai pernapasan cepat. Kalau anak menjadi letih bernapas, akhirnya anak
akan bernapas lambat. Karena itu TDDK mempunyai risiko mati yang lebih besar dibanding
dengan anak yang hanya menderita napas cepat tanpa disertai TDDK.

DENGAR: Apakah terdengar stridor? Stridor adalah bunyi khas yang terdengar pada saat
anak MENARIK napas. Stridor terjadi apabila ada pembengkakan pada laring, trakhea atau
epiglottis, sehingga menyebabkan sumbatan yang menghalangi masuknya udara ke dalam paru
dan dapat mengancam jiwa anak. Anak yang menderita stridor pada saat tenang menunjukkan
suatu keadaan yang berbahaya. Untuk melihat dan mendengar stridor, amati ketika anak menarik
napas. Dekatkan telinga Saudara ke mulut anak untuk lebih jelas mendengarkan stridor. Kadang-
kadang terdengar suara jika hidung anak tersumbat, bersihkan lubang hidung dan dengarkan lagi.
Seringkali anak yang sakitnya tidak parah timbul stridor pada waktu menangis dan marah, oleh
karena itu pastikan untuk mendengarkan stridor saat anak tenang.

DENGAR: Apakah terdengar wheezing? Apakah berulang? Lihatlah untuk mengetahui


kapan anak mengeluarkan napas. Wheezing adalah suara bising seperti siulan atau tanda
kesulitan waktu anak MENGELUARKAN napas. Hal ini disebabkan penyempitan saluran napas.
Untuk mendengarkan wheezing, bahkan pada kasus ringan, dekatkan telinga Saudara ke mulut
anak untuk lebih jelas mendengarkan wheezing. Pada usia dua tahun pertama, wheezing pada
umumnya disebabkan oleh infeksi respiratorik akut akibat virus, seperti bronkiolitis atau batuk
dan pilek. Setelah usia dua tahun, hampir semua wheezing disebabkan oleh asma. Kadang-
kadang anak dengan pneumonia disertai dengan wheezing. Diagnosis pneumonia harus selalu
dipertimbangkan terutama pada usia dua tahun pertama. Dengarkan wheezing dengan cara
memegang telinga Saudara dekat mulut anak, sebab seringkali kurang terdengar. Wheezing
disebabkan karena penyempitan jalan napas di paru-paru. Fase pengeluaran napas menjadi lebih
lama dari normal dan memerlukan tenaga. Kadang-kadang tidak terdengar bising apapun karena
jumlah udara hanya sedikit. Amatilah apakah saat mengeluarkan napas perlu tenaga dan lebih
lama dari normal. Bila anak wheezing, tanyakan apakah tanda seperti itu pernah terjadi sebelum
anak sakit pada periode yang ini. Bila pernah, berarti anak dianggap mengalami wheezing
berulang.

LIHAT : Apakah terlihat kesadarannya menurun? Anak yang kesadarannya turun akan
sulit dibangunkan sebagaimana seharusnya. Anak tampak mengantuk dan tidak punya perhatian
akan apa yang terjadi di sekelilingnya (letargis). Seringkali anak yang letargis tidak melihat
kepada ibu atau memperhatikan wajah Saudara pada waktu Saudara bicara. Anak mungkin
menatap hampa (pandangan yang kosong) dan terlihat bahwa ia tidak memperhatikan keadaan
sekitarnya. Anak yang tidak sadar tidak dapat dibangunkan, tidak bereaksi ketika disentuh,
digoyang atau diajak bicara. Tanyakan kepada ibu apakah anaknya mengantuk tidak seperti
biasanya atau tidak dapat dibangunkan. Perhatikan apakah anak itu terbangun jika diajak bicara
atau digoyang jika Saudara bertepuk tangan. Mengantuk/letargis atau tidak sadar merupakan
salah satu tanda adanya infeksi berat pada bayi muda. Catatan: Jika anak sedang tidur, hitunglah
dulu frekuensi napasnya sebelum Saudara mencoba membangunkannya.

RABA: Apakah teraba demam/terlalu dingin? Periksa untuk mengetahui apakah anak
demam (suhu badannya lebih dari 37,50 C) atau hipotermia (suhu di bawah normal/ kurang dari
35,50 C). Jika suhu badan anak belum diukur dan Saudara mempunyai termometer, ukurlah suhu
badan anak. Jika tak tersedia termometer maka rabalah perut atau bawah ketiak anak dan
tentukan apakah anak demam atau dingin. Kadang-kadang tangan dan kaki anak teraba dingin
karena selimutnya kurang menutup. Bagaimanapun, bila kaki/betis dan ketiak yang teraba dingin
menunjukkan anak hipotermia (sangat dingin). Anak mempunyai riwayat demam jika ia
menderita demam selama periode sakit ini, walaupun mungkin saat ini sudah tidak lagi demam.
Gunakan istilah untuk demam yang dimengerti oleh ibu. Di daerah endemis malaria
falciparum: anak yang datang dengan batuk atau kesukaran bernapas disertai demam >380 C
(atau menurut keterangan pernah demam di atas 380 C) mungkin menderita Malaria. Jika
demikian obat malaria bisa diberikan untuk mengatasi kemungkinan malaria falciparum. Bila
demam pada anak lebih dari lima hari, rujuklah untuk pemeriksaan lebih lanjut.

LIHAT : Adakah tanda gizi buruk? Memeriksa tanda kekurangan gizi berat dilakukan
secara klinis dengan melihat kondisi anak. Metode lain dapat digunakan untuk menetapkan anak
yang kurang gizi, ukur berat dan tinggi badan, atau ukur lingkar lengan. Ikutilah petunjuk
program gizi yang ada. Tanda klinis gizi buruk dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Marasmus: adalah keadaan dimana anak Kwashiorkor: adalah keadaan dimana badan anak
kehilangan lemak dan otot sehingga kelihatan membengkak karena penimbunan cairan, disertai
tinggal kulit dan tulang gambaran rambut yang tipis Gambar 2.2. Marasmus Gambar 2.3.
Kwashiorkor Anak dengan gizi buruk mempunyai risiko yang besar untuk menderita pneumonia
dan bisa tanpa disertai tanda-tanda khas pneumonia.
Daftar Pustaka

Sudoyo, Dkk, 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Universitas Indonesia
Modul Tatalaksana Standar Pneumonia Kementerian Republik Indonesia, 2012.

Anda mungkin juga menyukai